memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB IV PENUTUP. bertentangan dengan Pasal 19 ayat (2) huruf C UUPA yang menetapkan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 26/PUU-XV/2017 Pembatalan Putusan Arbitrase

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

P U T U S A N Nomor 271/Pdt/2013/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA L A W A N D A N

Hal. 1 dari 9 hal. Put. No.62 K/TUN/06

PEMBELI BERITIKAD BAIK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMBELI YANG BERITIKAD BAIK DALAM SENGKETA PERDATA BEROBYEK TANAH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB IV. A. Analisis Terhadap Penerapan Asas Ratio Decidendi Hakim Tentang Penolakan Eksepsi dalam Perkara Cerai Talak Talak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

BAB 2 PEMBAHASAN. 2.1 Pendaftaran Tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA ANCANGAN

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XV/2017 Perintah Penahanan yang Termuat dalam Amar Putusan

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB IV PEMBAHASAN. Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Bantul

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPASTIAN HUKUM SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Makalah Rakernas

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

BAB I PENDAHULUAN. Peradilan Tata Usaha Negara telah diatur didalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

ANTARA WARGA NEGARA INDONESIA DENGAN WARGA NEGARA ASING DALAM PRAKTIK JUAL BELI TANAH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG POKOK AGRARIA NOMOR.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

Di daerah Aceh sebelum perkara hak milik antara para ahli waris dapat diperiksa oleh pengadilan umum, haruslah diputus terlebih dahulu

A.Latar Belakang Masalah

Melawan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan tingkah laku. Situasi yang demikian membuat kelompok itu

Abstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:

PEMBAHASAN RESPONSI UAS HUKUM AGRARIA SEMESTER GENAP TAHUN 2016

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

PENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR:...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PUTUSAN. Darmawan, M.M Perkara Nomor 13/PUU-VIII/2010: Muhammad Chozin Amirullah, S.Pi., MAIA Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI), dkk

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-XV/2017

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

BAB 4 PEMBAHASAN. Universitas Indonesia. Penundaan eksekusi..., Edward Kennetze, FHUI, 2009

P U T U S A N No. : 264 K / AG / 2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu pengertian yang telah dibatasi dalam Undang Undang. Nomor 5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

MATRIK PERBANDINGAN UNDANG-UNDANG RI NO. 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG SEBAGAIMANA YANG TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NO

PENGADILAN PAJAK UU. NOMOR 14 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB III. PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI No. 368 K/AG/1995. A. Ruang Lingkup Kekuasaan Mahkamah Agung

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 017/PUU-IV/2006 Perbaikan Tanggal 12 September 2006

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena dalam Undang-Undang No. 3 tahun 2009 mengenai. Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah

ANDHIKA SURYA PRATAMA NIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB V PENUTUP. 1. Persamaan dan perbedaan putusan ijin poligami No. 0258/ Pdt. G/ 2011/ No. 0889/ Pdt. G/2011/ PA. Kds. ditinjau dari hukum

JURNAL KARYA ILMIAH. KEKUATAN HUKUM SERTIPIKAT HAK MILIK SEBAGAI ALAT BUKTI KEPEMILIKAN (STUDI KASUS TANAH DI PENGADILAN NEGERI MATARAM) Cover

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN DENGAN AKTA JUAL BELI FIKTIF. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten No.50/PDT.G/2012/PN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERPIKIR MENURUT HUKUM TERHADAP PRINSIP NON EKSEKUTABEL JIKA OBYEK EKSEKUSI TELAH BERPINDAH TANGAN Oleh: H. Syamsul Anwar.*

Transkripsi:

101 kepemilikannya, bertujuan untuk memberikan kepastian hukum terhadap sertipikat hak atas tanah dan perlindungan terhadap pemegang sertipikat hak atas tanah tersebut. Namun kepastian hukum dan perlindungan hukum yang dimaksud tersebut tidaklah hanya menitikberatkan pada jangka waktu selama lima tahun dapat digugat atau tidak, tetapi harus memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut diterbitkan apakah telah melalui prosedur yang benar dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlu diingat juga bahwa kepemilikan tersebut tidak terlepas dari adanya hubungan kausalitas atas perbuatan hukum berupa perjanjian dengan Hadi Suripno sebagai alas hak terbitnya sertifikat hak atas tanah tersebut. Perjanjian yang tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian yang mengakibatkan adanya cacat hukum maka dapat mengakibatkan perjanjian tersebut batal demi hukum. Sesuatu dianggap batal demi hukum maka dianggap tidak pernah terjadi atau tidak pernah dilakukan. Oleh karena itu maka bagi Bank Bapindo perlindungan yang bisa diberikan oleh hukum hanyalah dengan menggugat secara perdata kepada Hadi Suripno sebagai pihak yang bertanggungjawab melakukan perbuatan melawan hukum untuk menuntut kerugian yang ditimbulkan atas tanah yang merupakan obyek sengketa sedangkan kepada PT. PLN, Tbk dan Ny. Slamet Kahono dikarenakan bukan merupakan pihak yang turut ditarik dalam perkara ini secara langsung maka kepemilikan tanah kedua pihak tersebut masih dapat dipergunakan sepanjang Pemohon

102 Kasasi yang telah dinyatakan menang dalam perkara a quo tidak memproses dengan mengajukan gugatan baru kepada kedua pihak tersebut berdasarkan putusan Mahkamah Agung No 1056K/Pdt/1999. Falsafah Indonesia dalam konsep hubungan antara manusia dengan tanah menempatkan individu dan masyarakat sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan (kedwitunggalan), bahwa pemenuhan kebutuhan seseorang terhadap tanah diletakkan kerangka kebutuhan seluruh masyarakat sehingga hubungannya tidak bersifat individualistis semata, tetapi lebih bersifat kolektif dengan tetap memberikan tempat dan penghormatan terhadap hak perseorangan. 84 Dalam kerangka berpikir ini maka hak-hak perseorangan atas tanah tidak mutlak tetapi selalu ada batasnya yakni kepentingan orang lain, masyarakat dan negara. Perlindungan hukum yang diberikan kepada para pihak setidaknya tidak melupakan hal tersebut. Pemahaman peraturan perundang-undangan setidaknya oleh para pihak tidak hanya diterapkan sebatas pada keadilan kepentingan pribadinya yang bersifat reaktif, namun lebih dari itu setidaknya perlindungan hukum yang diberikan harus dapat dipahami secara reflektif bahwa hak-hak perseorangan atas tanah tidak mutlak tetapi selalu ada batasnya yakni kepentingan orang lain yang secara sah memiliki hak atas tanah tersebut. 84 Maria S.W. Sumardjono, 2001, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Kompas, Jakarta, hlm.158.

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Putusan Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bantul dan membatalkan putusan dari Pengadilan Tinggi Yogyakarta telah sesuai dengan fakta dalam proses persidangan, peraturan hukum serta asas hukum yang berlaku berkaitan dengan sertifikat hak atas tanah yang dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum sehingga memberikan hak kepada pemohon kasasi yang dinyatakan menang dalam berperkara untuk mengajukan proses pembatalan sertifikat dan atau pencabutan sertifikat hak atas tanah kepada Badan Pertanahan Nasional atas nama Hadi Suripno selaku termohon kasasi I. Hakim menimbang bahwa kepemilikan sertifikat hak atas tanah tersebut didapat dengan adanya cacat hukum karena terbukti secara sah dan meyakinkan tanah obyek sengketa merupakan tanah warisan dari (alm.) Karsopawiro yang merupakan orang tua dari Mulyorejo selaku pemohon kasasi. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Hadi Suripno dengan mendaftarkan obyek sengketa atas nama dirinya sendiri berdasarkan tipu muslihat maka memenuhi ketentuan adanya cacat yuridis dalam pembuatan sertifikat hak atas tanah. Putusan a quo sudah tepat sesuai dengan sistem pendaftaran tanah di Indonesia yaitu sistem publikasi negatif dengan unsur positif. 103

