HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

HASIL DAN PEMBAHASAN

KETAHANAN VARIETAS/KLON UBI KAYU TERHADAP HAWAR BAKTERI SECARA ALAMI DI LAPANGAN

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. (turunan) dari persilangan intraspesifik RRIM 600 x PN 1546 di Balai Penelitian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. digunakan sebagai alternatif pengobatan seperti kunyit, temulawak, daun sirih,

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

Keragaan Fenotipik Klon-Klon Mawar Hasil Persilangan Tunggal. Phenotypic Performance of Rose Clones From Single Hybridization.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. rizosfer tanaman nanas yang diambil dari PT. Great Giant Pineapple (GGP)

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri.

BAB I PENDAHULUAN. maupun negara berkembang. Dewasa ini para sarjana kedokteran telah

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Respon deferensiasi sel darah perifer mencit terhadap vaksin S. agalactiae yang diradiasi.

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 mencapai 1,85% per 1000 penduduk. Penyebab malaria yang tertinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK Penggunaan asam glycyrrhizic yang merupakan bahan aktif dari Viusid Pet sudah lazim digunakan untuk meningkatkan respon imun.

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

GAMBARAN LEUKOSIT MENCIT (Mus musculus) YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei DAN DIBERI INFUSA Artemisia annua Linn. SEPTI RUBIYANI

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

HASIL DAN PEMBAHASAN

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

- Agustus 1998), tetapi secara keseluruhan lebih bersifat basah (Gambar 7).

PEMBAHASAN. Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei

Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor )

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada

Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

Effect of Coating Formulation on Viability, Vigor and Storability of Rice Seeds (Oryza sativa L.)

Imunologi Agung Dwi Wahyu Widodo

Effects of Mixed Extract of Alstonia scholaris Bark and Phyllanthus niruri in Swiss Webster Mice Infected by Plasmodium berghei

BAB I PENDAHULUAN. Alergi terjadi akibat adanya paparan alergen, salah satunya ovalbumin.

UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN 19 GALUR TOMAT F6(Lycopersicon esculentum Mill.)

KERAGAAN PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN REPRODUKTIF HIBRIDA JAGUNG PERSILANGAN GALUR INBRIDA MUTAN (M4) PADA LATOSOL DARMAGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sehingga mampu menghadapi serangan zat asing seperti

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Neutrofil pada Mencit Jantan Berdasarkan Tabel 2, rata-rata persentase neutrofil ketiga perlakuan infusa A. annua L. dari hari ke-2 sampai hari ke-8 setelah infeksi cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Pada hari ke-9 setelah infeksi, rata-rata persentase neutrofil ketiga perlakuan cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan. Pada hari ke-1 setelah infeksi, rata-rata persentase neutrofil kelompok cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase neutrofil dari berbagai kelompok perlakuan pada mencit jantan disajikan pada Tabel 2, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 1 di bawah ini. 5 4 3 2 1 O Hari Pengamatan Gambar 1 Rata-rata persentase neutrofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml), 1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). Neutrofil pada Mencit Betina Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase neutrofil dari berbagai kelompok perlakuan pada mencit betina disajikan pada Tabel 3. Diagram batang dari Tabel 3 disajikan pada Gambar 11.

