Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau"

Transkripsi

1

2

3

4 Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau Wenni Rindarsih, S.Si 1) ; Muh. Ishak Jumarang, M.Si 2) ; Muliadi, M.Si 3) 1,2,3) Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura Pontianak Jl. Ahmad Yani, Pontianak, Kalimantan Barat ishakjumarang@yahoo.com Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang aktivitas sedimen melayang di Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat. Aktivitas sedimen melayang diamati pada pada penampang melintang sungai dan konsentrasi sedimen dari hilir ke hulu. Pengukuran sedimen melayang pada penampang melintang sungai Kapuas dilakukan pada 19,353º BT dan,437º LS sampai dengan 19,35465º BT dan,3873º LS. Sedangkan pengamatan dari hilir ke hulu terdiri dari 5 stasiun yang berjarak ± 965,6 m dari bagian hilir ke hulu sungai. Penelitian ini menggunakan peralatan perangkap sampel air dan layang-layang arus. Pengukuran dilakukan selama tiga hari pada periode surut terendah dan pasang tertinggi. Besarnya debit sedimen melayang harian di Sungai Kapuas diperoleh dari data debit dan konsentrasi sedimen melayang di penampang melintang. Perhitungan debit dikerjakan dengan menggunakan metode interval tengah, sedangkan konsentrasi sedimen (TSS) diperoleh dengan alat spektrofotometer. Debit sedimen terbesar saat penelitian yaitu sebesar 1.487,376 ton/hari yang diperoleh pada tanggal 2 Juli 29. Pada tanggal 21 Juli 29 debit sedimennya terkecil sebesar 365,861 ton/hari. Debit sedimen melayang pada tanggal 22 Juli 29 adalah sebesar 1.368,749 ton/hari. Sebaran konsentrasi sedimen melayang dari arah hilir ke hulu Sungai Kapuas pada saat pasang dan surut bervariasi dan tidak tetap besarnya Akan tetapi umumnya pada saat kondisi pasang memiliki konsentrasi sedimen yang lebih besar daripada saat kondisi surut. Kata Kunci: Sedimen Melayang, Debit, Sungai 1. Pendahuluan Sungai Kapuas merupakan sungai yang terpanjang di Indonesia dengan ukuran km dan juga merupakan sungai utama di bagian barat Pulau Kalimantan. Sungai ini dimulai dari pegunungan Kapuas Hulu dekat perbatasan dengan Serawak Malaysia dan mengalir ke arah barat. Sungai ini berakhir ke dalam Selat Karimata kira-kira 2 km di selatan Kota Pontianak. Iklim, cuaca dan aktivitas mahluk hidup mengakibatkan pengikisan dan pelapukan yang selanjuntnya hasil pengikisan dan pelapukan tersebut akan dibawa oleh aliran sungai sebagai muatan sedimen melayang (suspended solid) dan muatan sedimen dasar (bed load) [1]. Pada sungai yang relatif panjang seperti Sungai Kapuas, konsentrasi muatan sedimen melayang akan sangat bervariasi, oleh karena partikel-partikelnya suatu saat akan terendap dan pada bagian lain akan terangkut dari dasar sungai dengan jumlah yang berbeda. Sebaran konsentrasi sedimen melayang di suatu tempat tidak sama dengan tempat lainnya. Hal ini merupakan kajian yang menarik apabila diketahui sebaran konsentrasi sedimen melayang pada alur sungai dari arah hilir ke hulu. Pada penelitian ini akan dikaji konsentrasi dan debit sedimen melayang sungai Kapuas selama periode pasang-surut harian. 2. Metode Penelitian 2.1 Pengambilan Data Lapangan a. Pengukuran yang akan dilakukan yaitu debit aliran massa air dan debit sedimen melayang yang melintasi penampang melintang sungai Kapuas serta konsentrasi sedimen melayang dari hulu ke hilir sungai Kapuas. b. Titik pengambilan data pada penampang melintang sungai (cross section) ditetapkan dengan metode integrasi kedalaman Equal Width Increment (EWI). c. Tinggi muka air sungai diukur dengan menggunakan tiang pasut yang diamati pada awal pengukuran sampai akhir pengukuran.

5 d. Data lebar (jarak antara titik vertikal atau titik pengamatan) dan kedalaman suatu luasan sub penampang melintang sungai diukur dengan tali yang diberi pemberat dan kecepatan aliran diukur dengan layang-layang arus pada,2 dan,8 dari kedalaman permukaan air. e. Sampel sedimen diambil dengan menggunakan water sampler pada titik yang sama pada saat pengukuran kecepatan aliran sungai sesuai dengan kedalaman sungai yang akan diteliti. f. Sampel air yang diperoleh dimasukkan ke dalam plastik sampel yang telah dipersiapkan sesuai letak lokasi dan waktu pengambilan. g. Pengukuran dilakukan pada musim kemarau selama 3 hari berturut-turut dari tanggal 2 Juli 29, 21 Juli 29, dan 22 Juli 29 dengan frekuensi pengambilan data dua kali sehari yaitu pada saat surut terendah dan pasang tertinggi. h. Penampang melintang ini terletak di dekat Jembatan Kapuas I Pontianak. Penampang basah sungai di bagi menjadi 5 sub penampang melintang (sub cross section) dengan jumlah 4 titik vertikal pengambilan data. 2.1 Pengukuran TSS di Laboratorium Sampel air yang diambil pada saat pengambilan data lapangan selanjutnya dilakukan pengukuran konsentrasi sedimen melayang di laboratorium dengan menggunakan metode Total Suspended Solid (TSS) 3. Metode Analisis Data 3.1 Debit suspended solid pada Penampang Melintang Sungai Perhitungan debit dari data kecepatan aliran, kedalaman dan lebar sungai menggunakan metode interval tengah (mid section method) sesuai dengan Persamaan (1), bn + 1 bn 1 a n = dn... (1) 2 Cara menghitung debit (Q) dan debit seksi (q): q = a v... (2) n Q = n n q i i= 1 n... (3) Keterangan: q n = debit seksi ke-n (m 3 /s); q i = debit tiap seksi ke-i (m 3 /s); a n = luas seksi ke-n (m 2 ); b n = jarak vertikal sebelum titik n dari titik tetap (m); b n+1 = jarak vertikal sesudah titik n dari titik tetap (m); v n = kecepatan rata-rata pada seksi yang bersangkutan (m/s); Q = debit total sungai (m 3 /s) [2]. Konsentrasi rata-rata sedimen melayang seluruh penampang pengukuran dapat menggunakan Persamaan (4). Cq qp C =... (4) q p Keterangan: C = konsentrasi rata-rata (kg/m 3 ); q p = debit di sub bagian penampang (m 3 /s); C q = konsentrasi rata-rata di vertikal pada sub bagian penampang kg/m 3 ). Karena pengambilan data debit dilakukan selama 2 kali dalam sehari yaitu pada periode pasang tertingi dan surut terendah, maka debit sedimen melayang rata-rata harian dapat diperoleh dengan Persamaan (5). Q = k C Q... (5) si i i Keterangan: Q si = debit sedimen melayang; Q = debit [2]. i K= faktor konversi; C i = konsentrasi sedimen melayang;

