BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Profil Lembaga Sekolah Luar Biasa Putra Jaya Malang Gambaran Singkat Masing-Masing Lembaga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang (RSCN) merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai dengan sekarang, ada kebijakan dari pemerintah dan ketua yayasan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dalam rangka menampung minat siswa-siswi dan santriwansantriwati

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB IV HASIL PENELITIAN. untuk menguraikan kecenderungan jawaban responden dari tiap-tiap variabel,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Angket

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HUBUNGAN PROFESIONALITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MI SALAFIYAH BEJI TULIS BATANG

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. PAUD Sahabat Ananda berada di Perumahan Puncak Permata Sengkaling blok

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN SEBELUM UJI COBA. 1. Skala Tawakal ( I ) 2. Skala Adversity Quotient ( II )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sekolah Menengah Aatas Negeri 1 Grati Pasuruan

BAB II KAJIAN TEORITIS. pada diri seseorang terkadang membuat hilangnya semangat untuk berusaha, akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Ma had Sunan Ampel al-ali

BAB IV HASIL PENELITIAN. perorangan, akan tetapi lembaga pendidikan ini adalah milik masyarakat.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal Maret 2013, dengan

LAMPIRAN A. SKALA PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA SAAT UJI COBA B. RELIABILITAS DAN UJI DAYA BEDA SKALA PERSEPSI

BAB III METODE PENELITIAN. data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar,

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru SD. Oleh: IDA KURNIAWATI A

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB IV KORELASI ANTARA PEMAHAMAN PESERTA DIDIK TENTANG TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DI MA YIC BANDAR BATANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepentingan umum. Beralamat di Jl. Basuki Rachmad No. 100 Malang.

BAB IV HASIL PENELITIAN. beberapa guru PAI yang belum tersertifikasi dan guru PAI yang sudah. dan 15 item untuk penilaian kompetensi professional.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akademika pada sekolah SMP. Problematika siswa-siswi seringkali

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. bebas terhadap variabel terikat, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 8 Distribusi sampel penelitian berdasarkan Usia Usia Jumlah (N) Persentase (%) TOTAL

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN ANGKET SIKAP BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan keputusan, interpretasi data, dan kesimpulan berdasarkan angkaangka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Fakultas Psikologi UIN MALIKI Malang

BAB IV HASIL PENELITIAN. variabel yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan. Variabel dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberi nama CV. Sari Agung Graha Accesories, yang memproduksi bahan

menggunakan analisis hubungan (korelasi). Karena digunakan untuk menguji hubungan antara 2 variabel atau lebih, apakah kedua variabel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS 2 SD NEGERI 2 MIMBAAN SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

DAFTAR LAMPIRAN. Daftar Guru SLB Putra Jaya Malang. a. Daftar Guru KB-TKLB Putra Jaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berorientasi pada pengembangan, pembelajaran dan pengajaran al-qur an,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitan yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Deskripsi data merupakan penyajian gambaran data masing-masing variabel

tidaknya hubungan negatif antara dukungan sosial rekan kerja dengan burnout pada

KUESIONER PENELITIAN. (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo, maka saya mohon kesediaan saudara/i untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menghafalkan al-qur an. Awal mula berdirinya PPTQ Nurul Furqon ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Dalam penelitian ini data yang dianaisis adalah Fasilitas belajar (X 1 ),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adversity Quotient dan Problem Focused Coping berdasarkan jenis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. gerakan dakwah amar ma ruf nahi munkar yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan data yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian

BAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. Serta mengunakan

LAMPIRAN 1 ANGKET FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Untuk memperoleh data dalam pengujian ini, penulis telah membagikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. CV. Duta Malang merupakan usaha yang bergerak di bidang industry pangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MATERI APLIKASI KOMPUTER LANJUT UJI RELIABILITAS DAN VALIDITAS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini adalah stres kerja. peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Tabel 4.1 Hasil Kuesioner. Public Relations. membantu anda dalam menentukan jenis cetakan yang akan anda pilih?

