BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi

1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kota merupakan obyek geografis yang sangat popular di semua kalangan masyarakat, sehingga menjadikan kota sebagai objek kajian yang menarik untuk dikaji baik itu bagi ilmuwan maupun non ilmuwan. Banyak sekali pakar yang mendefinisikan tentang kota, sehingga sangat beragam sekali batasan mengenai pengertian kota itu sendiri. Secara sistematis, Yunus (1982, dalam Yunus 2007) mengelompokan pengertian kota menjadi enam kelompok, salah satunya adalah pengertian kota dari segi morfologikal. Menurut Herbet (1972 dalam Yunus, 2007) tinjauan kota berdasarkan morfologinya lebih ditekankan pada kenampakan fisiknya. Yunus (2007) mengartikan kota secara morfologikal sebagai suatu daerah tertentu dengan karakteristik tata guna lahan non-agraris, tata guna lahan dimana tutupan lahan terbangun lebih besar daripada tutupan vegetasi, pola jaringan jalan yang komplek, dalam sistem permukiman yang kompak dan relatif jauh lebih besar daripada kesatuan permukiman yang berada di daerah sekitarnya. Suharyadi (2010) mengemukakan bahwa salah satu wujud perkembangan fisik daerah perkotaan adalah adanya pertambahan kepadatan fisik bangunan secara horizontal atau yang sering disebut sebagai proses densifikasi. Salah satu penyebab dari pertambahan kepadatan bangunan adalah adanya kepadatan penduduk yang terus meningkat yang mengakibatkan kebutuhan ruang juga meningkat sehingga perkembangan fisik kota meningkat dari tahun ke tahun. Suharyadi (2010) juga mengemukakan bahwa peningkatan kebutuhan lahan di perkotaan dapat ditinjau melalui dua fenomena utama yaitu ekspansi daerah terbangun pada daerah non terbangun dan terjadinya densifikasi daerah terbangun. Proses densifikasi yang terus menerus dan tidak terarah akan mengganggu kenyamanan di daerah tersebut, sehingga perlu dikajinya perkembangan lahan terbangun kota agar bisa dijadikan sebagai acuan dalam melakukan perencanaan sehingga proses densifikasi yang akan terjadi bisa terarah dan tidak mengganggu kenyamanan. xi

2 Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan sistem komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data yang bereferensi geografi yaitu : masukan, manajemen data (penyimpanan dan pengambilan data), analisis dan manipulasi data dan keluaran (Aronoff 1989, dalam Prahasta 2002). Menurut star dan estes (1990) SIG memiliki fungsi untuk pemetaan, pemodelan, pengukuran dan pemantauan, dari keempat fungsi tersebut menjadikan SIG mampu untuk melakukan prediksi fenomena perubahan penggunaan ataupun penutup lahan misalnya monitoring dan prediksi perkembangan lahan terbangun. Salah satu cara untuk mengkaji perkembangan lahan terbangun adalah dengan pemodelan spasial, pemodelan spasial yang cocok untuk mengkaji perkembangan lahan terbangun adalah pemodelan spasial yang bersifat dinamis. Salah satu contoh pemodelan spasial yang bersifat dinamis adalah Cellular Automata (CA) sehingga CA sangat cocok digunakan untuk kajian perkembangan lahan terbangun, selain karena sifatnya yang dinamis model CA sampai sekarang masih terus dikembangkan oleh peneliti asing dan belum banyak dikembangkan di Indonesia. Shan, Wang dan alkheder (2007) mengemukakan bahwa integrasi dalam CA untuk kajian perkotaan terus dikembangkan untuk menemukan Transition rules yang terbaik. Kesulitan dalam integrasi CA untuk kajian perkotaan ini karena kompleksitas proses pembangunan kota. Integrasi CA tersebut dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori yaitu visual, statistik dan kecerdasan buatan (Liu 2009) Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ikatan Ahli Perencana (IAP) pada tahun 2009 di 12 kota di Indonesia terhadap kota yang dianggap nyaman menyatakan bahwa Yogyakarta merupakan kota ternyaman di Indonesia. Penilitian ini menilai kenyamanan kota berdasarkan kualitas penataan ruang, jumlah ruang terbuka, kualitas angkutan umum, perlindungan bangunan sejarah, kebersihan, pencemaran, kondisi jalan, fasilitas pejalan kaki, kesehatan, pendidikan, air bersih, jaringan telekomunikasi, pelayanan publik, hubungan antar penduduk, listrik dan fasilitas rekreasi, hal ini menjadikan Yogyakarta menjadi kota yang banyak diminati masyarakat sebagai tempat tinggal baik sementara 2

