PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL PEMILIHAN MODA OLEH PELAJAR UNTUK TUJUAN SEKOLAH

PENGARUH UKURAN SAMPEL TERHADAP MODEL BANGKITAN PERJALANAN KOTA PALANGKA RAYA. Nirwana Puspasari Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

KAJIAN PENGARUH JEMBATAN KAPUAS TERHADAP LALU LINTAS AIR MAUPUN DARAT DI KOTA SINTANG

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

STUDI MODEL PANJANG PERJALANAN TERHADAP UMUR SEPEDA MOTOR DI KOTA MAKASSAR

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

ANALISIS MODEL BANGKITAN PARKIR UNTUK TATA GUNA LAHAN BANK KAWASAN CBD (CENTRAL BUSINESS DISTRICT) SRAGEN KOTA

EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN MOBIL PRIBADI DI JAKARTA

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN PELAJAR DAN MAHASISWA (STUDI KASUS DI KOTA BANDA ACEH)

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

Volume 2 Nomor 2, Desember 2013 ISSN KAJIAN BANGKITAN LALU LINTAS DAMPAK PEMBANGUNAN CIREBON SUPER BLOCK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

HUBUNGAN KECEPATAN, KEPADATAN DAN VOLUME LALU LINTAS DENGAN MODEL GREENSHIELDS (STUDI KASUS JALAN DARUSSALAM LHOKSEUMAWE)

EKIVALENSI MOBIL PENUMPANG PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN JALAN SAM RATULANGI JALAN BABE PALAR MANADO

STUDI ANALISA MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA MALANG

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang

ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN

1 Mahasiswa Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. 2 Staff Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat. 1. Bangkitan dan tarikan perjalanan

MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi

STUDI DEMAND PADA RENCANA PEMBANGUNAN JALAN SORONG-KEBAR-MANOKWARI DENGAN MODEL GRAVITY

EVALUASI PELAYANAN LAHAN PARKIR KENDARAAN RODA EMPAT DI TERMINAL 1 BANDAR UDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG BANTEN*

Tol Brebes Timur (Brexit) Gambar 1. Lokasi Penelitian jalan Gajah Mada, Brebes

ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PENDUDUK KELAS EKONOMI MENENGAH KE BAWAH DI KELURAHAN AUR

ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PADA KECAMATAN DELI TUA

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

PENGARUH PEMBANGUNAN PALANGKARAYA MALL (PALMA) TERHADAP KINERJA LALU LINTAS DI BUNDARAN BESAR PALANGKARAYA

ANALISIS POLA PERJALANAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN DI KAWASAN PERUMAHAN BENGKURING SAMARINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: ANALISA KARAKTERISTIK BANGKITAN PERGERAKAN DI PERUMAHAN SUKATANI - PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota Indonesia berpenduduk lebih dari 9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN PENGGUNA SEPEDA MOTOR BERDASARKAN AKTIVITAS MANDATORY DI KOTA LHOKSEUMAWE

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Dalam meningkatkan kemajuan pembangunan di suatu negara sangat

STUDI PEMODELAN TRANSPORTASI DI RUAS JALAN NGINDEN AKIBAT JALAN MERR II-C ( SEGMEN KEDUNG BARUK SEMOLOWARU ) SURABAYA TUGAS AKHIR

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan yang terjadi antara dua tempat yaitu tempat di mana

ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN KAMPUS FAKULTAS TEKNIK GOWA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

PERENCANAAN PARK AND RIDE MAYJEND SUNGKONO KOTA SURABAYA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI MELALUI PENYEDIAAN ASRAMA MAHASISWA STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

KINERJA LALU LINTAS JALAN DIPONEGORO JALAN PASAR KEMBANG TERHADAP PEMBANGUNAN JEMBATAN FLY OVER PASAR KEMBANG SURABAYA

Analisa Dampak Lalu Lintas Terhadap Kinerja Simpang dan Ruas Jalan Akibat Pembangunan Rumah Sakit Royal Di Kawasan Rungkut Industri Surabaya

ESTIMASI TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS NASIONAL DAN 6 PROPINSI DI PULAU JAWA INDONESIA

PERMODELAN BANGKITAN TARIKAN PADA TATA GUNA LAHAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA DI PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

BAB II STUDI PUSTAKA. masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model. Bangkitan dan tarikan pergerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah

BIDANG STUDI TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Disusun Oleh. Bambang Ali Nurdin PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI ABSTRAK

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi.