25 Tabel 2 Rata-rata persentase neutrofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O 3.33 ± 1.41 abcd 39. ±. bcd 39.67 ± 8.92 bcd 37.33 ± 3.79 abcd 38.67 ± 12.5 bcd 39. ± 14. bcd 33.33 ± 19.1 abcd 28. ± 5. abc 3. ± 8.54 abcd 28.67 ± 1.53 abcd 32.67 ± 5.3 abcd 21. ± 2.65 a 31. ± 8.72 abcd 39.33 ± 16.2 bcd 35.33 ± 3.6 abcd 37. ± 1.82 abcd 34. ± 8.66 abcd 36. ±. abcd 36.33 ± 1.26 abcd 23.33 ± 2.52 ab 38.33 ± 13.5 abcd 36.33 ± 6.11 abcd 36.33 ± 14.22 abcd 35. ± 1. abcd 34.67 ± 6.66 abcd 34.67 ± 2.8 abcd 33. ± 3.61 abcd 33. ± 4.36 abcd 3.33 ± 1.53 abcd 32.67 ± 7.37 abcd 3.33 ± 9.61 abcd 41.67 ± 12.6 cd 32.5 ± 7.5 abcd 34.67 ± 3.21 abcd 45.33 ± 5.86 d 36. ± 4.36 abcd 43. ±. cd 33.67 ± 5.51 abcd 4.33 ± 2.89 cd 31.67 ± 9.29 abcd *Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<.5; O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml),1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). Tabel 3 Rata-rata persentase neutrofil dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O 26.33 ± 3.21 abcdefghi 29.67 ± 15.89 abcdefghij 31. ± 6.56 abcdefghij 33. ± 5.29 cdefghij 41.67 ± 4.51 j 3.67 ± 3.21 abcdefghij 27.33 ± 6.3 abcdefghij 41.66 ± 13.58 j 25.67 ± 1.53 abcdefghi 38.67 ± 2.8 ghij 21.33 ± 9.7 abcd 39. ± 9.54 ghij 39.67 ± 3.21 hij 41.5 ± 1.5 j 4. ± 1. ij 42. ±. j 24.33 ± 4.93 abcdefg 34.33 ± 8.39 defghij 32.67 ± 3.51 bcdefghij 37.33 ± 13.87 efghij 3. ± 2. abcdefghij 37. ± 2. efghij 37.67 ± 4.62 fghij 35.33 ± 8.5 defghij 37. ± 2.65 efghij 36. ± 16.52 defghij 18. ± 7. ab 23.5 ± 13.5 abcdef 36. ± 7. defghij 16.5 ± 2.5 a 32.5 ± 3.5 bcdefghij 26. ± 3. abcdefghi 24.67 ±.56 abcdefg 41.33 ± 8.8 j 22.67 ± 1.53 abcde 23.67 ± 6.11 abcdef 21.33 ± 2.51 abcd 18.67 ± 6.87 abc 25. ± 1. abcdefgh 3.33 ± 11.15 abcdefghij *Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<.5; O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml),1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml).

26 Pada hari ke-2 setelah infeksi (Tabel 3), hanya yang memiliki persentase rata-rata neutrofil lebih tinggi dibandingkan kelompok. Pada hari ke-4 setelah infeksi, rata-rata persentase kelompok perlakuan dan cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Rata-rata persentase neutrofil ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-6 sampai ke-11 setelah infeksi cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok. 5 4 3 2 1 O Hari Pengamatan Gambar 11 Rata-rata persentase neutrofil dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml), 1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). Monosit Pada Mencit Jantan Berdasarkan Tabel 4, pada hari ke-2 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok. Hal sebaliknya terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi, persentase rata-rata monosit ketiga kelompok perlakuan A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Pada hari ke-6 dan ke-8 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Pada hari ke-9 dan ke-1 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok, sedangkan kelompok 26

27 perlakuan dan cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase monosit dari berbagai kelompok perlakuan di mencit jantan disajikan pada Tabel 4, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 12 di bawah ini.. 2 1 O Hari Pengamatan Gambar 12 Rata-rata persentase monosit dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml), 1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). Monosit pada Mencit Betina Berdasarkan Tabel 5, pada hari ke-2 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit ketiga perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Pada hari ke-4 setelah infeksi, hanya yang memiliki rata-rata persentase monosit lebih tinggi dibandingkan kelompok. Hari ke-6 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan rata-rata persentase kelompok. Rata-rata persentase monosit pada hari ke-9 dan ke-1 setelah infeksi cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase monosit dari mencit betina disajikan pada Tabel 5, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 13. 27

