BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Urban Heat Island dan Kawasan Terbangun. terhadap lingkungan sekitarnya. Fenomena Urban Heat Island (UHI)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

ANALISIS DAN SINTESIS

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

PENINGKATAN KENYAMANAN TERMAL KORIDOR JALAN MELALUI DESAIN TATA VEGETASI BERBASIS SIMULASI Studi kasus : jalan Supadi, Kotabaru, Yogyakarta

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

I PENDAHULUAN. (Dipayana dkk, 2012; DNPI, 2009; Harvell dkk 2002; IPCC, 2007; Sudarmadji

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

METODOLOGI. Peta Kabupaten Bogor ( 2010) Peta Bukit Golf Hijau (Sentul City, 2009)

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

Pengaruh Fungsi Vegetasi terhadap Kenyamanan Termal Lanskap Jalan di Kawasan Kolonial Jalan Besar Idjen, Malang

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

BAB III DATA DAN ANALISA

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember Penulis

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB III METODOLOGI. Tanpa Skala. Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian. Gambar 2 Lokasi Penelitian


I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERSEPSI TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG LUAR PADA RUANG PUBLIK (STUDI KASUS : TAMAN KOTA I GUSTI NGURAH MADE AGUNG)

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Evaluasi Kualitas Estetik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR. I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

Aksesibilitas a. Geometri koridor jalan b. Tautan & kontinuitas akses spasial & visual

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB V KONSEP PERANCANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB V ANALISIS SINTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

DAFTAR ISI... PARAKATA... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 EVALUASI RANCANGAN. 6.1 Kesimpulan Review dari Pembimbing dan Penguji

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

Belakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman. Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi siang (13.00) secara keseluruhan dalam kondisi tidak nyaman. Tidak nyaman pada siang (13.00) karena: Vegetasi sebagai naungan/kanopi alami, dan penurun suhu di jalur pedestrian dan ruang terbuka masih kurang. Konfigurasi ruang kawasan setiap penggal berbeda Penggunaan material yang didominasi oleh hard material (perkerasan penutup tanah, dinding) dimana berkontribusi dalam meningkatkan suhu udara. 2. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi tata hijau: Kondisi penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi (07.00) secara keseluruhan dalam kondisi nyaman Kondisi penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi siang (13.00) secara keseluruhan mengalami penurunan Ada perbedaan dimana penggal 1 (tidak nyaman) dibanding penggal 2 (nyaman), 3 (nyaman). Siang (13.00) tidak nyaman, karena konfigurasi ruang 240

kawasan dengan kepadatan bangunan yang tinggi dibanding penggal 2 dan 3. 3. Kondisi perubahan peningkatan kenyamanan thermal berbasis tata hijau: Penggal 1 pagi kondisi ideal (07.00), penerapan dengan model tata hijau menjadi turun naik, titik terendah turun 0,1 o C dari 22,15 o C menjadi 22,05 o C. Titik tertinggi naik 0,1 o C dari 22,80 o C menjadi 22,90 o C. (Kondisi nyaman) Penggal 1 siang kondisi ideal (13.00), penerapan dengan model tata hijau menjadi turun, titik terendah turun 1,4 o C dari 26,40 o C menjadi 25 o C. Titik tertinggi turun 1,5 o C dari 28 o C menjadi 26,50 o C. Temperatur efektif siang (13.00) masih tetap tinggi, karena tatanan ruang berupa kepadatan bangunan yang paling dominan daripada ruang hijau. (Kondisi tidak nyaman) Penggal 2 pagi kondisi ideal (07.00) penerapan dengan model tata hijau menjadi naik, titik terendah naik 0,3 o C dari 22,30 o C menjadi 22,60 o C. Titik tertinggi naik 0,3 o C dari 23,40 o C menjadi 23,70 o C. (Kondisi nyaman) Penggal 2 siang kondisi ideal (13.00), penerapan dengan model tata hijau menjadi turun, titik terendah turun 1,5 o C dari 26,35 o C menjadi 24,85 o C. Titik tertinggi turun 1,5 o C dari 27,40 o C menjadi 25,90 o C. (Kondisi nyaman) 241