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prasarana dan sarana perkotaan, misalnya peningkatan dan

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I. Pendahuluan. menjadi fokus utama di abad ke-21 ini. Saat kota-kota di dunia tumbuh, penduduk

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN TINGKAT KEMACETAN DAN TINGKAT PERTUMBUHAN JUMLAH WISATAWAN DI KOTA BANDUNG: PENDEKATAN SYSTEM DYNAMICS TESIS NURILLAH UTAMI NIM :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Karakteristik Rumah Tangga Responden

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA

MODEL KEBUTUHAN PARKIR PADA PUSAT PERBELANJAAN DI KOTA MALANG: STUDI KASUS PLASA DIENG, PLASA GAJAHMADA, DAN MALANG PLASA

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

BANGKITAN PERGERAKAN DI KECAMATAN LUBUK PAKAM DENGAN METODE KLASIFIKASI SILANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penentuan jumlah sampel minimum yang harus diambil. Tabel 4.1 Data Hasil Survei Pendahuluan. Jumlah Kepala Keluarga (Xi)

ANALISA KARAKTERISTIK SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN KUDUS

BAB III METODE PENELITIAN

KOMPETISI PEMILIHAN MODA ANGKUTAN PENUMPANG BERDASARKAN MODEL LOGIT-BINOMIAL-SELISIH DAN LOGIT-BINOMIAL-NISBAH

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR ABSTRAK

ANALISA DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT ADANYA MAL CIPUTRA WORLD SURABAYA TUGAS AKHIR

PERBANDINGAN PENILAIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN MENURUT PM 96/2015 DAN KM 14/2006

STUDI TINGKAT KEKUATAN BUNYI KENDARAAN ANGKUTAN UMUM MIKROLET DI KOTA MAKASSAR.

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

TINJAUAN BANGKITAN DAN TARIKAN PERJALANAN KELURAHAN KECAMATAN RAMBAH, PASIR PENGARAIAN

JURNAL TUGAS AKHIR. Oleh : EVI JAYANTI D

Transkripsi:

PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA Muhammad Ridwan 1, Renni Anggraini 2, Nurlely 2 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Email: renni.anggraini@gmail.com Abstrak Kota Langsa terletak dibagian timur Provinsi Aceh, merupakan salah satu kota di Provinsi Aceh yang mengalami perkembangan ekonomi yang cukup pesat. Perkembangan ini berpengaruh pada tingkat kepemilikan kendaraan yang cukup tinggi, baik mobil maupun sepeda motor. Hal ini menyebabkan bertambahnya volume lalu lintas yang berkontribusi kepada kemacetan jalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kepemilikan mobil dan kepemilikan sepeda motor di kota Langsa, sehingga menghasilkan model kepemilikan mobil dan sepeda motor dengan menggunakan variabel sosial ekonomi dan tataguna lahan. Data diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner pada rumah tangga di kota Langsa yang diambil secara sampling. Pengolahan dan analisis data menggunakan model regresi linear berganda. Hasil analisis menunjukan bahwa variabel sosial ekonomi yang paling berpengaruh terhadap kepemilikan mobil dan sepeda motor adalah pendapatan keluarga. Untuk prediksi lima tahun mendatang, dengan mengasumsikan peningkatan terhadap pendapatan rumah tangga berdasarkan PDRB kota Langsa tahun 2008-2009 sebanyak 7,085%, menunjukan bahwa jumlah kepemilikan mobil rata-rata di setiap rumah adalah 1 unit, sedangkan jumlah kepemilikan sepeda motor rata-rata di setiap rumah tangga adalah 3 unit. Dari hasil tersebut, diharapkan dapat memberi referensi dalam mengambil kebijakan untuk pengembangan sistem transportasi di kota Langsa. Kata kunci: kepemilikan mobil, kepemilikan sepeda motor, regresi linear berganda 1. Pendahuluan Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang pesat mengakibatkan terjadinya peningkatan kebutuhan perjalanan di perkotaan. Sebagaimana diketahui, salah satu ciri kehidupan manusia yaitu mempunyai kecenderungan untuk selalu bergerak melakukan berbagai aktivitas, baik berupa kegiatan pendidikan, perdagangan, jasa, industri dan lain sebagainya. Dalam melakukan aktivitasnya, ada yang menggunakan kendaraan pribadi, ada juga yang menggunakan angkutan umum. Seperti halnya kebanyakan kota di negara-negara yang sedang berkembang, pelayanan dan pengadaan transportasi publik masih sangat minim, sehingga bagi mereka yang mampu membeli kendaraan pribadi (mobil atau sepeda motor), mereka akan cenderung menggunakan kendaraan pribadi daripada angkutan umum. Hal ini berimbas kepada terjadinya kemacetan di jalan raya. Seperti diketahui, penyebab utama dari lalu lintas yang padat adalah jumlah kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor) yang mendominasi di jalan raya, sedangkan pertumbuhan ruas jalan tidak mampu mengimbangi pertumbuhan jumlah kendaraan. Jumlah kepemilikan kendaraan terus bertambah karena adanya peningkatan daya beli masyarakat. Pendorong utama untuk memiliki kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor adalah kemudahan aksesibilitas, terutama di jalan yang padat, dan minimnya angkutan umum. Selain itu kredit kendaraan bisa dilakukan dengan uang muka yang rendah dan bunga yang ringan. Di provinsi Aceh jumlah penambahan kendaraan bermotor (ranmor) masih tetap tinggi, ini tebukti dari jumlah kendaraan baru yang terjual yaitu 71.206 unit, dari jumlah tersebut paling banyak sepeda motor, mencapai 67.365 unit. Setiap bulan ratarata penjualan sepeda motor baru di provinsi Aceh mencapai 11.000 unit. Demikian di

