ANALISIS PENDAPATAN DAN CURAHAN KERJA RUMAHTANGGA PETANI WORTEL DI DESA SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR Oleh: RISTI DIANA PUTRI A14304079 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN RISTI DIANA PUTRI A14304079. Analisis Pendapatan dan Curahan Kerja Rumahtangga Petani Wortel di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Di bawah bimbingan SRI HARTOYO Pelaksanaan program pembangunan pertanian terkait dengan upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat terutama petani di perdesaan. Salah tujuan dari program pembangunan pertanian 2005-2009 adalah peningkatan kesejahteraan petani. Peningkatan kesejahteraan rumahtangga petani wortel dapat dilakukan dengan upaya peningkatan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja di perdesaan. Kesempatan kerja rumahtangga dapat dilihat dari curahan kerjanya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pendapatan dan curahan kerja rumahtangga petani wortel di desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur, serta menganalisis kontribusi usahatani wortel terhadap pendapatan total rumahtangga. Analisis data yang digunakan berupa analisis tabulasi deskriptif, analisis korelasi pearson, dan analisis ragam. Sumber pendapatan yang memberikan kontribusi terbesar baik pada golongan petani strata I (petani dengan luas lahan kurang dari 0, 25 ha) atau strata II (petani dengan luas lahan lebih dari sama dengan dari 0, 25 ha) berasal dari sektor pertanian yaitu dari usahatani wortel, usahatani non wortel, buruh tani, dan dari hasil menyewakan tanah. Besarnya pendapatan yang berasal dari sektor pertanian ini menunjukkan bahwa tanah masih merupakan sumber pendapatan terpenting di Desa Sukatani. Dari ke empat sumber pendapatan yang berasal dari sektor pertanian, ternyata usahatani wortel sebagai komoditas unggulan di Desa Sukatani memiliki kontribusi pendapatan yang terbesar bagi total pendapatan rumahtangga petani golongan strata I yaitu sebesar 39,4%. Lain halnya dengan petani golongan strata II, kontribusi pendapatan terbesar berasal dari usahatani non wortel sebesar 38,2 %. Selain kegiatan usahatani sumber pendapatan lain yang memberikan kontribusi yang besar pada petani strata I berasal dari kegiatan buruh pertanian, hal ini dikarenakan petani strata I atau petani kecil lebih memilih pekerjaan yang lebih mengandalkan aset tenaga. Jika dilihat berdasarkan status garapan ternyata sumber pendapatan dari petani lahan milik lebih beragam dibandingkan dengan petani lahan sewa. Pada lahan milik pendapatan tertinggi adalah pendapatan yang berasal dari usahatani wortel yaitu sebesar 42,9% sedangkan pada lahan sewa pendapatan tertinggi berasal dari usahatani non wortel yaitu sebesar 41,6 %. Berdasarkan analisis ragam dari pendapatan, ternyata luas lahan mempengaruhi pendapatan (terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan berdasarkan luas lahan), sedangkan status lahan tidak mempengaruhi pendapatan. Selain itu, tidak ada interaksi antara luas dan status lahan terhadap pendapatan. Curahan jam kerja pada rumahtangga petani strata I (petani kecil) pekerjaan sebagai buruh pertanian merupakan pekerjaan yang paling banyak menyerap waktu kerja, karena pekerjaan sebagai buruh pertanian merupakan pekerjaan yang hanya mengandalkan aset tenaga. Tenaga merupakan aset utama yang dimiliki petani kecil.
Persentase curahan kerja yang terbesar untuk petani strata I juga berasal dari buruh tani yaitu sebesar 35,2 %. Pada golongan petani strata II curahan kerja untuk kegiatan perdagangan memiliki persentase yang terbesar yaitu sebesar 46,5 %. Berdasarkan status garapan, curahan kerja pada petani dengan status garapan sewa lebih besar untuk sektor perdagangan yaitu sebesar 52,3% dan buruh pertanian sebesar 34,4%. Demikian halnya juga untuk petani lahan milik. Kegiatan berdagang sebesar 31, 2% dan buruh pertanian sebesar 28,4% juga lebih dipilih oleh petani karena Desa Sukatani merupakan daerah yang banyak menyediakan pekerjaan untuk kedua jenis pekerjaan tersebut. Total pencurahan jam kerja maupun tingkat pencurahan kerja pada rumahtangga petani strata I, lebih tinggi dibandingkan dengan petani strata II. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan yang diperoleh petani strata I menyebabkan jumlah anggota rumahtangga yang dilibatkan dalam mencari nafkah juga lebih besar. Bila dilihat tingkat pencurahan berdasarkan status lahan garapan, maka akan terlihat bahwa tingkat pencurahan kerja pada petani lahan milik lebih kecil dari pada petani dengan status garapan sewa, hal ini terkait juga dengan luas lahan garapan, pada petani dengan status lahan sewa sebagian besar merupakan dengan golongan strata satu (petani kecil), dengan luas lahan sempit. Sehingga untuk golongan petani dengan status garapan sewa, tingkat pencurahan kerjanya lebih besar daripada petani dengan status garapan milik. Curahan kerja antara status lahan dan luas lahan tidak berbeda nyata. Selain itu, tidak ada interaksi antara luas dan status lahan terhadap curahan kerja. Sebagian besar sumber pendapatan pada rumahtangga petani strata II memberikan pendapatan per jam kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani strata I. Hal ini disebabkan untuk pengukuran pendapatan per jam kerja tidak dilihat berdasarkan tenaga kerja saja tetapi juga modal dan tanah, dan untuk petani lahan luas modal dan tanah yang dimiliki lebih besar dibandingkan dengan petani strata I. Berdasarkan analisis korelasi pearson, jika dibandingkan antara pendapatan per jam kerja dengan curahan kerjanya, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan per jam kerja tidak mempengaruhi curahan kerjanya, atau dengan kata lain besarnya pendapatan per jam kerja pada tersebut tidak selalu akan mengakibatkan besarnya curahan jam kerja. Usahatani wortel memegang peranan yang sangat penting dalam menyumbang pendapatan rumahtangga. Sumber Pendapatan yang dimiliki oleh petani strata I ternyata lebih beragam dibandingkan petani strata II. Sumber pendapatan yang beragam itu berasal dari sektor non pertanian. Tingkat pencurahan kerja ataupun total pencurahan kerja dari petani strata I lebih tinggi daripada petani strata II. Desa Sukatani diharapkan dapat membangun industri skala rumahtangga yang menggunakan bahan baku dari wortel, di samping itu, untuk meningkatkan pendapatan total rumahtangga dapat dilakukan dengan meningkatkan pendapatan per jam kerja. Oleh karena itu, diperlukan bantuan modal melalui lembaga perkreditan di pedesaan atau koperasi yang ditujukan untuk petani terutama kepada kelompok petani yang berpendapatan rendah dengan persyaratan yang ringan. Selain itu, perlu lebih sering dilaksanakan penyuluhan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dari para petani ataupun untuk anggota rumahtangga lainnya.
