1.3 Tujuan Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek fisik maupun aspek sosial dan budaya. Pembangunan

Interpretasi dan Uji Ketelitian Interpretasi. Penggunaan Lahan vii

ANALISIS KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan aktifitas penduduk di suatu daerah membawa perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992

SKRIPSI. Diajukan oleh: Disusun oleh : Gani Ahmad Pratama NIM :E

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR. melimpahkan rahmat berserta karunian-nya, serta selawat beriring salam kepada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk mencapai

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

SKRIPSI. Disusun oleh: RENDI NIRM : E

BAB I PENDAHULUAN. listrik harus bisa men-supplay kebutuhan listrik rumah tangga maupun

13. Purwadhi Sri Hardiyanti ( 1994 ), Penelitian lingkungan geografis dalam inventarisasi penggunaan lahan dengan teknik penginderaan jauh di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PEMBUKAAN SARASEHAN FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT KABUPATEN SLEMAN TANGGAL: 5 JUNI 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan mengorganisasi informasi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Geografi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana kebakaran yang dapat terjadi setiap saat. yang terlambat ( tahun 2010)

ANALISIS KONDISI KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2. 1 Pembagian Profil Melintang Sungai Gambar 2. 2 Diagram Kerangka Pemikiran BAB III

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Seminar Nasional Pendayagunaan Informasi Geospatial Untuk Optimalisasi Otonomi Daerah 2013 ISBN:

TINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN I-1

Identifikasi Kawasan Rawan Kebakaran di Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan dengan Sistem Informasi Geografis

BAB II METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

BAB III METODE PENELITIAN

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencurian merupakan suatu tindakan kejahatan yang seringkali terjadi di masyarakat dengan target berupa bangunan, seperti rumah, kantor, atau tempat umum lainnya. Maraknya pencurian yang terjadi menimbulkan keresahan bagi warga masyarakat. Keresahan yang muncul di masyarakat bukan tanpa alasan, hal ini disebabkan oleh intensitas tindakan kejahatan pencurian yang begitu tinggi. Contohnya saja, kasus pencurian yang marak terjadi di Kelurahan Caturtunggal. Hal ini menjadi suatu fenomena yang harus di waspadai di lingkungan yang sedang dalam perubahan dan pertumbuhan Kota Yogyakarta, karena Kelurahan Caturtunggal langsung berbatasan dengan Wilayah Kota. Wilayah yang memiliki batas secara langsung dengan Kota maka masyarakat akan ikut terpengaruh baik dalam hal kondisi fisik lingkungan maupun kondisi sosial. Petugas Kepolisian Sektor Bulaksumur mengemukakan bahwa korban yang melaporkan atas kasus pencurian hampir semua adalah Mahasiswa yang tinggal di pondokan. Korban tidak mengetahui keadaan lingkungan akan potensi pencurian yang relatif tinggi di Kelurahan Caturtunggal karena bukan warga asli yang telah mengetahui akan kerawanan wilayahnya. Kurang pedulinya warga pondokan akan kondisi keamanan lingkungan menjadikan lingkungan tersebut dapat di masuki orang yang memiliki niat jahat untuk mencuri. Durkheim menyatakan bahwa kejahatan adalah suatu hal yang normal di dalam masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat tidak akan mungkin dapat terlepas dari tindak kejahatan karena kejahatan itu sendiri terus berkembang sesuai dengan kedinamisan masyarakat (Wolfgang, Savizt, & Johnson, 1970). Hal ini dapat dipahami bahwa kecenderungan yang dimiliki oleh manusia 1

