PERBANDINGAN PENILAIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN MENURUT PM 96/2015 DAN KM 14/2006

Transkripsi

1 Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, Oktober 2017 PERBANDINGAN PENILAIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN MENURUT PM 96/2015 DAN KM 14/2006 Tri Sudibyo 1, Purwo Mahardi 2 dan Teguh Prasetyo 3 1 Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, IPB Dramaga Bogor tri.sudibyo@apps.ipb.ac.id 2 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Surabaya, Jl. Ketintang, Surabaya purwomahardi@gmail.com 3 PT Prestisindo, Perumahan Taman Kenari blok B7 no 18 Ciluar Bogor teguhprasetyo@prestisindo.co.id ABSTRAK Jalan adalah satu satu prasarana transportasi yang paling diandalkan dan banyak digunakan secara langsung oleh masyarakat. Kinerja jalan menjelaskan seberapa baik jalan tersebut dapat melayani lalu lintas yang melaluinya, yang secara umum dinilai dari tingkat kelancaran, ada tidaknya kemacetan, hambatan maupun tundaan. Mengacu kepada Highway Capacity Manual HCM, kinerja ini sering dikenal sebagai Level of Service (LOS) atau di Indonesia dikenal dengan Tingkat Pelayanan Jalan. Di Indonesia perhitungan parameter kinerja jalan dilakukan dengan mengacu MKJI 1997 maupun PKJI 2015, sedangkan penilaiannya diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan no 96 Tahun 2015 sebagai pembaruan dari Keputusan Menteri Perhubungan no 14 Tahun Kedua peraturan ini memiliki perbedaan jenis dan batas parameter yang menjadi dasar klasifikasi kinerja jalan. Penelitian ini membandingkan nilai kinerja jalan mengacu kepada kedua peraturan tersebut, dengan sampel ruas jalan dan simpang diambil di beberapa kota di Jabodetabek, dan diharapkan telah mewakili definisi jalan luar kota dan jalan perkotaan sesuai MKJI 1997 maupun PKJI Penilaian Tingkat Pelayanan Jalan menurut PM 96/2015 maupun KM 14/2006 dilakukan pada sampel ruas dan simpang, kemudian dibuat simpulan mengenai kriteria tingkat pelayanan menurut kedua peraturan tersebut. Dari pengamatan pada PM 96/2015 diketahui batas kecepatan yang terlampau tinggi untuk mendapat kriteria terbaik (A) maupun kriteria di bawahnya untuk diterapkan di perkotaan besar di Indonesia, sementara pada KM 14/2006 kriteria berdasarkan pada V/C dan kecepatan yang relatif sulit untuk menjadi dasar penentuan tingkat pelayanan. Kata kunci: Level of Service (LOS), tingkat pelayanan, kinerja jalan 1. PENDAHULUAN Permasalahan transportasi merupakan salah satu hal penting yang dialami hampir di setiap daerah berkembang (kota/kabupaten) di Indonesia. Kota-kota metropolitan seperti DKI Jakarta (bersamaan dengan Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), Surabaya, Yogyakarta dan kota besar lain di Indonesia mengalami masalah transportasi, baik itu yang bersifat harian (jam berangkat, pulang kerja, sekolah), maupun di hari tertentu seperti tiap akhir pekan, hari libur, libur panjang, dan sebagainya. Pertumbuhan jumlah penduduk yang diikuti dengan pertumbuhan kepemilikan kendaraan menyebabkan peningkatan kebutuhan akan transportasi khususnya transportasi darat. Di banyak kota besar di Indonesia, laju pertumbuhan lalu lintas yang tinggi tidak diimbangi dengan pembangunan jaringan jalan yang signifikan. Hal menjadi menjadi salah satu faktor pemicu meningkatnya kemacetan. Untuk menilai kinerja jaringan jalan maka dapat digunakan Keputusan Menteri Perhubungan no 14 tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan dan Peraturan Menteri Perhubungan no 96 tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas. Kedua