28 Tabel 4 Rata-rata persentase monosit dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O 4. ± 2.65 ab 11.33 ± 4.51 abc 8.33 ± 2.8 abc 4.67 ± 4.62 ab 12.67 ± 7.57 abc 11.67 ± 3.21 abc 1. ± 5. abc 13. ± 2. abc 2.33 ±.57 a 12.33 ± 5.13 abc 7.67 ± 4.51 abc 8.33 ± 4.93 abc 3.67 ± 1.54 ab 6.33 ± 8.39 ab 5. ± 6.25 ab 3.33 ± 1.53 a 5.33 ± 2.8 ab 11.67 ± 12.5 abc 12. ± 1. abc 7.67 ± 4.73 abc 9.67 ± 6.11 abc 8.33 ± 4.4 abc 15. ± 6.8 bc 18. ± 7. d 2.67 ± 1.53 a 3.67 ± 1.53 ab 12.33 ± 3.5 abc 4.67 ± 2.8 ab 2.67 ± 1.53 a 9.67 ± 4.73 abc 9.67 ± 7.51 abc 9.67 ± 5.77 abc 9.5 ± 6.5 abc 3.33 ± 2.52 a 13.67 ± 6.43 bcd 1. ± 8.72 abc 1. ± 3.46 abc 3.67 ± 3.5 ab 4.33 ± 2.8 ab 11. ± 16.46 abc *Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<.5; O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml),1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). Tabel 5 Rata-rata persentase monosit dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O 3. ± 1.73 abcd 6.33 ± 1.53 abcdefghi 9. ± 8.54 defghi 12.33 ±1.53 ghi 8.33 ± 2.31 bcdefghi 9.33 ± 3.6 defghi 9.67 ± 4.13 defghi 6. ± 2. abcdefghi 1.67 ±.58 abc 3.33 ± 2.31 abcde 6. ± 4.36 abcdefghi 8.67 ± 3.6 cdefghi 5.67 ± 5.69 abcdefgh 3. ± 1. abcd 8. ± 2. abcdefghi 9.5 ±.5 defghi 3.67 ± 1.53 abcde 13. ± 3.61 i 1. ± 1. a 4. ± 3.61 abcdef 1.33 ±.58 ab 1.33 ±.58 ab 9. ± 3.61 defghi 12.67 ± 2.89 hi 4.33 ± 3.21 abcdef 6. ± 3.61 abcdefghi 8.5 ±.5 bcdefghi 5.5 ± 1.5 abcdefgh 8.5 ± 7.5 bcdefghi 5.5 ± 4.5 abcdefgh 6.5 ±.5 abcdefghi 6.5 ± 2.5 abcdefghi 4.67 ± 3.79 abcdef 11. ± 1. fghi 5.33 ± 1.53 abcdefg 6.33 ± 7.51 abcdefghi 5.33 ± 4.61 abcdefg 9.33 ± 6.43 defghi 1.33 ± 4.16 efghi 8.67 ± 3.79 cdefghi *Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<.5; O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml),1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). 28

29 2 1 O Hari Pengamatan Gambar 13 Rata-rata persentase monosit dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml), 1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). Limfosit pada Mencit Jantan Rata-rata persentase limfosit ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-4 dan ke-6 setelah infeksi berdasarkan Tabel 6 cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok. Pada hari ke-8 dan ke-1 setelah infeksi, kelompok memiliki rata-rata persentase limfosit paling tinggi dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Pada hari ke-9 setelah infeksi, rata-rata persentase limfosit ketiga kelompok perlakuan cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok, dan kelompok memiliki rata-rata persentase limfosit tertinggi dibandingkan dua kelompok perlakuan infusa A. annua L. lainnya. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase limfosit dari berbagai kelompok perlakuan pada mencit jantan disajikan pada Tabel 6, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 14 berikut ini. 29

3 8 7 6 5 4 3 2 1 O Hari Pengamatan Gambar 14 Rata-rata persentase limfosit dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml), 1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). Limfosit pada Mencit Betina Berdasarkan Tabel 7, pada hari ke-2 setelah infeksi, rata-rata persentase limfosit ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok. Pada hari ke-4 dan ke-6 setelah infeksi, rata-rata persentase limfosit kelompok dan cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Pada hari ke-8 setelah infeksi, rata-rata persentase limfosit kelompok dan cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Rata-rata persentase limfosit ketiga kelompok perlakuan A. annua L. pada hari ke-9 sampai ke-11 setelah infeksi cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase limfosit dari berbagai kelompok perlakuan di mencit betina disajikan pada Tabel 7, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 15. 3