ANALISIS PENDAPATAN DAN CURAHAN KERJA RUMAHTANGGA PETANI WORTEL DI DESA SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR Oleh: RISTI DIANA PUTRI A14304079 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Skripsi : Analisis Pendapatan dan Curahan Kerja Rumahtangga Petani Wortel di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Nama : Risti Diana Putri NRP : A14304079 Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS NIP. 131 124 021 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019 Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS PENDAPATAN DAN CURAHAN KERJA RUMAHTANGGA PETANI WORTEL DI DESA SUKATANI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Agustus 2008 Risti Diana Putri A14304079
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Risti Diana Putri, dilahirkan pada 13 Januari 1986 di Bogor sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Subiyantoro dan Tenny Supartini. Penulis dibesarkan di Bogor pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Bina Insani Bogor. Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Bogor dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMUN 5 Bogor pada tahun 2004. Selama menempuh pendidikan menengah pertama dan menengah atas, penulis aktif di berbagai organisasi, seperti Pramuka dan DKM. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada program studi Ekonomi Pertanian Sumberdaya (EPS), Fakultas Pertanian. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif diberbagai organisasi kemahasiswaan seperti UKM Koperasi Mahasiswa (KOPMA) tahun 2005-2007, Pers Kampus Gema Almamater dari tahun 2005-2006, dan menjadi staf departemen minat dan bakat (MBP) himpro Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian (MISETA) pada tahun 2007/2008, serta aktif dalam beberapa kegiatan kepanitian. Penulis berkesempatan mendapatkan beasiswa dari Bank Rakyat Indonesia pada tahun 2007.
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta alam, atas anugrah, berkah dan kasih sayang-nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi penelitian dengan judul Analisis Pendapatan dan Curahan Kerja Rumahtangga Petani Wortel di Desa Sukatani Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis tingkat pendapatan dan Curahan kerja petani wortel di Desa Sukatani. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis senantiasa menerima setiap saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang peduli kepada petani-petani di Indonesia pada umumnya. Bogor, Agustus 2008 Risti Diana Putri
UCAPAN TERIMAKASIH Segala Puji Bagi Allah Tuhan semesta alam atas kasih dan sayang-nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Ayah dan Ibu tercinta, serta Adik-adikku tersayang atas doa kasih sayang dan dukungannya selama ini. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada : 1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan perhatian. Terima kasih atas semua masukan, arahan, dan bimbingannya. 2. Dr. Ir. Harianto, MS sebagai dosen penguji utama dan Bapak Faroby Falatehan SP. ME sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan saran, masukan dan erbaikannya dalam ujian sidang dan perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Yayah K. Wagiono, MEc selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan perhatiannya terhadap penulis selama proses perkuliahan. 4. Pihak-pihak yang telah membantu dalam pengambilan data, diantaranya Pa Tony Kepala cabang pertanian Kecamtan Pacet, Pa Asep selaku Koordinator PPL kecamatan Pacet, Pak Alan STA Cigombong, Staf Dinas pertanian Kabupaten Cianjur, Bapak Deddy Ketua BPD Desa Sukatani, dan para staf di Kantor Desa Sukatani dan Kantor Kecamatan Pacet yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian, seluruh petani Desa Sukatani, Keluarga Bu Tita dan Bu Nina, dan semua pihak yang telah berbaik hati memberikan bantuan. 5. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Siti Ruhmayati terimakasih untuk segala perhatian, dukungan, semangat, dan kasih sayangnya dalam suka duka selama ini, juga Krustin Halyani atas kebersamaannya dan dukungan semangatnya. 6. Ade, Mayang, Owin, Evie, Tita, Ella, Deasy (untuk semua perjuangan, pengorbanan, dan dukungannya, anugerah terindah punya sahabat seperti kalian, terimakasih atas segala kebaikannya selama ini) Nana, Deli, Toto, Zae, Kevin, Pipih, Yudi, Fitri, Rolas, Mail, Galih, Ricky, Pampam, Jimmy, Devi, Cita, Agiz, Sari, Anti, Lenny, Rahma, Erna, Wulan, Pipit, Zackya, Vina, Nisa, Emil, Cian,
Uchi, Irna, Ida, Wida, serta semua teman di EPS 41 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas semua perhatian, pengertian, dan kasih sayangnya. Kalian telah memberikan kenangan yang sangat indah dan pengalaman yang tidak akan terlupakan. 7. Staf Departemen EPS (ESL), mba Pini yang selalu memberikan bantuan, semangat, dan dukungan, mba Santi dan mba Sofi atas semua bantuannya, serta seluruh staf departemen ESL dan FEM. 8. Eri beserta keluarga, yang telah memberikan kasih sayang, bantuan, juga dukungan, pada saat penelitian. Doddy yang telah berbaik hati meluangkan waktu, terimakasih atas segala bantuan, dan ilmu yang telah diberikan. 9. Mas fotocopy prima yang telah sabar melayani dan memberikan bantuan, juga semangat untuk semua anak-anak EPS 41 selama ini. 10. Untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, seluruh amal baik dan jasa kalian akan selalu tercatat di sisi Allah SWT.
