4 Hasil dan Pembahasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

3 METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

METODE. Penentuan kapasitas adsorpsi dan isoterm adsorpsi zat warna

Hasil dan Pembahasan

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

4 Hasil dan Pembahasan

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

PEMANFAATAN SERAT DAUN NANAS (ANANAS COSMOSUS) SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMIN B

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Kadmium (Cd) Stuktur Kimia Zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Fotodegradasi Senyawa Biru Metilena

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

Hasil dan Pembahasan. konsentrasi awal optimum. abu dasar -Co optimum=50 mg/l - qe= 4,11 mg/g - q%= 82%

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.

Hasil dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

KESETIMBANGAN ADSORBSI SENYAWA PENOL DENGAN TANAH GAMBUT

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

SINTESIS KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK (Musa Paradisiaca) MENGGUNAKAN AKTIVATOR NaOH DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN MALACHITE GREEN

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

ADSORBSI ZAT WARNA TEKSTIL RHODAMINE B DENGAN MEMANFAATKAN AMPAS TEH SEBAGAI ADSORBEN

STUDI KINETIKA ADSORPSI LARUTAN ION LOGAM KROMIUM (Cr) MENGGUNAKAN ARANG BATANG PISANG (Musa paradisiaca)

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka. Pembuatan adsorben campuran kaolinlimbah KMK pada NDS dan HDTMA-Br

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. supaya dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Namun akhir-akhir ini. (Ferri) dan ion Fe 2+ (Ferro) dengan jumlah yang tinggi,

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

UJI KAPASITAS DAN ENERGI ADSORPSI KARBON AKTIF, KITOSAN-BENTONIT, DAN KOMBINASINYA TERHADAP RESIDU PESTISIDA ENDOSULFAN DAN ION

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

KROMATOGRAFI PENUKAR ION Ion-exchange chromatography

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTERM ADSORBSI. I. TUJUAN Menentukan isoterm adsorbsi menurut Freundlich bagi proses adsorbsi asam asetat pada arang

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Spektrofotometri uv & vis

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yaitu pada bulan Februari hingga Mei

4 Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

ADSORPSI PEWARNA METHYLENE BLUE MENGGUNAKAN PASIR VULKANIK GUNUNG MERAPI SKRIPSI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

Laporan Kimia Analitik KI-3121

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

II. TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari ber.ua Amerika, selanjutnya berkembang meiuas di se'.uiuh dur.ia

Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Adsorben Zat Warna Methylene Blue

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

POLA ADSORPSI ZEOLIT TERHADAP PEWARNA AZO METIL MERAH DAN METIL JINGGA

Transkripsi:

4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap kedua yaitu optimasi pengaktifan zeolit. Dan tahap yang terakhir adalah penentuan kondisi optimum penyerapan zat warna oleh zeolit aktif dan penentuan kapasitas penyerapan zat warna oleh zeolit alami (tidak aktif). 4.1 Spektrum absorpsi zat warna RB red F3B Pada penelitian ini, spektrum absorpsi dari zat warna RB red F3B ini ditentukan dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis pada daerah panjang gelombang antara 2 8 nm. Daerah panjang gelombang ini dipilih karena pada panjang gelombang tersebut merupakan daerah intensitas suatu sinar tampak dapat terserap. Pada Gambar 4.1 akan diperlihatkan hasil dari pengukuran spektrum absorpsi dari zat warna RB red F3B ini. Gambar 4. 1 Spektrum absorpsi RB Red F3B 26

