Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V-1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENDANAAN DAERAH

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

SUMMARY RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA BARAT (PROVINCIAL GOVERNMENT ACTION PLAN) TAHUN 2011

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

4.1. Pendapatan Daerah Perkembangan Pendapatan Daerah

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Komplek Perkantoran Jl.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V PENDANAAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Kata Pengantar. Kupang, Februari 2014 KEPALA BAPPEDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

Bab-3 Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Drs. Bambang Wisnu Handoyo DPPKA DIY

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

SIKLUS ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS KEMANDIRIAN FISKAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

3.2.1 Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

REALISASI APBD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2013 TRIWULAN I

c. Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan daerah tahun anggaran dan proyeksi Tahun 2013 dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG


BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

Transkripsi:

BAB V KERANGKA ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH Anggaran pembangunan daerah pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2010 memberikan gambaran anggaran pembangunan yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan dengan memperhatikan kemampuan fiskal Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Anggaran pembangunan daerah tersebut pendanaannya bersumber antara lain dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan pendanaan dari masyarakat. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah serta lebih teknis mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang direvisi menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah (penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah). Dimana secara umum komponen Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah ini dapat dikategorikan ke dalam 2 jenis: pertama, penerimaan daerah terdiri dari pendapatan daerah yang merupakan perkiraan terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah yang merupakan semua penerimaan yang harus dibayar kembali baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya; dan kedua, pengeluaran daerah yang terdiri dari belanja daerah yang merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat khususnya dalam memberikan pelayanan umum dan pengeluaran pembiayaan daerah adalah pengeluaran yang akan diterima kembali pada tahun anggaran terkait maupun pada tahun berikutnya. Sumber penerimaan daerah terdiri atas 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V-1

Daerah; 2) Dana Perimbangan yang meliputi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan, Sumber Daya Alam (SDA), Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; 3) Kelompok-lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Kab/Kota, Dana Penyesuaian dan Dana Alternatif Khusus, dan Dana Bantuan Keuangan. Sedangkan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Selain dana dari penerimaan daerah tersebut, daerah menerima dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat berupa dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan yang mana dana tersebut sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat yang diperuntukan bagi kepentingan pelaksanaan pembangunan di Jawa Barat. Sedangkan dana masyarakat dan swasta sangat dibutuhkan dan menentukan keberhasilan pembangunan di Jawa Barat dalam berkontribusi dalam pembangunan Jawa Barat. Sumber pendanaan pembangunan di Jawa Barat selama 5 (lima) tahun (2004-2009) secara keseluruhan sebagaimana Tabel 5.1. Tabel 5.1. Perkembangan Dana Pembangunan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2004 2009 Tahun APBD APBN/BLN Swasta Jumlah Dana Pembangunan Pertum buhan per tahun 2004 4.712.887.298.214,09 2.434.715.925.000,00 40.520.000.000.000,00 47.667.603.223.214,10 2005 5.700.026.831.254,93 3.625.222.642.000,00 61.440.000.000.000,00 70.765.249.473.254,90 48,46% 2006 6.048.094.310.215,05 3.347.331.395.000,00 75.640.000.000.000,00 85.035.425.705.215,00 20,17% 2007 6.964.840.068.197,00 3.542.579.416.000,00 87.137.000.000.000,00 97.644.419.484.197,00 14,83% 2008 7.685.340.067.215,13 3.045.220.925.000,00 96.570.000.000.000,00 107.300.560.992.215,00 9,89% 2009 8.262.746.353.081,00 4.680.568.411.000,00 97.590.000.000.000,00 - Rata-rata Pertumbuhan per Tahun 23,33% Sumber : Data APBD Tahun 2004 s.d 2007 Perda tentang Perhitungan/Realisasi APBD, Tahun 2008 Perubahan APBD dan Tahun 2009 Perda tentang APBD (Murni), DIPA APBN/BLN TA 2004-2009, Swasta 2004-2007-BPS, 2008-2009 perkiraan Bappeda Perkembangan dana pembangunan di Jawa Barat secara keseluruhan yang berasal dari dana APBD dan APBN/BLN (dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan), yang masuk ke Jawa Barat selama kurun waktu 5 tahun (2004-2008), rata-rata per tahun mengalami penurunan sebesar 23,33% sedangkan dana yang yang bersumber dari swasta pada tahun 2009 ditargetkan sebesar Rp. 97,59 trilyun. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V-2

5.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi 5.1.1. Pendapatan Daerah Perkembangan target Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 6 tahun (2004-2009), rata-rata pertumbuhan per tahun mengalami kenaikan sebesar 21,01 %, sebagaimana Tabel 5.2. berikut ini. Tahun Tabel 5.2 Perkembangan Target dan Realisasi PAD Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2009 Target Realisasi PAD Pertumbuhan PAD Pertumbuhan 2004 2.028.447.055.208,00 2.846.800.734.938,37 2005 2.619.535.105.000,00 29,14 3.399.855.351.734,03 19,43 2006 3.399.855.351.734,03 29,79 3.748.404.050.807,05 10,25 2007 3.621.802.762.512,00 6,53 4.221.668.696.233,00 12,63 2008 4.055.119.336.950,00 11,96 5.359.737.536.223,00 26,96 2009 5.176.292.473.000,00 27,65 - Rata-rata Per Tahun 21,01 17,32 Sumber : Perda APBD Tahun 2004-2007 Realisasi/Perhitungan, Perda APBD Perubahan 2008, dan Perda APBD 2009 Apabila di lihat dari pertumbuhan realisasi PAD selama kurun waktu 2004-2008 rata-rata mengalami kenaikan sebesar 17,32% (Tabel 5.2.). Sedangkan apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan dan realisasi pendapatan yang dicapai pada tahun yang sama memperlihatkan bahwa rata-rata terjadi di atas target artinya target yang ditetapkan selalu dapat tercapai bahkan melampaui target. Ini dapat diartikan bahwa sumber-sumber potensi pendapatan daerah masih cukup banyak yang dapat digali dan dikembangkan sebagai sumber pendanaan bagi pembangunan daerah. Jika memperhatikan kemampuan keuangan dari Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Barat dengan rata-rata kontribusi per tahun terhadap APBD sebesar 62,48% berarti bahwa secara kemampuan fiskalnya sudah masuk dalam kategori cukup mampu (Tabel 5.3). Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V-3