31 Tabel 6 Rata-rata persentase limfosit dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O 6. ± 16.37 abcde 47.67 ± 4.16 abcde 47.33 ± 1.5 abcd 55. ± 3. abcde 46.67 ± 17.5 abcd 45.33 ± 15.4 abc 54. ± 2.3 abcde 58. ± 3. abcde 66.33 ± 9.54 cde 52.33 ± 6.81 abcde 56.33 ± 9.81 abcde 68.67 ± 7.2 e 62. ± 9.54 bcde 52.33 ± 27.21 abcde 55. ± 12.49 abcde 55.33 ± 13.65 abcde 58.33 ± 1.12 abcde 49. ± 14.93 abcde 49.67 ±1.69 abcde 67.67 ± 7.51 de 51.33 ± 17.62 abcde 57. ± 6.93 abcde 46. ± 14.11 abcd 45.33 ± 7.51 abc 59.67 ± 6.66 abcde 59.67 ± 2.52 abcde 53.67 ± 2.52 abcde 61. ± 5.57 bcde 65.67 ±.58 cde 57.67 ± 8.33 abcde 57. ± 8.66 abcde 48.67 ± 8.8 abcde 57.5 ± 14.5 abcde 57.33 ± 5.86 abcde 38.67 ± 4.72 a 53. ± 9.64 abcde 41.33 ± 8.5 ab 61. ± 4.58 bcde 54.33 ± 2.52 abcde 56.33 ± 6.66 abcde *Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<.5; O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml),1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). Tabel 7 Rata-rata persentase limfosit dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O 67.33 ± 2.89 fghijk 62.33 ± 14.15 bcdefghijk 58. ±12.17 abcdefghij 5. ± 2. abcde 47. ± 4.36 abc 56. ± 1.73 abcdefghij 61.67 ± 5.51 bcdefghijk 48.33 ± 13.79 abcd 71.33 ±1.15 jk 57. ± 3.46 abcdefghij 69.33 ± 15.1 hijk 46. ± 15.72 ab 53.67 ± 4.4 abcdefghi 54. ± 3. abcdefghi 48.5 ± 2.5 abcd 46. ± 1. ab 68.33 ± 5.3 ghijk 5.67 ± 5.51 abcde 63.33 ± 2.8 cdefghijk 55.33 ± 17.89 abcdefghij 67.33 ± 2.51 fghijk 59. ± 3. abcdefghij 52.33 ± 7.37 abcdefg 51. ± 7.81 abcdef 57.67 ± 7.57 abcdefghij 56. ± 17.9 abcdefghij 7. ± 8. ijk 68.5 ± 14.5 ghijk 53. ±. abcdefgh 76.5 ± 1.5 k 6.5 ± 3.5 abcdefghijk 66. ± 6. efghijk 68.33 ± 3.78 ghijk 44.67 ± 9.71 a 69.33 ± 1.53 hijk 68.33 ± 9.71 ghijk 69.33 ± 3.51 hijk 71.33 ± 7.23 jk 64.33 ± 6.66 defghijk 61. ± 8.72 abcdefghijk *Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<.5; O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml),1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). 31

32 8 7 6 5 4 3 2 1 O Hari Pengamatan Gambar 15 Rata-rata persentase limfosit dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml), 1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). Eosinofil pada Mencit Jantan Berdasarkan Tabel 8, rata-rata persentase eosinofil ketiga kelompok perlakuan disemua hari pengamatan, kecuali hari ke- dan ke-8 setelah infeksi, cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok. Pada hari ke-2, ke-4 dan ke-9 setelah infeksi, rata-rata persentase eosinofil kelompok cenderung lebih tinggi dibandingkan kedua perlakuan infusa A. annua L. lainnya. Pada hari ke-8 setelah infeksi, hanya kelompok yang memiliki rata-rata persentase eosinofil lebih tinggi dibandingkan kelompok. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase eosinofil dari berbagai kelompok perlakuan pada mencit jantan disajikan pada Tabel 8, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 16 berikut ini. 32

33 1 O Hari Gambar 16 Rata-rata persentase eosinofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml), 1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). Eosinofil pada Mencit Betina Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase eosinofil dari berbagai kelompok perlakuan di mencit betina disajikan pada Tabel 9, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 17. 15 O Hari Pengamatan Gambar 17 Rata-rata persentase eosinofil dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml), 1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). 33