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ii iv v I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 8 1.4 Kegunaan Penelitian... 8 1.5 Ruang lingkup Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA... 10 2.1 Teori Rumahtangga... 10 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 11 III. KERANGKA PEMIKIRAN... 16 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 16 3.1.1 Analisis Pendapatan Usahatani... 16 3.1.2 Teori Kontribusi Pendapatan Rumahtangga... 18 3.1.3 Curahan Kerja... 20 3.1.4 Perubahan tingkat upah... 22 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 23 IV. METODE PENELITIAN... 27 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 27 4.2 Jenis dan Sumber Data... 27 4.3 Teknik Pengambilan Sampel... 28 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 28 4.4.1 Analisis Pendapatan Usahatani... 29 4.4.2 Analisis Pendapatan... 30 4.4.3 Analisis Kontribusi Pendapatan... 30 4.4.4 Analisis Curahan Kerja... 31 4.4.5 Analisis Tingkat Pencurahan Kerja... 31 4.4.6 Analisis Pendapatan Per Jam Kerja... 32 4.4.7 Analisis Korelasi Pearson... 33 4.5. Definisi Operasional... 35
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN... 37 5.1 Lokasi dan Keadaan Alam... 37 5.2 Keadaan Penduduk... 39 5.3 Tingkat Pendidikan Penduduk... 39 5.4 Karakteristik Petani Responden... 41 5.4.1 Luas dan Status Pengelolaan Lahan... 43 5.4.2 Umur Petani Responden... 44 5.4.3 Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Petani Responden... 45 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 48 6.1 Analisis Pendapatan Rumahtangga Petani Wortel... 48 6.2 Analisis Curahan kerja Rumahtangga Petani Wortel... 56 6.3 Tingkat Pencurahan Kerja... 62 6.4. Pendapatan Per jam Kerja... 64 6.5. Hubungan Pendapatan Per Jam Kerja dengan Curahan Kerja... 68 VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 69 7.1 Kesimpulan... 69 7.2 Saran... 70 DAFTAR PUSTAKA... 71 LAMPIRAN... 75
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Konsumsi Wortel Perkapita di Indonesia Tahun 2003-2006... 3 2. Keadaan Luas Tanam Tanaman Wortel di Kecamatan Pacet Tahun 2007... 5 3. Penggunaan Lahan Desa Sukatani Tahun 2006... 38 4. Jumlah Penduduk Desa Sukatani Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2006... 40 5. JumlahPenduduk Desa Sukatani Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2006... 41 6. Struktur Luas Lahan Garapan Petani Responden Desa Sukatani Tahun 2008... 43 7. Status Lahan Garapan Petani Responden Desa Sukatani Tahun 2008... 43 8. Komposisi umur petani responden Desa Sukatani tahun 2008... 44 9. Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Responden di Desa Sukatani Tahun 2008... 45 10. Tingkat Pendidikan Formal Petani Responden di Desa Sukatani Tahun 2008... 46 11. Tingkat Pengalaman Petani Responden di Desa Sukatani Tahun 2008... 47 12. Sumber Pendapatan Rumahtangga Petani Wortel di Desa Sukatani Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Berdasarkan Luas Garapan Tahun 2008... 48 13. Sumber Pendapatan Rumahtangga Petani Wortel di Desa Sukatani Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Berdasarkan Status Garapan Tahun 2008... 54 14. Curahan Kerja Rumahtangga Petani Wortel di Desa Sukatani Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Berdasarkan Luas Garapan Tahun 2008... 57 15. Curahan Kerja Rumahtangga Petani Wortel di Desa Sukatani Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Berdasarkan Status Garapan Tahun 2008... 61
16. Tingkat Pencurahan kerja Rumahtangga Petani Wortel di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Berdasarkan Luas Garapan dan Status Garapan Tahun 2008... 63 17. Pendapatan Per Jam Kerja Rumahtangga Petani Wortel di Desa Sukatani, Kecamtan Pacet, Kabupaten Cianjur Berdasarkan Luas Garapan dan Status Garapan Tahun 2008... 65 18. Hubungan Antara Pendapatan Per Jam Kerja dengan Curahan kerja Rumahtangga Petani Wortel di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 68
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kurva Hubungan Antara Tingkat Upah dengan Waktu... 23 2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional... 26
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Pendapatan Rumahtangga Petani Wortel Pada Golongan Petani Strata I ( < 0,25) di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 76 2. Pendapatan Rumahtangga Petani Wortel Pada Golongan Petani Strata II ( 0,25) di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 77 3. Pendapatan Rumahtangga Petani Wortel Berdasarkan Status Garapan Sewa di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 78 4. Pendapatan Rumahtangga Petani Wortel Berdasarkan Status Garapan Milik di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 79 5. Curahan Kerja Rumahtangga Petani Wortel Strata I (< 0,25 ha) di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 80 6. Curahan Kerja Rumahtangga Petani Wortel Strata II ( 0,25 ha) di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 81 7. Curahan Kerja Rumahtangga Petani Wortel Berdasarkan Status Garapan Sewa di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 82 8. Curahan Kerja Rumahtangga Petani Wortel Berdasarkan Status Garapan Milik di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 83 9. Pendapatan Non Usahatani Rumahtangga Petani Wortel Strata I (< 0,25 ha) di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 84 10. Pendapatan Non Usahatani Rumahtangga Petani Wortel Strata II ( 0,25 ha) di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 85 11. Curahan Kerja Non Usahatani Rumahtangga Petani Wortel Strata I (< 0,25 ha) di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 86
12. Curahan Kerja Non Usahatani Rumahtangga Petani Wortel Strata II ( 0,25 ha) di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 87 13. Pendapatan Non Usahatani Rumahtangga Petani Wortel Berdasarkan Status Garapan Sewa di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 88 14. Pendapatan Non Usahatani Rumahtangga Petani Wortel Berdasarkan Status Garapan Milik di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 89 15. Curahan Kerja Rumahtangga Petani Wortel Berdasarkan Status Garapan Sewa di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 90 16. Curahan Kerja Rumahtangga Petani Wortel Berdasarkan Status Garapan Milik di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 91 17. Pendapatan Per Jam Kerja Rumahtangga Petani Wortel Bedasarkan Luas Garapan di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 92 18. Pendapatan Per Jam Kerja Rumahtangga Petani Wortel Berdasarkan Status Garapan di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 92 19. Analisis Ragam Pendapatan Rumahtangga Petani Wortel di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 93 20. Analisis Ragam Curahan Kerja Rumahtangga Petani Wortel di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tahun 2008... 94 21. Analisis Korelasi Pearson... 94
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor ini memiliki beberapa peran penting yaitu sebagai penyedia kebutuhan pangan masyarakat, berperan dalam pembentukan Pendapatan Domestik Bruto (PDB), menyerap tenaga kerja di perdesaan, berperan dalam menghasilkan devisa dan penghematan devisa, dan berfungsi dalam pengendalian inflasi. Sektor pertanian secara tidak langsung berperan dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan sektor ekonomi lainnya. 1 Dengan demikian Sektor pertanian memegang peran yang sangat penting dalam perekonomian secara keseluruhan, karena mempunyai keterkaitan yang luas dengan sektor ekonomi lainnya. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2007, sektor pertanian mampu menyumbang 14,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan menyerap 44,5 persen tenaga kerja. 2 Berdasarkan data BPS, apabila dilihat dari tahun 2002 sampai 2007, persentase tenaga kerja pertanian terhadap jumlah angkatan kerja nasional relatif tidak berubah, yaitu sekitar 44 persen. Hal tersebut menunjukkan besarnya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dan menjadi penopang perekonomian di perdesaan. 1 http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/soca-supriyati-sumedi(11).doc, artikel Dinamika Ketenagakerjaan dan Penyerapan Tenaga Kerja di Pedesaan Jawa, 2004, oleh Supriyati, Saptana, dan Sumedi diakses tanggal 29 Mei 2008. 2 www.bps.go.id. Statistic indonesia. 2007. diakses tanggal 5 juli 2008.