Tabel 5.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Dibandingkan dengan APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2004 2008 Tahun Realisasi Pertumbuhan APBD Proporsi 2004 2.846.800.734.938,37 4.712.887.298.214,09 60,40 2005 3.399.855.351.734,03 19,43 5.700.026.831.254,93 59,65 2006 3.748.404.050.807,05 10,25 6.048.094.310.215,05 61,98 2007 4.221.668.696.233,00 12,63 6.964.840.068.197,00 60,61 2008 5.359.737.536.223,00 26,96 7.685.340.067.215,13 69,74 2009*) 5.176.292.473.000,00 8.262.746.353.081,00 Rata-rata Realisasi Per Tahun 17,32 62,48 Sumber : Data Tahun 2004 s.d 2007 Perda tentang Perhitungan/Realisasi APBD, Tahun 2008 Perubahan APBD, Tahun 2009 Perda tentang APBD (Murni) Dana perimbangan terdiri dari bagi hasil pajak/bukan pajak dan Dana Alokasi Umum (DAU). Pendapatan dari bagi hasil pajak yang bersumber dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan menunjukkan peningkatan terus setiap tahunnya, memiliki prospek yang cukup baik untuk lebih ditingkatkan dengan memperbanyak Wajib Pajak. Sementara untuk bagi hasil bukan pajak yang berupa bagi hasil sumber daya alam yang saat ini menunjukkan kecenderungan stagnasi memerlukan perhatian yang cukup serius dari pemerintah daerah untuk lebih dapat mengoptimalkan potensi sumber daya alam. DAU yang diluncurkan dari pemerintah ke daerah bertujuan untuk menghindari kesenjangan fiskal (fiscal gap) antar daerah yang ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang menekankan pada aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang formula dan perhitungannya ditetapkan sesuai undang-undang, berdasarkan formula dan perhitungan tersebut sesuai tujuannya diharapkan apabila dari tahun ke tahun suatu daerah alokasi DAU-nya menurun, maka daerah tersebut dianggap atau dikategorikan sudah mandiri dalam kemampuan fiskalnya, namun diharapkan Pemerintah dalam melakukan operasi formula DAU sesuai undangundang bersifat transparan. Berdasarkan perkembangan Dana Alokasi Umum (DAU) Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 5 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan persentase yang menurun. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan fiskal Provinsi Jawa Barat dapat dikategorikan mendekati kearah mampu atau mandiri. Sedangkan dana yang bersumber Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V-4

dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sejak tahun 2004 2008 untuk provinsi tidak ada. Adapun perkembangan realisasi dana perimbangan selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 sebagaimana Tabel 5.4. Tabel 5.4. Perkembangan Target dan Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2009 Tahun Target Pertumbuhan Pertumbuhan Realisasi (%) (%) 2004 1.086.527.001.648,00 1.197.663.954.522,50 2005 1.105.886.415.308,26 1,78 1.220.120.700.066,00 1,88 2006 1.106.539.705.000,00 0,06 1.298.795.160.567,00 6,45 2007 1.522.066.853.000,00 37,55 1.756.094.284.825,00 35,21 2008 1.630.811.000.000,00 7,14 1.905.245.846.352,00 8,49 2009 1.763.254.316.000,00 8,12 Rata-rata Per-Tahun 10,93 13,01 Sumber : Perda Perhitungan APBD Tahun 2004-2009 Perkembangan target dari dana perimbangan secara total selama kurun waktu 6 tahun terakhir (2004-2009) rata-rata pertumbuhannya per tahun adalah sebesar 10,93%. Sementara perkembangan berdasarkan realisasi selama kurun waktu 2004-2008 menunjukkan pertumbuhan rata-rata sebesar 13,01%. Perkembangan target dari lain-lain pendapatan yang sah secara total selama kurun waktu 3 tahun terakhir (2007-2009) ratarata pertumbuhannya per tahun adalah sebesar 46,36%. Sementara perkembangan berdasarkan realisasi selama kurun waktu 2007-2008 menunjukkan pertumbuhan ratarata sebesar 342,21% (Tabel 5.5. dan 5.6.). Penerimaan dari lain-lain pendapatan yang sah ini cukup sulit diperkirakan karena bergantung pada faktor eksternal (dana swasta dan Pemerintah Pusat) sehingga perkiraan target dan realisasi cukup jauh perbedaannya. Tabel 5.5. Perkembangan target dan Realisasi Lain-lain Pendapatan yang Sah Provinsi Jawa Barat Tahun 2004 2008 Tahun Target Pertumbuhan (%) Realisasi 2004 - - Pertumbuhan (%) 2005 - - - 2006 - - - 2007 6.000.000.000,00 30.497.150.788,00-2008 10.357.920.865,00 72,63 134.862.411.768,00 342,21 2009 12.437.647.000,00 20,08 Rata-rata pertahun 46,36 342,21 Sumber : Perda Perhitungan APBD Tahun 2004-2009 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V-5

Tabel 5.6. Perkembangan Realisasi Total Pendapatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2008 Tahun Pendapatan Pertumbuhan APBD Proporsi 2004 4.044.464.689.460,87 4.712.887.298.214,09 85,82 2005 4.824.888.265.545,84 19,30 5.700.026.831.254,93 84,65 2006 5.047.199.211.374,05 4,61 6.048.094.310.215,05 83,45 2007 6.008.260.131.846,00 19,04 6.964.840.068.197,00 86,27 2008 7.399.845.794.343,00 23,16 7.685.340.067.215,13 96,29 Rata-rata per Tahun 16,53 87,29 Sumber : Data Tahun 2004 s.d 2007 Perda tentang Perhitungan/Realisasi APBD, Tahun 2008 Perubahan APBD, Tahun 2008 Perda tentang APBD (Murni) Perkembangan realisasi total pendapatan Provinsi Jawa Barat yaitu penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah dalam kurun waktu 2004-2008 mengalami peningkatan sebesar 16,53% per tahun dan kontribusinya terhadap APBD sebesar 87,29% per tahun sebagaimana tabel 5.5 tersebut di atas. Sedangkan apabila dilihat rata-rata proporsi realisasi antara PAD, Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang Sah terhadap Pendapatan Daerah dalam kurun waktu 2004-2008, secara berturut-turut sebesar 71,56%, 27,12%, dan 1,17%. 5.1.2. Belanja Daerah Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam menentukan besaran belanja yang dianggarkan senantiasa akan berlandaskan pada prinsip disiplin anggaran, yaitu prinsip kemandirian yang selalu mengupayakan peningkatan sumber-sumber pendapatan sesuai dengan potensi daerah, prinsip prioritas yang diartikan bahwa pelaksanaan anggaran selalu mengacu pada prioritas utama pemabangunan daerah, prinsip efisiensi dan efektifitas anggaran yang mengarahkan bahwa penyediaan anggaran dan penghematan sesuai dengan skala prioritas. Belanja penyelenggaraan diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V-6

diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundangundangan. Perkembangan target alokasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 6 tahun terakhir (2004-2009) mengalami kenaikan sebesar 19,40%, sementara perkembangan realisasi alokasi belanja daerah selama kurun waktu 2004-2008 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 15,84% sebagaimana Tabel 5.7. Tahun Tabel 5.7. Perkembangan Target dan Realisasi Belanja Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2009 Target Belanja Pertumbuhan % Realisasi Belanja 2004 3.473.904.056.856,00 3.670.567.300.180,00 Pertumbuhan % 2005 4.131.439.788.522,15 18,93 4.309.282.267.306,84 17,40 2006 4.923.245.318.247,04 19,17 4.907.738.249.011,05 13,89 2007 5.272.083.679.606,84 7,09 5.341.625.971.385,00 8,84 2008 5.929.101.899.376,25 12,46 6.582.473.339.933,11 23,23 2009 8.262.578.445.826,00 39,36 Rata-rata Per Tahun 19,40 15,84 Sumber : Perda APBD Tahun 2004-2009 Untuk rata-rata proporsi perkembangan realisasi alokasi belanja daerah terhadap APBD sebesar 79,39% per tahun sebagaimana terlihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Perkembangan Realisasi Alokasi Belanja Daerah Tahun 2004-2008 Dibandingkan dengan APBD Tahun 2004 2008 Tahun Belanja Pertumbuhan APBD Proporsi 2004 3.670.567.300.180,00 4.712.887.298.214,09 77,88 2005 4.309.282.267.306,84 17,40 5.700.026.831.254,93 75,60 2006 4.907.738.249.011,05 13,89 6.048.094.310.215,05 81,15 2007 5.341.625.971.385,00 8,84 6.964.840.068.197,00 76,69 2008 6.582.473.339.933,11 23,23 7.685.340.067.215,13 85,65 Rata-rata per Tahun 15,84 79,39 Sumber : Data Tahun 2004 s.d 2007 Perda tentang Perhitungan/Realisasi APBD, Tahun 2008 Perubahan APBD Sesuai Pasal 37 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 belanja daerah terbagi atas Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V-7

belanja tidak terduga. Perkembangan realisasi belanja daerah Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 5 tahun (2004-2008) rata-rata pertumbuhan per tahun belanja OPD mengalami kenaikan sebesar 5,55%, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan naik sebesar 15,73% dan 36,16%, dan belanja tidak terduga mengalami kenaikan sebesar 34,24%. Sedangkan proporsi masing-masing belanja terhadap total belanja rata-rata per tahun belanja OPD meningkat sebesar 27,14%, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan naik sebesar 20,57% dan 21,12%, dan belanja tidak terduga naik sebesar 1,03%, perkembangannya sebagaimana Tabel 5.9. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V-8

Tabel 5.9. Perkembangan Realisasi Rincian Belanja Tahun 2004-2008 No Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata2 Pertumbuhan per Tahun (%) Belanja 3.670.567.300.180,00 4.309.282.267.306,84 5.118.814.954.732,31 5.341.625.971.385,00 6.582.473.339.933,11 8.262.578.445.826,00 15,94 81,57 1 Belanja Tidak Langsung 2.166.410.076.421,50 2.711.595.944.207,00 3.348.434.419.612,94 3.898.896.674.253,00 4.797.818.445.160,47 5.388.574.793.783,75 22,04 54,43 Belanja Pegawai 524.972.290.430,50 641.468.582.950,00 786.394.262.587,98 714.093.813.958,00 902.098.544.513,00 1.083.681.567.815,00 15,48 11,70 Belanja Bagi Hasil 920.653.685.803,00 1.138.599.366.767,00 1.261.370.961.840,00 1.347.805.024.981,00 1.638.998.184.500,00 1.842.907.237.500,00 15,73 20,57 Belanja Bantuan 649.887.246.188,00 862.514.990.460,00 1.214.859.623.384,74 1.820.080.144.813,00 2.206.721.716.147,47 2.371.985.988.468,75 36,16 21,12 Belanja Tidak terduga 2 Belanja Langsung 70.896.854.000,00 69.013.004.030,00 85.809.571.800,22 16.917.690.501,00 50.000.000.000,00 90.000.000.000,00 34,24 1,03 1.504.157.223.758,50 1.597.686.323.099,84 1.770.380.535.119,37 1.442.729.297.132,00 1.784.654.894.772,64 2.874.003.652.042,25 5,55 27,14 Volume APBD 4.712.887.298.214,09 5.700.026.831.254,93 5.564.023.660.142,09 6.964.840.068.197,00 7.685.340.067.215,13 8.262.746.353.081,00 13,52 Sumber : Data Tahun 2004 s.d 2007 Perda tentang Perhitungan/Realisasi APBD, Tahun 2008 Perubahan APBD, Tahun 2009 Perda tentang APBD (Murni) Rata2 Proporsi per Tahun (%) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V-9

5.1.3. Pembiayaan Daerah Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi selisih antara Pendapatan dan Belanja Daerah. Adapun pembiayaan tersebut bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang daerah. APBD Provinsi Jawa Barat setiap tahun mengalami defisit anggaran namun dapat ditutup dengan pembiayaan, pertumbuhan realisasi surplus anggaran tersebut rata-rata per tahun selama kurun waktu 5 tahun (2004-2008) mengalami peningkatan sebesar 186,21%, untuk menutupi anggaran defisit tersebut yaitu dari penerimaan pembiayaan dengan rata-rata pertumbuhan per tahun mengalami kenaikan sebesar 20,51%, begitu pula pengeluaran pembiayaan rata-rata pertumbuhan per tahun mengalami penurunan sebesar 30,93% (Tabel 5.10). Tabel 5.10. Perkembangan Realisasi Pembiayaan Tahun 2004 2008 Tahun Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pertumbuhan Penerimaan Pertumbuhan Pengeluaran Surplus/Defisit Pertu m- buha n Defisi t 2004 668.422.608.753,22 1.042.319.998.034,09 (373.897.389.280,87) 2005 875.138.565.709,09 30,93 1.390.744.563.948,00 33,43 (515.605.998.238,91) 37,90 2006 1.000.895.098.841,00 14,37 1.140.356.061.204,00 (18,00) (139.460.962.363,00) 72,95 2007 956.579.936.351,00 (4,43) 366.854.431.319,00 (67,83) 589.725.505.032,00 522,86 2008 1.350.314.355.663,13 41,16 105.167.907.255,00 (71,33) 1.245.146.448.408,13 111,14 2009 1.310.761.917.081,00-167.907.255,00-1.310.594.009.826,00 - Rata-Rata per Tahun 20,51 (30,93) 186,2 1 Sumber : Data Tahun 2004 s.d 2007 Perda tentang Perhitungan/Realisasi APBD, Tahun 2008 Perda tentang Perubahan APBD, Tahun 2009 Perda tentang APBD (Murni) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 10