34 Tabel 8 Rata-rata persentase eosinofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O 5. ± 2.65 de 2. ± 1. abcde 4.67 ± 3.79 cde 2.67 ± 2.8 abcde 2. ±. abcde 4. ± 1.73 bcde 2.67 ± 1.53 abcde 1. ±. abc 1.33 ±.58 abcd 8.33 ± 4.73 h 3. ± 1. abcde 2. ± 2.65 abcde 3.33 ± 1.53 abcde 2. ± 2.65 abcde 3.33 ± 4.16 abcde 3.33 ±.58 abcde 2.33 ± 1.15 abcde 3.33 ± 2.52 abcde 2. ± 1.73 abcde 1.33 ± 1.53 abcd.67 ±.58 ab. ±. a 2.67 ± 2.8 abcde 1.5 ±.5 abcd 3. ±. abcde 2. ± 1. abcde 1. ± 1. abc 1.33 ±.58 abcd 1.33 ±.58 abcd. ±. a 2. ± 2. abcde. ±. a.55 ±.5 ab 4.67 ±.58 cde 2.33 ±.58 abcde 1. ± 1.73 abc 5.67 ± 5.13 ef 1.67 ± 1.53 abcd 1. ± 1. abc 1. ± 1.73 abc *Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<.5; O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml),1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). Tabel 9 Rata-rata persentase eosinofil dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O 3. ± 1.73 bcdefg 1.67 ±.58 abcdef 2. ±1. abcdefg 4.67 ± 2.8 gh 2.33 ± 2.52 abcdefg 3.67 ± 2.8 defgh 1.33 ± 1.53 abcdef 4. ± 2. fgh 1.33 ±.58 abcdef 1. ± 1. abcde 3.33 ± 3.21 cdefgh 6. ± 3.61 h 1. ± 1. abcd 1.5 ±.5 abcdef 3.5 ± 1.5 defgh 2.5 ±.5 abcdefg 3.67 ±.58 efgh 2. ± 1. abcdefg 3. ± 2.65 bcdefg 3.33 ± 1.53 cdefgh 1.33 ±.58 abcdef 2.67 ± 1.15 abcdefg 1. ± 1. abcd 1. ± 1. abcd.67 ± 1.15 abcd 2. ± 1. abcdefg 2. ±. abcdefg 2.5 ±.5 abcdefg 2.5 ±.5 abcdefg 1.5 ±.5 abcdef.5 ±.5 abc 1.5 ±.5 abcdef 2.33 ± 1.53 abcdefg 3. ± 1. bcdefg 2.67 ±.58 abcdefg 1.67 ± 1.53 abcdef 4. ± 2. fgh.67 ±.58 abcd.33 ±.58 ab. ±. a *Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<.5; O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml),1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml) 34

35 Berdasarkan Tabel 9, pada hari ke-2 setelah infeksi, rata-rata persentase eosinofil ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok, diantara ketiga kelompok perlakuan infusa tersebut, kelompok cenderung memiliki rata-rata persentase eosinofil paling tinggi. Pada hari ke-4 dan ke-6 setelah infeksi, rata-rata persentase ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok. Rata-rata persentase eosinofil kelompok pada hari ke-6 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan semua kelompok perlakuan. Pada hari ke-8 setelah infeksi (Tabel 9), rata-rata persentase eosinofil ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok, diantara ketiga kelompok perlakuan infusa tersebut, kelompok memiliki rata-rata persentasae eosinofil paling tinggi. Pada hari ke-1 dan ke-11 setelah infeksi, rata-rata persentase eosinofil ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok. Basofil pada Mencit Jantan Rata-rata persentase basofil ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. di semua hari pengamatan menunjukkan nilai nol (Tabel 1). Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase basofil dari mencit jantan disajikan pada Tabel 1, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 18 berikut ini. 5 O Hari Pengamatan Gambar 18 Rata-rata persentase basofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml), 1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). 35

36 Basofil pada Mencit Betina Berdasarkan Tabel 11, rata-rata persentase basofil ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-2 sampai ke-11 setelah infeksi menunjukkan nilai nol. Hasil dari penghitungan dan analisa statistik rata-rata persentase basofil dari berbagai kelompok perlakuan di mencit betina disajikan pada Tabel 11, sedangkan diagram batang dari tabel tersebut disajikan pada Gambar 19 berikut ini. 5 O Hari Pengamatan Gambar 19 Rata-rata persentase basofil dari mencit betina yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml), 1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). 36