ungkapkan oleh Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aceh Drs. Paradis, MM melalui Kabid Pendapatan (Serambi, 22 Juli 2010). Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepemilikan kendaraan bermotor ditinjau dari faktor sosio-ekonomi, dengan mengambil studi kasus di Kota Langsa. Perkembangan ekonomi yang cukup pesat di Kota Langsa, diperkirakan akan berpengaruh pada peningkatan jumlah kepemilikan kendaraan pribadi, dimana hal ini akan mempengaruhi kapasitas jaringan jalan dan berdampak pada permasalahan dalam upaya pengembangan sistem transportasi kota. Jumlah kendaraan yang dimiliki rumah tangga merupakan salah satu faktor penentu jumlah moda yang digunakan dalam perjalanan. Untuk mengantisipasi masalah lalu lintas tersebut diperlukan studi untuk mengetahui karakteristik kepemilikan mobil dan sepeda motor pada rumah tangga. Maka untuk itu perlu dirumuskan model kepemilikan mobil dan sepeda motor dengan memakai parameter sosial ekonomi dan tataguna lahan. 2. Tinjauan Pustaka Studi mengenai kepemilikan kendaraan bermotor, terutama di kota-kota di Indonesia, masih sulit ditemui. Dalam studi ini, penulis mengutip beberapa studi mengenai kepemilikan kendaraan bermotor yang dilakukan di beberapa kota di Asia dan di Indonesia (Wedagama, D.M.P., 2009 dan ) Kepemilikan kendaraan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor sosio ekonomi, yaitu yang berhubungan dengan perilaku masyarakat baik selaku pengguna jalan maupun bukan pengguna jalan (Supratman, 2011). Faktor sosio ekonomi yang dapat mempengaruhi kepemilikan mobil adalah jumlah anggota keluarga dan total jarak tempuh perjalanan oleh semua anggota keluarga (Wedagama, 2009). 3. Metode Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Kota Langsa terletak di bagian Timur provinsi Aceh, berada kurang lebih 400 km dari kota Banda Aceh. Sebelum menjadi kotamadya pada tahun 2001, kota Langsa adalah ibu kota dari Kabupaten Aceh Timur. Luas daerahnya adalah 262,41 km 2 yang terdiri dari 5 kecamatan dan 51 gampoeng (desa). Jumlah penduduk sebesar 145.351 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2008-2009 sebesar 3,62% dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2008-2009 sebesar 7,085% (BPS Kota Langsa 2010). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1. 3.2 Pengambilan sampel Pengambilan sampel pada penelitan ini mengunakan metode sampling yaitu pemilhan sampel secara acak dan objektif, sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan untuk terpilih menjadi sampel. Populasi yaitu jumlah rumah tangga yang terdapat di lima kecamatan yang ada di kota Langsa. Dari jumlah rumah tangga yang ada di lima kecamatan tersebut dijumlahkan dan dihitung untuk diambil sampel dengan menggunakan rumus Slovin dan di alokasikan secara berimbang berdasarkan jumlah rumah tangga (strata) per kecamatan. Sampel adalah jumlah rumah tangga yang dipilih di setiap kecamatan. Jumlah