Lampiran 1. ANGKET KUESIONER

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

KUESIONER HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI PENARI BALI REMAJA DI KABUPATEN GIANYAR

Proses pembelajaran melalui praktikum di bengkel merupakan. perwujudan dari suatu teori ke dalam bentuk nyata. Kegiatan praktik juga akan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian kuantitatif, lebih menekankan pada pengujian teori melalui angka,

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. banyak menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

ANGKET PENELITIAN L-1 KONTRIBUSI STRES KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. INDO POS INTERMEDIA PRESS SKRIPSI.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Latar Belakang Berdirinya MAN Pamekasan. 27 januari 1992 sampai sekarang. 2. Meningkatkan kualitas lulusan

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional.

Uji Validitas Instrumen. by Ifada Novikasari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan. signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009)

BAB III METODE PENELITIAN. hendaknya metode penulisan dengan memperhatikan kesesuaian antara objek yang

BAB III HASIL PENELITIAN TERPAAN PROGRAM PENDIDIKAN DEMOKRASI PEMILOS TVKU, INTENSITAS KETERLIBATAN PEMILIH DAN SOSIALISASI KPU KOTA SEMARANG TERHADAP

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka dari

Petunjuk Pengisian ( ) SS TS STS

Transkripsi:

70 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Lembaga Sekolah Luar Biasa Putra Jaya Malang 4.1.1 Gambaran Singkat Masing-Masing Lembaga Berdasarkan kebijakan dari pemerintah dan ketua yayasan untuk melaksanakan pembagian menjadi 4 lembaga yaitu : 1. TKLB Putra Jaya TKLB Putra Jaya merupakan suatu jenjang pendidikan yang berada dibawah naungan yayasan PLB (Pendidikan Luar Biasa) Putra Jaya. TKLB Putra Jaya dikepalai oleh Ibu Lilik Tugiati, S.Pd. Adapun motto dari TKLB Putra Jaya adalah Prastasiku Harapan Bangsa. Program yang dilaksanakan oleh TKLB Putra Jaya adalah kelas klaksikal berdasarkan kelompok dengan pembelajaran individual sesuai dengan kebutuhan anak serta terapi individu. TKLB Putra Jaya memiliki peran dan fungsi lembaga, yaitu : a. Mewujudkan iklim belajar bagi orang tua, anak, dan masyarakat. b. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi orang tua dan masyarakat pada anak berkebutuhan khusus.

71 2. SDLB Putra Jaya SDLB Putra Jaya merupakan suatu jenjang pendidikan yang berada dibawah naungan yayasan PLB (Pendidikan Luar Biasa) Putra Jaya. Kepala Sekolah SDLB Putra Jaya adalah Ibu Faviana Dwi Lestari, S.Pd. Adapun visi dari SDLB Putra Jaya adalah Berkembang Optimal, Mandiri Berdasarkan IMTAQ. SDLB Putra Jaya memiliki peran dan fungsi lembaga, yaitu : a. Pengembangan inovasi dalam input dan Proses Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. b. Pengembangan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar/lingkungan sebagai sumber belajar bagi Anak Berkebutuhan Khusus. 3. SMPLB Putra Jaya SMPLB Putra jaya merupakan suatu jenjang pendidikan yang berada dibawah naungan yayasan PLB (Pendidikan Luar Biasa) Putra Jaya. SMPLB dikepalai oleh Ibu Sri Hartati, S.Pd. Adapun visi dari SMPLB Putra Jaya adalah Berakhlak Mulia, Cakap, Kreatif, dan Mandiri dalam Berkarya. SMPLB Putra Jaya memiliki peran dan fungsi lembaga, yaitu : a. Mendidik siswa berkebutuhan khusus menjadi pribadi yang bertaqwa, kreatif, terampil, dan berwawasan luas.