Pentingnya sektor pertanian sebagai bagian dari perekonomian secara nasional mengakibatkan perlunya pelaksanaan pembangunan pertanian untuk mendukung pembangunan nasional. Hermanto (1986) menyatakan pembangunan pertanian termasuk di dalamya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan adalah perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan yang lebih baik yang mencangkup kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksaaan, penilaian, serta kegiatan pengendalian, sehingga dalam hubungan ini pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan produktivitas, meningkatkan taraf hidup, dan meningkatkan kesempatan kerja. Hal tersebut juga sesuai dengan sasaran dari pembangunan pertanian. Terdapat beberapa hal yang menjadi tujuan pembangunan pertanian tahun 2005-2009 yaitu menumbuhkembangkan usaha pertanian di pedesaan yang akan memacu aktivitas ekonomi di pedesaan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama petani. Dengan demikian, untuk pencapaian pembangunan pertanian yang akhinya dapat mendukung pembangunan nasional dapat dimulai dari tingkat petani di pedesaan. Upaya peningkatan kesejahteraan bagi petani di perdesaan tidak bisa dipisahkan dari rumahtangganya. Rumahtangga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, jika ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka harus dimulai dari tingkat rumahtangganya. Demikian halnya untuk peningkatan kesejahteraan petani dapat dimulai dari tingkat rumahtangga petani, karena pada umumnya masalah kemiskinan lebih merupakan masalah rumahtangga daripada masalah individu.
Rumahtangga petani tidak terlepas dari kegiatan usahatani yang dilakukannya. Di Indonesia, sekitar 34,01 persen dari rumahtangga pertanian merupakan rumahtangga petani hortikultura (BPS, 2004). Diantara rumahtangga petani tersebut adalah rumahtangga petani sayuran. Komoditas sayuran menjadi pilihan rumahtangga petani karena kondisi biofisik dan sosial ekonomi yang mendukung pengembangan komoditas sayuran (Fariyanti, 2008). Sayuran merupakan komoditas hortikultura yang memiliki kedudukan yang cukup penting dalam proses pembangunan nasional di sektor pertanian. Sementara itu di tingkat rumahtangga petani, sayuran merupakan salah satu sumber pendapatan rumahtangga yang penting di pedesaan. Bahkan sebagian besar rumahtangga pedesaan telah menjadikan tanaman sayuran sebagai tanaman utama yang berperan dalam menghasilkan pendapatan bagi rumahtangga. Salah satu jenis komoditas sayuran yang banyak diusahakan oleh rumahtangga petani adalah sayuran wortel. Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang termasuk ke dalam komoditi unggulan. Sayuran wortel memiliki keunggulan dibandingkan dengan tanaman lainnya karena mudah dibudidayakan dan dapat ditanam sepanjang tahun, baik pada musim kemarau ataupun musim penghujan. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Wortel Perkapita di Indonesia Tahun 2003-2006 Tahun Konsumsi (kg/th) 2003 0,62 2004 0,73 2005 0,83 2006 0,94 Sumber : Data Susenas Departemen Pertanian 2006
Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa konsumsi wortel per kapita di Indonesia cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap gizi dan kesehatan (Pasaribu, 2007). Meningkatnya konsumsi yang berdampak pada peningkatan permintaan terhadap wortel merupakan faktor yang pendukung bagi perkembangan usahatani wortel di Indonesia. Kondisi ini akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan rumahtangga pendapatan petani wortel, karena wortel menjadi sayuran yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu, peningkatan konsumsi terhadap wortel akan menjadi insentif bagi petani untuk mengusahakan wortel, sehingga dapat membantu petani dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja khususnya di pedesaan yang mengusahakan wortel. Pada umumnya rumahtangga petani tinggal dan menetap di perdesaan dengan mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Salah satu Desa yang terkenal dengan pertaniannya adalah Desa Sukatani kecamatan Pacet yang terletak di Kabupaten Cianjur. Desa ini merupakan desa penghasil komoditas utama hortikultura khususnya sayuran, dan merupakan salah sentra produksi sayuran terutama wortel. Pada Tabel 2 terlihat bahwa Desa Sukatani merupakan desa yang memiliki luas tanam untuk sayuran wortel yang terbesar dibandingkan dengan desadesa yang lain di Kecamatan Pacet, sebagai desa yang merupakan sentra produksi sayuran terutama wortel, maka seluruh petani di desa ini merupakan petani wortel.