3 maupun seterusnya, dampaknya Kota Yogyakarta menjadi semakin padat, sehingga perlu diantisipasi agar perkembangan tidak mengganggu kenyamanan, dengan begitu kajian mengenai perkembangan Kota Yogyakarta perlu dilakukan. SIG memiliki beberapa fungsi yaitu pemodelan, pemetaan, pemantauan dan pengukuran, pemodelan spasial merupakan salah satu cara untuk mengkaji perkembangan lahan terbangun Kota Yogyakarta. Salah satu model yang dapat diterapkan untuk kajian perkembangan lahan terbangun adalah model Cellular Automata (CA). Model CA merupakan model yang bersifat dinamis dan cocok digunakan dalam kajian ini namun model ini belum banyak digunakan di Indonesia terutama untuk kajian perkembangan kota. Salah satu kelebihan CA adalah dapat diintegrasikan dengan model lain baik yang berbasis visual, statistik maupun kecerdasan buatan, salah satu contoh model yang berbasis kecerdasan buatan adalah Multi Layer Perceptron (MLP) Neural Network. CA sampai saat ini masih terus dikembangkan dengan tujuan untuk menemukan transition rule yang terbaik. transition rule dalam penelitian ini menggunakan MLP Neural network untuk menyusun probabilitas lokasi perubahan, dan menggunakan Markov Chain untuk memodelkan probabilitas luasan perubahan, alasan penggunaan model markov ini karena model ini merupakan model yang sederhana yaitu mengasumsikan bahwa suatu perubahan merupakan fenomena yang konstan antara tahun 1 ke tahun 2, tahun 2 ke tahun 3 dan seterusnya. CA merupakan model yang berbasis Cell (pixel), jika dalam sig terdapat 2 model data spasial yaitu vector dan raster, sehingga karena CA berbasis Cell maka model yang cocok digunakan dalam pemodelan ini adalah model spasial raster. Model merupakan tiruan dari realita yang disederhanakan, sehingga model dapat dikatakan baik manakala mendekati dengan realita di lapangan, untuk itu, tingkat kebenaran atau kesamaan dengan realita di lapangan ditunjukan dengan akurasi model, akurasi dinyatakan dalam presentase, semakin mendekati 100 % model dapat dikatakan memiliki akurasi yang baik, sehingga penelitian ini mencoba untuk mengetahui bagaimanakah akurasi dari model perkembangan kota dengan model CA yang diintegrasikan dengan MLP Neural Network. 3

4 Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat diperoleh pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah perkembangan lahan terbangun Kota Yogyakarta dari 1995 ke tahun 2002 dan bagaimanakah simulasi perkembangan fisik kotanya tahun 2009? 2. Bagaimana menyusun simulasi perkembangan lahan terbangun Kota Yogyakarta dengan model CA dan MLP Neural Network? 3. Bagaimakah akurasi model yang dihasilkan dari pemodelan perkembangan lahan terbangun kota dengan model spasial Cellular Automata yang diintegrasikan dengan MLP Neural Network? 1.3. Tujuan Tujuan dari penelitin ini adalah : 1. Mengkaji perkembangan lahan terbangun Kota Yogyakarta dan sekitarnya periode dengan menggunakan data penginderaan jauh 2. Mengaplikasikan model CA dan MLP Neural Network untuk membuat simulasi spasial perkembangan lahan terbangun Kota Yogyakarta tahun Mengkaji akurasi hasil simulasi perkembangan lahan terbangun Kota Yogyakarta dengan Integrasi CA dan MLP Neural Network 1.4. Hasil yang diharapkan Peneltian ini diharapkan bisa menghasilkan : 1. Peta perkembangan lahan terbangun periode Peta Simulasi Perkembangan lahan terbangun Kota Yogyakarta tahun Informasi mengenai kemampuan model CA dan MLP Neural Network untuk simulasi perkembangan Kota Yogyakarta 4

5 1.5. Kegunaan 1. Memberikan gambaran mengenai perkembangan Kota Yogyakarta periode Memberikan gambaran mengenai model untuk simulasi perkembangan kota 3. Memberikan informasi mengenai kemampuan model CA dan MLP Neural Network untuk simulasi perkembangan Kota Yogyakarta 5