Dari Gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa panjang gelombang maksimum dari zat warna ini terjadi pada panjang gelombang 54 nm. Sehingga untuk pengukuran selanjutnya dilakukan pada panjang gelombang 54 nm. Selain itu, dari Gambar 4.1 juga dapat dilihat bahwa terdapat dua puncak serapan, yaitu pada panjang gelombang sekitar 52 53 nm dan pada panjang gelombang 536 54 nm. Hal ini terjadi pergeseran panjang gelombang yang disebabkan karena adanya dua gugus kromofor, zat pemberi warna, yaitu gugus azo (-N=N-) dan gugus karbonil (-C=O-) pada zat warna yang digunakan dengan struktur seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2 berikut. Gambar 4. 2 Struktur RB Red F3B 4.2 Kurva kalibrasi larutan standar zat warna RB Red F3B Setelah panjang gelombang maksimum diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran beberapa larutan standar zat warna RB Red F3B yang kemudian diukur absorbansinya lalu dibuat kurva kalibrasinya. Dari data, kurva kalibrasi dari zat warna ini dapat diperoleh dengan mengalurkan absorbansi sebagai ordinat dan konsentrasi dari larutan standar zat warna sebagai absis dari titik (,) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3. 27

Absorbansi 1.2 1.8.6.4.2 A =,2C R² =,998 1 2 3 4 5 6 [zat warna] (ppm) Gambar 4. 3 Kurva kalibrasi larutan standar zat warna RB Red F3B Dari kurva kalibrasi tersebut didapat pula persamaan garis liniernya, yaitu y = ax, dimana y adalah absorbansi dari larutan zat warna, a adalah gradien dari kurva dan x adalah konsentrasi dari larutan zat warna tersebut. Dari hasil penelitian, diperoleh persamaan garis y =,2x dengan nilai regresi sebesar,998. Nilai regresi tersebut menyatakan kelinieritasan kurva kalibrasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kurva kalibrasi larutan standar ini sudah cukup linier. 4.3 Pengaktifan zeolit Zeolit alami yang dibeli dari penjual ikan hias perlu diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan daya serap yang lebih baik dibandingkan dengan zeolit alami. Ada dua metode yang dapat dilakukan untuk pengaktifan zeolit ini, yaitu secara fisika dengan pemanasan dan secara kimia dengan penambahan asam(affandi 1996). Secara fisika, yaitu dengan pemanasan, zeolit dipanaskan pada suhu 1-11 C agar terjadi dehidrasi pada zeolit tersebut sehingga zeolit dapat bereaksi dengan gugus auksokrom pada zat warna. Sedangkan secara kimia, yaitu dengan penambahan asam, diharapkan kation logam alkali atau alkali tanah yang terdapat pada struktur zeolit akan larut dan digantikan oleh ion H + dari asam sehingga pori-pori dari zeolit tersebut akan lebih besar dan mengakibatkan daya serap dari zeolit tersebut akan lebih besar pula. Pada penelitian ini, pengaktifan zeolit dilakukan secara kimia, yaitu dengan menambahkan asam sulfat (H 2 SO 4 ) pada berbagai konsentrasi dalam larutan zat warna 5 ppm. Adapun maksud dari penggunaan asam sulfat ini selain sebagai zat pengaktif zeolit, asam sulfat juga dapat melarutkan zat-zat pengotor yang terdapat pada zeolit tersebut. Variasi konsentrasi asam sulfat yang digunakan adalah pada konsentrasi 1 M, 2 M, 3 M dan 4 M. Penggunaan 28