72 b. Mendidik siswa berkebutuhan khusus memperoleh prestasi diberbagai bidang melalui pembinaan dan peningkatan mutu secara program. c. Meningkatkan pelayanan terhadap setiap bidang permasalah anak berkebutuhan khusus. 4. SMALB Putra Jaya SMALB Putra Jaya merupakan suatu jenjang pendidikan yang berada di bawah naungan yayasan PLB (Pendidikan Luar Biasa) Putra Jaya. SMALB Putra Jaya dikepalai oleh Drs. Darmawan. Adapun visi dari SMALB Putra Jaya adalah Terwujudnya Anak-Anak Berkebutuhan Khusus yang Beriman Mandiri dan Mampu Berkarya Sesuai dengan Kekhususannya. yaitu : SMALB Putra Jaya memiliki peran dan fungsi lembaga, a. Pemenuhan persiapan pembelajaran siswa berkebutuhan khusus. b. Peningkatan pelaksanaan pembelajaran siswa berkebutuhan khusus. c. Peningkatan pelaksanaan penilaian pembelajaran siswa berkebutuhan khusus. d. Peningkatan pengawasan proses pembelajaran siswa berkebutuan khusus.

73 4.1.2 Data Guru dan Siswa SLB / C Putra Jaya Malang Adapun jumlah guru / tenaga pengajar adalah sebagai berikut : Tabel 11. Jumlah Guru SLB / C Putra Jaya Malang No Tingkat Lembaga Jumlah Guru Keterangan 1. TKLB 8 1 Pesuruh 2. SDLB 7 1 Pesuruh 3. SMPLB 6 1 Pesuruh 4. SMALB 4 - Jumlah 25 3 Sedangkan data siswa SLB / C Putra Jaya Malang adalah sebagai berikut : Tabel 12. Jumlah Siswa SLB / C Putra Jaya Malang No Tingkat Jumlah Keterangan Lembaga Siswa 1. TKLB 30 Aktif 2. SDLB 32 Aktif 3. SMPLB 23 Aktif 4. SMALB 11 Aktif Jumlah 96 Aktif 4.1.3 Struktur Organisasi SLB Putra Jaya memiliki 4 lembaga, yaitu terdiri dari : TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB yang masing-masing lembaga mempunyai struktur organisasi. Adapun struktur organisasi dari masing-masing lembaga sebagaimana terlampir. (Lampiran 11)

74 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Validitas Skala Penelitian Berdasarkan hasil validitas pada skala penelitian dukungan sosial dan optimisme ditemukan bahwa pada skala dukungan sosial yang berjumlah 25 aitem, terdapat 8 aitem yang gugur sedangkan yang valid sebanyak 17. Adapun hasil validitas dari skala dukungan sosial dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 13. Hasil Validitas Skala Dukungan Sosial No Aspek Nomor Aitem Jumlah Aitem Valid Gugur Gugur 1. Perhatian Emosi 2, 3, 5, 19, 20, 25 1 1 2. 4, 6, 7, 8, 17, 18, 21 2 Penilaian 22 3. Bantuan 10, 12 9, 11, 23 3 Instrumental 4. Informasi 15, 16, 24 13, 14, 2 Jumlah 17 8 8 Sedangkan pada skala optimisme yang berjumlah 23 aitem terdapat 4 aitem yang gugur. Adapun hasil validitas skala ini dapat dilihat pada Tabel 14.

75 Tabel 14. Hasil Uji Validitas Skala Optimisme No Aspek Nomor Aitem Jumlah Aitem Valid Gugur Gugur 1. Permanen 1, 2, 8, 12, 15, - - 18, 19 2. Pervasif 3, 4, 5, 9, 13, 10, 16, 20, 3 21 3. Personalisasi 6, 11, 14, 17, 7 1 22, 23 Jumlah 19 4 4 4.2.2 Reliabilitas Skala Penelitian Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach diketahui bahwa skala dukungan sosial memiliki reliabilitas sebesar.884 dari 17 aitem. maka dapat diartikan bahwa skala dukungan sosial ini menunjukkan reliabel (Guilford dan Frucher dalam Nadhiroh, 2012). Tabel 15. Hasil Uji Reliabilitas Skala Dukungan Sosial Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items.884.890 17 Sedangkan hasil reliabilitas pada skala optimisme memiliki reliabilitas sebesar.924 dari 19 aitem. Maka dapat diartikan bahwa