Tabel 2. Keadaan Luas Tanam Tanaman Wortel di Kecamatan Pacet Tahun 2007 Desa Rata-rata Luas Tanam (Ha) Sukatani 115,0 Ciherang 88,4 Cipendawa 65,2 Ciputri 76,8 Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Pacet 2008 1.2 Perumusan Masalah Desa Sukatani Kecamatan Pacet merupakan salah satu desa sentra produksi sayuran terutama wortel. Kegiatan usahatani sayuran di Desa Sukatani memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Luasnya areal pertanian untuk ditanami sayuran terutama wortel yang ditunjang dengan keadaan cuaca dan tanah yang cocok untuk syarat tumbuh tanaman sayuran, menyebabkan aneka sayuran khususnya wortel yang ditanam di daerah ini memiliki kualitas yang baik. Hal ini menjadikan wortel sebagai komoditas unggulan diantara berbagai jenis sayur lain. Adapun beberapa jenis sayuran lain seperti bawang daun, brokoli, lobak, dan lainnya banyak dihasilkan juga di desa ini. Keadaan Desa Sukatani yang cocok untuk tanaman sayuran terutama wortel, mengakibatkan seluruh petani di desa ini mengusahakan wortel dalam kegiatan usahataninya. Pada umumnya penguasaan faktor produksi yang tidak merata terjadi pada petani di perdesaan. Demikian halnya untuk Desa Sukatani, sebagian besar rumahtangga petani wortel di Desa Sukatani merupakan rumahtangga yang memiliki lahan garapan sempit, bahkan tidak memiliki lahan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya petani tidak dapat mengandalkan pendapatan dari usahataninya saja dan akan melakukan penganekaragaman usaha
rumahtangga untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Usaha rumahtangga yang dilakukan oleh petani pada umumnya akan berbeda-beda dari setiap petani. Jenis usaha rumahtangga terkait dengan keadaan penguasaan faktor produksi yang berbeda seperti lahan dan modal yang berbeda. Biasanya petani akan melakukan usaha rumahtangga yang sesuai dengan aset yang dimilikinya. Penganekaragaman usaha rumahtangga tersebut didukung juga oleh kenyataan bahwa sebagai rumahtangga petani wortel yang mengusahakan sayuran, seringkali kegiatan usahatani tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan rumahtangga. Hal tersebut terkait dengan produksi dari usahatani sayuran yang memiliki resiko dan ketidakpastian yang menyebabkan pendapatan petani tidak tetap atau berfluktuasi. Pada masa tertentu, produksi yang dihasilkan dari usahatani sayuran terkadang tidak sesuai dengan harapan para petani seperti gagal panen atau produksi yang menurun, hal tersebut dapat terjadi karena kondisi lingkungan dan alam yang tidak mendukung. Selain itu kegiatan usahatani juga memiliki waktu sibuk dan waktu senggang. Waktu senggang yang dimiliki tersebut menyebabkan rumahtangga petani mencurahkan waktunya untuk bekerja di luar usahatani untuk mendapatkan tambahan pendapatan. Berdasarkan keadaan tersebut, dapat terlihat bahwa peningkatan kesejahteraan petani wortel tidak akan tercapai apabila petani wortel hanya mengandalkan kegiatan usahataninya. Para petani wortel tersebut akan bekerja dan mencari sumber pendapatan lain yang berasal dari kegiatan di luar usahatani maupun kegiatan di luar sektor pertanian. Oleh karena itu, berbagai sumber pendapatan serta kesempatan kerja yang potensial di Desa Sukatani baik yang berasal dari sektor pertanian dan sektor non pertanian perlu lebih dikembangkan.
Peningkatan kesejahteraan rumahtangga petani wortel dapat dilakukan dengan upaya peningkatan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja di perdesaan. Untuk itu diperlukan gambaran yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari Desa Sukatani. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat tingkat pendapatan dan kesempatan kerja dari rumahtangga petani. Menurut Sudarijati (1993) kesempatan kerja rumahtangga dapat dilihat dari curahan kerjanya. Analisis pendapatan dan curahan kerja dari rumahtangga petani wortel diharapkan dapat memberikan masukan bagi peningkatan pendapatan petani dan perluasan kesempatan kerja sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat. Selain itu, usahatani sayuran terutama wortel sebagai komoditas yang diusahakan oleh seluruh rumahtangga petani di Desa Sukatani adalah penting untuk dianalisis untuk mengetahui seberapa besar peran usahatani wortel dalam menyumbang pendapatan rumahtangga petani. Sehingga bagi rumahtangga petani wortel, diharapkan dapat memberikan gambaran untuk peningkatan pendapatan rumahtangga dengan mengandalkan potensi dan komoditi unggulan di desa. Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pendapatan dan curahan kerja rumahtangga petani wortel? dan seberapa besar kontribusi usahatani wortel terhadap pendapatan total rumahtangga?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. menganalisis pendapatan dan curahan kerja rumahtangga petani wortel di Desa Sukatani, 2. menganalisis kontribusi usahatani wortel terhadap pendapatan total rumahtangga. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak. Kegunaan penelitian adalah sebagai berikut di bawah ini 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal yang berkaitan dengan usahatani sayuran terutama wortel, serta mengenai pendapatan dan curahan kerja di perdesaan khususnya dalam ruang lingkup rumahtangga petani. 2. Bagi pembaca, merupakan sumber informasi dan bahan untuk penelitian lanjutan yang berhubungan pendapatan atau mengenai usahatani sayuran dan gambaran curahan kerja rumahtangga petani. 3. Bagi pemerintah daerah sebagai bahan informasi dan masukan yang bermanfaat, khsusnya dalam penerapan kebijakan yang terkait dengan peningkatan pendapatan, kesejahteraan petani dan kesempatan kerja di perdesaan, sehingga dapat mendukung program pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. 4. Bagi para petani, hal ini merupakan sumber informasi sehingga petani mengetahui seberapa besar kontribusi usahatani sayuran terhadap pendapatan total