5.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah 5.2.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Kebijakan anggaran tahun 2010 untuk pendapatan daerah yang merupakan potensi daerah dan sebagai penerimaan Provinsi Jawa Barat sesuai urusannya diarahkan melalui upaya peningkatan pendapatan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah dan dana perimbangan. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan daerah adalah : 1. Memantapkan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah; 2. Meningkatkan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi; 3. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah dengan Pemerintah Pusat, OPD Penghasil, Kabupaten/Kota, POLRI; 4. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya peningkatkan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah; 5. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi daerah; 6. Meningkatkan peran dan fungsi UPT, UPPD dan Balai Penghasil dalam peningkatan pelayanan dan pendapatan. 7. Meningkatkan pengelolaan asset dan keuangan daerah Adapun kebijakan pendapatan untuk meningkatkan Dana Perimbangan sebagai upaya peningkatan kapasitas fiskal daerah adalah sebagai berikut : 1. Mengoptimalkan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan PBB, Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh OPDN), PPh Pasal 21 dan BPHTB; 2. Meningkatkan akurasi data Sumber Daya Alam sebagai dasar perhitungan pembagian dalam Dana Perimbangan; 3. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan Dana Perimbangan. Berdasarkan perkembangan komponen pendapatan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, selanjutnya diproyeksikan perkiraan pendapatan daerah tahun 2010 sebagaimana disajikan dalam Tabel 5.11. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 11

Tabel 5.11. Proyeksi APBD Provinsi Jawa Barat T.A. 2010-2011 No. Uraian Tahun Anggaran 2008 Tahun Anggaran 2009 % Tahun Aggaran 2010 % Tahun Anggaran 2011 % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 I. PENDAPATAN 5,696,288,257,815.00 6,951,984,436,000.00 22.04 7,626,409,218,715.00 9.70 8,371,974,963,227.00 9.78 1. Pendapatan Asli 4,055,119,336,950.00 5,176,292,473,000.00 27.65 5,787,860,133,815.00 12.08 6,549,353,334,356.00 11.58 Daerah a. Pajak Daerah 3,796,638,400,000.00 4,835,280,000,000.00 27.36 b. Retribusi Daerah 29,484,214,529.00 28,632,573,000.00-2.89 c. Hasil Perusahaan 125,324,724,424.00 138,211,462,000.00 10.28 Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan d. Lain-lain PAD yang 103,671,997,997.00 174,168,438,000.00 68.00 sah Dana Perimbangan 1,630,811,000,000.00 1,763,254,316,000.00 8.12 1,828,954,804,400.00 3.73 1,811,079,226,590.00 3.74 a. Bagi Hasil 726,579,140,000.00 786,016,696,000.00 8.18 Pajak/Bukan Pajak b. Pos Dana Alokasi 904,231,860,000.00 977,237,620,000.00 8.07 Umum c. Pos Dana Alokasi - - - - Khusus 3. Lain-lain Pendapatan 10,357,920,865.00 12,437,647,000.00 20.08 9,594,280,500.00 (22.86) 11,542,402,281.00 3.72 yang Sah 4. Bagian Pinjaman Pemerintah Daerah - - - Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 II. BELANJA 5,929,101,899,376.25 8,262,578,445,826.00 39.36 7,626,409,218,715.00-7.70 8,371,974,963,227.00 9.78 1. Belanja Tidak Langsung 4,162,866,163,212.44 5,388,574,793,783.75 29.44 3,861,778,076,195.00-8.84 4.604.586.229.775,00 19.23 a. Belanja Pegawai 892,097,585,532.97 1,083,681,567,815.00 21.48 b. Belanja Bunga 250,000,000.00 0.00-100.00 c. Belanja Subsidi 24,950,000,000.00 16,050,000,000.00-35.67 d. Belanja Hibah 409,173,984,655.40 100,306,241,000.00-75.49 e. Belanja Bantuan 190,434,533,744.07 326,735,979,968.75 71.57 Sosial f. Belanja Bagi Hasil 1,480,999,640,400.00 1,842,907,237,500.00 24.44 kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemdes g. Belanja Bantuan 1,928,893,767,500.00 73.00 Keuangan kepada Pemda/Pemdes 1,114,960,418,880.00 h. Belanja Tidak 50,000,000,000.00 90,000,000,000.00 80.00 Terduga 2. Belanja Langsung 1,766,235,736,163.81 2,874,003,652,042.25 62.72 3,764,631,142,520.00-5.56 3.767.388.733.452,00 0.07 a. Belanja Pegawai 293,248,190,168.98 384,125,696,850.00 30.99 b. Belanja Barang dan 1,060,637,985,047.87 1,566,111,018,191.00 47.66 Jasa c. Belanja Modal 412,349,560,946.96 923,766,937,001.25 124.03 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 13

1 2 3 4 5 6 7 8 9 III. PEMBIAYAAN 232,813,641,761.25 1,310,594,009,826.00 462.94 1. Penerimaan 488,843,335,506.25 1,310,761,917,081.00 168.14 a. Sisa lebih Perhitungan 458,843,335,506.25 1,310,761,917,081.00 185.67 Anggaran Daerah tahun Sebelumnya b. Pencairan Dana Cadangan c. Penerimaan Pinjaman 30,000,000,000.00 Daerah 2. Pengeluaran 256,029,693,745.00 167,907,255.00-99.93 a. Pembentukan Dana Cadangan b. Penyertaan Modal 105,000,000,000.00 (investasi) Pemda c. Pembayaran Pokok 121,029,693,745.00 167,907,255.00-99.86 Utang c. Pemberian Pinjaman Daerah 30,000,000,000.00 0.00-100.00 Volume APBD 6,185,131,593,321.25 8,262,746,353,081.00 33.59 7,626,409,218,715.00-7,70 8,371,974,963,227.00 9,78 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 14

