Kata kunci : Pemerintah, Pengembang, Masyarakat, Perumahan, Prioritas, Lokasi Perumahan, Kriteria

dokumen-dokumen yang mirip
Kety Intana Janesonia Dosen Pembimbing : Putu Gde Ariastita, ST, MT.

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta)

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI KECAMATAN PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA. Wahyu Endy Pratista Dosen Pembimbing Putu Gde Ariastita ST

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PEMILIHAN LOKASI RUMAH TINGGAL PADA PERUMAHAN MENENGAH DI SURABAYA TIMUR

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman Berkelanjutan di Mejayan, Kabupaten Madiun

Arahan Peningkatan Pelayanan Kereta Komuter Surabaya-Lamongan Berdasarkan Preferensi Masyarakat

Evaluasi terhadap Program Pengembangan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) Studi Kasus: Kabupaten Malang

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

Tipologi Kawasan Bahaya Banjir di Kawasan Perkotaan Kecamatan Sampang

PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

VI. HASIL PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT

Kriteria Pengembangan Kawasan Wisata Alam Air Terjun Madakaripura, Kabupaten Probolinggo

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

SKRIPSI. Diajukan oleh: Disusun oleh : Gani Ahmad Pratama NIM :E

Arahan Peningkatan Daya Saing Daerah Kabupaten Kediri

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB IV PANDUAN KONSEP

Pembentukan Cluster Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) di Kota Yogyakarta

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

Tabel 2.2 Sintesa Teori Faktor Bermukim Masyarakat

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

F aktor Pemilihan Lokasi Apartemen Berdasarkan Preferensi Pemerintah di Surabaya Metropolitan Area

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Arahan Pengendalian Penggunaan Lahan di Koridor Jalan Raya Juanda Sidoarjo

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penentuan Rute Angkutan Umum Optimal Dengan Transport Network Simulator (TRANETSIM) di Kota Tuban

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG

IDENTIFIKASI PENGARUH GENANGAN ROB TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MAS SEMARANG TUGAS AKHIR

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Oleh:

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

PENENTUAN RUTE ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PENGGUNAAN LAHAN DI SURABAYA BARAT

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: ( Print) C-133

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Analisis Kinerja Jalur Pedestrian di Kota Surabaya (Studi Kasus: Jl. Pemuda)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

Transkripsi:

1 Kriteria Lokasi Pengembangan Perumahan Berdasarkan Preferensi Stakeholders di Kepanjen Kabupaten Malang Kety Intana Janesonia dan Putu Gde Ariastita Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: ariastita@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah menentukan kriteria utama yang mempengaruhi penentuan lokasi pengembangan di Kepanjen berdasarkan prefererensi Pemerintah, Pengembang dan Masyarakat. Untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan tiga tahapan analisis yaitu mencari bobot aspek prioritas dari masing-masing stakeholders, mengidentifikasi aspek yang diprioritaskan oleh stakeholders yang terlibat dan menentukan kriteria utama. Hasil penelitian menunjukkan kesepakatan prioritas antara stakeholders yang terlibat, terdapat enam aspek yang sama-sama diprioritaskan oleh stakeholders yaitu jenis jaringan jalan yang melewati kawasan, ketersediaan armada angkutan umum menuju kawasan, ketersediaan jaringan listrik di kawasan, distribusi jaringan air bersih di dan ketersediaan jaringan drainase di kawasan Perumahan. dari hasil prioritas ketiga stakeholders ditemukan kriteria utama dalam penelitian ini. Kata kunci : Pemerintah, Pengembang, Masyarakat, Perumahan, Prioritas, Lokasi Perumahan, Kriteria I. PENDAHULUAN ERUMAHAN merupakan bagian dari kehidupan Pkomunitas dan keseluruhan lingkungan sosial, berkaitan erat dengan industrialisasi, aktivitas ekonomi, dan pembangunan. Keberadaan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu perubahan sosial, ketidak matangan sarana hukum, politik, dan administraif serta berkaitan pula dengan kebutuhan akan pendidikan [1]. Kepanjen ditetapkan menjadi Ibu Kota Kabupaten Malang ditandai dengan diputuskannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Malang dari Wilayah Kota Malang ke Wilayah Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Kepanjen sebagai pusat SSWP Kepanjen memiliki fungsi dan peran yaitu sebegai pusat pemerintahan kabupaten, pusat perdagangan dan jasa skala kabupaten, pusat kesehatan skala kabupaten, pusat Pendidikan tinggi, pusat kegiatan olahraga, Pusat kegiatan kesenian regional - nasional serta pusat pelayanan umum kabupaten [2]. Kepanjen memiliki kawasan padat pada kawasan pusat kota, yaitu kepadatan tertinggi berada di Kelurahan Kepanjen dengan jumlah 2.891 Kepala Keluarga tiap km. Dari kepadatan penduduk yang kurang merata, berdampak pada persebaran permukiman penduduk Kepanjen yang memusat di pusat. Konsep Pengembangan Bagian Wilayah Perencanaan zona Menurut RDTRK Kepanjen 2013-2033 [3]. Permintaan meningkat pesat beberapa tahun terakhir setelah instansi Pemerintah Kabupaten Malang berpindah ke Kepanjen, dilihat dari data pengesahan Site Plan Perumahan Kecamatan Kepanjen yang menunjukkan perkembangan yang pesat dari tahun 2005 hingga 2008 [4]. Perkembangan di Kepanjen tidak merata, terdapat Kelurahan atau Desa yang pertumbuhannya sangat pesat yaitu Kelurahan Kepanjen pada tahun 2010 memiliki luas lahan peruntukkan sebesar 14,7 Ha dan pada tahun 2011 naik hingga 30,7 Ha. [5] dalam pengadaan formal, masih terdapat yang alokasi lahannya tidak terisi secara maksimal atau kekurangan user. Terdapat ketidaksesuaian kriteria lokasi yang ditentukan pemerintah yaitu arahan pengembangan formal menyebar di Kepanjen dengan penyediaan formal yang memusat di tengah oleh developer dan permintaan dari masyarakat. Permasalahan ketimpangan pengembangan akan memperbesar ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan suatu solusi yang tepat dalam ketidak merataan pertumbuhan dengan berbasis persepsi prioritas stakeholders sehingga kriteria yang ditentukan adalah kriteria yang sama-sama dianggap penting untuk dikembangkan di lokasi penelitian. Dari kriteria yang ditentukan akan didapatkan solusi ketimpangan pembangunan yang akan diberikan, sehingga nantinya sesuai dengan pendapat dan juga keinginan berbagai pihak yang terlibat. II. METODE PENELITIAN II.1 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui survei primer dan survei sekunder. Untuk mendapatkan kondisi eksisting kekinian permasalahan yang ada di lapangan dilakukan pengamatan secara langsung yaitu observasi partisipatif pasif, dimana peneliti datang ke tempat objek yang diamati. Metode yang kedua yang dilakukan adalah wawancara yang bertujuan untuk mengetahui keadaan seseorang dan yang terakhir adalah teknik pengumpulan data kuesioner yang dilakukan pada responden terpilih dimana kuesioner tersebut berisi pertanyaan dengan jawaban terbatas dan diarahkan.