rumahtangga, serta mengetahui besanya peranan masing-masing usaha dari sektor pertanian dan sektor non pertanian terhadap pendapatan petani. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian mengenai analisis pendapatan dan curahan kerja ini dibatasi pada karakteristik dan kondisi sosial ekonomi pada wilayah Desa Sukatani Kecamatan Pacet yang terletak di Kabupaten Cianjur. Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah petani wortel melakukan kegiatan usahatani sayuran baik secara monokultur maupun tumpangsari dalam satu tahun terakhir. Komoditi yang dianalisis sebagai sumber pendapatan petani adalah wortel dan tanaman sayuran lainnya. Penelitian ini menganalisis pendapatan dan curahan kerja rumahtangga petani wortel yang terdiri atas kegiatan usahatani, kegiatan non usahatani, dan kegiatan non pertanian. Keterbatasan penelitian ini adalah tidak membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dan curahan kerja rumahtangga petani wortel.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Rumahtangga Rumahtangga merupakan sebuah keluarga yang merupakan satu unit pengambil keputusan kerja menyusun strategi untuk dapat memaksimumkan tingkat kepuasan keluarga secara keseluruhan Kesempatan yang terbuka tercermin dalam bentuk tersedianya lowongan kerja, kesempatan pendidikan, dan latihan. Keterbatasan dalam kesempatan kerja dapat berbentuk penghasilan keluarga yang kecil sehingga makin banyak anggota keluarga yang harus ikut bekerja agar dapat meningkatkan pendapatan keluarganya. Rumahtangga sebagai unit pengambil keputusan mempunyai peranan penting dalam mengalokasikan waktu untuk kegiatan ekonomi dan non ekonomi. Alokasi waktu rumahtangga terhadap suatu pekerjaan akan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Becker (1976) mengungkapkan rumahtangga dapat dianggap sebagai produsen sekaligus sebagai konsumen. Sebagai produsen, sumberdaya yang dimiliki oleh rumahtangga adalah waktu untuk bekerja, sedangkan sebagai konsumen, dalam mengkonsumsi memperoleh kepuasan bukan hanya dari barang dan jasa yang diperoleh tetapi juga dari komoditi yang dihasilkan rumahtangga. Rumahtangga sebagai unit pengambil keputusan memiliki peranan penting dalam mengalokasikan waktu untuk kegiatan ekonomi dan kegiatan non ekonomi. Curahan waktu kerja merupakan jumlah jam kerja yang dicurahkan untuk berbagai kegiatan. Dalam waktu 24 jam per hari rumahtangga akan mempergunakannya untuk
kegiatan kegiatan seperti mencari nafkah, tidur, santai, dan kegiatan rumahtangga lainnya. Setiap rumahtangga pengalokasian waktunya berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Hal ini menyebabkan tingkat curahan tenaga kerja dan tingkat pendapatan setiap rumahtangga berbeda-beda. Mangkuprawira (1985) mengungkapkan bahwa fungsi kepuasan rumahtangga adalah suatu fungsi barang yang abstrak. Fungsi kepuasan rumahtangga tersebut dihasilkan dari suatu kombinasi barang dan atau jasa yang dapat dibeli di pasar (X), waktu (T), dan kekayaan rumahtangga (V) Z = Z (X, T, V) 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu mengenai pendapatan dan curahan kerja rumahtangga petani bawang merah telah dilakukan oleh Julekha (2006). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa Petani pemilik lahan banyak mencurahkan waktu kerjanya di luar usahatani, hal ini dilakukan karena pendapatan dalam usahatani tidak mencukupi kebutuhan mereka. Pendapatan rumahtangga petani pemilik lahan dalam usahatani lebih besar daripada pendapatan luar usahatani, sebaliknya petani penggarap mendapatkan pendapatan dari luarusahatni lebih besar daripada dari dalam usahatani. Keputusan untuk mencurahkan waktu untuk bekerja dalam usahatani terkait dengan pendapatan dalam usahatani dan keputusan mencurahkan waktu untuk bekerja di luar usahatani terkait dengan pendapatan luar usahatani.
Penelitian selanjutnya mengenai pendapatan dan curahan kerja pernah dilakukan oleh Sabainingrum (1998) yaitu curahan kerja dan pendapatan masyarakat pada objek wisata Salak Pondoh Desa Bangunkerto. Hasil dari penelitian tersebut adalah curahan kerja yang dilakukan oleh petani lebih rendah dibandingkan dengan pekerja sektor formal dan informal, namun pendapatan yang diperolehnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedua sektor lain tersebut. Curahan kerja petani dipengaruhi secara nyata oleh jumlah angkatan kerja keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman kerja dan status pekerjaan. Curahan pekerja di sektor formal dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur, jumlah angkatan kerja keluarga, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan luar dan pengalaman kerja sedangkan pendapatan tidak dipengaruhi secara nyata oleh variabel penjelas Untuk curahan kerja di sektor informal dipengaruhi secara nyata oleh umur, Jumlah tanggungan keluarga, pendapatan luar dan pengalaman kerja, sedangkan pendapatan pekerja di sektor informal dipengaruhi secara nyata oleh modal awal. Rozany et al (1978) pernah meneliti tentang pencurahan tenaga kerja rumahtangga di perdesaan DAS Cimanuk Jawa Barat. Hasil dari penelitian tersebut adalah sebagian besar (61,3 %) rumahtangga di perdesaan memperoleh pendapatan dari usahatani sebagai sumber pendapatan utama dan 17,2 persen dari berburuh tani. Berburuh tani merupakan sumber pendapatan terbesar kedua (33,9 %). Jika dikelompokkan menurut luas tanah garapan, maka sumber pendapatan utama adalah berburuh tani (36,4 %) bagi penggarap tanah sempit, usahatani padi (51,5 %) bagi penggarap tanah sedang, dan juga usahatani (56,5 %) bagi penggarap tanah luas.