6 Perhitungan debit sedimen melayang pada penelitian ini menggunakan metode sub division. Di mana pengukuran hanya diambil sebanyak dua kali dalam sehari. Hasil debit sedimen diplot dalam diagaram batang untuk tiga hari pengambilan data. 3.2 Konsentrasi Sedimen melayang dari hilir ke hulu (Stasiun 1, 2, 3, 4, dan 5) Sampel air yang diperoleh pada Stasiun 1, 2, 3, 4, dan 5 (dari hilir ke hulu) dilakukan pengukuran TSS untuk memperoleh konsentrasi sedimen melayang pada setiap stasiun. Lokasi pengambilan sampel air dari hulu ke hilir terletak diantara Jembatan Kapuas I dan Jembatan Kapuas II. Terdapat5 stasiun pengukuran dan pengambilan data, yaitu Stasiun 1 berada di tengah-tengah lokasi penampang melintang di dekat Jembatan Kapuas I Pontianak, Stasiun 2 terletak pada º BT dan.4698º LS, Stasiun 3 pada º BT dan.5312º LS, Stasiun 4 pada º BT dan.5927º LS, dan Stasiun 5 pada º BT dan.6665º LS. Pengukuran hanya dilakukan di tengahtengah sungai untuk mengambil data kecepatan arus dan sampel sedimen melayang. Jarak antara stasiun adalah ± 965,6 m. Waktu pengambilan data dilakukan pada saat pasang dan surut (bersamaan dengan pengambilan data pada penampang melintang sungai). 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Angkutan Konsentrasi Sedimen Melayang pada Penampang Melintang Sungai. Pada kondisi Surut Terendah Pada tanggal 2 Juli 29 atau tanggal 27 Rojab 143 H, pengambilan data surut terendah dimulai pada pukul 8.2 WIB, dengan kondisi cuaca cerah dan tinggi muka air menunjukkan ketinggian,5 m. Lebar penampang basah adalah 286,25 m dan dibagi menjadi 5 sub penampang melintang. Kecepatan rata-rata aliran sungai di tiap titik vertikal penampang melintang juga bervariasi. Pada hari pertama pengambilan data, kecepatan rata-rata pada saat surut terendah lebih besar daripada saat pasang tertinggi di beberapa titik yang dapat dilihat pada Gambar 1. Titik vertikal 1 dan 4 yang berada di tepi sungai memiliki kecepatan aliran rata-rata yang lebih kecil daripada di titik 2 dan 3 di bagian tengah sungai. Hal ini dikarenakan adanya gesekan antara air yang mengalir dengan tepi sungai sehingga akan menghambat kecepatan alirannya. Kecepatan Rata-Rata (m/s),7,6,5,4,3,2,1,438,263,625,616,375,386,418,17 surut pasang Titik Vertikal Penampang Melintang Gambar 1 Diagram batang kecepatan aliran rata-rata di tiap titik vertikal penampang melintang sungai pada tanggal 2 Juli 29. Kecepatan aliran sungai juga menjadi salah satu penyebab dalamnya sungai bagian tengah daripada di bagian pinggir selain juga dikarenakan adanya pengerukkan dasar sungai oleh manusia. Aliran yang deras di bagian tengah dapat mengikis dasar sungai sebagai sedimen dan membawanya ke tempat lain yang

7 arusnya lebih tenang hingga terendapkan kembali. Pada umumnya, profil kecepatan aliran terhadap kedalaman sungai, adalah berbentuk kurva yang dari atas ke bawah semakin mengecil dan hingga akhirnya nol. Hal ini dikarenakan adanya faktor gesekan dari dasar sungai [3]. Namun, pada lokasi penelitian di Sungai Kapuas ini, kecepatan titik di kedalaman,2 dari permukaan air lebih kecil daripada kecepatan di kedalaman,8 dari permukaan air. Kejadian ini bisa saja terjadi pada kasus-kasus tertentu seperti halnya sifat aliran di Sungai Kapuas yang berolak (turbulen). Pengukuran data pada tanggal 21 Juli 29 saat surut mulai dilakukan pada pukul 9.6 WIB. Kondisi cuaca cerah sama seperti hari pertama. Tinggi muka air saat awal pengukuran adalah,3 m. Menurut data pasang surut yang telah diambil, tanggal 21 Juli 29 memiliki surut yang paling rendah dibandingkan dengan tanggal 2 Juli 29 dan 22 Juli 29. Sampai pada akhir pengukuran, tinggi muka air mencapai,1 m. Waktu yang digunakan untuk sekali pengukuran adalah sekitar 2 jam. Debit total Sungai Kapuas di penampang melintang saat pengukuran ini juga memiliki debit terendah selama penelitian. Hal ini dikarenakan luas penampang basah dan kecepatan rata-rata alirannya kecil. Berbeda dengan hari pertama, pada hari kedua nilai kecepatan rata-rata pada saat surut justru lebih kecil daripada saat pasang. Akan tetapi titik vertikal 2 dan 3 yang berada di bagian tengah tetap lebih besar daripada titik vertikal 1 dan 4 di tepi sungai. Berikut ini Gambar 2 yang menunjukkan besar kecepatan rata-rata aliran pada saat surut dan pasang:,6 Kecepatan Rata-Rata (m/s),5,4,3,2,1,259,436,4,464,481,351,223,381 surut pasang Titik Vertikal Penampang Melintang Gambar 2 Diagram batang kecepatan aliran rata-rata di tiap titik vertikal penampang melintang sungai pada tanggal 21 Juli 29. Pada tanggal 22 Juli 29 atau tanggal 29 Rojab 143 H merupakan bulan penuh dan terjadi pasang purnama (spring tide). Pada penampang melintang, tinggi muka air awal pengukuran mencapai,9 m dan akhir pengukuran mencapai,4 m. waktu dimulainya pengukuran adalah pukul 9.39 WIB. Debit total aliran sungainya lebih besar daripada hari pertama dan kedua. Hal ini terjadi karena ketinggian muka air dan kecepatan alirannya lebih besar meskipun dalam kondisi surut. Perbandingan kecepatan rata-rata aliran sungai pada saat surut dan pasang dapat dilihat pada Gambar 3.