peraturan ini memiliki perbedaan dalam mengklasifikasi tingkat pelayanan. Latar belakang Parameter kinerja lalu lintas dapat dihitung dengan beberapa metode, dimana di Indonesia telah terdapat manual atau pedoman yang dapat digunakan yaitu Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997 maupun Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia Sementara manual atau pedoman ini hanya digunakan untuk menghitung beberapa paramater kinerja jalan, penjelasan yang mengklasifikasikan atau menilai tingkat kinerja jalan ini diatur dalam KM 14 Tahun 2006 dan PM 96 Tahun Kedua peraturan ini memiliki pendekatan yang berbeda di dalam menilai kinerja jalan, sehingga untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kedua peraturan dan hasil penggunaan TRP-183

2 kriteria dalam peraturan ini di berbagai kota di Indonesia, perlu dilakukan penilaian terhadap beberapa ruas jalan dan simpang sebagaimana di obyek studi ini. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan penilaian tingkat pelayanan jalan mengacu kepada peraturan KM 14 tahun 2006 dan PM 96 Tahun 2015 serta mengetahui perbedaan diantara kedua peraturan tersebut. 2. STUDI LITERATUR Kapasitas jalan Kapasitas jalan dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut (Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997) : C = C o x FC W x FC SP x FC SF x FC CS (1) Dengan C : kapasitas jalan, C o : kapasitas dasar jalan, FC W : faktor koreksi lebar lajur, FC SP : faktor koreksi pemisah arah, FC SF : faktor koreksi hambatan samping, dan FC CS : faktor koreksi ukuran kota. C dan C o memiliki satuan smp/jam. Kapasitas simpang bersinyal dan tidak bersinyal Nilai kapasitas simpang bergantung kepada jenis persimpangannya yaitu bersinyal atau tidak bersinyal, komposisi asal-tujuan dari tiap pendekatnya, dan faktor geometri. Pada simpang bersinyal, faktor pengaturan sinyal dan fase menjadi pengaruh juga dalam kapasitas tiap pendekatnya, sedangkan pada simpang tidak bersinyal, kapasitas bergantung kepada komposisi belokan arusnya, termasuk geometri dan ukuran mayor minor pendekatnya. Pada simpang tidak bersinyal kapasitas simpang dihitung dengan persamaan berikut (Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997) : C = C O F W F M F CS F RSU F LT F RT F MI (2) Dengan C : kapasitas simpang, C O : kapasitas dasar simpang, F W : faktor koreksi lebar, F M : faktor koreksi median, F CS : faktor koreksi ukuran kota, F RSU : faktor koreksi lingkungan, F LT : faktor koreksi belok kiri, F RT : faktor koreksi belok kanan, dan F MI : faktor koreksi jalan minor. Pada simpang bersinyal definisi kapasitas merupakan kapasitas tiap pendekat, dihitung dengan persamaan berikut (Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997) : Dengan C : kapasitas pendekat, S : arus jenuh, g : waktu hijau, c: waktu siklus. Derajat kejenuhan jalan C = S g/c (3) Rasio arus terhadap kapasitas jalan didefinisikan sebagai Degree of Saturation atau DS dengan persamaan sebagai berikut: DS = Q/C (4) Dengan Q : arus kendaraan yang melintas atau volume kendaraan dengan satuan smp/jam, dan C : kapasitas jalan. Arus kendaraan umumnya selalu berubah setiap waktu, namun kapasitas jalan relatif tetap, sehingga nilai perbandingan arus terhadap kapasitas berubah. DS meningkat seiring dengan penambahan arus lalu lintas yang terjadi, dan sebaliknya. Semakin tinggi DS mengakibatkan penurunan kecepatan lalu lintas. DS sering pula diistilahkan sebagai V/C ratio. Tingkat pelayanan Tingkat pelayanan merupakan indikator kemampuan jalan dalam memberikan layanan lalu lintas khususnya lalu lintas darat (jalan raya). Dalam mengukur tingkat pelayanan sebuah ruas jalan dinyatakan dengan huruf A (skala penilaian terbaik) hingga huruf F (skala penlaian terburuk). Adapun kriteria penilaian tingkat pelayanan jalan yang diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan no 14 Tahun 2006 dapat diamati dalam Tabel 1. TRP-184

