TRANSPOR SEDIMEN SUSPENSI (SUSPENDED LOAD TRANSPORT)

dokumen-dokumen yang mirip
BED LOAD. 17-May-14. Transpor Sedimen

TRANSPOR POLUTAN. April 14. Pollutan Transport

BAB III LANDASAN TEORI

DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI

BAB III LANDASAN TEORI

2015 ANALISIS SEDIMEN DASAR (BED LOAD) DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG BANDUNG, JAWA BARAT INDONESIA

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Lengkung Aliran Debit (Discharge Rating Curve)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bangunan sungai seperti abutment jembatan, pilar jembatan, crib sungai,

BAB X PEMBUATAN LENGKUNG ALIRAN DEBIT

AWAL GERAK BUTIR SEDIMEN

EFEKTIFITAS SALURAN PRIMER JETU TIMUR TERHADAP GERUSAN DASAR DAN SEDIMENTASI PADA SISTEM DAERAH IRIGASI DELINGAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

I. PENDAHULUAN. II. DASAR TEORI Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hidraulika Saluran Terbuka. Pendahuluan Djoko Luknanto Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM

KARAKTERISTIK ALIRAN SEDIMEN SUSPENSI PADA SALURAN MENIKUNG USULAN PENELITIAN DESERTASI

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

DAFTAR NOTASI. A : sebuah konstanta, pada Persamaan (5.1)

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

KAJIAN LAJU ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI WAMPU. Arta Olihen Boangmanalu 1, Ivan Indrawan 2

Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Morfologi Sungai

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK

BAB II. Tinjauan Pustaka

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN

MONEV E T ATA A IR D AS PERHITUNGAN AN SEDIME M N

BAB II LANDASAN TEORI

Created by : Firman Dwi Setiawan Approved by : Ir. Suntoyo, M.Eng., Ph.D Ir. Sujantoko, M.T.

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

PENGARUH LAJU ALIRAN SUNGAI UTAMA DAN ANAK SUNGAI TERHADAP PROFIL SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MODEL SINUSOIDAL

SOAL-PENYELESAIAN DEGRADASI-AGRADASI DASAR SUNGAI

PENGARUH VARIASI DEBIT AIR TERHADAP LAJU BED LOAD PADA SALURAN TERBUKA DENGAN POLA ALIRAN STEADY FLOW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI MUATAN SEDIMEN DI MUARA SUNGAI KRUENG ACEH

Kuliah 07 Persamaan Diferensial Ordinari Problem Kondisi Batas (PDOPKB)

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

ANALISA TEGANGAN GESER DASAR DAN TOTAL ANGKUTAN SEDIMEN PADA GELOMBANG ASIMETRIS

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal

STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan, irigasi air tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan lainnya.

PENGARUH BENTUK PILAR JEMBATAN TERHADAP POTENSI GERUSAN LOKAL

NASKAH SEMINAR TUGAS AKHIR SIMULASI 2-DIMENSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI MESUJI PROVINSI LAMPUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kajian Stabilitas Saluran Terhadap Gerusan Dasar Pada Saluran Sekunder Balong Di Sistem Daerah Irigasi Colo Timur

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc.

(a). Vektor kecepatan arus pada saat pasang, time-step 95.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH ANGKUTAN SEDIMEN DASAR (BED LOAD) TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN GESEK ARAH TRANSVERSAL PADA ALIRAN SERAGAM SALURAN TERBUKA

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN

STUDI NUMERIK PERUBAHAN ELEVASI DAN TIPE GRADASI MATERIAL DASAR SUNGAI

Studi Laju Sedimentasi Akibat Dampak Reklamasi Di Teluk Lamong Gresik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI PADA BELOKAN 57 SALURAN TERBUKA. Absract

Gambar 3.1 Tipe bentuk morfologi

Penghitungan panjang fetch efektif ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta

GERUSAN LOKAL 8/1/14 19:02. Teknik Sungai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prediksi Sedimentasi Kali Mas Surabaya ABSTRAK

3. PRINSIP ENERGI DAN MOMENTUM DALAM ALIRAN SALURAN TERBUKA

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

SEDIMENTASI PADA WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP UMUR LAYANAN WADUK

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan secara tepat tergantung peruntukkannya. perkembangan yang sangat pesat. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) PENGENDALIAN SEDIMEN DAN EROSI

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

GALIH EKO PUTRA Dosen Pembimbing Ir. Abdullah Hidayat SA, MT

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI SALUWANGKO DI DESA TOUNELET KECAMATAN KAKAS KABUPATEN MINAHASA

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

BAB 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Dasar

Transkripsi:

TRANSPOR SEDIMEN SUSPENSI (SUSPENDED LOAD TRANSPORT) PENGANTAR Paparan mengenai transpor sedimen suspensi pada bahan kuliah ini disarikan dari buku referensi: Graf, W.H., dan Altinakar, M.S., 1998, Fluvial Hydraulis, John Wiley and Sons Ltd., Sussex, England, pp. 355-356 dan 384-393. Para mahasiswa sangat dianjurkan untuk membaa sendiri referensi tersebut. Paparan pada atatan kuliah ini tidak dimaksudkan sebagai terjemahan format referensi asli, namun hanya sebagai bantuan kepada para mahasiswa untuk memahami materi transpor sedimen suspensi. JENIS TRANSPOR SEDIMEN Transpor sedimen oleh aliran air adalah transpor seluruh butir padat (solid) yang melewati tampang lintang suatu aliran air. Transpor sedimen umumnya dikelompokkan berdasarkan ara transpor seperti disajikan pada skema di bawah ini. TS sebagai bed load, q sb TS material dasar, q s TS total TS sebagai washload, q sw TS sebagai suspended load, q ss Gambar 1: Pengelompokan ara transpor sedimen (TS) 1) Transpor sedimen dasar (bed load), q sb (debit solid per satuan lebar, m 3 /m), adalah gerak butir sedimen yang selalu berada di dekat dasar saluran atau sungai. Butir sedimen bergerak dengan ara bergeser atau melunur, mengguling, atau dengan lompatan pendek. Transpor dengan ara ini umumnya terjadi pada butir sedimen yang berukuran relatif besar. 2) Transpor sedimen suspensi (suspended solid), q ss, adalah gerak butir sedimen yang sesekali bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran. Butir sedimen bergerak dengan lompatan yang jauh dan tetap didalam aliran. Transpor dengan ara ini umumnya terjadi pada butir sedimen yang berukuran relatif keil. Istiarto: Transpor Sedimen Suspensi 1

3) Transpor sedimen dasar+suspensi atau transpor material dasar total, q s = q sb + q ss, adalah gerak butir sedimen yang selalu berkaitan atau bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran. 4) Transpor sedimen wash load, q sw, adalah gerak butir sedimen yang hampir tidak pernah bersinggungan dengan dasar sungai atau saluran. Pada wash load, butir sedimen bergerak bagaikan digelontor oleh aliran dan tidak pernah menyentuh dasar sungai atau saluran. Transpor dengan ara ini umumnya terjadi pada butir sedimen yang berukuran sangat halus. Gambar 2: Skema ara transpor sedimen Transpor sedimen, dalam hal ini erosi dasar sungai atau saluran, terjadi manakala tegangan geser dasar sungai/saluran menapai atau melebihi tegangan geser kritis. Pembedaan ara transpor sedimen, antara transpor sedimen dasar dan transpor sedimen suspensi, tidaklah mudah dilakukan. Salah satu ara pembedaan antara kedua ara transpor tersebut adalah dengan memperhatikan nilai perbandingan antara keepatan geser (shear veloity) aliran, u, dan keepatan endap butir sedimen, v ss. Namun perlu diatat bahwa ara pembedaan ini haruslah dibaa sebagai ara pendekatan: u v ss u v ss > 0.10 > 0.40 awal transpor sedimen dasar, awal transpor sedimen suspensi. Dalam paragraf- paragraf di bawah ini, dipaparkan transpor sedimen suspensi. TRANSPOR SEDIMEN SUSPENSI MEKANISME TRANSPOR SEDIMEN SUSPENSI Dalam transpor sedimen suspensi, partikel sedimen bergerak dalam lompatan besar, namun dari waktu ke waktu tetap melakukan kontak dengan sedimen dasar (bed load) dan juga Istiarto: Transpor Sedimen Suspensi 2