Demikian juga jika dikelompokkan menurut tingkat kemiskinan. Pekerjaan utama menurut pendapatan bagi kelompk paling miskin, miskin,dan tidak miskin, masingmasing adalah berburuh tani (34,5 %), usahatani padi (29,5 %) dan usahatani padi (51,6 %). Pencurahan kerja yang besar tanpa diikuti pendapatan per jam kerja yang tinggi, tidak memberikan pendapatan yang banyak. Rumahtangga yang mencurahkan jam kerja 87,3 persen dengan pendapatan per jam kerja sebesar Rp 20,36 termasuk kriteria paling miskin. Pencurahan jam kerja 65,5 persen dengan pendapatan per jam kerja Rp 57, 32 tergolong rumahtangga miskin. Sedangkan pencurahan jam kerja 74,3 persen dengan pendapatan per jam kerja Rp 145,19 tergolong rumahtangga tidak miskin.dalam usaha memenuhi kebutuhan, makin sempit tanah yang digarap pencurahan jam kerja semakin tinggi. Penggarapan tanah sempit pencurahan jam kerja 94,0 persen, penggarapan tanah sedang pencurahan jam kerja 76,1 persen dan penggarapan tanah luas pencurahan jam kerja 51,9 persen. Penelitian mengenai analisis Tingkat pencurahan kerja rumahtangga di perdesaan telah dilakukan oleh Tahlim et al (1982) yang menyatakan bahwa sumber pendapatan yang dipunyai rumahtangga petani kecil ternyata lebih beragam dibandingkan petani yang lesih besar. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka terpaksa bekerja dalam berbagai bidang pekerjaan, karena terbatasnya kesempatan kerja dalam sektor pertanian. Namun, walaupun jumlah macam pekerjaannya lebih banyak, ternyata mobilitas kerja kelompok petani kecil ke sektor non pertanian lebih terbatas, karena rendahnya pendidikan dan ketetrampilan yang dimiliki. Total
pencurahan kerja bagi rumahtangga petani kecil ternyata lebih besar dibandingkan kelompok lainnya. Demikian juga persentase pencurahan kerja tersebut dibanding dengan jumlah jam kerja potensial yang tersedia. Walaupun demikian, tingkat pendapatan kelompok tersebut ternyata lebih kecil dibanding kelompok lainnya, karena keterbatasan pemilikan aset selain tenaga, produktivitas kerja petani kecil menjadi lebih rendah. Penelitian mengenai curahan kerja rumahtangga perdesaan di Lampung juga pernah dilakukan oleh Nurmanaf (1989). Hasil dari penelitian tersebut adalah Sektor pertanian masih merupakan lapangan pekerjaan yang dominan bagi anggota rumahtangga perdesaan Lampung, terutama di desa-desa dengan potensi lahan sawah irigasi. Pertambahan angkatan kerja rumahtangga sebagian besar terserap oleh sektor pertanian, baik pada kegiatan usaha pertanian maupun pada kegiatan buruh pertanian. Buruh pertanian cenderung merupakan jenis kegiatan yang kurang menarik bagi para pekerja yang berpendididkan tingggi dan pemilikan lahan pertanian yang lebih luas. Bagi kelompok tersebut, pekerjaan di sektor pertanian lebih disenangi. Nurmanaf (1989) juga telah melakukan penelitian mengenai struktur dan distribusi pendapatan rumahtangga perdesaan di Lampung, dan hasilnya adalah sumber pendapataan ruma tangga di perdesaan propinsi Lampung ternyata lebih beragam di desa-desa dengan potensi lahan sawah daripada di desa-desa dengan potensi lahan kering. Usaha pertanian masih merupakan sumber pendapatan bagi sebagian besar rumahtangga yang pada umumnya merupakan sumber pendapatan utama. Peranan usaha ini semakin besar bagi rumahtangga di desa-desa yang tersedia
fasilitas irigasi. Sektor diluar pertanian berupa perdagangan dan buruh di luar pertanian lebih berperanan sebagai sumber pendapatan rumahtangga terutama di desa desa lahan kering, dalam arti kontribusinya terhadap pendapatan rumahtangga.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Analisis Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan usahatani bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu usahatani. Pendapatan didefinisikan sebagai keuntungan yang diperoleh petani, yang merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan selama periode usahatani. Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa pendapatan adalah balas jasa dari kerjasama faktor produksi, lahan, modal, tenaga kerja, dan jasa pengelola. Pendapatan usahatani digunakan petani untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, mempertahankan usahataninya bahkan memperluasnya. Analisis pendapatan usahatani, memerlukan dua informasi yang penting yaitu penerimaan total, dan pengeluaran total dalam periode waktu yang telah ditetapkan. Menurut Soekartawi et.al (1986) penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu. Produk usahatani tersebut bisa terdiri dari produk yang dijual, produk sampingan yang dijual, juga produk yang dikonsumsi keluarga yang berasal dari hasil kegiatan produksi usahatani. Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi peneriman tunai dan tidak tunai. Penerimaan tunai tidak mencangkup bentuk benda tapi merupakan penerimaan petani dalam bentuk tunai (cash), seperti hasil penjualan produk. Sedangkan penerimaan tidak tunai mmemperhitungkan penerimaan yang tidak berbentuk uang cash, seperti yang dikonsumsi oleh keluarga.
Biaya atau pengeluaran dalam usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan dan biaya total. Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usahatani yang dikeluarkan oleh petani itu sendiri. Sedangkan biaya total merupakan biaya tunai ditambah dengan biaya yang diperhitungkan. Adapun biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dibebankan kepada usahatani untuk penggunaan tenaga kerja keluarga, penyusutan alat alat pertanian, dan biaya imbangan dari sewa lahan. Biaya yang diperhitungkan ini tidak secara benar-benar dikeluarkan dalam bentuk tunai, tapi diperlukan untuk memperhitungkan berapa besar sumberdaya yang telah dikeluarkan untuk usahatani. Menurut Soeharjo dan Patong (1973), ukuran-ukuran pendapatan diantaranya adalah : a) Pendapatan kerja petani Pendapatan kerja petani diperoleh dengan menghitung semua penerimaan baik yang berasal dari penjualan, yang dikonsumsi keluarga maupun kenaikan inventaris. Penerimaan ini kemudian dikurangi dengan semua pengeluaran, baik yang tunai maupun yang diperhitungkan, termasuk bunga modal dan nilai kerja keluarga. Angka pendapatan kerja petani umumnya kecil, bisa negatif. b) Penghasilan kerja petani Penghasilan kerja petani diperoleh dari selisih antara total penerimaan usahatani dengan total pengeluaran usahatani, yang merupakan penghasilan usahatani. Setelah itu, penghasilan usahatani ini dikurangi dengan bunga modal.