2 II.2 Metode Analisis Dalam menentukan kriteria pengembangan lokasi di Kepanjen Kabupaten Malang, dilakukan melaui empat tahapan analisis. Berikut ini tahapan analisis yang dilakukan: A. Analisis Pembobotan Variabel Penentuan Lokasi Pengembangan Perumahan Dalam penentuan lokasi pengembangan yang obyektif diperlukan pengujian variabel yang telah dibentuk dari studi literatur penetuan prioritas lokasi pengembangan. variabel yang diujikan merupakan aspek terukur dilapangan yang diindikasikan mempengaruhi pola pengembangan dari masing-masing stakeholders. Tahapan analisis yang dilakukan adalah menggunakan AHP(analyttical hierarchy process) yang memiliki tujuan untuk mengidentifikasi prioritas variabel berdasarkan preferensi stakeholders terkait yaitu pemerintah, pengembang dan masyarakat. Dalam analisis pembobotan ini akan dibentuk hirarki berdasarkan pengelompokkan aspek B. AnalisisPemetaan Hasil Pembobotan Variabel Stakeholder Terkait Setelah melakukan analisis pembobotan di dari preferensi stakeholders yaitu masyarakat, pengembang dan pemerintah maka selanjutnya yang dilakukan adalah pemetaan dari hasil pembobotan. analisa kuadran dapat menggambarkan hubungan dan kesenjangan antara beberapa stakholders, grafik dibagi menjadi empat bagian kuadran sebagaimana dilihat pada gambar berikut: Kuadran II Sumbu y) Kuadran IV Terrendah) Kuadran I Utama) Kuadran III Sumbu x ) Gambar 1. Pembagian prioritas kuadran Hasil dari analisa pemetaan akan didapatkan prioritas tinggi pertimbangan stakeholders dalam penentuan lokasi pengembangan, yaitu variabel yang dianggap paling penting dan sama pentingnya bagi masing-masing stakeholders yang berada pada kuadran I. Disamping prioritas tinggi terbentuk pula prioritas pengembangan sesuai dengan masing-masing stakeholder yang dikelempokkan berdasarkan fungsi tiap kuadran, kuadran II yang mewakili sumbu prioritas y terdiri dari stakeholder pemerintah dan pengembang, kuadran III yang mewakili sumbu x terdiri dari stakeholder pengembang dan masyarakat. Tujuan dari analisa ini yaitu untuk mendapatkatkan variabel utama yang akan menjadi kriteria utaman yang ideal dan obyektif dengan menentukan kriteria yang tepat dalam pengembangan. C. Analisis Deskriptif Identifikasi Kriteria Lokasi Pengembangan Perumahan Berdasarkan Preferensi Stakeholders Dari hasil prioritas yang telah ditemukan, perlu adanya identifikasi kriteria dari masing-masing stakeholders di lapangan. Identifikasi pendapat stakeholders mengenai kelompok prioritas yang didapatkan dari hasil wawancara akan dibandingkan dengan studi terdahulu dan kebijakan terkait dalam penelitian ini, hasil identifikasi kriteria lokasi pengembangan akan digunakan untuk input akhir proses analisa kriteria lokasi pengembangan Perumahan. Kriteria lokasi pengembangan yang ditentukan adalah jenis sederhana, karena arahan dari RDTRK Kepanjen menentukkan jenis pengembangan adalah jenis sedang dengan kepadatan rendah hingga sedang. Pengumpulan data untuk analisa deskriptif melalui responden yang berhubungan langsung dengan Kepanjen Skala Sedang. Responden yang terlibat adalah pemerintah yang memberikan kebijakan langsung terkait pengembangan lokasi, pengembang yang mengembangkan sederhana serta masyarakat penghuni. Selain hasil wawancara variabel prioritas tinggi yang digunakan untuk menentukan kriteria lokasi pengembangan, bahan analisa yang digunakan adalah penelitian terdahulu mengenai kriteria terkait. Analisa deskriptif mengenai kriteria lokasi juga didapatkan dari kebijakan terkait mengenai di Kepanjen. D. Analisis Kriteria Utama Lokasi Perumahan di Kepanjen Kabupaten Malang Untuk menentukan kriteria utama yang harus dipertimbangkan oleh ketiga preferensi perlu dilakukan proses analisa lebih lanjut menggunakan teknik analisa delphi. Melalui analisis delphi didapatkan kriteria-kriteria yang dianggap perlu oleh responden.input yang digunakan adalah kriteria yang termasuk dalam prioritas tinggi karena diprioritaskan oleh semua stakeholders, hal ini berarti prioritas tinggi adalah prioritas utama yang sama-sama dianggap penting oleh ketiga stakeholders. Untuk prioritas tengah dan rendah tidak dianalisa lebih lanjut dalam penelitian ini. III. HASIL DAN DISKUSI A. Analisis Pembobotan Variabel Penentuan Lokasi Pengembangan Perumahan Analisis pembobotan variabel penentuan lokasi pengembangan berdasarkan pemerintah, pengembang dan masyarakat menghasilkan pola prioritas yang berbeda-beda sebagai berikut:

3 Tabel 1. Hasil Pembobotan Variabel Penentuan Lokasi Pengembangan Perumahan Berdasarkan Preferensi Stakeholders No Variabel Pemerint ah Pengemb ang Masy arakat 1. Jaringan jalan yang melewati 15.70 9.60 13.20 2. armada angkutan 12.00 13.50 22.30 umum menuju kawasan 3. Kerawanan bencana di kawasan 10.00 6.30 8.00 pengembangan 4. jaringan listrik di 7.60 6.10 4.90 5. jaringan air bersih di 7.30 6.00 5.60 6. fasilitas kesehatan di 5.60 4.50 3.20 7. Topografi di 5.10 2.50 2.70 8. jaringan drainase di 4.50 4.90 5.60 9. pusat perkantoran di 3.50 2.00 4.70 10. fasilitas pendidikan 3.30 1.90 4.70 di 11. fasilitas peribadatan 3.10 2.60 2.10 di 12. Tingkat pendapatan masyarakat 2.90 7.40 2.80 13. jaringan 2.70 1.70 1.60 telekomunikasi di 14. Luas lahan di 2.60 4.40 1.30 15. pusat perbelanjaan 2.60 1.60 3.60 di 16. tempat pembuangan 2.30 3.80 3.70 sampah di 17. Jenis pekerjaan masyarakat 1.90 8.20 3.50 18. Te fasilitas rekreasi 1.80.80.90 di 19. Tingkatan usia masyarakat 1.50 2.60 1.40 20. fasilitas olahraga di 1.40.70.90 21. Harga rumah di.10 7.00 1.90 22. Jenis Kelamin masyarakat.60 1.60 1.40 Sumber : Hasil Analisa, 2014 Dari hasi analisis pada tabel 1, mengenai pembobotan variabel penentuan lokasi pengembangan diatas, didapatkan pola atau kecenderungan masing masing stakeholders sebagai berikut: 1) Hasil Pembobotan Variabel Pihak Pemerintah Variabel yang diprioritaskan oleh pihak pemerintah adalah variabel fisik seperti jaringan jalan, ketersediaan angkutan umum, kondisi utilitas seperti jaringan air bersih maupun jaringan listrik, kondisi fisik dan lingkungan seperti kerawana bencana ataupun topografi. Pemerintah lebih memprioritaskan variabel fisik yang lebih fundamental di Kepanjen, variabel prioritas pemerintah adalah variabel yang diprioritaskan oleh Mirhad dalam Budiharjo (2006) bahwa dalam penyelenggaraan hal yang harus diperhatikan adalah kondisi fisik lingkungan kawasan seperti keterediaan jaringan [6]. pemerintah memiliki peranan menciptakan penataan ruang yang ideal sehingga dalam pertimbangannya dipengaruhi dengan pertimbangan keamanan penghuni yang terdiri dari kelompok variabel fisik. kondisi sosial ataupun ekonomi mempengaruhi kualitas yang akan dibangun namun menurut pemerintah kelompok variabel sosial ekonomi tidak begitu diprioritaskan. 2) Hasil Pembobotan Variabel Pihak Pengembang Variabel yang diprioritaskan oleh pihak pengembang adalah kelompok variabel karakteristik sosial dan ekonomi, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Morrison (1997) bahwa penyediaan rumah yang sesuai dengan keinginan pasar dipengaruhi oleh segresi, segresi, harga unit rumah dan ketersediaan sarana penunjang [7]. pengembang memprioritaskan kemampuan pasar atau masyarakat untuk membeli dalam menentukan pengembangan jenis. pola prilaku masyarakat yang memerlukan fasilitas umum juga dipertimbangkan oleh pengembang terlihat dari kondisi eksisting yang dekat dengan fasilitas. kebutuhan dasar seperti ketersediaan jaringan air bersih juga diprioritaskan karena beberapa wilayah di Kepanjen kesulitan dalam distribusi air bersih. 3) Hasil Pembobotan Variabel Pihak Masyarakat Variabel prioritas berdasarkan preferensi masyarakat, dipengaruhi oleh kecenderungan masyarakat terhadap kelompok variabel aksesibilitas, utilitas dan ketersediaan fasilitas umum. Masyarakat memprioritaskan kelompok variabel kebutuhan dasar, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hendarto (2012) bahwa faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat dalam bermukim adalah kemudahan aksesibilitas, kondisi lingkungan [8] sehingga dalam pengembangan masyarakat cenderung memilih yang kondisi fisik bagus serta kemudahan aksesibilitas menuju pusat kegiatan. B. AnalisisPemetaan Hasil Pembobotan Variabel Stakeholder Terkait Hasil dari analisis pemetaan akan menunjukkan posisi setiap variabel penentuan lokasi berdasarkan penilaian stakeholders. Analisis pemetaan dilakukan dengan membagi diagram menjadi empat kuadran. Analisis kuadran yang dilakukan adalah membandingkan masing-masing stakeholders yakni pemerintah dan pengembang, pemerintah dan masyarakat, serta pengembang dan masyarakat. Garis horizontal yaitu sumbu y mewakili pemerintah dan pengembang, garis vertikal yaitu sumbu x mewakili pengembang dan masyarakat. Masing-masing garis memiliki nilai rataan atau rata-rata masing-masing sumbu 4,5.