variasi konsentrasi H 2 SO 4 yang berkisar antara 1 M hingga 4 M ini bertujuan agar terjadi dealuminasi pada struktur zeolit, sedangkan jika ditambahkan asam berkonsentrasi tinggi, struktur dari zeolit akan rusak. Berdasarkan hasil penelitian, daya serap optimum dari zeolit adalah ketika penambahan H 2 SO 4 3 M. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi H 2 SO 4 3 M, ion H + dari H 2 SO 4 berikatan sempurna dengan zeolit, dimana terjadi pertukaran ion dengan kation logam alkali. Dengan adanya asam pada zeolit, maka pori-pori dari zeolit akan jadi lebih besar dan daya serapnya akan meningkat. Kurva optimasi pengaktifan zeolit dibuat dengan mengalurkan konsentrasi asam sulfat terhadap daya serap dari zeolit aktif tersebut seperti Gambar 4.4 di bawah ini. Daya serap (mg zat warna/gr zeolit).7.6.5.4.3.2.1 1 2 3 4 5 [H 2 SO 4 ] (M) Gambar 4. 4 Kurva optimasi pengaktifan zeolit 4.4 Penentuan kondisi optimum penyerapan zat warna RB Red F3B oleh zeolit aktif 4.4.1. Pengaruh variasi waktu kontak terhadap penyerapan zat warna RB Red F3B oleh zeolit aktif Langkah selanjutnya pada penelitian ini adalah menentukan pengaruh waktu kontak terhadap penyerapan zat warna oleh zeolit yang telah diaktifkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pada selang waktu ke berapa, zeolit aktif tersebut dapat menyerap zat warna secara optimum. Dari data hasil penelitian, maka dapat dibuat grafik pengaruh variasi waktu kontak terhadap penyerapan zat warna RB Red F3B oleh zeolit aktif dengan mengalurkan selang waktu yang digunakan terhadap daya serap dari zeolit aktif seperti yang terlihat pada Gambar 4.5. 29

Daya serap (mg zat warna/gr zeolit).14.12.1.8.6.4.2 2 4 6 8 1 Waktu (jam) Gambar 4. 5 Kurva pengaruh variasi waktu kontak Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin lama waktu penyerapan, maka semakin besar pula daya serap dari zeolit aktif tersebut. Akan tetapi ketika selang waktu 7-9 jam dari kurva terlihat bahwa daya serap dari zeolit aktif tersebut sudah cenderung datar atau stabil. Hal ini berarti adsorpsi berlangsung optimum selama 7 jam. Sedangkan setelah 7 jam yang terjadi bukanlah adsorpsi melainkan desorpsi karena zeolit tersebut sudah tidak dapat lagi menyerap zat warna. Hal ini disebabkan oleh karena telah tercapainya keadaan kesetimbangan dimana kecepatan adsorpsi sama dengan kecepatan desorpsi. Selain itu, rongga-rongga zeolit yang menyerap molekul-molekul zat warna sudah jenuh sehingga kemampuan untuk mengadsorpsi adsorbat semakin berkurang(dila 1998). 4.4.2. Pengaruh penambahan H 2 SO 4 ke dalam larutan zat warna RB Red F3B terhadap penyerapan zat warna RB Red F3B oleh zeolit aktif Pada penelitian ini, digunakan berbagai konsentrasi H 2 SO 4 ke dalam larutan zat warna remazol brillliant red F3B untuk mengetahui penyerapan zeolit aktif terhadap larutan zat warna tersebut. Karena pada aplikasinya dalam dunia industri, kondisi lingkungan air yang tercemari oleh zat warna ini umumnya berada pada kondisi asam akibat adanya zat-zat lain yang ikut mencemari, misalnya logam-logam berat(affandi 1996). Pada penelitian ini digunakan H 2 SO 4 dengan variasi konsentrasi dari,1-,5 M. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa zeolit aktif menyerap optimum ketika larutan zat warna ditambahkan larutan H 2 SO 4,2 M. Data hasil penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4.6. 3