8 Kecepatan Rata-Rata (m/s),8,7,6,5,4,3,2,1,612,345,675,564,77,589,55,5 surut pasang Titik Ve rtikal Penampang Me lintang Gambar 3 Diagram batang kecepatan aliran rata-rata di tiap titik vertikal penampang melintang sungai pada tanggal 22 Juli 29. Kecepatan rata-rata aliran sungai pada hari ketiga pengambilan data memiliki nilai yang lebih besar dari pada dua hari sebelumnya baik pada kondisi surut maupun kondisi pasang. Sama seperti tanggal 21 Juli 29, kecepatan rata-rata aliran sungai pada saat pasang lebih besar daripada saat surut. Akan tetapi besarnya kecepatan rata-ratanya pada tiap titik vertikal penampang melintang sungai tetap memiliki pola yang sama. Titik vertikal bagian tengah penampang melintang memiliki kecepatan yang lebih besar dibandingkan di bagian pinggir sungai [4]. Pada saat pasang, kecepatan rata-rata aliran sungai sangat besar karena pengaruh bertambahnya air yang naik dari hilir oleh air hujan. Pada Kondisi Pasang Tertinggi Pengukuran hari pertama pada saat air pasang, dilakukan pada sore hari pukul 16.3 WIB dengan kondisi cuaca yang cerah. Tinggi muka air menunjukkan angka 1,7 m. Besarnya debit total pada saat pasang sedikit lebih besar daripada debit total pada saat surut. Hal ini dikarenakan kecepatan air pasang yang naik sangat kecil dibandingkan kecepatan air yang turun pada hari itu [5]. Selisih kenaikan tinggi muka airnya hanya,3 m dari awal pengukuran. Besarnya debit total pada saat surut terendah lebih besar daripada nilai debit pada saat pasang tertinggi (dapat dilihat pada Gambar 4. Karena walaupun luas penampang basah sungai pada saat surut lebih kecil tetapi kecepatan aliran pada saat itu sangat deras. 2.5, 2.292,47 Debit Rata-Rata (m3/s) 2., 1.5, 1., 5, 1.768, ,98 943, , ,12 Surut Pasang, 2/7/29 21/7/29 22/7/29 Tanggal Pengambilan Data Gambar 4 Diagram batang debit di penampang melintang Sungai Kapuas.

9 Sebaran konsentrasi sedimen melayang pada umumnya berbanding terbalik dengan kecepatan aliran. Titik di mana kecepatan aliran sungainya lebih besar akan mengandung sedikit konsentrasi karena sedimen melayang yang berada pada suatu volume air akan dengan cepat berpindah ke volume air berikutnya mengikuti arah aliran air. Sebagian besar tepi penampang melintang sungai memiliki konsentrasi sedimen melayang yang lebih besar daripada bagian tengah sungai. Hal ini dikarenakan kecepatan aliran sungai yang melambat oleh gesekan dengan tanah daratan sehingga tanah di pinggir sungai terkikis atau dari aktivitas penduduk di pinggir sungai seperti mencuci, mandi, dan membuang sampah di sungai. Konsentrasi pada saat pasang jauh lebih kecil daripada surut. Penyebabnya karena aktivitas di daerah hulu Sungai Kapuas terbawa ke daerah Pontianak sehingga airnya cenderung lebih keruh daripada air yang berasal dari laut. Konsentrasi sungai dalam bentuk TSS selama tiga hari pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 5: TSS (mg/l),35,3,25,2,15,1,28,15,19,17,26,31 Surut Pasang,5 2/7/29 21/7/29 22/7/29 Tanggal Pengambilan Data Gambar 5 Diagram batang konsentrasi sedimen melayang dalam bentuk TSS di penampang melintang Sungai Kapuas. Pada tanggal 21 Juli 29, pengukuran saat air pasang dilakukan pada pukul WIB dengan kondisi cuaca cerah. Pada tepi penampang melintang, tinggi muka air mencapai 1,79 m. Naiknya muka air sungai hingga pada akhir pengukuran mencapai ketinggian 1,88 m. Naiknya tinggi muka air ini menyebabkan bertambahnya kedalaman sungai dan berpengaruh terhadap luas penampang sungai dan debit sungai saat itu. Debit pasangnya lebih besar daripada hari pertama tetapi lebih kecil daripada hari ketiga. Pengukuran data saat pasang tanggal 22 Juli 29 dimulai pada pukul 17.3 WIB dengan kondisi cuaca hujan. Tinggi muka air awal pengukuran mencapai ketinggian 1,78 m. Air yang sangat deras dan berolak menyebabkan konsentrasi sedimennya yang lebih besar daripada hari-hari sebelumnya ketika tidak ada hujan turun.air hujan yang turun dapat menyebabkan pengikisan (erosi) terhadap tanah di sekitar sungai, butiran-butiran tanah yang terlepas ini kemudian akan hanyut dibawa derasnya aliran air yang menuju ke hulu sungai. Debit total aliran sungai dan debit sedimen total pada saat ini merupakan yang terbesar selama 3 hari pengukuran. Berbeda dengan hari pertama, pada tanggal 21 Juli dan 22 Juli 29 kecepatan rata-rata aliran sungai justru lebih besar pada saat pasang tertinggi daripada surut terendahnya. Sedangkan nilai konsentrasi air ternyata tidak terlalu tergantung dengan kecepatan aliran sungai tetapi juga oleh faktor lainnya seperti aktivitas penduduk di pinggir sungai, pabrik, pembuangan dari kapal-kapal yang lewat, pilar-pilar jembatan dan lain sebagainya. Faktor luar inilah yang menambah gejala kompleks pada peristiwa sedimentasi alami dan akan menyebabkan sulitnya untuk melakukan pengukuran dan analisis data mengenai sedimen sungai. Selain itu Sungai Kapuas merupakan sungai yang besar dan sangat panjang.