populasi pada penelitian ini adalah 32.217 rumah tangga yang menyebar di lima kecamatan yang ada di kota Langsa (BPS Kota langsa, 2010), dapat dilihat pada Tabel 3.1. Gambar 1. Lokasi Penelitian Kota Langsa Provinsi Aceh Tabel. 3.1Jumlah Rumah Tangga dan Menurut Kecamatan di Kota Langsa No Kecamatan Jumlah Rumah Jumlah Sampel Tangga (RT) * 1 Langsa Timur 2,682 33 2 Langsa Barat 6.461 79 3 Langsa Kota 7,840 96 4 Langsa Lama 6,013 74 5 Langsa Baro 9,221 113 Jumlah 32,217 395 *Sumber : BPS Kota Langsa (2010) Penentuan jumlah sampel mengunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan pada penelitian ini diasumsikan 5%, maka di peroleh jumlah sampel yang di dapat sebesar 395 dialokasi secara berimbang pada setiap kecamatan, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.1. 3.3 Metode Penelitian Analisa regresi adalah alat analisa yang digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antar variabel dengan mempelajari perubahan nilai suatu variabel (dependent variabel) yang disebabkan oleh berubahnya nilai variabel lain (independent variabel) yang dapat mempengaruhi variabel tersebut. Analisa regresi yang dipakai adalah analisa regresi linier berganda. Persamaan regresi linier yang digunakan dalam analisis untuk kepemilikan mobil dengan variabel bebas (X 1 X 6 ) dan variabel terikat (Y 1 ) adalah sebagai berikut: Y1 = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + β5x5 + β6x6 + β7x7 [1]

Y 1 β0 β1...β6 X1 X2 X3 X4 X5 X6 = jumlah kepemilikan mobil di dalam rumah tangga = konstanta = koefisien dari masing-masing variabel = pendapatan keluarga per bulan = jumlah pekerja dalam rumah tangga = jumlah anggota keluarga = jumlah kepemilikan SIM A dalam rumah tangga = jumlah anggota keluarga yang sedang sekolah = jumlah kepemilikan sepeda motor dalam keluarga Y2 = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + β5x5 + β6x6 + β7x7 [2] Y 2 β0 β1...β6 X1 X2 X3 X4 X5 X6 = jumlah kepemilikan sepeda motor di dalam rumah tangga = konstanta = koefisien dari masing-masing variabel = pendapatan keluarga per bulan = jumlah pekerja dalam rumah tangga = jumlah anggota keluarga = jumlah kepemilikan SIM C dalam rumah tangga = jumlah anggota keluarga yang sedang sekolah = jumlah kepemilikan mobil dalam keluarga 4. Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian ini akan uraikan hasil dan pembahasan bedasarkan pada data dan hasil survey yang telah dilaksanakan. Pengolahannya sesuai dengan dasar teori dan metode penelitian. 4.1 Karakteristik Responden Dari hasil kuesioner didapat karakteristik rumah tangga responden sebagai berikut: Berdasarkan Gambar 4.1 diketahui jumlah responden terbesar adalah yang mempunyai 2 sepeda motor di rumahnya (36,71%), sedangkan responden yang terkecil adalah yang tidak memiliki sepeda motor, yaitu sebanyak 5.82%. Karakteristik responden berdasarkan kepemilikan mobil dapat dilihat pada Gambar 4.2. Responden terbesar berasal dari rumah tangga yang tidak memiliki mobil di rumahnya (55,44%), sedangkan responden terkecil adalah rumah tangga yang memiliki 2 atau lebih mobil di rumahnya (1,01%). Responden yang memiliki 1 unit mobil di rumahnya adalah sebesar 38,48%. Berdasarkan Gambar 4.3 diketahui responden terbesar adalah yang pendapatan keluarganya sebesar Rp.5-7 juta per bulan (34,18%), diikuti oleh responden yang berpenghasilan Rp.1-3 juta (32,41%). Gambar 4.4 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jumlah pekerja di dalam rumah tangga. Mayoritas responden (47,59%) adalah mereka yang mempunyai 2 orang pekerja di dalam rumah tangganya, kemudian diikuti oleh responden yang hanya memiliki satu pekerja di dalam rumah tangga sebesar 36,96%.