Bila memperhatikan kecenderungan pendapatan daerah sejak tahun 2004-2008 terlihat bahwa dari tahun 2004 terjadi peningkatan yang berfluktuasi dengan kecenderungan menurun pertumbuhannya hingga tahun 2006. Namun dengan upayaupaya peningkatan pendapatan yang lebih intens dilakukan, dalam kurun waktu 2007-2008, terjadi kenaikan pertumbuhan pendapatan yang cukup besar, rata-rata di atas 20%. Dengan komitmen akan lebih baik memberikan pelayanan publik dan upaya intensifikasi/ekstensifikasi yang lebih giat, pada tahun 2009, Pemerintah Jawa Barat optimis dapat mencapai target pendapatan daerah dengan pertumbuhan di atas 20%. Capaian peningkatan pendapatan selama ini didukung oleh kondisi ekonomi regional yang stabil dan keberhasilan dalam melakukan upaya-upaya intensifikasi dalam meningkatkan pendapatan daerah. Namun demikian, dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi makro dan regional tahun mendatang yang belum pasti akibat imbas krisis ekonomi global tahun 2008, diperkirakan masih akan berdampak 1-2 tahun ke depan, diproyeksikan bahwa rata-rata kenaikan pertumbuhan pendapatan daerah pada tahun 2010-2011 mengalami penurunan berada pada kisaran 9%, secara lengkap disajikan pada Tabel 5.10 Untuk tahun 2010 diproyeksikan peningkatan pendapatan sebesar 9,70% dibanding target tahun 2009 atau sebesar Rp. 7,626 trilyun. Sementara itu untuk alokasi belanja daerah diproyeksikan pada tahun 2011 sebesar Rp. 8,371 trilyun, selengkapnya disajikan pada Tabel 5.11. 5.2.2. Arah Kebijakan Belanja Daerah Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah tahun 2010 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program/kegiatan. Kebijakan belanja daerah tahun 2010 diarahkan untuk mendukung pencapaian target IPM 80, dimana dengan mempertimbangkan pencapaian IPM tahun 2007 baru sebesar 70,76, diperlukan perencanaan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pencapaian IPM 80. Dengan perencanaan anggaran yang konsisten dan fokus, diproyeksikan pencapaian IPM 80 ditargetkan tercapai pada tahun 2015. Perencanaan pembangunan yang mendukung pencapaian IPM 80 diarahkan untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur, dan suprastruktur. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 15

Kebijakan belanja daerah tahun 2010 diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, antara lain melalui: 1. Mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari total belanja daerah tahun 2010 tidak termasuk alokasi anggaran untuk kegiatan yang belum selesai tahun sebelumnya (multi years), dalam rangka peningkatan indeks pendidikan meliputi Angka melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah (AMH dan RLS). 2. Mengupayakan alokasi anggaran untuk kesehatan sebesar 5% dari total belanja daerah untuk peningkatan kualitas dan aksesibilitas pelayanan dasar kesehatan dalam rangka peningkatan indeks kesehatan masyarakat. 3. Mengalokasikan kebutuhan belanja fixed cost, regular cost, dan variable cost secara terukur dan terarah, yaitu: a. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam menjamin keberlangsungan operasional kantor (biaya listrik, telepon, air bersih, BBM, internet, dan service mobil); b. Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang bersifat rutin sebagai pelaksanaan TUPOKSI OPD, yang meliputi kegiatan koordinasi, fasilitasi, konsultasi, sosialisasi, pengendalian & evaluasi, dan perencanaan c. Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang mendukung program-program pembangunan yang menjadi prioritas dan unggulan OPD, program/kegiatan yang telah menjadi komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Barat (committed budget), dan kegiatan multi years yang diprioritaskan untuk dilaksanakan pada TA 2010. 4. Untuk mendukung percepatan pembangunan diupayakan, pada 2010, akan diupayakan alokasi anggaran untuk bidang infrastruktur dan lingkungan hidup sebesar 17,5% serta untuk bidang ekonomi sebesar 15%. 5. Mengalokasikan belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan tunjangan PNS, belanja subsidi, belanja hibah, belanja sosial, belanja bagi hasil kab/kota, belanja bantuan dengan prinsip proporsional, pemerataan, dan penyeimbang, serta belanja tidak terduga yang digunakan untuk penanggulangan bencana yang tidak teralokasikan sebelumnya. 6. Pemuatan kode rekening kegiatan-kegiatan yang sangat diperlukan dalam menunjang upaya perbaikan kinerja aparatur dan kebutuhan-kebutuhan yang nyata seperti : 1). Kode rekening Insentif Berbasis Kinerja (IBK), 2). Kode rekening konsultasi dengan pakar khusus (misalnya pakar lingkungan hidup, hukum, ekonomi, dan lain-lain), 3). Kode rekening konsultasi dengan instansi pusat, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 16

4). Kode rekening alokasi dan pemanfaatan dana APBD secara kolateral tanpa agunan di Bank untuk Usaha Kecil Menengah (UKM), 5). Kode rekening tunjangan hari besar keagamaan, 6). Kode rekening rekreasi tahunan bersama secara melembaga. 7. Penggunaan indeks relevansi anggaran dalam penentuan anggaran belanja dengan memperhatikan belanja tidak langsung dan belanja langsung dengan visi dan misi Pemerintah Provinsi Daerah Jawa Barat, serta anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap pengguna anggaran tetap terukur. 8. Dalam rangka mengoptimalkan pencapaian prioritas pembangunan, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat akan merintis skema pelaksanaan program/kegiatan pembangunan melalui Tugas Pembantuan. Tugas pembantuan ini adalah merupakan penugasan dari Pemerintah Provinsi ke daerah (kabupaten/kota) untuk melaksanakan tugas tertentu terutama dalam melaksanakan pembangunan di perdesaan. 9. Peningkatan efektivitas belanja bantuan keuangan dan bagi hasil kepada kabupaten/kota dengan pola : a. Alokasi yang bersifat block grant dari Pos Bagi Hasil secara proporsional, guna memperkuat kapasitas fiskal kabupaten/kota dalam melaksanakan otonomi daerah; b. Alokasi yang bersifat spesific grant dari pos bantuan kepada Kabupaten/Kota yang diarahkan dalam rangka mendukung agenda akselerasi pencapaian Visi Jawa Barat 2008-2013 yaitu : 1) Berdasarkan pola penyaluran yang bersifat kompetisi melalui Program Pendanaan Kompetisi (PPK). 2) Membagi alokasi menjadi tiga bagian yaitu dana pemerataan, dana proporsional dan dana penyeimbang. Dana pemerataan dialokasikan sama untuk setiap Kabupaten/Kota, dana proporsional dihitung berdasarkan indeks Kabupaten/Kota, dan dana penyeimbang ditentukan berdasarkan variabel kualitatif seperti Ibu Kota Provinsi, Kabupaten/Kota perbatasan dengan Provinsi lain serta Kabupaten/Kota yang akan menyelenggarakan even khusus yang berskala regional atau nasional. Variabel-variabel yang digunakan untuk menghitung indeks Kabupaten/Kota adalah : Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan, Indeks Daya Beli, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah Penduduk Miskin, PDRB/Kapita, Pendapatan Asli Daerah, Proporsi Pengangguran, dan Proporsi Kawasan Lindung. Adapun kriteria kegiatan yang mendapatkan alokasi bantuan keuangan Kabupaten/Kota adalah mendukung Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 17