dengan dasar saluran/sungai. Zona suspensi berada pada sb < < h. Di sini sb adalah tebal lapis di dekat dasar saluran tempat terjadi transpor sedimen dasar (bed load). Mekanisme transpor sedimen suspensi dapat dinyatakan dengan persamaan transpor konveksi- difusi. Persamaan ini memperlihatkan distribusi vertikal konsentrasi sedimen suspensi dalam aliran, s (). Pada kasus aliran permanen dan seragam (steady uniform flow), distribusi vertikal konsentrasi sedimen suspensi dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut: s s vss + εs = 0 (1) Dalam persamaan di atas, s () adalah konsentrasi volumik lokal, ε s adalah koefisien difusi (diffusivity) butir sedimen suspensi (satuan L 2 /T), dan v ss adalah keepatan endap butir sedimen suspensi. Persamaan di atas menunjukkan hubungan antara transfer butir padat (sedimen) ke arah atas karena turbulensi dan gerak butir sedimen ke bawah karena gravitasi (dinyatakan dalam keepatan endap, v ss ). Persamaan tersebut hanya berlaku apabila konsentrasi sedimen rendah, yaitu (1 s ) 1 atau s < 0.1%. Apabila persamaan di atas diintegralkan ke seluruh kedalaman aliran (dari sb s.d. h), maka diperoleh peramaan berikut: ds vss s + εs = Cte = 0 (2) d Dalam mengintegrasikan, konstanta integrasi, Cte, ditetapkan sama dengan nol, yang mengandung arti bahwa konsentrasi sedimen suspensi di permukaan aliran sama dengan nol, s = 0, untuk koefisien difusi sama dengan nol, ε s = 0. Persamaan (2) memperlihatkan bahwa di seluruh kedalaman aliran, sb < < h, terjadi keseimbangan antara gerak ke bawah karena gravitasi dan gerak (difusi) ke atas karena gradien konsentrasi ke atas. Dengan kata lain, laju gerak sedimen (konveksi) ke bawah per satuan volume sama dengan laju difusi turbulen ke atas per satuan volume. Untuk konsentrasi sedimen yang sedikit lebih besar, persamaan di atas perlu disesuaikan menjadi sebagai berikut: d v ( 1 ) + ε s ss s s s = Cte = 0 (3) d Satu atatan mengenai koefisien difusi perlu diungkapkan. Pada umumnya, koefisien difusi butir sedimen suspensi, ε is, dapat dikaitkan dengan koefisien difusi suatu at terlarut dalam air, ε t, menurut hubungan sebagai berikut: ε s = βs εt (4) Dalam hal ini, β s adalah suatu faktor perbandingan. Mengingat butir sedimen suspensi umumnya sangat lembut dan konsentrasi sedimen suspensi dalam aliran sangat rendah, maka dapat dipandang bahwa butir sedimen suspensi bergerak (mengalir) bersama- sama dengan aliran air, sehingga faktor perbandingan ini dapat dianggap sama dengan satu, β s = 1. Istiarto: Transpor Sedimen Suspensi 3

Apabila koefisien difusi bukan merupakan fungsi kedalaman, jadi ε s tidak bergantung pada, maka nilai koefisien difusi adalah konstan, ε s = Cte. Dalam hal demikian, maka Persamaan (2) menjadi: s v = exp ss ( a) (5) sa εs Dalam persamaan di atas, sa adalah konsentrasi sedimen suspensi di posisi kedalaman referensi, = a. Dalam aliran uni- direksional di sebuah saluran terbuka, koefisien difusi memiliki distribusi vertikal seperti halnya distribusi turbulensi, yang dinyatakan dengan persamaan parabolik berikut: εs = κu ʹ ( h ) (6) h Dalam persamaan tersebut, κ adalah konstanta Karman (κ = 0.4) dan u ʹ adalah keepatan gesek (frition veloity) berdasarkan butir sedimen. Ingat, keepatan gesek dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu keepatan gesek akibat butir sedimen, u ʹ, dan keepatan gesek akibat bentuk dasar sungai (bedform), u ʹ. Keepatan gesek total, u, merupakan penjumlahan kedua bagian tersebut: ( uʹ ) 2 + ( ʹ ʹ ) 2 u 2 = u (7) Substitusi Persamaan (6) kedalam Persamaan (2) menghasilkan persamaan berikut: v ss κuʹ s + h d d ( h ) s = 0 Dengan pengaturan suku- suku dalam persamaan tersebut, diperoleh persamaan di bawah ini: d s s vss h d = κuʹ h (8) Selanjutnya, dikenal faktor eksponen Rouse yang didefinisikan sebagai berikut: v ζ = ss κ atau u ʹ ζʹ = vss β s κ u ʹ Kemudian, Persamaan (8) diintegralkan bagian per bagian dengan batas integrasi a < < h dan menghasilkan persamaan di bawah ini: ζ s h a (9) sa = h a Dalam persamaan di atas, sa adalah konsentrasi di kedalaman referensi, a. Persamaan di atas menerminkan distribusi konsentrasi relatif, s / sa, untuk satu ukuran butir sedimen, v ss dan ζ. Istiarto: Transpor Sedimen Suspensi 4

Ingat, dalam menetapkan konstanta (faktor eksponen) Rouse, ζ, keepatan gesek haruslah dihitung berdasarkan ukuran butir sedimen, ʹ u. Di samping itu, dalam menetapkan faktor eksponen Rouse, keepatan endap haruslah ditetapkan berdasarkan keepatan endap butir sedimen dalam air jernih dan diam/tenang, sehingga keepatan endap ini tidak dipengaruhi oleh konsentrasi sedimen maupun turbulensi. Untuk sebuah butir pasir kuarsa, s s = 2.65, di dalam air jernih dan tenang pada temperatur T = 20 C, maka keepatan endap dapat ditetapkan dengan memakai grafik pada Gambar 3. Gambar 3: Keepatan endap, v ss, sebagai fungsi diameter butir sedimen, d Kurva distribusi vertikal konsentrasi sedimen suspensi menurut Persamaan (9) ditampilkan pada Gambar 4. Dari distribusi tersebut, tampak bahwa: Gambar 4: Distribusi vertikal konsentrasi sedimen suspensi, s / sa Istiarto: Transpor Sedimen Suspensi 5