37 Tabel 1 Rata-rata persentase basofil dari mencit jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O.67 ± 1.15 abc. ±. a. ±. a.33 ±.58 ab. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a.33 ±.58 ab. ±. a. ±. a. ±. a 1.33 ± 1.53 c 1. ± 1.73 bc. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a *Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<.5; O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml),1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). Tabel 11 Rata-rata persentase basofil dari betina jantan yang diinfeksi P. berghei dan diberi infusa A. annua L. O.33 ±.58 ab. ±. a. ±. a. ±. a.67 ± 1.15 b.33 ±.58 ab. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a.33 ±.58 ab. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a.33 ±.58 ab. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a. ±. a *Keterangan: Huruf superskrip berbeda menyatakan perbedaan yang nyata pada taraf P<.5; O: Kontrol Normal; : Kontrol Negatif;,, dan : Infusa A. annua L. dengan pengenceran 1 1-2 (9.6 mg/ml),1 1-4 (.96 mg/ml), 1 1-6 (.96 mg/ml). 37

38 Pembahasan Tanaman A. annua L. mengandung beberapa senyawa antimalaria. Menurut Dharani et al. (21), senyawa seskuiterpen lakton endoperoksida yang terkandung di dalam tanaman A. annua L. aktif mengatasi serangan malaria. Dharani et al. (21), juga menyatakan bahwa flavonoid (quecetagetin 4-metil eter) telah berhasil diisolasi dari tanaman ini, dan dapat meningkatkan aktivitas antimalaria dari artemisinin secara signifikan. Penggunaan herbal A. annua L. (diseduh seperti teh) dengan takaran 5-9 g herbal/liter air/hari yang dikonsumsi selama 7 hari menunjukkan kemanjuran dalam menanggulangi malaria pada manusia dengan tingkat keberhasilan mencapai 74% (Kardinan 28). Seskuiterpen lakton endoperoksida dan flavonoid yang terdapat di dalam A. annua L. bersifat skizontisida darah, sehingga penggunaan A. annua L. sebagai antimalaria dapat mengurangi jumlah parasit (Plasmodium spp.) di dalam darah (Dharani et al. 21). Mekanisme kerja tubuh terhadap parasit malaria sangat kompleks, karena melibatkan hampir semua komponen imun, baik imunitas yang timbul secara alami maupun dapatan, karena adanya imunitas non spesifik maupun spesifik. Sel leukosit merupakan sel yang berperan baik dalam imunitas non spesifik dan spesifik, sehingga dengan mengetahui rata-rata persentase dari tiap-tiap jenis leukosit diharapkan dapat mengetahui reaksi tubuh yang sedang terjadi terhadap adanya parasit (P. berghei) yang masuk ke dalam tubuh. Neutrofil Rata-rata persentase neutrofil di dalam darah mencit normal adalah 6-4% (Malole & Pramono 1989). Neutrofil berfungsi sebagai sel pertahanan pertama terhadap patogen-patogen yang masuk ke dalam tubuh (Oberholzer et al. 21). Patogen tersebut akan mengeluarkan bahan kemotaktik yang dapat menarik neutrofil untuk datang, kemudian neutrofil akan datang ke daerah asal kemotaktik tersebut dan melakukan fagositosis (Meyer et al. 1992). Parasit akan dicerna oleh enzim lisozim yang terdapat di dalam neutrofil, kemudian neutrofil akan mengalami autolisis setelah proses fagositosis selesai. Histamin dan faktor leukopoietik (sitokin dan interleukin) yang dilepaskan setelah lisisnya neutrofil 38

