Cara Jitu Mengendalikan Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Tanaman Wijen

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protein nabati (Rahmat dan Yuyun, 1996). Menurut Badan Pusat Statistik (2015),

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih

PENDAHULUAN. Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

I. PENDAHULUAN. merupakan sumber protein nabati yang relatif murah. Biji kedelai kaya protein dan lemak

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

Teknologi Budidaya Kedelai

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. atau yang memiliki nama ilmiah Arachis hypogeae adalah salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

TANAMAN PENGHASIL PATI

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 2 Pengaruh kombinasi varietas, aplikasi mulsa, serta aplikasi PGPR terhadap insidensi penyakit busuk pangkal

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri pakan ternak di dalam negeri sangat berperan mendukung industri

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Diversifikasi pangan merupakan program alternatif yang digunakan dalam

I. PENDAHULUAN. yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada beras sebagai bahan pangan pokok. Pembangunan pertanian

KETERANGAN TW I

Program Studi Agribisnis, Fakutas Pertanian, Universitas Trunojoyo Telp

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L.,

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

Transkripsi:

Cara Jitu Mengendalikan Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Tanaman Wijen Oleh : Cece Suhara Salah satu kendala dalam pengusaha wijen adalah gangguan penyakit. Hasil inventarisasi di daerah pengembangan tanaman wijen ditemukan adanya penyakit dengan gejala keriting daun; becak batang, daun dan buah; busuk akar, batang dan buah; penyakit layu dan phylody. Kerugian yang ditimbulkan akibat gangguan berbagai patogen dapat menurunkan produksi 50%. Penyakit potensial yang sering merugikan ditemukan antara lain penyakit dengan gejala busuk pangkal batang, patogen penyebabnya adalah Phytophthora sp. Gejala serangan awal dari penyakit ini yakni menyebabkan polong berwarna hijau kusam ditumbuhi meselia halus berwarna putih, dalam perkembangan selanjutnya polong menjadi berwarna hitam. Apabila polong yang terserang menempel pada batang, maka bagian batang akan ikut terserang dan berwarna coklat. Biji buah yang terinfeksi berwarna kuning berbecak coklat. Patogen penyebabnya dapat pula menimbulkan kanker batang dari permukaan batang sampai titik tumbuh. Apabila yang terserang pangkal batang maka tanaman akan layu, sedangkan bila yang terserang bagian atas maka yang terpengaruh hanya bagian atasnya saja. Penyebab: Phytophthora yang ditemukan pada wijen di Indonesia belum diidentifikasi sehingga dinamai Phytophthora sp. Patogen ini termasuk tular tanah dan dapat menyebabkan rebah kecambah pada bibit, menyerang batang, bunga dan buah, sehingga sangat potensial menimbulkan kerugian. Uji terhadap buah, daun, bibit di rumah kasa menunjukkan bahwa patogenisitas cendawal ini tinggi karena semua bagian yang diinokulasi menunjukkan gejala dalam waktu kurang satu minggu. Penyakit berkembang cepat pada suhu 28 0 30 0 C. Peningkatan suhu akan menurunkan serangan. Daerah Penyebaran: Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Peru, ditemukan pula di India, Nigeria dan di Indonesia. Khusus di Indonesia menurut Ibrahim et. al., (1996) penyakit ini telah ditemukan di Karangjati (Boyolali), Kebon (Ngawi), Kedawung dan Klakah (Lumajang). Pengendalian: Pengendalian penyakit secara kimiawi mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan dan microorganisme non target. Alternatif yang paling aman dengan menggunakan konsep pengendalian penyakit secara terpadu yang di dalamnya mengatasi tujuan tersebut yaitu dengan meningkatkan ketahanan varietas melalui program pemuliaan. Dari hasil penelitian Suhara et. al., (2004) telah diperoleh beberapa galur harapan 99001/9/1; 99001/9/3; 99001/9/7; 99001/10/9; 99001/12/6; 9900/14/8 dan varietas SBR-1 yang tahan terhadap penyakit busuk pangkal batang ini.

Menurut Holliday (1980) penyakit yang disebabkan oleh Phytophthora sp. Dapat dikendalikan dengan senyawa Copper dan Zineb. Song et. Al. (1987) mengatakan bahwa kombinasi metalaxyl + benomil + copper clorida (6,5+15+25%) adalah kombinasi tiga fungisida yang paling baik untuk mengendalian penyakit ini masih belum bisa dilakukan selain mencabut dan membuangnya kemudian dibakar agar tidak menulari tanaman sehat lainnya. C e c e S u h a r a Penulis dari Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang Dimuat pada Tabloid Sinar Tani, 17 Mei 2006 Berapa Jauh Indonesia dari Swasembada Kedelai?