76 skala optimisme ini juga menunjukkan skala yang reliabel (Guilford dan Frucher dalam Nadhiroh, 2012). Tabel 16. Hasil Uji Reliabilitas Skala Optimisme Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items.924.928 19 Dengan melihat hasil dari validitas dan reliabilitas aitem, maka dapat dinyatakan bahwa kedua skala penelitian dukungan sosial dan optimisme memiliki tingkat reliabilitas aitem yang sangat reliabel (Guilford dan Frucher dalam Nadhiroh, 2012). 4.2.3 Deskripsi Tingkat Dukungan Sosial Orang Tua yang Memiliki Anak Penyandang Tunagrahita. Tingkat dukungan sosial orang tua yang memiliki anak penyandang tunagrahita dapat diketahui dengan cara membagi menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Ketiga kategori tersebut dapat diketahui dengan cara mengetahui nilai mean (M) dan standart deviasinya (SD). Berikut dapat dilihat nilai mean dan standart deviasi pada Tabel 17.

77 Tabel 17. Mean dan Standart Deviasi Dukungan Sosial Dukungan Sosial Mean Standart Deviasi N 55,0000 7,17755 30 Dengan mengetahui nilai mean (M) dan standart deviasi (SD), maka dapat diketahui tingkat kategori dukungan sosial pada Tabel 18. Tabel 18. Kategori Tingkat Dukungan Sosial Kategori Rumus Hasil Tinggi X (M + 1.0 SD) X 62,17755 Sedang (M 1.0 SD) X < (M + 1.0 SD) 47,82245 X < 62,17755 Rendah X < (M 1.0 SD) X < 47,82245 Dengan melihat kategori skala dukungan sosial di atas, maka dapat diperoleh frekuensi dan prosentase dukungan sosial orang tua yang memiliki anak penyandang tunagrahita di Sekolah Luar Biasa (SLB) Putra Jaya Malang pada Tabel 19. Tabel 19. Kategori Skor Variabel Dukungan Sosial Kategori Interval Frekuensi Prosentase Tinggi X 62,17755 6 20 % Sedang 47,82245 X < 62,17755 22 73,3 % Rendah X < 47,82245 2 6,67 % Total 30 100% Berdasarkan kategori di atas, maka dapat di peroleh frekuensi yaitu pada kategori tinggi 20 %, sedang 73,3 %, dan rendah 6,67 %. Dengan melihat frekuensi tersebut, dapat dilihat bahwa dari 30 orang sampel memperoleh dukungan sosial, tetapi pada taraf yang berbeda-

78 beda. Terdapat 6 orang berada pada taraf tinggi, 22 orang pada taraf sedang, dan hanya 2 orang yang berada pada taraf rendah. 4.2.4 Deskripsi Tingkat Optimisme Orang Tua yang Memiliki Anak Penyandang Tunagrahita. Tingkat optimisme orang tua yang memiliki anak penyandang tunagrahita dapat diketahui dengan cara membagi menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kategori tersebut didapat setelah mengetahui nilai mean (M) dan standart deviasinya (SD). Nilai mean dan standar deviasnya dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Mean dan Standar Deviasi Optimisme Optimisme Mean Standart Deviasi N 60,2333 8,96231 30 Dengan mengetahui nilai mean (M) dan standart deviasi (SD), maka dapat diketahui tingkat kategori optimisme yang diperoleh orang tua dengan melihat pada Tabel 21. Tabel 21. Kategori Tingkat Optimisme Kategori Rumus Hasil Tinggi X (M + 1.0 SD) X 69,19561 Sedang (M 1.0 SD) X < (M + 1.0 SD) 51,27099 X < 69,19561 Rendah X < (M 1.0 SD) X < 51,27099 Dengan melihat kategori skala optimisme di atas, maka dapat diperoleh frekuensi dan prosentase optimisme orang tua yang

79 memiliki anak penyandang tunagrahita di Sekolah Luar Biasa (SLB) Putra Jaya Malang pada Tabel 22. Tabel 22. Kategori Skor Variabel Optimisme Kategori Interval Frekuensi Prosentase Tinggi X 69,19561 7 23,3 % Sedang 51,27099 X < 69,19561 21 70 % Rendah X < 51,27099 2 6,67 % Total 30 100% Berdasarkan kategori di atas, diperoleh frekuensi dengan kategori tinggi 23,3 %, kategori 70 %, dan kategori rendah 6,67 %. Hasil tersebut juga memiliki makna bahwa 30 orang sampel memiliki sikap optimisme, tetapi pada taraf yang berbeda. Terdapat 7 orang pada tahap tinggi, 21 orang pada taraf sedang sedangkan 2 orang pada taraf rendah. 4.2.5 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ini menggunakan analisis Korelasi Product Moment. Berdasarkan uji hipotesis terhadap skala dukungan sosial dan skala optimisme. Maka dapat dilihat pada Tabel 23.