4 Gambar 2. Pemetaan nilai bobot variabel lokasi pengembangan berdasarkan preferensi stakeholders Dari hasil gambar 2 diketahui bahwa masing-masing stakeholders memiliki prioritas yang berbeda-beda terhadap variabel yang ada di penelitian ini. Perbedaan prioritas dari masing-masing stakeholders terlihat dari persebaran titik variabel yang menyebar diseluruh kuadran yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV. Kuadran I berisi prioritas tinggi yang diprioritaskan ketiga stakeholders. Kuadran II adalah kuadran yang hanya diprioritaskan oleh sumbu y yaitu pemerintah dan pengembang, sedangkan kuadran III adalah variabel yang diprioritaskan oleh sumbu x yaitu pengembang dan masyarakat. Lalu yang terakhor kuadran IV adalah kuadran yang memiliki prioritas terrendah atau variabel yang tidak diprioritaskan oleh ketiga stakeholders. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai pengelompokkan prioritas masing-masing stakeholders akan dijabarkan sebagai berikut: 1) Prioritas Tinggi Prioritas variabel yang diprioritaskan oleh ketiga stakeholders, adalah sebagai berikut : a. Jaringan jalan yang melewati b. armada angkutan umum menuju kawasan c. Kerawanan bencana di pengembangan d. jaringan listrik memenuhi kebutuhan Kepanjen e. Distribusi jaringan air bersih di f. jariangan drainase di kawasan 2) Prioritas Sedang Prioritas sedang yang ditemukan di penelitian ini adalah prioritas pemerintah dan pengembang adalah variabel yang dianggap penting oleh pemerintah dan pengembang namun tidak dianggap penting oleh masyarakat, variabel priritasnya adalah ketersediaan fasilitas kesehatan di. 3) Prioritas Rendah Prioritas rendah adalah kelompok variabel yang hanya diprioritaskan oleh satu stakeholders, kelompok stakeholders prioritas rendah adalah: a. Topografi di b. Tingkat pendapatan masyarakat c. Jenis pekerjaan masyarakat d. Harga rumah di e. fasilitas pendidikan di. f. pusat perkantoran di kawasan perumhan. 4) Tidak Diprioritaskan Prioritas terendah adalah prioritas yang tidak diprioritaskan oleh ketiga stakehoders, dapat disimpulkan bahwa kriteria utama lokasi pengembangan adalah: a. fasilitas peribadatan di b. jaringan telekomunikasi di c. Luas lahan di d. tempat pembuangan sampah di e. fasilitas rekreasi di f. Tingkatan usia masyarakat g. fasilitas olahraga di h. Jenis kelamin masyarakat i. C. Analisis Deskriptif Identifikasi Kriteria Lokasi Pengembangan Perumahan Berdasarkan Preferensi Stakeholders Kriteria yang diidentifikasi adalah prioritas tinggi yang disepakati oleh pemerintah, pengembang dan masyarakat. Berikut ini adalah kriteria prioritas tinggi yang ditemukan dalam penelitian ini: Variabel Jaringan jalan yang melewati Tabel 3. Hasil analisis deskriptif kriteria lokasi pengembangan Kriteria a. Lebar jaringan jalan kolektor sekunder di dalam Kepanjen menuju harus memiliki ukuran tidak kurang dari 7 m b. Lebar jalan internal Kepanjen minimal harus memiliki ukuran tidak kurang dari 6 m dan waktu tempuh menuju jalan utama dari lokasi maksimal 5 menit c. Kondisi jaringan jalan menuju dan internal harus dalam kondisi baik atau tidak rusak d. Panjang jalan dari Kepanjen menuju lokasi pusat kegiatan terdekat harus memiliki panjang jalan maksimal ±3 km dengan waktu tempuh maksimal 15 menit menggunakan angkutan umum kendaraan pribadi roda 4 ataupun roda 2 yang memiliki penghuni