39 akan meransang sumsum tulang melepaskan cadangan neutrofil, sehingga produksi neutrofil akan meningkat (Hafizhiah 28). Rata-rata persentase neutrofil mencit jantan ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-2 sampai ke-8 setelah infeksi cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Rata-rata jumlah parasit mencit jantan di ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-4 sampai ke-11 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan kelompok (Ditya 29). Berdasarkan rata-rata persentase neutrofil dan rata-rata jumlah parasit pada mencit jantan, dapat diketahui bahwa pemberian infusa A. annua L. dapat meningkatkan rata-rata persentase jumlah neutrofil, sehingga rata-rata jumlah parasit dapat ditekan. Rendahnya rata-rata parasit pada mencit jantan pada ketiga perlakuan infusa juga disebabkan oleh kandungan artemisinin dan flavonoid yang bersifat antiplasmodial terdapat pada A. annua L. (Ditya 29), sehingga kerjasama antara neutrofil dan antiplasmodial dapat menekan jumlah parasit di dalam tubuh mencit. Menurut Ditya (29), kelompok mencit betina pada hari ke-2 setelah infeksi memiliki rata-rata jumlah parasit paling tinggi dibandingkan kelompok perlakuan lainnya, namun pada hari ke-4 setelah infeksi, merupakan kelompok dengan rata-rata jumlah parasit paling rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Berdasarkan Tabel 3, hari ke-2 setelah infeksi, pada mencit betina, hanya yang cenderung memiliki rata-rata persentase neutrofil lebih tinggi dibandingkan kelompok. Pada hari ke-4 setelah infeksi, rata-rata persentase neutrofil mencit mencit betina kelompok dan lebih tinggi dibandingkan kelompok. Tingginya rata-rata persentase neutrofil pada hari ke-2 dan ke-4 setelah infeksi inilah yang membantu tubuh dalam mengeliminasi jumlah parasit selain karena pemberian infusa A. annua L. Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada hari ke-6 sampai ke-11 setelah infeksi, rata-rata persentase neutrofil ketiga kelompok perlakuan cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok. Ditya (29) menyatakan bahwa rata-rata jumlah parasit mencit betina ketiga perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-6 sampai ke-11 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan kelompok. Rendahnya rata-rata persentase neutrofil mencit betina di ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari-hari terakhir ini dapat disebabkan oleh 39

4 fungsi neutrofil yang berperan sebagai pemberi tanda pertama untuk membunuh parasit hanya memiliki paruh waktu selama 2 hari dan hanya efektif pada hari-hari pertama terjadinya serangan parasit (Hargono 1996). Monosit Rata-rata persentase monosit mencit normal adalah,7-14% (Malole & Pramono 1989). Ditya (29) menyatakan bahwa rata-rata jumlah parasit mencit jantan pada hari ke-4 setelah infeksi di ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. lebih rendah dibandingkan kelompok. Berdasarkan Tabel 4, pada hari ke-4 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit mencit jantan ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Tingginya rata-rata persentase ini dapat disebabkan oleh senyawa flavonoid yang terkandung di dalam A. annua L. (Dharani et al. 21). Flavonoid berpotensi sebagai antioksidan pada pertumbuhan tumor dan mampu meningkatkan respon imun (Depkes RI 1985). Monosit merupakan salah satu sel yang berperan penting dalam respon imun, baik berperan fungsional dalam fagositosis maupun perannya sebagai antigen presenting cells (APC) (Bratawidjaja 23). Dengan demikian, pemberian infusa A. annua L. dapat meningkatkan jumlah monosit di dalam tubuh. Ditya (29) menyatakan bahwa rata-rata jumlah parasitemia mencit jantan kelompok pada hari ke-6 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan kelompok, pada hari ke-8 setelah infeksi, kelompok mencit jantan memiliki rata-rata jumlah parasitemia paling rendah dibandingkan kelompok lainnya. Berdasarkan Tabel 4, pada hari ke-6 dan ke-8 setelah infeksi, rata-rata persentase monosit cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Rata-rata persentase monosit mencit jantan hari ke-6 dan ke-8 setelah infeksi cenderung tinggi pada kelompok perlakuan infusa A. annua L. dan rata-rata jumlah parasitemia cenderung rendah pada ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. Hal ini diduga karena flavonoid (salah satu kandungan A. annua L.) berpotensi bekerja terhadap limfokin yang dihasilkan oleh sel T, sehingga akan meransang sel-sel fagosit (monosit) untuk melakukan respon fagositosis (Kusmardi 26). Dengan adanya flavonoid, jumlah monosit di dalam tubuh akan 4