80 Tabel 23. Hasil Korelasi Dukungan Sosial dan Optimisme Correlations dukungan_sosial optimisme dukungan_sosial Pearson Correlation 1.788 ** Sig. (2-tailed).000 Sum of Squares and Crossproducts 1494.000 1470.000 Covariance 51.517 50.690 N 30 30 Optimisme Pearson Correlation.788 ** 1 Sig. (2-tailed).000 Sum of Squares and Crossproducts 1470.000 2329.367 Covariance 50.690 80.323 N 30 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan optimisme. Hal tersebut terlihat dari p < α, yakni 0,000 < 0,01. Dan terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dengan optimisme yang ditunjukkan oleh nilai r sebesar.748, artinya bahwa semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh orang tua maka semakin tinggi pula optimisme yang dimiliki oleh orang tua yang mempunyai anak penyandang tunagrahita.

81 Dengan demikian hipotesis tentang hubungan antara dukungan sosial dengan optimisme orang tua yang memiliki anak penyandang tunagrahita dapat diterima. 4.3 Pembahasan 1.3.1 Tingkat Dukungan Sosial Orang Tua yang Memiliki Anak Penyandang Tunagrahita. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang yang akan membantu apabila terjadi suatu keadaan atau peristiwa yang dipandang akan menimbulkan masalah dan bantuan tersebut dirasakan dapat menaikkan perasaan positif serta mengangkat harga diri. Kondisi atau keadaan psikologis ini dapat mempengaruhi respon-respon dan perilaku individu sehingga berpengaruh terhadap kesejahteraan individu secara umum. Dukungan sosial menurut Sarafino (2006) adalah perasaan kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diterima dari orang atau kelompok lain. Sarafino menambahkan bahwa orang-orang yang menerima dukungan sosial memiliki keyakinan bahwa mereka dicintai, bernilai, dan merupakan bagian dari kelompok yang dapat menolong mereka ketika membutuhkan bantuan. Dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh siapapun khususnya para orang tua yang memiliki anak penyandang tunagrahita. Dalam

82 hal ini bisa berupa dukungan emosi, penghargaan, dan materi atau instrumental (Smet, 1994). Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa tingkat dukungan sosial pada kategori tinggi 20 %, sedang 73,3 %, dan rendah 6,67 %. Dengan melihat hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial yang diperoleh orang tua yang memiliki anak penyandang tunagrahita rata-rata berada pada taraf sedang, yaitu sebesar 73,3 % sebanyak 22 orang tua dari 30 orang tua. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki anak penyandang tunagrahita di SLB Putra Jaya cukup memperoleh dukungan sosial dari keluarga, tetangga maupun orang lain. Dukungan sosial yang mereka peroleh berupa rasa dihargai, diterima di tengahtengah keluarga meskipun mereka dikarunia anak penyandang tunagrahita, kepedulian dari sanak keluarga atau tetangga, dan bantuan berupa informasi terkait bagaimana cara yang baik dalam mengasuh anak tunagrahita ataupun bantuan materi yang digunakan untuk sekedar meringankan beban mereka. Selain itu mereka juga mendapatkan dukungan sosial dari para guru SLB Putra Jaya berupa pemberian informasi mengenai bagaimana cara mendidik anak tunagrahita dengan baik, membantu menyelesaikan permasalahan yang biasanya dihadapi para orang tua, dan lain-lain.