untuk terus mencari sesuatu yang baru untuk memecahkan masalah yang terjadi sebelumnya, atau untuk mencegah suatu masalah itu dapat terjadi. Dalam menghadapi kejahatan, manusia meningkatkan suatu sistem pengamanan. Namun demikian, pelaku kejahatan juga akan terus belajar dan mengembangkan teknik dan berbagai modus yang dapat melumpuhkan sistem pengamanan yang ada. Kejahatan yang berkembang di masyarakat itu dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan dalam bentuk atau jenis kejahatan yang beragam, dan dilatarbelakangi oleh faktor-faktor yang memiliki keterkaitan dengan tempat, waktu dan jenis kejahatan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa pakar menunjukkan bahwa kejahatan dapat terjadi karena proses dan situasi tertentu sehingga mendorong orang untuk melakukannya (Sudiadi, 2001). Meskipun kesenjangan ekonomi menjadi hal utama yang mendorong orang untuk melakukan kejahatan, misalnya pencurian, aksi tersebut tidak akan dapat dilakukan ketika tidak pada waktu dan tempat yang memungkinkan, serta dengan modus kejahatan yang tepat (pendekatan situasional). Dalam pendekatan secara situasional hal yang harus dilakukan adalah mengenali wilayah yang menjadi target pencurian karena kondisi fisik dan situasi lingkungan sangat rentan terhadap pencurian. Citra satelit Quickbird merupakan salah satu produk penginderaan jauh yang memiliki potensi cukup besar dan dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk perolehan data, dimana menyajikan tampilan obyek obyek dengan jelas karena memiliki resolusi spasial yang tinggi. Pemanfaatan citra satelit ini akan memberikan keuntungan yang lebih jika dibandingkan dengan survei lapangan yang membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang lebih lama dan lebih mahal. Citra satelit Quickbird dapat memberikan informasi dan data yang menunjukkan kondisi fisik seperti kepadatan permukiman, jalan yang dapat digunakan sebagai bahan untuk akses keterjangkauan. Data spasial ini didukung dengan kegiatan survei lapangan untuk mengetahui karakteristik 2

bangunan dan kondisi lingkungan sehingga menjadi sebuah Peta kerawanan tindak pencurian ini kemudian dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan sistem informasi geografi (SIG), 1.2 Rumusan Masalah Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat pada suatu wilayah akan mengakibatkan peningkatan perkembangan pembangunan namun pembangunan tidak memperhatikan sisi keamanan dari ancaman pencurian. Kondisi fisik suatu permukiman, perhatian warga terhadap lingkungan dan kemudahan akses merupakan daya tarik bagi pelaku kejahatan pencurian merupakan suatu hal yang harus di waspadai agar tidak ada korban lagi. Pemilihan wilayah Kelurahan Caturtunggal yang termasuk salah satu Kelurahan dari 3 Kelurahan di Kecamatan Depok, Sleman. Wilayah tersebut mayoritas adalah warga pendatang yakni Mahasiswa sehingga sangat berpotensi sebagai korban karena tidak mengetahui kondisi lingkungan. Terkait dengan kebutuhan tempat tinggal yang menyebabkan banyaknya perubahan pemanfaatan lahan dari lahan pertanian ke lahan non-pertanian, hal ini dikaitkan dengan kebutuhan hidup yang selalu meningkat. Lahan terbangun akan semakin banyak maka perlu upaya untuk meningkatkan keamanan di tiap lingkungan guna meminimalisir kejadian pencurian yang mana kejadian tersebut muncul karena ada kesempatan dari kondisi lingkungan yang kurang memperhatikan keamanan. 3

Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu cara mudah untuk mengatasi masalah keamanan wilayah karena informasi yang diperoleh sangat detil, realtime dan up to date. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini : 1. Apakah teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dapat digunakan untuk mengetahui parameter parameter daerah rawan pencurian di Kelurahan Caturtunggal Kecamatan Depok, Sleman? 2. Bagaimanakah mendapatkan kategori keamanan wilayah yang rawan pencurian melalui sistem informasi geografi di Kelurahan Caturtunggal Kecamatan Depok, Sleman? Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas. Maka dilakukan penelitian yang berjudul : Pemanfaatan Citra Satelit dan Sistem Informasi Geografi untuk Pemetaan Daerah Rawan Pencurian di Kelurahan Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman Yogyakarta. 1.3 Tujuan Penelitian Kegiatan ini bertujuan untuk : 1. Mendapatkan parameter parameter wilayah rawan pencurian melalui citra penginnderaan jauh dan survei lapangan di Kelurahan Caturtunggal Kecamatan Depok, Sleman 2. Mengetahui agihan wilayah yang rawan terhadap tindak pencurian di Kelurahan Caturtunggal Kecamatan Depok, Sleman 4

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah Pemanfaatan data sistem informasi geografi dalam melakukan identifikasi informasi daerah rawan pencurian melalui interpretasi citra satelit. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi baru bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam usaha pengamanan lingkungan sekitar terhadap tindak pencurian, khususnya wilayah Kelurahan Caturtunggal Kecamatan Depok, Sleman. 2. Mengembangkan aplikasi teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dalam studi kekotaan, dalam hal ini adalah untuk analisis Pemetaan Daerah Rawan Pencurian Kelurahan Caturtunggal 5