5 armada angkutan umum menuju kawasan Kerawanan bencana di pengembangan jaringan listrik di jaringan air bersih di a. Armada angkutan umum dalam satu jalur harus memiliki jumlah ±37 unit dengan jenis angkutan minibus kapasitas ±12 penumpan b. penambahan dan perbaikan pelayanan halte atau terminal sebagai tempat singgah penumpang c. penambahan jalur bus antar kota yang melewati semua a. pemetaan larangan pengembangan dari unsur-unsur atau kerentanan bencana di Kepanjen b. Pengaturan kelayakan penggunaan lahan untuk Kepanjen yang terbebas dari bencana c. Perumahan dilarang berada pada daerah genangan yang memiliki ketinggian minimal 15 cm dan lama genangan lebih dari 1 jam a. Penyediaan jaringan listrik harus menjangkau seluruh wilayah Kepanjen b. Jaringan listrik harus terdistribusi untuk penerangan lingkungan c. Distribusi jaringan listrik harus memperhatikan kebutuhan daya masing-masing rumah dengan daya minimal 450 VA atau 900 VA a. Distribusi air bersih harus merata di seluruh wilayah b. Minimal terpenuhi kebutuhan pokok air bersih 60 liter/orang/hari. Jika tersedia kran umum, 1 kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa dengan ketentuan sumber air tanah ataupun PDAM jariangan drainase di kawasan a. Saluran-saluran akhir tiap rumah harus memiliki kapasitas tampung minimal 40x40x40 cm dan terhubung dengan badan penerima seperti sungai b. Harus ada pengembangan sistem jaringan drainase sekunder pada setiap sisi jalan yang alirannya disesuaikan dengan kondisi topografinya, sehingga tidak terjadi genangan air di badan jalan pada saat musim hujan yang selanjutnya dialirkan ke saluran primer atau ke saluran pembuangan akhir c. Sistem jaringan drainase tersier harus secara terpadu dan terintegrasi dengan sistem jaringan drainase kota Sumber : Hasil Analisis 2014 D. Analisis Kriteria Utama Lokasi Perumahan di Kepanjen Kabupaten Malang Hasil analisis yang didapatkan dari eksplorasi tahap I analisis delphi terdapat 4 kriteria yang belum mencapai konsensus, yaitu kriteria Lebar jalan internal minimal harus memiliki ukuran tidak kurang dari 6 m yang dimana kemudahan aksesibilitas dapat dinilai kinerjanya baik ataupun buruk dari lebar jalan [9], Harus ada penambahan jalur bus antar kota yang melewati semua, Distribusi jaringan listrik harus memperhatikan kebutuhan daya masing-masing rumah dengan daya minimal 450 VA atau 900 VA. Selain bertujuan untuk mendapatkan konsensus dari para responden terhadap kriteria yang harus ada dalam pengembangan lokasi di Kepanjen Kabupaten Malang didapatkan kriteria pengembangan lokasi. Berdasarkan hasil survey delphi secara eksplisit tidak ada penambahan kriteria, karena kriteria yang ditentukan diawal merupakan kriteria yang diambil dari preferensi pemerintah, pengembang ataupun masyarakat. Namun terdapat perbedaan persepsi mengenai kriteria yang disepakati masing-masing stakeholder. Masing-masing pendapat yang tidak mencapai konsensus dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: a. Lebar jalan internal minimal harus memiliki ukuran tidak kurang dari 6 m dan waktu tempuh menuju jalan utama dari lokasi maksimal 5 menit Lebar jalan internal dirasa terlalu lebar. Untuk ukuran Kepanjen yang termasuk dalam jenis sederhana lebar jalan internal seharusnya 4 meter masih diperbolehkan. b. Harus ada penambahan jalur bus antar kota yang melewati semua Kriteria penambahan jalur bus antar kota yang melewati perkotaan tidak disttujui oleh beberapa responden, hal ini dikarenakan penambahan jalur akan menimbulkan masalah transportasi lain di, terdiri dari masalah kapasitas jalan maupun fisik jalan yang akan dipengaruhi. Dalam penelitian kali ini peneliti akan mengkonfirmasi kembali kepada responden untuk mendapatkan konsensus. c. Distribusi jaringan listrik harus memperhatikan kebutuhan daya masing-masing rumah dengan daya minimal 450 VA atau 900 VA Standar daya listrik tidak mencapai konsensus dalam eksplorasi delphi yang pertama, beberapa responden berpendapat bahwa daya yang dipasang di hendaknya memiliki minimal 900 VA karena kebutuhan saat ini sekitar 900 VA. Menurut ketiga responden yang tidak setuju menyatakan bahwa daya sebesae 450 VA adalah daya yang digunakan untuk kebawah atau untuk masyarakat yang kurang mampu, sehingga dalam iterasi pertama yang akan dilakukan pada penelitian kali ini adalah merubah kriteria daya listrik dari 450 VA menjadi minimal 900 VA. Dalam tahapan Iterasi I analisis delphi didapatkan kesepakatan responden dari tiga kriteria yang diujikan kembali terdapat dua kriteria yang disepakati yaitu lebar jalan internal minimal harus memiliki ukuran tidak kurang dari 4 m dan waktu tempuh menuju jalan utama dari lokasi maksimal 5 menit dan distribusi jaringan listrik harus memperhatikan kebutuhan daya masing-masing rumah dengan daya minimal 900 VA. Sedangkan kriteria harus ada penambahan jalur bus antar kota yang melewati semua tidak disetujui oleh semua responden sehingga kriteria mengenai penambahan jalur bus antar kota tidak dijadikan kriteria lokasi pengembangan. IV. KESIMPULAN Kelompok prioritas tinggi ketiga stakeholders dan kriteria yang dihasilkan adalah sebagai berikut: a) Kriteria jaringan jalan yang melewati meliputi lebar jaringan jalan kolektor sekunder dan lebar jalan internal, kondisi jaringan jalan yang baik serta jarak minimum serta jarak minimum dengan jalan utama atau pusat kegiatan terdekat. b) Kriteria ketersediaan armada angkutan umum menuju kawasan adalah jumlah minimum armada angkutan umum dan kondisi sarana penunjang transportasi di kepanjen.