Daya serap (mg zat warna/g zeolit).25.2.15.1.5.1.2.3.4.5.6 Konsentrasi H 2 SO 4 (M) Gambar 4. 6 Kurva pengaruh penambahan H 2 SO 4 Gambar 4.6 menunjukkan bahwa daya serap meningkat ketika adanya penambahan H 2 SO 4 dari,1 M sampai,2 M, setelah itu seiring penambahan konsentrasi asam sulfat, daya serap dari zeolit ini semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh permukaan dari zeolit berperan sebagai basa Lewis seperti yang ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut. Al-OH + H + Al-OH 2 + Si-OH + H + Si-OH 2 + (Persamaan 4.4) (Persamaan 4.5) Al-OH dan Si-OH menggambarkan fasa permukaan zeolit, dan molekul-molekul tersebut cenderung bermuatan positif ketika konsentrasi H + dalam larutan tinggi (ph rendah)(rongsayamanont and Sopajaree 27). Permukaan zeolit berperan memberikan sepasang elektron tidak berikatan, sehingga semakin meningkat jumlah OH - dalam larutan, maka ph larutan semakin besar. Dengan meningkatnya ph, maka permukaan zeolit akan semakin aktif. Akan tetapi, hal ini tidak lama terjadi ketika penambahan asam sulfat lebih dari,2 M (lihat Gambar 4.6). Fenomena ini terjadi karena semakin melemahnya gaya tarikmenarik elektrostatik antara muatan positif dari zeolit dengan muatan negatif dari zat warna tersebut(nameni, Moghadam et al. 28). Selain itu, kemungkinan yang terjadi adalah permukaan zeolit melepaskan ion H + dan bertindak sebagai asam Bronsted, kemudian bereaksi dengan larutan menghasilkan penetralan H + dan OH - dan ph konstan. 4.4.3. Pengaruh suhu terhadap penyerapan zat warna RB red F3B oleh zeolit aktif dalam suasana asam Pada tahap ini dilakukan penelitian pengaruh suhu terhadap daya serap dari zeolit aktif dalam suasana asam. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kapasitas penyerapan dari zeolit aktif ketika suhu lingkungan semakin tinggi. Karena pada aplikasi nyatanya dalam dunia industri tekstil, larutan zat warna yang telah tercemar, umumnya berada pada suhu 31

tinggi (T = 1 C) dan berada pada kondisi asam akibat penggunaan zat warna pada proses pewarnaan dan pencelupan(affandi 1996). Dan pada penelitian ini absorpsi dilakukan dengan penambahan asam sulfat,2 M pada suhu yang bervariasi antara 3-1 C. Data hasil penelitian ditunjukkan pada Gambar 4.7. Daya serap (mg zat warna/g zeolit).1.9.8.7.6.5.4.3.2.1 2 4 6 8 1 12 Suhu ( C) Gambar 4. 7 Grafik pengaruh suhu larutan zat warna terhadap daya serap zeolit Meningkatnya daya serap zeolit seiring dengan kenaikan suhu ini diakibatkan oleh meningkatnya mobilitas dari ion-ion zat warna seiring dengan kenaikan suhu. Peningkatan jumlah ion zat warna ini juga memberikan energi yang cukup untuk berinteraksi dengan sisi aktif dari permukaan zeolit(alkan, Demirbas et al. 24). Selanjutnya, peningkatan suhu mengakibatkan pembesaran pori-pori di dalam struktur zeolit dan memungkinkan zat warna untuk masuk lebih banyak ke dalamnya. Sehingga proses adsorpsi lebih disukai dengan peningkatan suhu. 4.5 Penentuan kapasitas penyerapan zat warna RB Red F3B oleh zeolit aktif dalam suasana asam Setelah semua kondisi optimum telah diperoleh, langkah selanjutnya yaitu adalah menentukan kapasitas penyerapan zat warna oleh zeolit aktif pada berbagai konsentrasi zat warna. Pengukuran ini merupakan salah satu faktor yang paling efektif dalam menentukan efisiensi adsorpsi. Pada penelitian ini dilakukan berbagai konsentrasi larutan zat warna (1-2 ppm) pada suhu kamar, dengan penambahan asam sulfat,2 M dan waktu perendaman selama 7 jam. Hasil penelitian pengaruh perubahan konsentrasi awal zat warna dalam larutan terhadap daya serap zeolit ditunjukkan pada Gambar 4.8. Dalam Gambar 4.8 di bawah, dapat dilihat bahwa 32