10 1,6. 1,4. 1,488. 1, Debit Sedimen (ton/hari) 1,2. 1, /2/29 7/21/29 7/22/29 Tanggal Pengambilan Data Gambar 6 Diagram batang debit sedimen pada penampang melintang Sungai Kapuas. Perbandingan besarnya debit sedimen harian merupakan selisih antara debit sedimen pada saat surut terendah dengan pasang tertinggi penampang melintang dapat dilihat pada Gambar 6. Konsentrasi sedimen melayang yang terbesar adalah pada tanggal 2 Juli 29 dengan debit sedimen melayang lebih besar pada kondisi surut sehingga aliran sedimennya menuju ke arah hilir penampang melintang sungai. Pada hari kedua yaitu tanggal. 21 Juli 29 memiliki debit sedimen melayang terkecil dan arah aliran sedimen melayangnya menuju ke arah hulu. Kemudian pada tanggal 22 Juli 29, debit sedimen melayangnya cukup besar dengan arah alirannya menuju ke arah hulu. 4.2 Konsentrasi Sedimen Melayang dari Hilir ke Hulu Sungai Kapuas Pada saat Surut Terendah Pada saat kondisi sungai surut tanggal 2 Juli 29, konsentrasi sedimen melayang (mg/l) dari yang terbesar menuju ke nilai yang terkecil berturut-turut adalah di Stasiun 4, kemudian Stasiun 1, Stasiun 3, Stasiun 5, dan terakhir di Stasiun 2. Faktor yang mempengaruhi besarnya konsentrasi sedimen melayang di Stasiun 4 adalah karena terdapatnya saluran yaitu Parit Soedarso. Saat surut, air dari hulu sungai akan menuju ke hilir sungai. Begitu juga dengan air yang berasal dari parit atau saluran air akan turun ke Sungai Kapuas. Distribusi konsentrasi sedimen melayang pada tiap stasiun dapat dilihat pada Gambar ,5 TSS (mg/l) ,5 23,5 21,5 25,5 19, Surut Pasang Stasiun Pengukuran Gambar 7 Diagram batang Total Suspended Solid di Stasiun 1, 2, 3, 4, dan 5 (dari hilir ke hulu) pada kondisi surut dan pasang tanggal 2 Juli 29.

11 Berbeda dengan hari yang pertama, pada hari kedua yaitu tanggal 21 Juli 29, kandungan konsentrasi sedimen suspensi yang terbesar adalah berada di Stasiun 5 dan kandungan konsentrasi yang terkecil berasal dari Stasiun 2. Walaupun konsentrasi di Stasiun 2 pada hari pertama dan hari kedua samasama terkecil, akan tetapi data di stasiun lainnya justru berbeda terutama di Stasiun 3 dan Stasiun 4 yang menjadi lebih kecil konsentrasinya. Lihat pada Gambar 8. TSS (mg/l) ,5 16,5 12, ,5 2,5 18 Surut Pasang Stasiun Pengukuran Gambar 8 Diagram batang Total Suspended Solid di Stasiun 1, 2, 3, 4, dan 5 (dari hilir ke hulu) pada kondisi surut dan pasang tanggal 21 Juli 29. Pada tanggal 22 Juli 29, Stasiun 1 memiliki tingkat konsentrasi sedimen melayang terbesar. Nilai TSS yang terkecil berada di Stasiun 3 dan Stasiun 2 (lihat pada Gambar 9). Dari data yang diperoleh selama 3 hari berturut-turut dapat dilihat bahwa konsentrasi sedimen sangat bervariasi dan berubah-ubah dan tidak pernah sama pada setiap pengukuran walaupun pada kondisi yang sama. Sedimen yang diperoleh pada tiap stasiun pada saat surut tergantung pada kondisi dan aktivitas di hulu sungai. Selain itu saluran-saluran yang bermuara di Sungai Kapuas juga akan surut sehingga pasokan sedimen dari saluran tersebut akan turun ke sungai dan menambah konsentrasi sedimen melayang. Di beberapa tempat, ada sedimen yang terangkut dari saluran lain atau terangkut karena kecepatan aliran sungai yang turbulen. Putaran arus (eddies) akan menjaga gerakan partikel sedimen agar kembali ke atas dan tidak mengendap. Akan tetapi pada tempat lainnya yang aliran arusnya lebih stabil dan tidak terdapat olakan (laminar) maka partikel sedimen tersebut akan mengendap.