83 Terdapat sumber-sumber dukungan sosial, berdasarkan penelitiannya Gottlieb (1983) berpendapat bahwa sumber-sumber dukungan sosial dapat dikelompokkan, yaitu dukungan sosial dapat berasal dari : 1. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan nonprofesional (significant other), seperti keluarga, teman dekat atau rekan kerja. 2. Profesional, seperti psikolog atau dokter. 3. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support groups). Sumber-sumber dukungan sosial pada orang tua yang memiliki anak tunagrahita di SLB Putra Jaya mayoritas berasal dari orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non profesional (significant other) seperti keluarga, teman dekat atau rekan kerja, dan juga dari para guru SLB Putra Jaya. 1.3.2 Tingkat Optimisme Orang Tua yang Memiliki Anak Penyandang Tunagrahita. Dasar dari optimisme adalah bagaimana cara berpikir seseorang ketika menghadapi suatu masalah (Seligman,1995). Sedangkan menurut Amirta (2008), sikap optimistis adalah wujud prasangka baik kepada Tuhan atas pertolongan-nya. Orang yang memiliki sikap optimistis akan tetap berdiri tegak dan kokoh ketika penderitaan menimpanya. Mereka mengambil cara pandang yang

84 positif karena mereka yakin bahwa Tuhan senantiasa memberikan kebaikan dan bukan menyengsarakan. Sikap optimis inilah yang diperlukan oleh setiap orang tua khususnya mereka yang dikaruniai anak tunagrahita, karena optimisme dan harapan memberikan daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi depresi tatkala musibah melanda (Seligman, 2005). Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa tingkat optimisme orang tua yang memiliki anak penyandang tunagrahita bervariasi, mulai dari taraf tinggi, sedang, sampai pada taraf rendah. Optimisme pada kategori tinggi 23,3%, kategori 70%, dan kategori rendah 6,67%. Hasil tersebut juga memiliki makna bahwa 30 orang sampel memiliki sikap optimisme, tetapi pada taraf yang berbeda. Optimisme pada taraf tinggi sebesar 23%, taraf sedang 70%, dan taraf rendah hanya sebesar 6,67%. Maka dapat di lihat bahwa sikap optimisme yang dimiliki orang tua yang mempunyai anak tunagrahita berada pada taraf sedang, yaitu 70% sebanyak 21 orang tua dari 30 orang tua. Sikap optimisme yang digambarkan oleh orang tua yang memiliki anak tunagrahita di SLB Putra Jaya yaitu berupa sikap pantang menyerah yang dimiliki oleh masing-masing orang tua dalam mengasuh anak tunagrahita, berusaha selalu bersyukur atas apa yang Tuhan berikan, yakin akan kemampuan dalam mengasuh anak tunagrahita dengan baik, sering mengantarkan anak-anak mereka ke

85 tampat-tempat terapi, memberikan pendidikan yang khusus kepada anak mereka yang mengalami tunagrahita. Menurut Seligman (2005), karakteristik orang yang pesimis adalah mereka cenderung meyakini peristiwa buruk akan bertahan lama dan akan menghancurkan segala yang mereka lakukan dan itu semua adalah kesalahan mereka sendiri. Sedangkan orang yang optimis jika berada dalam situasi yang sama, akan berpikir sebaliknya mengenai ketidakberuntungannya. Mereka cenderung meyakini bahwa kekalahan hanyalah kegagalan yang sementara, dan itu karena terbatas pada satu hal saja. Orang yang optimis yakin kekalahan bukanlah karena kesalahan mereka, melainkan keadaan, keberuntungan atau orang lain yang menyebabkannya. Mereka menganggap situasi yang buruk adalah sebagai suatu tantangan dan mereka akan berusaha keras menghadapinya. Dalam hal ini, optimisme orang tua yang memiliki anak tunagrahita di SLB Putra Jaya cukup baik, hal ini terlihat pada sikap mereka kepada anak mereka yang senantiasa berkeyakinan bahwa mereka mampu mengasuh anak tunagrahita dengan baik, percaya bahwa pasti dibalik kejadian yang menimpa anak mereka akan ada hikmah yang akan mereka dapatkan dari Tuhan Yang Maha Esa.