6 c) Kriteria kerawanan bencana di pengembangan adalah rekomendasi kebijakan mengenai larangan pengembangan di kawasan rawan bencana. d) Kriteria ketersediaan jaringan listrik yang memenuhi kebutuhan Kepanjen adalah penyediaan jaringan listrik yang menjangkau seluruh rumah dan lingkungan serta standar minimal daya listrik. e) Kriteria mengenai ketersediaan jaringan air bersih di Kepanjen adalah penyediaan sumber air bersih yang menjangkau seluruh dan memenuhi kebutuhan tiap individu. f) Kriteria mengenai ketersediaan drainase di Kepanjen meliputi standar minimal ukuran drainase dan sistem integrasi antar drainase di Kepanjen. UCAPAN TERIMA KASIH puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-nya, serta sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Kriteria Lokasi Pengembangan Perumahan Berdasarkan Preferensi Stakeholders di Kepanjen Kabupaten Malang. Dengan terselesaikannya laporan ini, penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Pemerintah Kabupaten Malang dan Kepanjen yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian penelitian. DAFTAR PUSTAKA [1] Sastra M, Spamo dan Marlina, Endy. 2006, Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Yogyakarta; Penerbit ANDI. [2] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang 2009-2029. [3] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang, Rencana Detail Tata Ruang Kepanjen [4] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang, Pengesahan Site Plan Perumahan Kecamatan Kepanjen, 2013. [5] Badan Pusat Statistik, Kecamatan Kepanjen Dalam Angka Tahun 2011 [6] Budiharjo, Eko. 1984, Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Semarang. Penerbit P.T. Alumni. [7] Morrison, Peter A. And Bryan Ellickson With Barry Fishman. 1977, Economic Analysis Of Urban Housing Markets : A New Approach. Santa Monica. CA. 90406. [8] Hendarto, Mulyo. 2012, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bertempat Tinggal di Kota Bekasi Bagi Penduduk Migran Berpenghasilan Rendah yang Bekerja di Kota Jakarta. Diponegoro Journal Of Economic Volume 11, Nomor 11, Tahun 2012 Halaman 1-15. [9] Asteriani, Febby. 2008, Preferensi Penghuni Perumahan di Kota Pekanbaru Dalam Menentukan Lokasi Perumahan. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011, Halaman 77-91.