12 ,5 TSS (mg/l) , , ,5 2,5 24,5 Surut Pasang Stasiun Pengukuran Gambar 9 Diagram batang Total Suspended Solid di Stasiun 1, 2, 3, 4, dan 5 (dari hilir ke hulu) pada kondisi surut dan pasang tanggal 22 Juli 29. Pada saat Pasang Tertinggi Kondisi sebaran sedimen pada saat pasang berbeda dengan pada saat surut. Pada tanggal 2 Juli 29 (dapat dilihat pada Gambar 7) konsentrasi sebaran sedimen yang terbesar berada di Stasiun 2. Dan berturut-turut dari yang terbesar ke yang terkecil disusul oleh Stasiun 5, Stasiun 3, Stasiun 4, dan yang terakhir Stasiun 1. Ternyata konsentrasi sedimen melayang pada saat pasang di tiap-tiap stasiun sedikit lebih besar daripada saat surut meskipun tidak semuanya. Kecilnya konsentrasi sedimen di Stasiun 1 pada saat itu mungkin dikarenakan pengaruh dari pilar-pilar Jembatan Kapuas I yang menghambat aliran sungai yang naik dan sedimen yang terangkut ke bagian hulunya. Pada tanggal 21 Juli 29, nilai TSS yang terbesar tetap berada di Stasiun 2 dan nilai TSS sedimen melayang yang terkecil berada di Stasiun 5 di sebelah hilir Jembatan Kapuas II dan di Stasiun 1 di sebelah hulu Jembatan Kapuas I. TSS pada saat pasang lebih besar daripada saat surut (dapat dilihat pada Gambar 8). Dibandingkan dengan dua hari sebelumnya, konsentrasi sedimen pada tanggal 22 Juli 29 saat kondisi pasang lebih besar di Stasiun 1 yaitu sebesar. Hal ini terjadi karena arus yang deras dan hujan yang turun saat penelitian. Aliran sungai sangat turbulen sehingga membawa banyak sedimen. Peristiwa hujan menyebabkan semakin kompleksnya proses angkutan sedimen. Konsentrasi sedimen yang terkecil berada pada Stasiun 4 dan Stasiun 5. Berkurangnya sedimen dikarenakan aliran sungai yang mulai stabil ke arah hulu. Kecenderungan suatu distribusi konsentrasi sedimen di tiap stasiun tidak sama dari waktu ke waktu dan sulit untuk diprediksi. Hal ini dapat saja terjadi karena kondisi sungai pada suatu waktu tidak mungkin sama dengan kondisi sungai pada saat lainnya. Kecepatan aliran sungai sangat berpengaruh dalam mengangkut sedimen melayang. Begitu juga dengan konsentrasi sedimen melayang yang berpengaruh terhadap pola dan kecepatan aliran sungai. 5. Kesimpulan Besarnya debit sedimen melayang harian di Sungai Kapuas pada tanggal 2 Juli 29 debit sedimen melayangnya terbesar selama penelitian yaitu 1.487,376 ton/hari (ke arah hilir), pada tanggal 21 Juli 29 debit sedimennya terkecil yaitu sebesar 365,861 ton/hari (ke arah hulu) dan debit sedimen melayang pada tanggal 22 Juli 29 yaitu sebesar 1.368,749 ton/hari (ke arah hulu). Sebaran konsentrasi sedimen melayang dari arah hilir ke hulu Sungai Kapuas pada saat pasang tertinggi dan surut terendah bervariasi dan tidak tetap besarnya tergantung pada kondisi dan aktivitas yang terjadi di

13 Sungai Kapuas. Akan tetapi umumnya pada saat pasang tertinggi memiliki konsentrasi sedimen yang lebih besar daripada saat surut terendah. 6. Daftar Pustaka [1] Asdak, C., Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta1995 [2] soewarno, Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri), Penerbit Nova, Bandung, 1991 [3] Mayong, 27, Metode Pengukuran Debit Aliran Sungai, PersonalSite.co.id, (diakses tanggal 2 Juni 28). [4] Anonim, 27, Earth Atmospheric and Planetary Sciences, http//: mit.edu/nr/ rdonlyres/earth--atmospheric--and-planetarysciences/12-11 Spring-27/965A2D1-87D1.../ch2_1.pdf,(diakses tanggal 2 Maret 29). [5] Hutabarat, S. dan Evans, S.M.,, Pengantar Oseanografi, Edisi ke-2, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 28

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh. PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (214), Hal. 99-15 ISSN : 2337-824 Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh. Ishak

Lebih terperinci

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA Endyi 1), Kartini 2), Danang Gunarto 2) endyistar001@yahoo.co.id ABSTRAK Meningkatnya aktifitas manusia di Sungai Jawi

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka A. Sungai Sungai merupakan jalan air alami dimana aliranya mengalir menuju samudera, danau, laut, atau ke sungai yang lain. Menurut Soewarno (1991) dalam Ramadhan (2016) sungai

Lebih terperinci

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK Ella Prastika Erlanda 1), Stefanus Barlian Soeryamassoeka 2), Erni Yuniarti 3) Abstrak Peristiwa sedimentasi atau pengendapan partikel-partikel

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY Oleh Supiyati 1, Suwarsono 2, dan Mica Asteriqa 3 (1,2,3) Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SUNGAI Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian Hulu ke bagian Hilir suatu daerah

Lebih terperinci

Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS

Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS Rahardyan Nugroho Adi dd11lb@yahoo.com BPTKPDAS PENGERTIAN Sedimentasi adalah proses perpindahan dan pengendapan erosi tanah, khususnya hasil erosi permukaan dan erosi parit. Sedimentasi menggambarkan

Lebih terperinci

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura Hak cipta dilindungi Undang-Undang Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura ISBN: 978-602-97552-1-2 Deskripsi halaman sampul : Gambar

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 KAJIAN PENGARUH DEBIT SUNGAI TERHADAP SEBARAN TSS DI MUARA SUNGAI WONOKROMO DAN KEBUN AGUNG SURABAYA Onod Burhanuddin Aries Dwi Siswanto, dan Zainul

Lebih terperinci

Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b a Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang langsung bertemu dengan laut, sedangkan estuari adalah bagian dari sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang langsung bertemu dengan laut, sedangkan estuari adalah bagian dari sungai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Muara Sungai Muara sungai adalah bagian hilir dari sungai yang berhubungan dengan laut. Permasalahan di muara sungai dapat ditinjau dibagian mulut sungai (river mouth) dan estuari.

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi,

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 21 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Secara umum erosi dapat dikatakan sebagai proses terlepasnya buturan tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau angin

Lebih terperinci

BAB X PEMBUATAN LENGKUNG ALIRAN DEBIT

BAB X PEMBUATAN LENGKUNG ALIRAN DEBIT BAB X PEMBUATAN LENGKUNG ALIRAN DEBIT 10.1 Deskripsi Singkat Lengkung aliran debit (Discharge Rating Curve), adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tinggi muka air dan debit pada lokasi penampang

Lebih terperinci

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut: Pengukuran Debit Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran debit secara langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan berupa alat pengukur

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM DEBIT AIR. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP

PANDUAN PRAKTIKUM DEBIT AIR. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP PANDUAN PRAKTIKUM DEBIT AIR Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2017 1 PRAKATA Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat,

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal

ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal 08 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 3, No. : 08-14, September 016 ANALISIS SEDIMENTASI PADA SALURAN UTAMA BENDUNG JANGKOK Sedimentation Analysis of Jangkok Weir Main Canal I B. Giri Putra*, Yusron Saadi*,