secara signifikan upaya peningkatan IPM Jawa Barat; menanggulangi masalah kemiskinan; menanggulangi masalah pengangguran dan meningkatkan upaya pelestarian lingkungan khususnya kawasan lindung. 5.2.3. Proyeksi Kebutuhan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat 2010 Berdasarkan trend besaran anggaran belanja yang telah dianggarkan pada tahun 2008 dan 2009 serta pencapaian IPM hingga tahun 2008, maka untuk dapat mencapai IPM 80 pada tahun 2015, diestimasikan kebutuhan belanja daerah dari APBD Provinsi Jawa Barat untuk tahun 2010, dengan mempertimbangkan kapasitas dan kewenangan daerah. Kebutuhan anggaran belanja daerah diperhitungkan secara efisien didasarkan pada kebutuhan anggaran belanja menurut bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur, dan suprastruktur. Memperhatikan kebijakan pembangunan daerah di Jawa Barat pada tahun 2010, maka diindikasikan proporsi alokasi anggaran belanja langsung sesuai dengan kebijakan pembangunan tahun 2010 terbagi dalam belanja fixed cost, regular cost dan variable cost sebagaimana Tabel 5.12. Tabel 5.12. Proporsi Alokasi Anggaran Belanja Langsung Program Persentase (%) Fixed cost 3,00 Regular cost 38,00 Variable cost (Unggulan OPD, committed budget, common goals) 59,00 Sementara itu, perkiraan proporsi belanja langsung terhadap total belanja daerah adalah sebesar 49,36% (table 5.13) dari total belanja daerah. Sebagai gambaran, proporsi indikatif anggaran belanja langsung berdasarkan urusan terhadap total belanja daerah pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.13. Proporsi indikatif belanja langsung ini disusun sejalan dengan kebijakan belanja daerah pada tahun anggaran 2010. Sedangkan anggaran belanja tidak langsung diproyeksikan melalui pertimbanganpertimbangan pemenuhan belanja gaji dan tunjangan, dana bagi hasil kabupaten/kota, dana bantuan sosial, hibah, bantuan kabupaten/kota, dan pelaksanaan pembangunan dalam bentuk bantuan kabupaten/kota dan desa, adalah sebesar 50,64% dari total belanja daerah. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 18

No. Tabel 5.13. Pagu Indikatif Belanja Daerah berdasarkan Urusan URUSAN Tahun 2010 Proporsi Indikatif Belanja Daerah WAJIB 1 Pendidikan 17.47 2 Kesehatan 3.69 3 Lingkungan Hidup 0.79 4 Pekerjaan Umum 11.29 5 Penataan Ruang 0.09 6 Perencanaan Pembangunan 0.54 7 Perumahan 0.26 8 Pemuda dan Olah Raga 0.20 9 Penanaman Modal 0.17 10 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 0.32 11 Kependudukan dan Catatan Sipil 0.01 12 Tenaga Kerja 0.36 13 Ketahanan Pangan 0.53 14 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 0.12 15 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 0.06 16 Perhubungan 1.54 17 Komunikasi dan Informasi 0.37 18 Pertanahan 0.09 19 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri 0.05 20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian 21 Pemberdayaan Masyarakat Desa 0.07 22 Sosial 0.42 23 Kebudayaan 0.20 24 Statistik 0.07 25 Kearsipan 0.03 26 Perpustakaan 0.05 PILIHAN 1 Kelautan dan Perikanan 0.51 2 Pertanian 0.79 3 Kehutanan 0.14 4 Energi dan Sumber Daya Mineral 0.60 5 Pariwisata 0.16 6 Industri 0.16 7 Perdagangan 0.14 8 Ketransmigrasian 0.03 9 Peningkatan Pemahaman dan Pengamalan Agama 0.07 TOTAL 49.36 Sumber: Analisis Bappeda 7.97 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 19

5.2.4. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah meliputi penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Kebijakan pembiayaan yang timbul karena jumlah pengeluaran lebih besar daripada penerimaan sehingga terdapat defisit. Sumber penerimaan daerah berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, transfer dari dana cadangan (DCD), penyertaan modal, pembayaran hutang pokok yang jatuh tempo dan sisa lebih perhitungan anggaran tahun berjalan. Untuk tahun 2010, struktur pembiayaan daerah untuk sumber penerimaan tidak hanya berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu saja, namun diupayakan untuk mendapatkan sumber-sumber lain seperti telah disebutkan di atas. Sedangkan untuk pengeluaran pembiayaan direncanakan antara lain terdiri dari pembayaran hutang pokok yang jatuh tempo dan penyertaan modal. 5.3. Non Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Non APBD) Selain dana APBD, daerah menerima dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat (APBN) berupa dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan yang pengalokasiannya sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat untuk kepentingan pelaksanaan pembangunan di Jawa Barat serta dana yang bersumber dari swasta dan masyarakat yang diperkirakan memberikan kontribusi lebih dari 80% dari anggaran pembangunan. Rencana kerja Pembangunan Non APBD adalah Perencanaan Pembangunan yang dananya bersumber dari APBN, BHLN dan sumber dana lainnya yang sah, adapun ruang lingkup rencana kerja pembangunan Non APBD meliputi : 1. Menginventarisasi dan meanganalisis berbagai kebijakan dan informasi yang berkaitan dengan penyiapan rencana alokasi pendapatan dan belanja daerah yang bersumber dari APBN,BHLN dan sumber dana lainnya. 2. Menyusun bahan kebijakan teknis dan koordinasi,sinergitas alokasi pendapatan dan belanja daerah yang bersumber dari dana APBN dan BHLN dan sumber dana lainnya. 3. Melaksanakan Koordinasi Pendanaan daerah yang berasal dari Non APBD Provinsi Jawa Barat. 5.3.1. APBN Sumber pendanaan pembangunan lainnya yang masuk ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik berupa dana APBN dekonsentrasi yang pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada OPD Provinsi maupun dana APBN Tugas Pembantuan, yang dikelola oleh OPD di Kabupaten/Kota maupun oleh OPD Provinsi. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 20