41 meningkat. Monosit tersebut akan memfagosit parasit yang ada, sehingga jumlah parasit di dalam tubuh dapat menurun. Limfosit Rata-rata persentase limfosit mencit normal adalah 36-9% (Malole & Pramono 1989). Berdasarkan Tabel 6, pada hari ke-4 dan ke-6 setelah infeksi, rata-rata persentase limfosit mencit jantan ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok. Ditya (29) menyatakan bahwa rata-rata jumlah parasitemia mencit jantan kelompok dan pada hari ke-4 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan kelompok dan hari pengamatan sebelumnya (hari ke-2 setelah infeksi). A. annua L mengandung seskuiterpene laktone endoperoksida yang bersifat antiplasmodial (Dharni et al. (21), sehingga jumlah parasit yang terdapat di dalam tubuh dapat ditekan dengan pemberian tanaman ini. Berdasarkan Tabel 6, pada hari ke-9 setelah infeksi, rata-rata persentase limfosit mencit jantan ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok, dan kelompok cenderung memiliki rata-rata persentase limfosit tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pada Tabel 7, rata-rata persentase limfosit ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. mencit betina hari ke-9 sampai ke-11 setelah infeksi cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok. Ditya (29) menyatakan bahwa rata-rata jumlah parasitemia mencit jantan ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-9 setelah infeksi lebih rendah dibandingkan kelompok, hal yang sama terjadi pada mencit betina, rata-rata jumlah parasitemia mencit betina ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. pada hari ke-9 sampai ke-11 setelah infeksi cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok. Rata-rata persentase limfosit kelompok perlakuan infusa A. annua L. mencit jantan dan mencit betina yang tinggi pada hari-hari terakhir pengamatan dapat disebabkan oleh kandungan flavonoid pada A. annua L. yang masih ada pada tubuh mencit. Jiao (25) menyatakan bahwa flavonoid dapat meningkatkan aktivitas IL-2 dan meningkatkan proliferasi limfosit. Ganong (22) menyatakan bahwa adanya benda asing (P. berghei) akan meransang terbentuknya antigen precenting cell (APC), APC ini akan meransang tubuh untuk membentuk sel 41

42 limfosit T. Ganong (22) juga menyatakan bahwa IL-2 akan diproduksi dengan adanya sel limfosit T, IL-2 ini akan meransang sel T sitotoksik untuk menghancurkan benda asing (P. berghei) yang masuk ke dalam tubuh. Pemberian infusa A. annua L. meningkatkan jumlah limfosit, sehingga dengan adanya kerjasama antara sistem kekebalan tubuh dan infusa A. annua L. dalam tubuh mencit dapat mengeliminasi jumlah parasit yang ada. Eosinofil Rata-rata persentase eosinofil mencit normal adalah -15% (Malole & Pramono 1989). Berdasarkan Tabel 9, pada hari ke-8 setelah infeksi, rata-rata persentase eosinofil mencit betina ketiga kelompok perlakuan infusa A. annua L. cenderung lebih tinggi dibandingkan kelompok perlakuan, diantara ketiga kelompok perlakuan infusa tersebut, kelompok cenderung memiliki rata-rata persentase eosinofil paling tinggi. Ditya (29) menyatakan bahwa pada hari ke-8 setelah infeksi, kelompok pada mencit betina memiliki rata-rata jumlah parsitemia lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan lainnya. Guyton (1996) menyatakan bahwa eosinofil berperan dalam proses imun tubuh terhadap adanya infeksi parasit seperti cacing, protozoa dan lain-lain. Franklin (1991) menyatakan adanya eosinofil dalam jumlah besar cenderung terjadi karena adanya infeksi cacing daripada protozoa. Saptanto (24) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara adanya eosinofil dalam jumlah besar terhadap kehadiran parasit malaria (Plasmodium spp.), namun tidak terdapat hubungan yang bermakna antara eosinofil dalam jumlah besar terhadap jumlah parasit yang ada pada penderita malaria. Dengan demikian, rata-rata persentase eosinofil tidak dapat dikaitkan dengan jumlah parasit (P. berghei) yang ada di dalam tubuh mencit. Rata-rata persentase eosinofil yang tinggi pada kelompok mencit betina mungkin dapat disebabkan oleh A. annua L. yang bekerja meningkatkan rata-rata persentase eosinofil. Basofil Basofil pada mencit normal memiliki persentase -3% (Malole & Pramono 1989). Basofil memiliki peran utama dalam berbagai proses alergi dan penutupan luka serta basofil kurang berperan terhadap adanya parasit (Campbell et al. 24). 42