Dari Gambar 4.5 diketahui jumlah responden yang tidak memiliki SIM C dalam keluarga sebanyak 6,,84%, yang memiliki 1 orang SIM C dalam keluarga sebanyak 9,87%, yang memiliki 2 orang SIM C dalam keluarga sebanyak 46,87%, yang memiliki 3 orang SIM C dalam keluarga sebanyak 12,41 % dan yang memiliki >3 orang SIM C dalam keluarga sebanyak 12,41%. Gambar 4.6 menunjukkan jumlah responden yang tidak memiliki SIM A dalam keluarga sebanyak 57,47%, yang memiliki 1 orang SIM A dalam keluarga sebanyak 23,80%, yang memiliki 2 orang SIM A dalam keluarga sebanyak 13,67%, yang memiliki 3 orang SIM A dalam keluarga sebanyak 3,54% dan yang memiliki >3 orang SIM A dalam keluarga sebanyak 1,52%. Dari grafik di atas diketahui jumlah responden yang tidak memiliki anggota keluarga yang bersekolah sebanyak 3,54%, yang memiliki 1 orang anggota keluarga yang bersekolah sebanyak 12,66%, yang memiliki 2 orang anggota keluarga yang bersekolah sebanyak 22,78%, yang memiliki 3 orang anggota keluarga yang bersekolah sebanyak 27,85% dan yang memiliki > 3 orang anggota keluarga yang bersekolah sebanyak 33,16%. Dari grafik di atas diketahui jumlah responden yang tempat tinggal dikecamatan yang luasnya 75,04 km 2 sebanyak 8,35%, yang tempat tinggal dikecamatan yang luasnya 59,95 km 2 sebanyak 20,00%, yang tempat tinggal dikecamatan yang luasnya 7,53 km 2 sebanyak 24,30%, yang tempat tinggal dikecamatan yang luasnya 42,39 km 2 sebanyak 18,74% dan yang tempat tinggal dikecamatan yang luasnya 77,50 km 2 sebanyak 28,7%. Dari grafik di atas diketahui jumlah responden yang jarak dari tempat tinggal ke pusat kota 0-2 km sebanyak 26,84%, yang jarak dari tempat tinggal ke pusat kota 2-4 km sebanyak 32,91%, yang jarak dari tempat tinggal ke pusat kota 4-6 km sebanyak 18,23%, yang dari jarak tempat tinggal ke pusat kota 6-8 km sebanyak 19,49% dan yang jarak dari tempat tinggal ke pusat kota > 8 km sebanyak 2,53%. 24.05 13.16 5.82 20.25 Tidak ada 1 Unit 2 Unit 3 Unit > 3 Unit 36.71 Gambar 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Kepemilikan Sepeda Motor 38.48 5.06 1.01 55.44 Tidak ada 1 Unit 2 Unit > 2 Unit Gambar 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Kepemilikan Mobil 8.61 6.58 14.68 0.76 34.18 18.23 32.41 47.59 36.96 < 1 Juta 1-3 Juta 3-5 Juta Gambar 4.3 Karakteristik Responden berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga 1 Orang 2 Orang 3 Orang >3 Orang Gambar 4.4 Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Pekerja