Besarnya alokasi APBN yang masuk ke Provinsi Jawa Barat setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005, total APBN yang masuk ke Provinsi Jawa Barat mencapai sebesar Rp. 3,625 trilyun, tahun 2006 sebesar Rp. 3,347 trilyun, tahun 2007 sebesar Rp. 3,542 trilyun, dan pada tahun 2008 sebesar Rp 3,690 trilyun serta pada tahun 2009 sebesar Rp. 5,825 trilyun. Adapun perkembangan alokasi APBN di Jawa Barat selama kurun waktu 5 (Lima) tahun (2005 s.d 2009) dapat dilihat pada tabel 5.14. Tabel 5.14. Jumlah Dana APBN Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Provinsi Jawa Barat tahun 2005 2009 Alokasi Anggaran APBN Dekonsentrasi Tahun dan Tugas Pembantuan Dana (Rp. 000,-) % Perubahan 2005 3.625.222.642-2006 3.347.311.395 (7,67) 2007 3.542.579.416 5,83 2008 3.690.065.799 4,16 2009 5.825.556.629 57,87 Sumber : DIPA APBN Ditjen Perbendaharaan Kanwil XII Bandung 2008-2009 Pada tahun 2008 alokasi dana dekonsentrasi tersebar di 21 (dua puluh satu) OPD, sedangkan tahun 2009 tersebar di 22 (dua puluh dua) OPD. bertambahnya jumlah OPD tersebut, dikarenakan pada tahun 2009 ada 2 OPD yang baru mendapatkan alokasi anggaran Dekonsentrasi yaitu Dinas Permukiman Perumahan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah serta bergabungnya dua badan yaitu Bapusda dan Bapusipda menjadi Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat merupakan OPD yang memperoleh alokasi dana Dekonsentrasi terbesar baik pada tahun 2008 yang mencapai Rp. 2,817 trilyun maupun pada tahun 2009 yang mencapai Rp. 4,508 trilyun. OPD yang memperoleh alokasi dana dekonsentrasi terbesar kedua adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan, dimana pada tahun 2008 memperoleh alokasi anggaran Rp. 31,433 milyar dan pada tahun 2009 mencapai Rp. 32,846 milyar. Sedangkan alokasi dana APBN Dekonsentrasi terkecil berada pada OPD Dinas Komunikasi dan Informasi baik pada tahun 2008 maupun pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 43,850 juta. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 21

Untuk lebih jelasnya, distribusi alokasi dana APBN berupa dana dekonsentrasi yang masuk ke Provinsi Jawa Barat melalui OPD Provinsi Jawa Barat sebagaimana terlihat pada Tabel 5.15 berikut ini. Tabel 5.15 Alokasi Dana Dekonsentrasi berdasarkan OPD di Provinsi Jawa Barat No Organisasi Perangkat Daerah Alokasi Anggaran Tahun 2008 Tahun 2009 1 Dinas Pertanian Tanaman Pangan 31.433.513.000 32.846.892.000 2 Dinas Peternakan 7.164.279.000 5.716.200.000 3 Dinas Perkebunan 3.484.480.000 4.591.743.000 4 Dinas Kehutanan 3.687.018.000 3.550.598.000 5 Dinas Pendidikan 2.817.367.856.000 4.508.177.930.000 6 Dinas Perikanan 9.879.240.000 7.789.148.000 7 Dinas Perindustrian Dan Perdagangan 5.156.980.000 5.993.970.000 8 Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral 1.000.000.000 1.000.000.000 9 Dinas Sosial 25.358.476.000 25.210.141.000 10 Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi 4.993.769.000 7.082.508.000 11 Dinas Kesehatan 22.724.343.000 8.120.550.000 12 Dinas Koperasi Usaha Kecil Mikro dan 5.804.300.000 7.183.500.000 Menengah 13 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 1.568.955.000 653.125.000 14 Dinas Komunikasi Dan Informasi 46.544.000 43.850.000 15 Biro Pemerintahan Umum 567.355.000 636.060.000 16 Badan Kepegawaian Daerah 233.858.000-17 Biro Bina Produksi 15.683.800.000 11.322.500.000 18 Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah 500.000.000 500.000.000 19 Badan Pemberdayaan Masyarat dan 16.189.379.000 42.969.226.000 Pemerintahan Desa 20 Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan 548.580.000 300.000.000 Masyarakat 21 Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah 11.215.000.000 5.502.070.000 22 Dinas Perumahan dan Permukiman - 1.150.000.000 23 Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah - 228.400.000 Jumlah Keseluruhan 2.984.607.725.000 4.680.568.411.000 Untuk alokasi APBN Tugas Pembantuan di Jawa Barat, pada tahun 2008, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendapat Alokasi anggaran sebesar Rp. 705,458 Milyar, sedangkan pada tahun 2009 mendapat alokasi APBN Tugas Pembantuan sebesar Rp. 1,144 Trilyun. Untuk lebih jelasnya, distribusi alokasi dana APBN Tugas Pembantuan yang masuk ke Provinsi Jawa Barat melalui OPD Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana terlihat pada Tabel 5.16 berikut ini. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 22

No Tabel 5.16. Alokasi Dana Tugas Pembantuan Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2009 Pagu Dana Kabupaten/Kota 2008 2009 1 Kota Bandung 706.892.000 933.815.000 2 Kota Banjar 1.810.027.000 6.364.200.000 3 Kota Bekasi 1.170.000.000 505.000.000 4 Kota Bogor 2.361.075.000 1.217.347.000 5 Kota Cimahi 1.433.787.000 156.824.000 6 Kota Cirebon 3.038.595.000 1.800.900.000 7 Kota Depok 2.735.300.000 2.298.447.000 8 Kota Sukabumi 745.000.000-9 Kota Tasikmalaya 3.530.843.000 6.061.154.000 10 Kabupaten Bandung 21.279.556.000 33.690.531.000 11 Kabupaten Bekasi 13.957.504.000 14.548.735.000 12 Kabupaten Bogor 23.016.123.000 49.673.423.000 13 Kabupaten Ciamis 32.657.660.000 58.940.759.000 14 Kabupaten Cianjur 33.078.221.000 75.289.395.000 15 Kabupaten Cirebon 32.448.735.000 50.072.064.000 16 Kabupaten Garut 48.388.814.000 113.468.029.000 17 Kabupaten Indramayu 36.743.914.000 43.221.119.000 18 Kabupaten Karawang 29.075.401.000 33.697.864.000 19 Kabupaten Kuningan 34.369.879.000 59.002.674.000 20 Kabupaten Majalengka 29.148.642.000 49.050.767.000 21 Kabupaten Purwakarta 14.394.237.000 26.616.635.000 22 Kabupaten Subang 39.401.004.000 42.864.061.000 23 Kabupaten Sukabumi 43.573.531.000 96.449.402.000 24 Kabupaten Sumedang 28.580.660.000 39.825.726.000 25 Kabupaten Tasikmalaya 33.376.255.000 88.575.915.000 26 Kabupaten Bandung Barat 10.182.850.000 25.722.780.000 27 Provinsi Jawa Barat 184.253.569.000 224.940.652.000 Jumlah 705.458.074.000 1.144.988.218.000 Apabila dilihat berdasarkan Kabupaten/Kota, alokasi APBN Tugas Pembantuan (Tuban) yang masuk ke Provinsi Jawa Barat pada tahun 2009 mengalami Kenaikan dibandingkan dengan alokasi APBN Tuban pada tahun 2008 seperti terlihat pada tabel diatas. Pada tahun 2008 jumlah dana APBN Tuban yang masuk ke Provinsi Jawa Barat sebesar Rp. 705,458 milyar tersebar di 26 (dua puluh enam) Kabupaten/Kota dan beberapa OPD di lingkup Provinsi Jawa Barat. Sedangkan jumlah dana APBN Tuban yang masuk ke Provinsi Jawa Barat Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 23