104 2. Berdasarkan putusan Mahkamah Agung No 716/K/Sip/1973 tanggal 5 September 1973 maka pemohon kasasi tidak dapat serta merta merasakan langsung kepastian hukum dari putusan Mahkamah Agung No 1056K/Pdt/1999 karena pengadilan tidak memiliki kewenangan untuk membatalkan sertifikat hak atas tanah. Kemenangan dalam berperkara di pengadilan baru sebatas kemenangan diatas kertas karena pihak yang dinyatakan menang harus mendaftarkan putusan tersebut ke Badan Pertanahan Nasional dan tunduk pada ketentuan yang berlaku di BPN karena pengeluaran/pencabutan dan pembatalan surat sertipikat adalah semata-mata wewenang dari kantor pendaftaran tanah dan pengawasan pendaftaran tanah, bukan termasuk wewenang pengadilan negeri. 3. Dalam rangka memberikan kepastian hukum terhadap sertipikat hak atas tanah serta perlindungan hukum terhadap pihak ketiga sebagai pemegang hak atas tanah, maka dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA mengatur pengertian bahwa sertipikat tanah sebagai surat tanda bukti hak berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Sertipikat tanah merupakan surat tanda bukti yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang tercantum di dalamnya harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam melakukan

105 perbuatan hukum sehari-hari maupun dalam berperkara di pengadilan. Ketentuan tersebut dilaksanakan dalam Pasal 32 ayat (2) PP Nomor 24 Tahun 1997 yang secara umum menyatakan bahwa setelah lima tahun sejak diterbitkan, sertipikat tanah tidak dapat digugat kepemilikannya, bertujuan untuk memberikan kepastian hukum terhadap sertipikat hak atas tanah dan perlindungan terhadap pemegang sertipikat hak atas tanah tersebut. Namun kepastian hukum dan perlindungan hukum yang dimaksud tersebut tidaklah hanya menitikberatkan pada jangka waktu selama lima tahun dapat digugat atau tidak, tetapi harus memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut diterbitkan apakah telah melalui prosedur yang benar dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perjanjian jual beli menjadi alas hak bagi kepemilikan dan beralihnya sertifikat hak atas tanah yang dilakukan oleh Hadi Suripno selaku Termohon Kasasi I dengan pihak ketiga. Perjanjian tunduk pada ketentuan dalam KUH Perdata maka dalam syarat sahnya perjanjian terdapat klausula causa yang halal. Jika syarat ini tidak terpenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan dan atau dianggap tidak pernah ada. Pelanggaran terhadap hal tersebut sama dengan pelanggaran terhadap asas nemo plus juris yang merupakan asas dimana seseorang tidak dapat melakukan tindakan hukum yang melampaui hak yang dimilikinya. Secara materiil penjual sudah tidak berhak lagi atas obyek perjanjian meskipun secara formil sertifikat tersebut masih tercatat atas nama penjual. Oleh karena itu maka bagi pihak yang terkait langsung dan ditarik sebagai pihak yang berperkara dapat mengajukan gugatan

106 kepada Penjual dengan terpenuhinya unsur perbuatan melawan hukum yang dapat menuntut adanya ganti kerugian sedangkan bagi pihak yang terkait langsung namun tidak ditarik sebagai pihak yang berperkara maka putusan a quo tidak dapat dilaksanakan kepada pihak tersebut. Pengadilan tidak berwenang untuk karena jabatan menempatkan seseorang yang tidak digugat sebagai tergugat, karena hal tersebut bertentangan dengan asas acara perdata. B. SARAN 1. Hakim memahami secara formal dan materiil mengenai sistem pendaftaran tanah di Indonesia sehingga jika unsur-unsur bagi dapat dibatalkannya kekuatan hukum sertifikat hak atas tanah terpenuhi akibat hukum dari putusan tersebut dimungkinkan untuk menjangkau kepentingan pihak lain yang tidak terlibat langsung. Ketepatan dan kebijaksanaan hakim dalam merumuskan amar putusan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan. Apabila rasa keyakinan hakim belum terpenuhi dalam menjatuhkan putusan, hakim yang menangani suatu perkara dapat memperoleh keterangan atau penjelasan tambahan dari para ahli yang ahli dibidangnya untuk memperkuat dasar putusan dan mengantisipasi agar putusan yang dikeluarkan tidak menjadi putusan yang kurang tepat, sehingga tidak ada lagi pihak-pihak yang dirugikan karena hakim kurang menggali keterangan dan penjelasan mengenai permasalahan yang sedang ditanganinya.