86 1.3.3 Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Optimisme Orang tua yang Memiliki Anak Penyandang Tunagrahita Dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh siapapun khususnya para orang tua yang memiliki anak penyandang tunagrahita. Dalam hal ini bisa berupa dukungan emosi, penghargaan, dan materi atau instrumental (Smet, 1994). Dukungan sosial tersebut melibatkan pengaruh positif yang dapat mengurangi gangguan psikologis sebagai pengaruh dari tekanan (Amalia : 2008). Sedangkan pandangan positif orang tua terhadap seorang anak mengenai masa depannya disebut optimisme. Sikap optimis inilah yang diperlukan oleh setiap orang tua khususnya mereka yang dikaruniai anak tunagrahita, karena optimisme dan harapan memberikan daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi depresi tatkala musibah melanda (Seligman, 2005). Pada penelitian ini, hasil analisis yang menggunakan teknik Korelasi Product Moment pada media SPSS 16.0 for windows yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel diperoleh hasil r xy =.748 dan Sig =.000. Artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan optimisme orang tua yang memiliki anak tunagrahita di SLB Putra Jaya Malang. Berdasarkan hasil analisis, dapat terilihat bahwa orang tua yang memiliki anak tunagrahita di SLB Putra Jaya cukup memperoleh dukungan sosial dari keluarga atau tetangga terdekat rumah mereka,

87 misalnya kepedulian, perhatian, rasa dihargai, penerimaan atas keadaan orang tua anak tunagrahita, pemberian bantuan saran berupa informasi maupun pemberian berupa materi, sehingga timbul sikap optimisme pada masing-masing orang tua yang memiliki anak tunagrahita, misalnya mereka lebih merasa dihargai dan diterima keberadaan dan keadaannya ditengah-tengah keluarga ataupun tetangganya. Mereka juga lebih bisa menerima keberadaan anak mereka yang tunagrahita, memandang bahwa masa depan anak mereka akan lebih baik, selalu bersyukur dan bahagia ketika merawat anak mereka meskipun sebenarnya merawat anak tunagrahita tidak mudah, selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka, misalnya dengan cara membawa anak ke pusat terapi atau memasukkkan anak ke sekolah berkebutuhan khusus. Berbeda halnya dengan pendapatnya Karny, Meredith, dkk pada penelitiannya yang berjudul Sosial Support and Autism Spectrum Disorders : A Parent s Experience bahwa para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus terutama yang menderita autis di Malta tidak merasa menerima dukungan sosial dari orangorang sekitarnya sehingga mereka cenderung frustasi, kurang bisa menerima kenyataan, sering lelah dalam mengasuh anak mereka, dan merasa kesulitan tentang sistem pendidikan apa yang akan diberikan pada anak-anak mereka. (Karny, Meredith, dkk : 2013 ).

88 Menurut Stanley (2007) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut : 1. Kebutuhan Fisik Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan dan papan. Apabila seseorang tidak tercukupi kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan sosial. 2. Kebutuhan Sosial Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih kenal oleh masyarakat daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di masyarakat. Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan penghargaan. 3. Kebutuhan Psikis Dalam kebutuhan psikis pasien pre operasi di dalamnya termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religius, tidak mungin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah baik ringan maupun berat, maka orang tersebut akan cenderung mencari dukungan sosial dari orang-orang sekitar sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai. Dukungan sosial sangatlah dibutuhkan oleh para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus termasuk anak tunagrahita,

89 karena hal ini akan mempengaruhi pola berpikir para orang tua tentang anak mereka yang tunagrahita. Apabila dukungan sosial yang mereka peroleh cenderung kurang maka optimisme orang tua pun sangatlah sedikit, begitu juga sebaliknya. Menurut Seligman (1991), cara berpikir yang digunakan individu akan mempengaruhi hampir seluruh kehidupannya, yaitu salah satunya dalam bidang lingkungan. Menurut Clark (1995), tumbuhnya optimisme dipengaruhi oleh pengalaman bergaul dan orang-orang. Pengalaman berinteraksi antara orang tua dengan orang lain juga mempengaruhi cara berpikir orang tua terhadap anak mereka. Dalam hal ini, dukungan sosial termasuk di dalamnya, karena dukungan sosial merupakan salah satu fungsi dari ikatan-ikatan sosial yang menggambarkan tingkat kualitas umum dari hubungan interpersonal (Smet, 1994). Saat seseorang didukung oleh lingkungan maka segalanya akan terasa lebih mudah. Dalam sebuah penelitian yang berjudul How Parents Plan for the Future of Their Children with Autism Spectrum Disordes A Compararison between Asian Immigrant Population and American Born Population menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus memiliki harapan dan optimisme yang tinggi pada anak-anak mereka yang berkebutuhan khusus namun mereka masih memiliki tingkat kekhawatiran tinggi dan mudah stress ketika memikirkan masa depan anak-anak mereka, tingkat pendidikan orang