Lebih terperinci

Panduan Teknis. Pengukuran Debit Sungai Sederhana. Prosedur Pengukuran. 1. Menentukan lokasi pengamatan/pengukuran debit dan tinggi muka air

Panduan Teknis. Pengukuran Debit Sungai Sederhana. Prosedur Pengukuran. 1. Menentukan lokasi pengamatan/pengukuran debit dan tinggi muka air Panduan Teknis Pengukuran Debit Sungai Sederhana Debit adalah jumlah air yang melewati sungai dalam suatu periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam satuan m3/ detik atau liter/detik. Dengan mengukur

Lebih terperinci

Analisis Karakteristik Fisik Sedimen Pesisir Pantai Sebala Kabupaten Natuna Hendromi 1), Muhammad Ishak Jumarang* 1), Yoga Satria Putra 1)

Analisis Karakteristik Fisik Sedimen Pesisir Pantai Sebala Kabupaten Natuna Hendromi 1), Muhammad Ishak Jumarang* 1), Yoga Satria Putra 1) PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 1 (215), Hal.21-28 ISSN : 2337-824 Analisis Karakteristik Fisik Sedimen Pesisir Pantai Sebala Kabupaten Natuna Hendromi 1), Muhammad Ishak Jumarang* 1), Yoga Satria Putra 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sedimen merupakan unsur pembentuk dasar perairan. Interaksi antara arus dengan dasar perairan berpengaruh terhadap laju angkutan sedimen. Laju angkutan sedimen tersebut

Lebih terperinci

Lengkung Aliran Debit (Discharge Rating Curve)

Lengkung Aliran Debit (Discharge Rating Curve) Lengkung Aliran Debit (Discharge Rating Curve) Lengkung aliran debit (Discharge Rating Curve) adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tinggi muka air (TMA) dan debit pada lokasi penampang sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 80 LU dan 110 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya dalam musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir. Permasalahan banjir

Lebih terperinci

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) Stadia Sungai Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Dalam Bahasa Indonesia, kita hanya mengenal satu kata sungai. Sedangkan dalam Bahasa Inggris dikenal kata stream dan river.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Estuari dan Debit Sungai. Tipe estuari biasanya dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Pada saat pasang, salinitas perairan akan didominasi oleh salinitas air laut karena

Lebih terperinci

DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA

DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA Zulkifli Ahmad Universitas Khairun Ternate e-mail : ahmadzulkifli477@gmail.com ABSTRAK Salah satu masalah yang paling meresahkan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI BIOFISIK DAS LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI SUNGAI Air yang mengalir di sungai berasal dari : ALIRAN PERMUKAAN ( (surface runoff) ) ALIRAN BAWAH PERMUKAAN ( (interflow = subsurface flow) ALIRAN AIR TANAH

Lebih terperinci

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR Diajukan Oleh : RISANG RUKMANTORO 0753010039 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampungan dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu

Lebih terperinci

NUR EFENDI NIM: PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU RIAU/2016

NUR EFENDI NIM: PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU RIAU/2016 ARTIKEL ILMIAH STUDI EXPERIMEN DISTRIBUSI KECEPATAN PADA SALURAN MENIKUNG DI SUNGAI BATANG LUBUH Disusun Oleh : NUR EFENDI NIM: 1110 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

Lebih terperinci

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI PERAIRAN SEPANJANG JEMBATAN SURAMADU KABUPATEN BANGKALAN

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI PERAIRAN SEPANJANG JEMBATAN SURAMADU KABUPATEN BANGKALAN Jurnal KELAUTAN,Volume 4, No.2 Oktober 2011 ISSN : 1907-9931 SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI PERAIRAN SEPANJANG JEMBATAN SURAMADU KABUPATEN BANGKALAN Kurratul Ainy 1, Aries Dwi Siswanto 2, dan Wahyu

Lebih terperinci

MONEV E T ATA A IR D AS PERHITUNGAN AN SEDIME M N

MONEV E T ATA A IR D AS PERHITUNGAN AN SEDIME M N MONEV TATA AIR DAS PERHITUNGAN SEDIMEN Oleh: Agung B. Supangat Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Jl. A.Yani-Pabelan PO Box 295 Surakarta Telp./fax. (0271)716709, email: maz_goenk@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN Amelia Ester Sembiring T. Mananoma, F. Halim, E. M. Wuisan Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: ame910@gmail.com ABSTRAK Danau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1 LATAR BELAKANG Sebagian besar air hujan yang turun ke permukan tanah, mengalir ke tempattempat yang lebih rendah dan bermuara ke danau atau ke laut, sebagian lagi diserap oleh tanah untuk kemudian

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR JURNAL TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR M.S. Pallu 1, M.P.Hatta 1, D.P.Randanan 2 ABSTRAK Agradasi adalah penumpukan bahan-bahan

Lebih terperinci

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Esa Bagus Nugrahanto Balai Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan sedimen berasal dari daerah aliran sungai (DAS), yang kemudian bergerak secara melayang maupun secara bergeser, bergelinding ataupun meloncat dan kemudian

Lebih terperinci

Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan urai

Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan urai Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan uraian tentang beberapa cara pengukuran data unsur aliran

Lebih terperinci

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh

Lebih terperinci

SEDIMENTASI DI SUNGAI KAPUAS KECIL PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SEDIMENTASI DI SUNGAI KAPUAS KECIL PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT SEDIMENTASI DI SUNGAI KAPUAS KECIL PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT Arfena Deah Lestari 1*, Suci Pramadita 2, dan Johnny M.T. Simatupang 3 1,2,3 Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak Jalan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI KONDISI WILAYAH STUDI 6 BAB II KONDISI WILAYAH STUDI 2.1 Tinjauan Umum Kondisi wilayah studi dari Kali Babon meliputi kondisi morfologi Kali Babon, data debit banjir, geoteknik, kondisi Bendung Pucang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. besar sementara wilayah kawasan lindung dan konservasi menjadi berkurang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan lingkungan mempunyai hubungan timbal balik. Di dalam pembangunan, manusia merupakan konsumen yang berperan aktif dalam proses pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