Dalam hal perkedelaian bangsa Indonesia sebenarnya pantas bersyukur atas pemilikan teknologi pengolahan yang dapat mendatangkan nilai tambah (added value) terhadap bahan baku kedelai, serta tersedianya konsumen atau pasar produk olahan kedelai, dalam bentuk tempe, tahu dan kecap yang besar dan berkelanjutan. Stabilitas dan pertumbuhan permintaan akan produk tersebut hampir dapat disejajarkan dengan permintaan akan beras, hanya jumlahnya yang lebih kecil. Proses peningkatan nilai tambah kedelai menjadi produk olahan dapat disetarakan dengan proses olahan produk primer impor CPO (minyak sawit mentah) oleh negara-negara Eropa yang kemudian diolah menjadi berbagai produk olahan sekunder dan tertier, berupa sabun, bahan kosmeti, dan sebagainya. Jadi dapat mengimpor bahan mentah kedelai yang harganya relatif murah, kemudian mengubah menjadi produk olahan menggunakan asli pedesaan (indigenous tecnology). Namun permasalahannya, bahan baku kedelai yang sebenarnya dapat diproduksi oleh petani indonesia sendiri sebagian besar masih harus diimpor. Adanya industri olahan primer kedelai dan ditambah dengan kebutuhan bungkil kedelai ( biji kedelai yang telah diambil minyaknya) sebagai pakan ternak, sebenarnya merupakan peluang pendapatan tunai bagi petani kecil di seluruh Indonesia. Berdasarkan perkiraan data kasar, Indonesia masih harus mengimpor 1,5 juta ton kedelai dan 1 juta ton bungkil kedelai, serta 1,2 juta ton kedelai biji, atau impor kedelai total 2,2 juta ton per tahun. Hargakedelai dipasar internasional sekitar US$ 6,- per bushel atau (6xRp 9.500,-) per 27 kg. Atau Rp 2.111,- per kg (bushel kedelai = Rp 4.644.200 juta atau Rp 4,6 triliun per tahun tersebut dibelanjakan kepada petani kedelai di lahan pertanian bukaan baru di Sumatera atau Kalimantan, betapa besar perputaran ekonomi pedesaan di Wilayah baru pengandaian itu. Sayang sekali bahwa wilayah bukaan baru untuk kedelai hingga kini belum (tidak) ada, dan wilayah baru kedelai tadi untuk sementara menggunakan ladang kedelai petani Brasil, Argentina, atau Amerika Serikat. Sejarah Impor Kedelai Indonesia Impor kedelai Indonesia menurut laporan Blokhuis dan Von Libbenstein (1932) sudah terjadi sejak tahun 1928 bersal dari Manchuria, walaupun jumlahnya tidak banyak, 63.000 ton/tahun. Pada sekitar tahun 1934 oleh adanya imbas resesi ekonomi dunia, Pemerintah kolonial Belanda melarang impor kedelai dan sebagain gantinya membuat program peningkatan produksi kedelai dalam negeri. Pada waktu itu jumlah penduduk masih sedikit, lahan pertanian di jawa masih banyak yang diberakan, atau hanya ditanami padi sekali setahun. Program peningkatan produksi kedelai dilakukan dengan membagikan benih kepada petani di wilayah yang belum pernah menanam kedelai. Walaupun produksi kedelai per ha saat itu hanya sekitar 6 kuintal, tetapi kebutuhan kedelai dalam negeri dapat dicukupi hingga tahun 1950- an. Kekurangan kedelai baru mulai lagi awal tahun 1960-an, sehingga Pemerintah Orla dalam program pembangunan semesta berencana mencanangkan peningkatan produksi kedelai pada tahun 1964, atas hasil rumusan lokakarya kedelai di bogor pada tahun 1964.

Pada tahun 1950-1970an jumlah konsumen tahu dan tempe masih terbatas pada (terutama) orang Jawa, Sunda, Madura dan penduduk kota kota besar masih relatif kecil. Oleh karena itu dari tahun 1950-1975, selain impor, Indonesia juga menjadi pengekspor kedelai. Tercatat pada tahun 1951 Indonesia impor kedelai 325 ton senilai Rp 128.455,- tetapi pada tahun 1953 mengekspor 6.866 ton senilai Rp 10 juta (Hadi Saputro,1964). Sejarah penaman kedelai di Indonesia walaupun tidak setua di China, sebenarnya telah dilakukan jaum sebelum Ameriks,brazil, Argentina, atu Australia. Laporan Rumphius pada tahun 1750 menyebutkan bahwa petani di Jawa dan Bali. Bali telah banyak menanam kedelai, dan sejak tahun 1892 menurut Romburgh kedelai sudah menjadi tanaman penting, di samping padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Bandingkan Amerika Serikat baru memulai menanam kedelai pada tahun 1950-an, dan Brazil-Argentina baru mulai pada tahun 1970-1980-an. India memperluas areal tanam kedelainya baru pada tahun 1990-an. Jadi, dari segi pengalaman budidaya, petani Indonesia (khususnya petani di P. Jawa-Bali) sudah sangat berpengalaman panjang secara turun-temurun.