1) Untuk nilai ζ keil, tampak konsentrasi sedimen yang besar dan enderung berdistribusi seara seragam di seluruh kedalaman aliran. 2) Untuk nilai ζ besar, konsentrasi sedimen keil di permukaan aliran dan besar di dekat dasar saluran. 3) Ukuran butir sedimen, dierminkan oleh nilai keepatan endap, v ss, berpengaruh langsung terhadap bentuk distribusi vertikal sedimen suspensi. 4) Sangat dekat dengan dasar saluran, 0, konsentrasi sedimen bernilai sangat besar tak berhingga, s =, menuju suatu nilai yang tak mungkin terjadi. Oleh karena itu, didefinisikan suatu kedalaman referensi, a sb 0.05h, atau sb = 2d, yang membatasi bagian bawah tempat terjadi bed load dan bagian atas tempat terjadi suspended load. 5) Konsentrasi sedimen referensi, a, umumnya dipandang sebagai konsentrasi sedimen di kedalaman a = sb. Konsentrasi ini dihitung dengan persamaan bed load, q sb. PERSAMAAN TRANSPOR SEDIMEN SUSPENSI Debit sedimen suspensi per satuan lebar, di kedalaman sb < < h, diperoleh dengan mengintegralkan debit di setiap kedalaman: h q = u d (10) ss sb s Dalam persamaan tersebut, s () adalah konsentrasi lokal di kedalaman dan u() adalah keepatan aliran lokal di kedalaman. Persamaan di atas berlaku untuk satu butir sedimen berukuran d atau berkeepatan endap v ss. Paragraf- paragraf di bawah ini memaparkan persamaan Einstein untuk menghitung transpor sedimen suspensi. Persamaan transpor sedimen suspensi Einstein diturunkan dari Persamaan (10). Dalam peramaan tersebut konsentrasi sedimen s dihitung dengan Persamaan (9) dan keepatan aliran u dinyatakan dengan persamaan logaritmik berikut: $ u = u! 5.75 log 30.2 ' & ) (11) % Δ ( Dalam persamaan tesrebut, Δ adalah faktor koreksi yang diperoleh dari Gambar 5a dan ʹ u adalah keepatan gesek berdasarkan butir sedimen. Dengan berbagai langkah manipulasi matematis, akhirnya diperoleh persamaan transpor sedimen suspensi berikut: h qss = 11.6 sa u ʹ sb 2.303log 30.2 Ι1 + Ι2 (12) Δ Dalam persamaan di atas, q ss adalah debit solid per lebar saluran/sungai akibat transpor sedimen suspensi. Istiarto: Transpor Sedimen Suspensi 6

Gambar 5: Koefisien koreksi: a) distribusi keepatan, b) hiding fator, ) gaya angkat ζ = angka eksponen Rouse Gambar 6: Nilai integral Ι 1 dan Ι 2 pada persamaan transpor sedimen suspensi Einstein Konsentrasi sedimen auan (referene onentration), sa, adalah konsentrasi di tempat yang sangat dekat dengan dasar saluran/sungai. Titik ini ditempatkan di dalam lapis transpor sedimen dasar. Lapis ini dikenal dengan nama lapis dasar (bed layer). Umumnya, tebal lapis ini dianggap sama dengan dua kali diameter butir sedimen, sb = 2d. Hubungan antara transpor sedimen suspensi dengan transpor sedimen dasar dapat dilihat melalui konsentrasi sedimen auan, sa. Apabila transpor sedimen dasar dihitung dengan Persamaan Einstein, maka ada hubungan antara konsentrasi sedimen auan dan transpor sedimen dasar sebagai berikut: Istiarto: Transpor Sedimen Suspensi 7

sa asb isb = 11.6 u ʹ sb (13) Dengan demikian, debit solid yang berupa transpor sedimen suspensi per lebar saluran/sungai adalah: ) " q ss i ss = q sb i sb 2.303log 30.2 h %, + $ ' Ι # Δ 1 +Ι 2. * + & -. (14) Dalam persamaan di atas, q ss i ss adalah debit solid per lebar saluran/sungai yang bergerak dalam suspensi (transpor sedimen suspensi) untuk satu fraksi granulometrik. Persamaan ini menyatakan keterkaitan antara transpor sedimen dasar dan transpor sedimen suspensi. - o0o- Istiarto: Transpor Sedimen Suspensi 8