12.41 6.84 9.87 13.67 3.541.52 24.05 46.84 23.80 57.47 Tidak ada 1 Orang 2 Orang Gambar 4.5 Karakteristik Responden berdasarkan Kepemilikan SIM C Tidak ada 1 Orang 2 Orang Gambar 4.6 Karakteristik Responden berdasarkan Kepemilikan SIM A 28.61 8.35 20.00 19.49 2.53 26.84 24.30 18.23 32.91 18.73 75,04 Km2 59,95 Km2 7,53 Km2 0-2 KM 3-4 KM 5-6 KM Gambar 4.7 Karakteristik Responden berdasarkan Luas Kecamatan Tempat Tinggal Gambar 4.8 Karakteristik Responden berdasarkan Jarak Rumah ke Pusat Kota 4.3 Analisis Multivariat Analisis dilakukan untuk melihat pengaruh dan besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis ini mengunakan metode analisis regresi linear berganda dengan bantuan sofwere SPSS.17, maka didapat hasil analisis sebagai berikut: 1. Model Kepemilikan Mobil Y1 = 0,031+ 0,325X1 + 0,001X2 + 0,018X3 + 0,260X4 Nilai R 2 sebesar 0.792, menunjukan bahwah persentase pergaruh variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 79,2%. Pengujian Hipotesis mengunakan uji F, ini dilakukan untuk mengetahui kelinearan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Hipotesis awal dalam penelitian ini menyatakan model linear antara variabel terikat kepemilikan mobil dengan variabel bebas adalah signifikan. Dari perhitungan, maka diperoleh F hitung 370,78 dan F tabel 2,39 sehingga F hitung lebih besar dari F tabel. maka model linear antara varibel terikat dengan variabel bebas adalah signifikan. 2. Model Kepemilikan Sepeda Motor Y2 = 0,046 + 0,503X1 + 0,244X2 + 0,169X4 + 0,164X5 Nilai R 2 sebesar 0.750, menunjukan bahwah persentase pergaruh variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 75%. Pengujian Hipotesis mengunakan uji F, ini dilakukan untuk

mengetahui kelinearan hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Hipotesis awal dalam penelitian ini menyatakan model linear antara variabel terikat kepemilikan mobil dengan variabel bebas adalah signifikan. Dari perhitungan, maka diperoleh F hitung 293,27 dan F tabel 2,39 sehingga F hitung lebih besar dari F tabel. maka model linear antara varibel terikat dengan variabel bebas adalah signifikan. 4.4 Pembahasan Pada analisis bivariat untuk kepemilikan mobil menunjukan hasil bahwa variabel luas kecamatan dan variabel jarak tempat tinggal ke pusat kota tidak mempengaruhi terhadap kepemilikan mobil di kota Langsa. Sedangkan untuk kepemilikan sepeda motor menunjukan bahwa variabel luas kecamatan mempengaruhi kepemilikan sepeda motor di kota Langsa tetapi pengaruhnya sangat kecil dan variabel jarak tempat tinggal ke pusat kota tidak mempengaruhi kepemilikan sepeda motor di kota Langsa. Hasil analisis multivariat untuk kepemilikan mobil menunjukan bahwa variabel yang dominan dalam menentukan kepemilikan mobil adalah faktor jumlah pendapatan rumah tangga, diikuti dengan kepemilikan SIM A dalam rumah tangga, jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga, dan yang terakhir jumlah yang bekerja dalam rumah tangga. Hal ini dapat dilihat dari besarnya koefisien regresi yang di hasilkan. Besarnya koefesien regresi untuk faktor pendapatan sebesar 0,325, faktor kepemilikan SIM A sebesar 0,260, faktor jumlah anggota keluarga sebesar 0,018 dan faktor jumlah yang bekerja sebesar 0,001. Model kepemilikan sepeda motor menunjukan bahwa variabel yang dominan dalam menentukan kepemilikan sepeda motor adalah faktor jumlah pendapatan rumah tangga, diikuti dengan jumlah yang bekerja dalam rumah tangga, kepemilikan SIM C dalam rumah tangga dan yang terakhir jumlah yang bersekolah dalam rumah tangga. Hal ini dapat dilihat dari dari besarnya koefisien regresi yang di hasilkan. Besarnya koefesien regresi untuk faktor pendapatan sebesar 0,503, faktor jumlah yang bekerja sebesar 0,244, faktor kepemilikan SIM C sebesar 0,169 dan faktor jumlah yang bersekolah sebesar 0,164. Hasil analisis peramalan rata-rata rumah tangga saat sekarang yang didasarkan pada data coding menunjukan bahwa untuk kepemilikan mobil (Y1) sebesar 1,582 2, ini berarti kepemilikan mobil sebanyak 1 unit. Untuk kepemilikan sepeda motor (Y2) sebesar 3,037 3, ini berarti kepemilikan sepeda motor sebanyak 2 unit. Sedang untuk peramalan lima tahun akan datang menunjukan kepemilikan mobil (Y1) sebesar 1,907 2, terjadi peningkatan tetapi masih dalam katagori 2, ini berarti kepemilikan mobil masih 1 unit, untuk kepemilikan sepeda motor sebesar (Y2) sebesar 3,540 4, kepemilikan sepeda motor terjadi peningkatan dari 2 unit menjadi 3 unit. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan 1. Variabel sosial ekonomi yang terdiri dari pendapatan, jumlah yang bekerja, jumlah anggota keluarga, jumlah kepemilikan SIM, dan jumlah yang bersekolah sangat berpengaruh tehadap kepemilikan mobil dan sepeda motor sedangkan variabel tataguna lahan yang terdiri dari luas kecamatan dan jarak ke pusat kota kurang berpengaruh terhadap kepemilikan mobil dan sepeda motor. 2. Model kepemilikan mobil yang dihasilkan adalah :Y1 = 0,031 + 0,325X1 + 0,001X2 + 0,018X3 + 0,260X4, dengan jumlah kepemilikan mobil (Y1), jumlah pendapatan (X1), jumlah yang bekerja (X2), jumlah anggota keluarga (X3), dan jumlah kepemilikan SIM A (X4). 3. Model kepemilikan sepeda motor yang dihasilkan adalah: Y2 = 0,046 + 0,503X1 + 0,244X2 + 0,169 X4 +0,164X5, dengan jumlah kepemilikan sepeda motor (Y2), jumlah