Panduan Teknis. Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air dan Sedimen Sederhana. Pendahuluan

Panduan Teknis. Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air dan Sedimen Sederhana. Pendahuluan Panduan Teknis Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air dan Sedimen Sederhana Pendahuluan Tiga fungsi hidrologi utama dari Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu untuk menjaga kualitas air, menjaga kuantitas air dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah

Lebih terperinci

Analisis Kualitas Air Di Parit Besar Sungai Jawi Kota Pontianak Eka Apriyanti a, Andi Ihwan a*, Muh. Ishak Jumarang a

Analisis Kualitas Air Di Parit Besar Sungai Jawi Kota Pontianak Eka Apriyanti a, Andi Ihwan a*, Muh. Ishak Jumarang a Analisis Kualitas Air Di Parit Besar Sungai Jawi Kota Pontianak Eka Apriyanti a, Andi Ihwan a*, Muh. Ishak Jumarang a a Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UniversitasTanjungpura,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 8 0 LU dan 11 0 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

PADATAN TERSUSPENSI DI PERAIRAN MUARA SUNGAI ROKAN, PROVINSI RIAU, INDONESIA

PADATAN TERSUSPENSI DI PERAIRAN MUARA SUNGAI ROKAN, PROVINSI RIAU, INDONESIA 1 PADATAN TERSUSPENSI DI PERAIRAN MUARA SUNGAI ROKAN, PROVINSI RIAU, INDONESIA Suspended Solids in Rokan River Estuary, Riau Province, Indonesia Wira Rahmansyah dan Rifardi Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Umum Sedimentasi dapat didefinisikan sebagai pengangkutan, melayangnya (suspensi) atau mengendapnya material fragmental oleh air.sedimentasi merupakan akibat dari adanya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Sungai Sungai adalah suatu alur yang panjang diatas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan dan senantiasa tersentuh air serta terbentuk secara alamiah (Sosrodarsono,

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU SEDIMENTASI PADA SALURAN IRIGASI DAERAH IRIGASI SANREGO KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN

ANALISIS LAJU SEDIMENTASI PADA SALURAN IRIGASI DAERAH IRIGASI SANREGO KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN ANALISIS LAJU SEDIMENTASI PADA SALURAN IRIGASI DAERAH IRIGASI SANREGO KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN Abdul Rivai Suleman Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang Jl.Perintis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengukuran Beda Tinggi Antara Bench Mark Dengan Palem Dari hasil pengukuran beda tinggi dengan metode sipat datar didapatkan beda tinggi antara palem dan benchmark

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan

Lebih terperinci

PREDIKSI BEBAN SEDIMENTASI WADUK SELOREJO MENGGUNAKAN DEBIT EKSTRAPOLASI DENGAN RANTAI MARKOV

PREDIKSI BEBAN SEDIMENTASI WADUK SELOREJO MENGGUNAKAN DEBIT EKSTRAPOLASI DENGAN RANTAI MARKOV Volume 13, Nomor 1 PREDIKSI BEBAN SEDIMENTASI WADUK SELOREJO MENGGUNAKAN DEBIT EKSTRAPOLASI DENGAN RANTAI MARKOV Prediction of Reservoir Sedimentation Selorejo Loads Using Debit Extrapolation Markov Chain

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara debit aliran air dengan berapa banyak sedimen yang terangkut, berat jenis sedimen, distribusi ukuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak bencana alam yang disebabkan oleh prilaku manusia yang

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak bencana alam yang disebabkan oleh prilaku manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak bencana alam yang disebabkan oleh prilaku manusia yang kurang memperhatikan lingkungan sekitar. Banjir merupakan salah satu contoh bencana alam yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekalongan dibagi menjadi dua wilayah administratif yaitu wilayah Kabupaten Pekalongan dan wilayah Kotamadya Pekalongan. Di Kabupaten Pekalongan mengalir beberapa sungai

Lebih terperinci

KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Rutsasongko Juniar Manuhana

KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Rutsasongko Juniar Manuhana KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Rutsasongko Juniar Manuhana rutsasongko@gmail.com Suprapto Dibyosaputro praptodibyo@gmail.com Abstract Rivers are media for sediment

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Embung merupakan bangunan air yang menampung, mengalirkan air menuju hilir embung. Embung menerima sedimen yang terjadi akibat erosi lahan dari wilayah tangkapan airnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air permukaan (water surface) sangat potensial untuk kepentingan kehidupan. Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan kebutuhan, misalnya untuk

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN TUGAS REKAYASA SUNGAI MENGHITUNG DEBIT ALIRAN SUNGAI, KECEPATAN SEDIMEN & EROSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE APUNG (FLOATING METHOD) & METODE ALAT UKUR CURRENT METER DOSEN PEMBIMBING : Rosmalinda, St DISUSUN

Lebih terperinci

STUDI PERSEBARAN KONSENTRASI MUATAN PADATAN TERSUSPENSI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA MODIS DI SELAT MADURA

STUDI PERSEBARAN KONSENTRASI MUATAN PADATAN TERSUSPENSI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA MODIS DI SELAT MADURA STUDI PERSEBARAN KONSENTRASI MUATAN PADATAN TERSUSPENSI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA MODIS DI SELAT MADURA Oleh: HIAS CHASANAH PUTRI NRP 3508 100 071 Dosen Pembimbing Hepi Hapsari Handayani, ST, MSc

Lebih terperinci

Sadri 1 1 Dosen Politeknik Negeri Pontianak.