90 tua juga mempengaruhi tingkat stress mereka dan harapan serta optimisme akan masa depan anak-anak mereka yang berkebutuhan khusus, orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus sangat membutuhkan bantuan berupa informasi atau saran tentang masa depan anak-anak mereka sehingga seberapa banyak bantuan atau dukungan sosial yang mereka terima mempengaruhi tingkat harapan dan optimisme mereka dalam memandang masa depan anak-anak mereka yang berkebutuhan khusus (Liu Chang, 2012). Dapat dilihat bahwa semakin banyak orang tua yang memiliki anak tunagrahita dalam memperoleh dukungan sosial dari orang-orang di sekitar mereka maka semakin tinggi pula tingkat optimisme mereka dalam memandang masa depan anak-anak mereka, demikian juga sebaliknya. Sehingga dukungan sosial sangat dibutuhkan oleh para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus terutama anak tunagrahita dengan tujuan kehidupan yang lebih baik, bagi orang tua maupun untuk anak-anak mereka yang menyandang tunagrahita. Pada suatu studi penelitian. Karademas (2006) yang dilakukan pada 201 individu yang bekerja di sebuah perusahaan asuransi. Menurutnya, secara keseluruhan optimisme mencerminkan penilaian positif terhadap masa depan dan kemungkinan akan hal-hal yang akan terjadi, sebuah pandangan positif tentang masa depan ini membutuhkan penilaian positif juga pada sebuah interaksi sosial dan lingkungan. Ketika seseorang mempertahankan keyakinan akan

91 kemampuan terhadap masa depannya, seseorang membutuhkan sebuah dukungan sosial. Hal ini menjadikan seseorang merasa dicintai, dihormati, dan yakin akan mampu menghadapi kesulitan hidup yang telah menimpanya. Menurut Seligman (2005), karakteristik orang yang pesimis adalah mereka cenderung meyakini peristiwa buruk akan bertahan lama dan akan menghancurkan segala yang mereka lakukan dan itu semua adalah kesalahan mereka sendiri. Sedangkan orang yang optimis jika berada dalam situasi yang sama, akan berpikir sebaliknya mengenai ketidakberuntungannya. Mereka cenderung meyakini bahwa kekalahan hanyalah kegagalan yang sementara, dan itu karena terbatas pada satu hal saja. Orang yang optimis yakin kekalahan bukanlah karena kesalahan mereka melainkan keadaan, keberuntungan atau orang lain yang menyebabkannya. Mereka menganggap situasi yang buruk adalah sebagai suatu tantangan dan mereka akan berusaha keras menghadapinya. Hal serupa terjadi pada orang tua yang memiliki anak tunagrahita di SLB Putra Jaya. Terdapat sebagian orang tua yang cukup memperoleh dukungan sosial dari keluarga atau saudara maupun tetangga dekat rumah mereka. Para orang tua yang memiliki anak tunagrahita ini lebih merasa dihargai dan diterima keberadaan dan keadaannya ditengah-tengah keluarga ataupun tetangganya, dan juga mereka merasa mampu untuk mendidik dan merawat anak

92 mereka yang tunagrahita. Hal ini terlihat bahwa mereka lebih bisa menerima keberadaan anak mereka yang tunagrahita, memandang bahwa masa depan anak mereka akan lebih baik, selalu tersenyum atau bahagia ketika merawat anak mereka meskipun sebenarnya merawat anak tunagrahita tidak mudah, selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka, misalnya dengan cara membawa anak ke pusat terapi atau memasukkkan anak ke sekolah berkebutuhan khusus.