pendapatan (X1), jumlah yang bekerja (X2), jumlah kepemilikan SIM C (X4), dan jumlah yang bersekolah dalam rumah tangga (X5). 4. Prediksi kepemilikan mobil dan sepeda motor lima tahun mendatang menunjukan bahwa jumlah kepemilikan mobil dan sepeda motor pada rumah tangga terjadi peningkatan. 5.2 Saran 1. Dari faktor-faktor yang ada bahwa kepemilikan mobil dan sepeda motor akan terus bertambah, maka dari itu perlu ada suatu kebijakan untuk membatasi jumlah kepemilikan mobil dan sepeda motor, sehingga masyarakat mau beralih ke angkutan umum. 2. Selain itu bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan peramalan pada variabel bebas yang lainnya. DAFTAR KEPUSTAKAAN [1] Badan Pusat Statistik Kota Langsa, 2010. Langsa Dalam Angka, BPS, Kota Langsa. [2] Irianto.A, 2007. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, Kencana Prenada Media, Jakarta. [3] Miro,F.,2002,Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta. [4] Nazir. M, 2005. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan. [5] Priyatno,D, 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, Mediakom, Yokyakarta. [6] Rahmani.R & Mu min.b, 2005. Analisa Faktor Mempengaruhi Kepemilikan Kendaraan Bermotor Roda Dua di Kota Palangkaraya, Jurnal Simposium VII FSTPT, Desember 2005. [7] Senbil,M., Zhang, J.& Fujiwara, A, 2006. Motorcycle Ownership and Use in Jabotabek (Indonesia) Metropolitan Area, Discussion Paper Series Vol. 2006-3, Graduate school of Internactional Development and Cooperation, Hiroshima Univesity. [8] Sarwoko, 2007, Statistik Inferensi untuk Ekonomi dan Bisnis, Penerbit Andi, Yokyakarta. [9] Tamin, O, Z, 2008, Perencanaan, Pemodelan dan Rekayasa Transportasi, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung. [10] Usman. H, 1998. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. [11] Wedagama,D.M.P,2009. The Analysis of Household Car and Motorcycle Ownerships Using Poisson Regression. Case study : Denpasar Bali, Jurnal Teknik Sipil Vol.16 No 2 Agustus 2009.