c) Pendapatan kerja keluarga Pendapatan kerja keluarga merupakan balas jasa dari kerja dan pengelolaan petani dan anggota keluarga. Apabila usahatani dilaksanakan oleh petani dan keluarganya maka ukuran inilah yang terbaik untuk mengetahui keberhasilan kegiatan usahatani. Pendapatan kerja keluarga diperoleh dari menambah penghasilan kerja petani dengan nilai kerja keluarga. Dengan kata lain dalam pendapatan kerja keluaga, kerja yang berasal dari keluarga tidak dianggap sebagai pengeluaran d) Pendapatan keluarga Pendapatan keluarga diperoleh dengan menghitung pendapatan dari sumber lain yang diterima bersama keluarganya di samping kegiatan usahatani. Cara ini dipakai apabila petani tidak membedakan sumber-sumber pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 3.1.2 Teori Kontribusi Pendapatan dalam Rumahtangga Rumahtangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Orang yang tinggal di rumah tersebut disebut anggota rumahtangga. Sedangkan orang yang bertanggung jawab atau yang dianggap bertanggung jawab terhadap rumahtangga adalah kepala rumahtangga (Kusumawardhani, 2004) Pendapatan rumahtangga pertanian tidak hanya berasal dari usaha pertanian, tetapi juga dari usaha-usaha di luar sektor pertanian seperti perdagangan, industri pengolahan, pengangkutan dan lainnya. Pada sebagian rumahtangga pertanian, usaha pertanian masih merupakan usaha utama dan menjadi sumber pendapatan utama,
tetapi bagi sebagian rumahtangga pertanian lainnya, usaha non pertanian merupakan usaha yang utama. Rumahtangga di perdesaan memiliki berbagai macam mata pencaharian dalam rangka memenuhi kebutuhannya sekaligus untuk meningkatkan pendapatannya (Mubyarto, 1994). Pada umumnya pendapatan rumahtangga di perdesaan berasal lebih dari satu sumber pendapatan. Anggota rumahtangga bekerja pada berbagai kegiatan dalam rangka menambah pendapatan keluarga. Sumber Pendapatan itu dapat berasal dari sektor pertanian maupun dari luar sektor pertanian. Bagi masyarakat di perdesaan pendapatan dari kedua sektor tersebut merupakan sumber yang penting dalam menunjang perekonomian keluarga. Mubyarto (1994) menjelaskan berdasarkan jenisnya, sumber pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan utama dan pendapatan tambahan. Pendapatan utama adalah sumber penghasilan rumahtangga yang paling menunjang kehidupan rumahtangga atau yang memberikan penghasilan terbesar. Pada umumnya mata pencaharian utama memiliki alokasi waktu kerja yang terbesar jika dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Sedangkan pendapatan tambahan didefinisikan sebagai penghasilan yang diperoleh rumahtangga dengan mengusahakan kegiatan lain di luar pekerjaan utama (Triani, 2004). Berdasarkan sumber pendapatannya, maka dapat dikatakan bahwa pendapatan total rumahtangga bersumber dari pendapatan mata pencaharian utama ditambah dengan pendapatan dari mata pencaharian tambahan. Ragam sumber pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan itu sendiri. Tingkat pendapatan yang rendah, mengharuskan anggota
rumahtangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhannya. Bagi sebagian rumahtangga, upaya tersebut tidak hanya menambah curahan jam kerja dari kegiatan yang ada, tetapi juga melakukan kegiatan lain (Rasahan, 1989) Mubyarto (1994) menyatakan bahwa struktur pendapatan rumahtangga di perdesaan antara lain dipengaruhi oleh potensi desa. Pada potensi desa yang relatif sama, maka keragaman pendapatan rumahtangganya juga relatif sama, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya variasi pendapatan akibat keterampilan yang berbeda antar anggota rumahtangga. Selain itu, besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap tingkat pendapatan rumahtangga, tergantung dari sumberdaya atau potensi desa tersebut. Bagi sebagian besar masyarakat perdesaan yang memiliki tingkat kontribusi pendapatan yang rendah dari sektor pertanian akan berupaya untuk meningkatkan pendapatannya dari luar sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan diluar sektor pertanian tidak lagi dianggap sebagai kegiatan sampingan, karena memiliki peranan yang penting dalam pendapatan rumahtangga. Pendapatan di luar sektor pertanian telah menjadi komponen penting untuk diperhitungkan dalam menyumbang pendapatan rumahtangga. 3.1.3 Curahan kerja Curahan kerja diartikan sebagai jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh enggota rumahtangga petani pemilik lahan baik dalam usahatani meupun luar usahatani. Tiap anggota rumahtangga dalam mengalokasikan waktunya untuk berbagai kegiatan dipengaruhi oleh faktor-faktror dari dalam dan luar keluarganya. Faktor dari dalam keluarga meliputi usia, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman kerja, pengetahuan,
keterampilan, pendapatan kepala keluarga, lahan dan aset lainnya, serta jenis kelamin, sedngakan faktor dari luar keluarga meliputi tingkat upah, harga barang-barang, jenis pekerjaan serta struktur sosial Mangkuprawira (1985). Penelitian Sammy (1998) diketahui bahwa pola curahan kerja pada rumahtangga pengusaha tempe dan tahu akan semakin meningkat dengan semakin bertambahnya umur. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain umur penngusaha, jumlah angkatan kerja, biaya bahan baku, dummy jenis kelamin, penagalaman usaha, dan jumlah produksi. Secara teoritis, tiap anggota rumahtangga akan mencurahkan waktunya pada pekerjaan tertentu bila pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan tersebut cukup menarik baginya. Pada dasarnya pendapatan seseotrang tergantung pada jam kerja yang dicurahkan dan tingkat pendapatan per jam kerja yang diterima. Pendapatan yang diterima tersebut pada gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan keluarga (Agustina, 1994). Menurut Hart (1980) keputusan rumahtangga petani dalam mengalokasikan tenaga kerja merupakan suatu rangkaian interaksi antara dua faktor utama, yaitu : (1) faktor di dalam rumahtangga dan pribadi anggota rumahtangga, dan (2) faktor di luar rumahtangga. Selanjutnya Hart mengungkapkan bahwa di daerah pedesaan Jawa terdapat dua actor yang mempengaruhi alokasi tenaga kerja yaitu struktur menyeluruh dari kesempatan mencari nafkah dan distribusi pemilikan aset. Keputusan alokasi jam kerja yang dicurahkan dalam kegiatan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah penguasaan faktor produksi non tenaga, kesempatan kerja yang tersedia dan tingkat upah. Bagi rumahtangga yang