semakin besar konsentrasi awal dari zat warna tersebut, maka semakin besar pula daya serap dari zeolit tersebut. Dengan daya serap terbesar terjadi pada konsentrasi zat warna 2 ppm. Fenomena ini terjadi karena lebih banyak kesempatan untuk zeolit berinteraksi dengan molekul zat warna tersebut ketika terjadi penambahan konsentrasi zat warna. Daya serap (mg zat warna/g zeolit) 2 1.5 1.5 5 1 15 2 25 Konsentrasi zat warna (ppm) Gambar 4. 8 Kurva kapasitas penyerapan zat warna oleh zeolit aktif 4.6 Penentuan kapasitas penyerapan zat warna RB Red F3B oleh zeolit alami dalam suasana asam Pada pengujian ini ditentukan kapasitas penyerapan zat warna pada berbagai konsentrasi, hanya saja pada pengujian ini digunakan zeolit alami, yaitu zeolit yang tidak diaktivasi terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk membandingkan kapasitas penyerapan zat warna antara dengan zeolit aktif dan zeolit alami. Kondisi pekerjaan sama seperti pekerjaan sebelumnya. Hasil penelitian ditunjukkan pada Gambar 4.9. Dari gambar dapat dilihat, untuk zeolit alami terjadi kecenderungan yang sama dengan zeolit aktif, dimana semakin besar konsentrasi zat warna, maka semakin besar pula daya serap dari zeolit tersebut. Akan tetapi, pada zeolit alami, daya serap yang diberikan lebih kecil sedikit jika dibandingkan dengan zeolit aktif (lihat Gambar4.9). Hal ini sesuai dengan teori bahwa zeolit akan lebih mudah mengadsorpsi zat warna jika diaktivasi terlebih dahulu meskipun sebenarnya zeolit alami tersebut sudah cukup baik untuk mengadsorpsi zat warna(dila 1998). 33

Daya serap (mg zat warna/g zeolit) 1.6 1.4 1.2 1.8.6.4.2 5 1 15 2 25 Konsentrasi zat warna (ppm) Gambar 4. 9 Kurva kapasitas penyerapan zat warna oleh zeolit alami 4.7 Isoterm adsorpsi Pada penyerapan zat warna RB Red F3B dengan menggunakan zeolit ini, dianalisis isoterm adsorpsinya dengan menggunakan dua jenis isoterm yang umum, yaitu isoterm Langmuir dan isoterm Freundlich. Analisis data isoterm ini sangat penting dalam menentukan isoterm mana yang lebih akurat dalam penelitian ini. Isoterm untuk penyerapan zat warna RB Red F3B ooleh zeolit aktif dan zeolit alami ini ditunjukkan pada Gambar 4.1 (isoterm Langmuir) dan Gambar 4.11 (isoterm Freundlich). Nilai regresi dan konstanta adsorpsi dari kedua isoterm tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.9. m/x (g/mg) 25. 2. 15. 1. 5.. y = 159.9x + 1.947 R² =.931 y = 2.36x + 2.323 R² =.678..1.2.3.4 1/C e (L/mg) Zeolit alami Zeolit aktif Linear (Zeolit alami) Linear (Zeolit aktif) Gambar 4. 1 Isoterm Langmuir untuk zeolit aktif dan zeolit alami 34

Log x/m.4.2 -.2..5 1. 1.5 2. 2.5 -.4 -.6 -.8-1 -1.2-1.4-1.6 Log C ads y = 1,4x - 1,78 R² =,999 y = 1x - 1,7 R² = 1 Zeolit alami Zeolit aktif Linear (Zeolit alami) Linear (Zeolit aktif) Gambar 4. 11 Kurva isoterm Freundlich untuk zeolit aktif dan zeolit alami Tabel 4. 1 Data isoterm Langmuir dan isoterm Freundlich Jenis adsorben Isoterm Langmuir Isoterm Freundlich a (mg/g) b (L/mg) R 2 1/n (mg/l) K f (mg/g) R 2 Zeolit aktif,11,43,678 1,,2,999 Zeolit alami,1,51,931 1,,2 1 Dari nilai regresi kedua jenis isoterm tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa proses penyerapan zat warna jenis remazol brilliant red F3B ini mengikuti bentuk isoterm Freundlich. 35