pada tahun 2009 mencapai Rp. 1,145 Triyun yang tersebar di 25 (dua puluh lima) Kabupaten/Kota dimana Kota Sukabumi pada tahun 2009 tidak mendapatkan alokasi APBN Tugas pembantuan. Alokasi dana APBN Tuban pada tahun 2008 diluar yang dialokasikan untuk OPD Provinsi, ternyata jumlah terbesar berada di Kabupaten Garut yang mencapai Rp. 48,388 Milyar, kemudian Kabupaten Sukabumi yang mencapai Rp. 43,573 Milyar sedangkan alokasi terkecil APBN yang diterima Kabupaten berada di Kota Sukabumi yakni sebesar Rp. 745 juta. sama dengan tahun sebelumnya, pada tahun 2009 alokasi dana APBN Tuban terbesar berada di kabupaten Garut dan Kabupatern Sukabumi yaitu masing-masing sebesar Rp. 113, 468 Milyar untuk Kab. Garut dan Rp. 96,449 Milyar untuk Kabupaten Sukabumi. 5.3.2. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Pinjaman Luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Hibah Luar negeri adalah penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang diperoleh dari pemberi hibah luar negeri yang tidak perlu dibaryar kembali. Sumber PHLN Pemerintah meliputi Negara Asing, Lembaga Multilateral, Lembaga Keuangan dan Lembaga non Keuangan Asing. Jenis PHLN meliputi pinjaman lunak, Fasilitas Kredit Ekspor, Pinjaman Komersial dan pinjaman campuran. Sumber pendanaan pembangunan Non APBD yang masuk ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat selain APBN adalah PHLN yang pengelolaannya diserahkan dan dikelola sepenuhnya Badan/Lembaga Keuangan Non Pemerintah terkait di Provinsi dan Kab/Kota Di Jawa Barat. Adapun sumber pendanaan pembangunan PHLN di Jawa Barat pada tahun 2009 berdasarkan kategori DIPA yang masuk ke Jawa Barat dari Total Anggaran sebesar Rp. 23,969 Triliyun yaitu terdiri dari sebagaimana tabel berikut ini : Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 24

Tabel 5.17. Rekap DIPA Tahun 2009 Provinsi Jawa Barat Nomor Kategori DIPA Pagu (Rp.) 1 Kantor Pusat 7.823.027.742.000 2 Kantor Daerah 10.320.601.497.000 3 Dekonsentrasi 4.680.568.411.000 4 Tugas Pembantuan 1.144.988.218.000 Jumlah 23.969.185.868.000 Sumber : Kanwil XII Itjen Perbendaharaan Bandung Dari jumlah alokasi APBN yang masuk ke Jawa Barat sebesar Rp.23,969 Triliyun pada tahun 2009 yang bersumber dari PHLN adalah sebesar 771,282 Milyar dengan rincian berdasarkan Departemen sebagai berikut : Tabel 5.18. Alokasi Dana PHLN berdasarkan Kementrian Di Provinsi Jawa Barat No. Kementerian dan Lembaga Besar Anggaran (Rp.) 01 Dalam Negeri 51.517.775.000 02 Pertanian 22.919.580.000 03 Energi dan SDM 50.000.000.000 04 Perhubungan 139.070.000.000 05 Pendidikan Nasiopnal 58.938.329.000 06 Kesehatan 3.226.750.000 07 Kehutanan 26.305.330.000 08 Kelautan dan Perikanan 7.750263.000 09 Pekerjaan Umum 260.263.547.000 10 Badan Pertanahan Nasional 8.103.004.000 11 LIPI 20.000.000.000 12 Bakosurtanal 123.188.000.000 Jumlah : 771.282.578.000 Sumber : Kanwil XII Itjen Perbendaharaan Bandung Dari Tabel diatas dapat terlihat bahwa kementrian Pekerjaan Umum memperoleh alokasi pendanaan PHLN terbesar yaitu sebesar Rp. 260,264 Milyar apabila dibandingkan dengan alokasi kementrian lembaga lainnya. Sedangkan kementrian yang memperoleh alokasi pendanaan PHLN terkecil yaitu Departemen Kesehatan sebesar Rp. 3,227 Milyar 5.3.3. Kebijakan Non APBD Sesuai dengan amanah Undang-undang RI Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang RI Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 17 Tahun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 25

2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, Permendagri Nomor 65 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pembentukan Tim Koordinasi Penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 dan Permen PPN/Kepala Bappenas Nomor 05 Tahun 2006 tentang tata cara pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta penerusan pinjaman dan/atau hibah luar negeri, bahwa sumber pendanaan pembangunan lainnya yang masuk ke pemerintah provinsi Jawa Barat adalah Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN/PHLN), baik berupa dana dekonsentrasi yang pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada OPD provinsi maupun dana APBN tugas pembantuan, yang dikelola oleh OPD di kabupaten/kota maupun oleh OPD provinsi. Program dan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional. Perencanaan program & kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan harus memperhatikan aspek kewenangan, efisiensi, efektifitas, kemampuan keuangan negara, dan sinkronisasi antara rencana kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan dengan rencana kegiatan pembangunan daerah. Dengan demikian diharapkan melalui penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan serta pemanfaatan pinjaman/hibah luar negeri akan dapat meningkatkan pencapaian efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik dan pembangunan di daerah serta menciptakan keselarasan dan sinergi secara nasional, antara program/ kegiatan dekonsentrasi/tugas pembantuan dan PHLN dengan program/kegiatan yang bersumber dana dari APBD, sehingga keserasian dan kerjasama pembangunan antara daerah dan pusat dapat terwujud. Sedangkan Pada Skala Nasional Kebijakan Pembangunan yang bersumber dari APBN dan PHLN antara lain diprioritaskan antara lain bagi : 1. Perkuatan sistem distribusi nasional, terutama untuk memperlancar arus barang antar wilayah yang dapat meningkatkan ketersediaan bahan pokok di daerah perdesaan, tertinggal, terpencil, perbatasan, pulau-pulau kecil terluar dan pasca bencana. 2. Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar, sarana dan prasarana dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 V- 26