Penggal 3 pagi kondisi ideal (07.00), penerapan dengan model tata hijau menjadi naik, titik terendah naik 0,4 o C dari 22,40 o C menjadi 22,80 o C. Titik tertinggi naik 0,55 o C dari 23,25 o C menjadi 23,80 o C. (Kondisi nyaman) Penggal 3 siang kondisi ideal (13.00), penerapan dengan model tata hijau menjadi turun, titik terendah turun 1,5 o C dari 26 o C menjadi 24,50 o C. Titik tertinggi turun 2,25 o C dari 28,1 5 o C menjadi 25,90 o C. (Kondisi nyaman) Penggal 3 siang kondisi ideal (13.00), setelah penerapan dengan model tata hijau menjadi turun, titik terendah turun 1,5 o C dari 26 o C menjadi 24,50 o C. Titik tertinggi turun 2,25 o C dari 28,15 o C menjadi 25,90 o C. Faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan termal simulasi tata hijau pada obyek penelitian sebagai berikut: Ukuran vegetasi pohon tinggi dan bentuk serta fungsi vegetasi peneduh (bulat, rindang dan lebat). Jarak antar tanaman (renggang, sangat renggang) dan posisi vegetasi yang teratur (sebaris) agar kesan kemenarikan visual bangunan tetap ada Tinggi pohon dengan tinggi 10 meter sampai 20 meter. Tajuk vegetasi yang rindang dan dengan jarak yang tidak rapat tidak menghalangi dan merubah alur angin. 242

Tajuk vegetasi yang rindang dan dengan jarak yang tidak rapat dapat mengurangi kelembaban udara. Tajuk vegetasi yang rindang mampu menaungi permukaan site yang tertutup hard material (perkerasan dan dinding). VI.2. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan dan hasil pembahasan serta optimalisasi kondisi ideal, upaya peningkatan kenyamanan termal iklim mikro jalur pedestrian dan disekitarnya dapat dilakukan dengan rekomendasi tata hijau. Tujuan rekomendasi untuk menghasilkan penataan yang sesuai untuk kondisi di penggal kepadatan tinggi, minim dan sedang. Model rekomendasi dengan menggunakan: Menerapkan vegetasi berdasarkan fungsi (penaung, pengarah, penarik perhatian), ketinggian vegetasi, kerapatan tajuk, bentuk tajuk, jarak antar tanaman dan jarak kerapatan tajuk dengan pertimbangan tempat/lokasi. Vegetasi bertajuk rindang diperuntukan di tepian jalur pedestrian, diperuntukan di set back/ruang terbuka area bangunan yang dirasa membutuhkan dan untuk naungan tempat parkir. Vegetasi juga digunakan sebagai pembatas ruang, memberi rasa nyaman secara visual dan memberikan estetika. Rekomendasi yang dapat diterapkan di penggal kepadatan tinggi, minim dan sedang yaitu: 243

244

245

246

VI.3. Saran VI.3.1. Saran Penelitian Selanjutnya 1. Modifikasi lebih detail tentang jenis tanaman dimulai dari bentuk tajuk, kerapatan tajuk, jarak antar tanaman akan berpengaruh pada kenyamanan termal sehingga diketahui jenis tanaman yang paling efektif berpengaruh positif terhadap iklim mikro kawasan. 2. Modifikasi penambahan green roof, vertical garden dapat dikaji lebih jauh terutama pada tatanan ruang dengan kepadatan bangunan yang tinggi. Diharapkan dapat diketahui lebih lanjut, hal-hal yg berdampak positif terhadap kenyamanan termal iklim mikro kawasan jalur pedestrian. VI.3.2. Saran kepada Pemerintah Pemerintah Kota Surakarta dalam hal ini Dinas pertamanan dan dinas-dinas terkait lainnya, harus lebih memperhatikan keinginankeinginan pengguna jalur pedestrian ruang jalan Brig.Jen Slamet Riyadi, Surakarta terutama sebagai bahan masukan dan pertimbangan didalam pengelolaan pedestrian tersebut. Hal ini dimaksudkan agar ruang publik atau ruang tata hijau dapat optimal sesuai dengan fungsinya sebagai tempat berjalan kaki, nyaman bagi penggunanya dan memiliki nilai estetis yang tinggi. Peningkatan kenyamanan lebih diarahkan pada kenyamanan fisik/klimatik pedestrian. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi iklim 247

mikro (suhu, kelembaban dan angin), peningkatan kualitas fisik pedestrian dari bahan material. Sedangkan kenyamanan visual sebagai faktor pendukung kenyamanan dapat dicapai melalui penataan yang rapi antara elemen-elemen lunak (softscape) seperti tanaman dan elemen keras (hardscape) yaitu kelengkapan dan perlengkapan jalan. 248