Sadri 1 1 Dosen Politeknik Negeri Pontianak. PERBANDINGAN TINGKAT SEDIMENTASI ANTARA KONDISI EKSISTING DENGAN ALTERNATIF KONDISI LAINNYA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEMANGKAT KALIMANTAN BARAT Sadri 1 1 Dosen Politeknik Negeri Pontianak cadrie_kobar@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya

BAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekosistem air yang terdapat di daratan secara umum dibagi atas dua yaitu perairan lentik yang disebut juga perairan tenang (misalnya waduk, danau, telaga dan rawa) dan

Lebih terperinci

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Beberapa waktu lalu sudah dibahas mengenai cara menghitung debit rencana untuk kepentingan perencanaan saluran drainase. Hasil perhitungan debit rencana bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sedimen merupakan hasil proses erosi baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di bagian bawah kaki bukit,

Lebih terperinci

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit Standar Nasional Indonesia Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

ARTIKEL ILMIAH JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA ARTIKEL ILMIAH JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA Nama NIM Program Studi Judul Pembimbing : Paula Rosita : C51110216 : Agroteknologi : Studi Karakteristik Sub Daerah

Lebih terperinci

PENGUKURAN SEDIMEN TERLARUT DI MUARA DESA NUSAPATI KECAMATAN SUNGAI PINYUH KABUPATEN MEMPAWAH

PENGUKURAN SEDIMEN TERLARUT DI MUARA DESA NUSAPATI KECAMATAN SUNGAI PINYUH KABUPATEN MEMPAWAH PENGUKURAN SEDIMEN TERLARUT DI MUARA DESA NUSAPATI KECAMATAN SUNGAI PINYUH KABUPATEN MEMPAWAH (Measurement Of Dissolved Sediment In The Estuary Of Nusapati Village Of Sungai Pinyuh Subdistrict In Mempawah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada sifat-sifat arus tetapi juga pada sifat-sifat sedimen itu sendiri. Sifat-sifat di dalam proses

Lebih terperinci

MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: KARAKTERISTIK LAHAN PASUT DAN LEBAK DARI SEGI ASPEK HIDROLOGI.

MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: KARAKTERISTIK LAHAN PASUT DAN LEBAK DARI SEGI ASPEK HIDROLOGI. MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: KARAKTERISTIK LAHAN PASUT DAN LEBAK DARI SEGI ASPEK HIDROLOGI Oleh: Ir. MUHAMMAD MAHBUB, MP PS Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNLAM LAHAN

Lebih terperinci

Pola Sirkulasi Arus Dan Salinitas Perairan Estuari Sungai Kapuas Kalimantan Barat

Pola Sirkulasi Arus Dan Salinitas Perairan Estuari Sungai Kapuas Kalimantan Barat Pola Sirkulasi Arus Dan Salinitas Perairan Estuari Sungai Kapuas Kalimantan Barat Muh.Ishak Jumarang 1), Muliadi 1), Nining Sari Ningsih ), Safwan Hadi ), Dian Martha ) 1) Program Studi Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tinjauan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara debit aliran air dengan berapa banyak sedimen yang terangkut, berat jenis sedimen, distribusi ukuran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejalan dengan hujan yang tidak merata sepanjang tahun menyebabkan persediaan air yang berlebihan dimusim penghujan dan kekurangan dimusim kemarau. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran

Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran Jurnal Vokasi 2010, Vol.6. No. 3 304-310 Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran HARI WIBOWO Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Jalan Ahmad Yani Pontianak

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN SISTEM DRAINASE PERMUKAAN Tujuan pekerjaan drainase permukaan jalan raya adalah : a. Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b. Mengalirkan air permukaan yang terhambat

Lebih terperinci

SEDIMENTASI PADA WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP UMUR LAYANAN WADUK

SEDIMENTASI PADA WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP UMUR LAYANAN WADUK SEDIMENTASI PADA WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP UMUR LAYANAN WADUK Dian Febiyanti NRP : 0321023 Pembimbing : Dr. Ir. Agung Bagiawan.,M.Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau Jawa, dilintasi oleh 13 sungai, sekitar 40% wilayah DKI berada di dataran banjir dan sebagian

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan KAJIAN KONSENTRASI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS PERAIRAN DALAM UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KABUPATEN BANGKALAN Aries Dwi Siswanto dan Wahyu Andy Nugraha Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan salah satu permasalahan yang terjadi pada saat musim hujan. Hal ini terjadi hampir di seluruh kota di Indonesia. Peristiwa ini hampir setiap tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Permasalahan

I. PENDAHULUAN Permasalahan I. PENDAHULUAN 1.1. Permasalahan Sedimentasi di pelabuhan merupakan permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian. Hal tersebut menjadi penting karena pelabuhan adalah unsur terpenting dari jaringan moda

Lebih terperinci

ANALISIS SEDIMENTASI ALIRAN SUNGAI BATANG SINAMAR BAGIAN TENGAH DI KENAGARIAN KOTO TUO KECAMATAN HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS SEDIMENTASI ALIRAN SUNGAI BATANG SINAMAR BAGIAN TENGAH DI KENAGARIAN KOTO TUO KECAMATAN HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS SEDIMENTASI ALIRAN SUNGAI BATANG SINAMAR BAGIAN TENGAH DI KENAGARIAN KOTO TUO KECAMATAN HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Fatmawati STKIP Ahlussunnah Bukittinggi Jl. Diponegoro No.8 Aur Kuning Bukittinggi

Lebih terperinci

07. Bentangalam Fluvial

07. Bentangalam Fluvial TKG 123 Geomorfologi untuk Teknik Geologi 07. Bentangalam Fluvial Salahuddin Husein Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2010 Pendahuluan Diantara planet-planet sekitarnya, Bumi

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS SEDIMENTASI DI SUNGAI PUTE RAMMANG-RAMMANG KAWASAN KARST MAROS

STUDI ANALISIS SEDIMENTASI DI SUNGAI PUTE RAMMANG-RAMMANG KAWASAN KARST MAROS STUDI ANALISIS SEDIMENTASI DI SUNGAI PUTE RAMMANG-RAMMANG KAWASAN KARST MAROS Nadhirah Al Ansar, Muhammad Arsyad, Sulistiawaty Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar, Jl. Daeng Tata Raya, Makassar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Perairan Bintan Pulau Bintan merupakan salah satu pulau di kepulauan Riau tepatnya di sebelah timur Pulau Sumatera. Pulau ini berhubungan langsung dengan selat

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN : Studi Faktor Penentu Akresi dan Abrasi Pantai Akibat Gelombang Laut di Perairan Pesisir Sungai Duri Ghesta Nuari Wiratama a, Muh. Ishak Jumarang a *, Muliadi a a Prodi Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan jalan air alami yang mengalir menuju Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir

Lebih terperinci

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa G174 Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa Muhammad Ghilman Minarrohman, dan Danar Guruh Pratomo Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB Darmaga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah yang sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang efektif dalam

Lebih terperinci