3 Tingkat Pelayanan A B C D E F Tabel 1 Tingkat Pelayanan Jalan KM 14/2006 Karakteristik Operasi Terkait - Arus bebas - Kecepatan perjalanan rata-rata > 80 Km/jam - V/C ratio < 0,6 - Load factor pada simpang = 0 - Arus stabil - Kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d > 40 Km/jam - V/C ratio < 0,7 - Load factor < 0,1 - Arus stabil - Kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d > 30 Km/jam - V/C ratio < 0,8 - Load factor < 0,3 - Mendekati arus tidak stabil - Kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d > 25 Km/jam - V/C ratio < 0,9 - Load factor < 0,7 - Arus tidak stabil, terhambat, dengan tundaan yang tidak dapat ditolerir - Kecepatan perjalanan rata-rata sekitar 25 Km/jam - Volume mendekati kapasitas jalan - Load factor pada simpang < 1 - Arus tertahan, macet - Kecepatan perjalanan rata-rata < 15 Km/jam - V/C ratio permintaan melebihi 1 - Simpang jenuh Sedangkan tingkat pelayanan jalan yang diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan no 96 Tahun 2015 memiliki penjelasan sebagaimana Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2 Tingkat Pelayanan Jalan PM 96/2015 Tingkat Pelayanan A B C D E Karakteristik Operasi Terkait - Arus bebas, volume lalu lintas rendah - Kecepatan perjalanan > 80 Km/jam - Kepadatan lalu lintas rendah - Kebebasan mempertahankan kecepatan tanpa/dengan sedikit tundaan - Arus stabil dan volume lalu lintas sedang - Kecepatan perjalanan > 70 Km/jam - Kepadatan lalu lintas rendah, hambatan internal belum mengganggu kecepatan - Kebebasan memilih kecepatan dan lajur - Arus stabil dengan pergerakan dipengaruhi volume lalu lintas yang lebih tinggi - Kecepatan perjalanan > 60 Km/jam - Kepadatan lalu lintas sedang, hambatan internal lalu lintas meningkat - Keterbatasan memilih kecepatan, pindah lajur, atau mendahului - Arus mendekati tidak stabil, volume lalu lintas tinggi - Kecepatan perjalanan > 50 Km/jam - Kepadatan lalu lintas sedang, fluktuasi volume lalu lintas dan hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar - Keterbatasan menjalankan kendaraan, kenyamanan rendah, namun masih dapat ditolerir untuk waktu yang singkat - Arus mendekati tidak stabil, volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan - Kecepatan perjalanan > 30 km/jam untuk jalan antar kota dan >10 km/jam untuk jalan perkotaan TRP-185

4 Tingkat Pelayanan F Karakteristik Operasi Terkait - Kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi - Pengemudi mengalami kemacetan-kemacetan durasi pendek - Arus tertahan, terjadi antrian kendaraan yang panjang - Volume lalu lintas rendah dan kepadatan lalu lintas tinggi - Kecepatan perjalanan < 30 Km/jam - Dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0 (nol) 3. PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data lalu lintas dilakukan di wilayah studi pada beberapa ruas jalan dan persimpangan yang mewakili jalan perkotaan, jalan luar kota, simpang tidak bersinyal, dan simpang bersinyal di beberapa titik di kota Bogor dan Depok di Jawa Barat dan Cilegon, Banten. Tabel 3. Pengumpulan Data Geometri Lingkungan Kecepatan Volume Persinyalan Jalan Keadilan V V V V Jalan Sawangan V V V V Jalan Raya Bogor V V V V Jalan Citayam V V V V Jalan Margonda V V V V Jalan Soleh Iskandar V V V V Jalan Abdullah bin Nuh V V V V Jalan Raya Anyer V V V V Simpang Soleh Iskandar V V V V Simpang Darmaga Bubulak V V V Sebagaimana dalam Tabel 3 di atas, jenis data yang dikoleksi di wilayah studi meliputi profil geometri jalan dan lingkungannya, kecepatan dan profil arus kendaraan. Data profil geometri jalan yang dikumpulkan meliputi lebar total perkerasan jalan, lajur kendaraan, dan jenis tepi jalan (bahu atau kerb), yang diperlukan sebagai dasar dalam menentukan kapasitas jalan. Pada simpang, pengumpulan data dilakukan pada profil geometri simpang yang meliputi lebar tiap pendekat pada simpang, dan persinyalan khusus untuk simpang bersinyal. Data profil lingkungan yang dikumpulkan meliputi hambatan samping, ukuran kota dan data lain yang juga merupakan dasar dalam penentuan kapasitas jalan dan simpang. Pengukuran kecepatan dilakukan dengan kecepatan rata-rata ruang dari perwakilan beberapa kendaraan pada jarak ruang yang pendek. Data profil arus kendaraan atau volume yang dikumpulkan meliputi data pencacahan arus dalam tiga klasifikasi kendaraan bermotor yaitu sepeda motor, mobil dan kendaraan berat. Pencacahan arus dilakukan pada ruas jalan pada setiap arah, dan pada persimpangan dengan memperhatikan asal tujuan tiap pendekat. 4. HASIL ANALISIS Dari data yang diperoleh, dilakukan analisis perhitungan parameter kapasitas jalan, kapasitas simpang tidak bersinyal, dan kapasitas simpang bersinyal. Perhitungan tundaan sebagai dasar perhitungan tingkat pelayanan simpang juga dilakukan dengan mengikuti standar dalam MKJI Hasil perhitungan dan penilaian tingkat pelayanan jalan dan simpang dalam wilayah studi adalah sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Perhitungan Kinerja dan Tingkat Pelayanan Jalan Ruas Jalan Jalan Keadilan Depok Kecepatan (km/jam) Arus Kapasitas DS Tundaan Tingkat Pelayanan Rentang Rataan (smp/jam) (smp/jam) (detik/smp) KM 14 PM ,10 C E TRP-186

5 Jalan Sawangan Depok Jalan Raya Bogor Bogor Kecepatan (km/jam) Arus Kapasitas DS Tundaan Tingkat Pelayanan Rentang Rataan (smp/jam) (smp/jam) (detik/smp) KM 14 PM ,38 D F ,76 C E Jalan Citayam Bogor ,39 E F Jalan Margonda Depok ,86 D F Jalan Soleh Iskandar Bogor ,90 F F Jalan Abdullah bin Nuh Bogor ,53 E F Simpang Simpang Soleh Iskandar Bogor >200 F F Selatan , Barat RT , Barat ST , Barat ST , Barat ST , Timur , Simpang Darmaga Bubulak Bogor ,85 14 B B Dari penilaian tingkat pelayanan menggunakan dua peraturan tersebut diatas yaitu KM 14 tahun 2006 dan PM 96 tahun 2015 memberikan nilai akhir yang berbeda. Kriteria dalam peraturan PM 96 tahun 2015 lebih ketat dalam memberikan nilai tinggi A, B atau C. Batas kecepatan yang merupakan dasar perhitungan memberikan saringan yang dominan sehingga hampir seluruh ruas dalam batas kajian tidak ada yang masuk bahkan untuk kriteria tingkat pelayanan jalan D, sementara batasan lebih ringan didapatkan dari kriteria menurut KM 14 tahun Untuk tingkat pelayanan simpang diperoleh nilai yang relatif sama untuk kedua peraturan tersebut. Perbedaan yang signifikan dapat diamati pada 3 ruas jalan yakni Jalan Keadilan Depok, Jalan Sawangan Depok, dan Jalan Raya Bogor, Bogor. Pada ruas Jalan Keadilan Depok tercatat nilai kecepatan rata-rata 33 km/jam. Apabila kecepatan yang dijadikan dasar penilaian, maka berdasar KM 14 tahun 2006 ruas jalan ini akan mendapatkan nilai C, sedangkan penilaian berdasar PM 96 tahun 2015 memberikan nilai E. Kondisi yang serupa juga ditunjukkan oleh ruas jalan yang lain. Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam KM 14 tahun 2006 adalah hubungan antara parameter yang digunakan dalam menentukan tingkat pelayanan jalan dalam hal ini kecepatan rata- rata dan derajat kejenuhan (V/C ratio). Sesuai dengan hubungan umum arus dan kecepatan yang membentuk kurva parabolik non linier (Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997), kondisi di lapangan seringkali menunjukkan hal tersebut di antara dua parameter ini. Contoh kasus pada Jalan Keadilan Depok dimana kecepatan rata-rata 33 km/jam dan V/C ratio 0,1. Apabila kecepatan ratarata yang dijadikan pedoman dalam menentukan tingkat pelayanan maka akan didapatkan tingkat pelayanan C, namun apabila berpatokan pada V/C ratio maka tingkat pelayanannya menjadi A. Kondisi demikian tidak akan ditemui apabila patokan penentuan tingkat pelayanan menggunakan PM 96 tahun 2015 karena dalam peraturan tersebut parameter yang terdefinisikan secara kuantitatif hanya kecepatan saja. Penetapan kecepatan sebagai standar kuantitatif penilaian tingkat pelayanan seperti termaktub dalam PM 96 tahun 2015 memberikan konsekuensi bahwa tingkat pelayanan level D keatas akan sulit dicapai. Hal ini terjadi karena batas kecepatan minimal tingkat pelayanan pada level D adalah 50 km/jam. Angka kecepatan tersebut jelas akan sulit dicapai apabila dikaitkan dengan kondisi lalu lintas perkotaan yang semakin lama semakin tampak kepadatannya. TRP-187

6 5. KESIMPULAN Dari penelitian ini didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Klasifikasi tingkat pelayanan menurut KM 14 tahun 2006 cukup baik dalam hal kriteria kecepatan, namun tidak cukup dalam menjelaskan kaitannya dengan batas V/C ratio. 2. Klasifikasi tingkat pelayanan menurut PM 96 tahun 2015 relatif lebih tinggi standar yang digunakan bila dibanding KM 14 tahun 2006 sehingga sulit diperoleh klasifikasi ruas jalan perkotaan maupun luar kota yang memenuhi kriteria minimal D, dan hampir seluruh ruas jalan akan bernilai E atau lebih buruk. 3. Perlunya klasifikasi tingkat pelayanan yang menjelaskan secara detail jenis, status, geometri, dan letak jalan (perkotaan, luar kota, bebas hambatan) dan standar yang berbeda untuk setiap jenis jalan tersebut. 4. Perlunya penjelasan lebih detail mengenai metode dan waktu pengambilan data untuk seluruh parameter yang dimaksud dalam peraturan. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Abraham. (2017). Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal Jalan KH Sholeh Iskandar - KH Abdullah bin Nuh di Bogor, Jawa Barat. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. D, Hobbs, F. (1995). Perencanaan dan Teknik Lalu lintas, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Departemen Pekerjaan Umum. (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta. Kementrian Perhubungan. (2006). Keputusan Menteri Perhubungan No 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan. Jakarta. Kementrian Perhubungan. (2015). Peraturan Menteri Perhubungan No 96 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas. Jakarta. Khisty, CJ & Lall, BK. (2005). Dasar-dasar Rekayasa Transportasi jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta. Listiana, Novi. (2017). Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal Jalan Raya Dramaga Bubulak Bogor Jawa Barat. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Putranto, S, Leksmono. ( 2013). Rekayasa Lalu Lintas Edisi 2, Penerbit Indeks, Jakarta Tamin, Ofyar Z. (2000). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi Kedua, Penerbit ITB, Bandung. TRP-188