TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelelawar

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN UKURAN DAN BENTUK TUBUH BERBAGAI SPESIES KELELAWAR DI KOTA TUAL DAN KABUPATEN MALUKU TENGGARA SKRIPSI RESTU MONICA NIA BETAUBUN

MATERI DAN METODE. Harpiocephalus harpia Serangga Rhinolophus keyensis Serangga Hipposideros cervinus Serangga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelelawar adalah mamalia dari ordo Chiroptera dengan dua sub ordo yang

BAB I PENDAHULUAN. antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Karst merupakan. saluran bawah permukaan (Setiawan et al., 2008).

Megaerops Peters, Megaerops ecaudatus (Temminck, 1837) Pteropodidae

KUNCI IDENTIFIKASI KELELAWAR DI SUMATERA: DENGAN CATATAN HASIL PERJUMPAAN DI KAWASAN BUKIT BARISAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. adanya berbagai nama. Di Indonesia bagian timur kelelawar disebut dengan

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kingston (2006) terdapat lebih dari 31 jenis tumbuhan di Malaysia yang

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

I. PENDAHULUAN. secara lokal yang menyebabkan terbentuknya ruangan-ruangan dan lorong-lorong

KELELAWAR SULAWESI. Jenis dan Peranannya dalam Kesehatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelelawar menurut Corbet and Hill ( 1992) Kelelawar memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi dan menempati

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

Kekayaan Jenis Kelelawar (Chiroptera) di Kawasan Gua Lawa Karst Dander Kabupaten Bojonegoro

MENGENAL DUNIA KELELAWAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelelawar termasuk ke dalam Ordo Chiroptera, merupakan salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelelawar masuk ke dalam ordo Chiroptera yang berarti mempunyai sayap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah aslinya adalah krst / krast yang merupakan nama suatu kawasan di

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H

Kelimpahan Spesies Kelelawar Ordo Chiroptera di Gua Wilayah Selatan Pulau Lombok NTB

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Pteropus vampyrus merupakan kelelawar pemakan buah-buahan, yang

KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (CHIROPTERA) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

Kegiatan Semester 1. 3) Keriklah lendir (kambium) hingga bersih. 4) Keringkan dahan yang disayat selama 2-4 hari. Kegiatan Semester 1 1

KOMUNITAS KELELAWAR MICROCHIROPTERA DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. KENCANAA SAWIT INDONESIA (KSI) SOLOK SELATAN TESIS.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Catecholamine mesolimbic pathway (CMP) merupakan jalur dopamin

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

Jenis-Jenis Kelelawar Khas Agroforest Sumatera

Kekayaan Spesies Kelelawar Ordo Chiroptera Di Gua Wilayah Selatan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat

Gambar 29. Cynopterus brachyotis sunda Lineage

IDENTIFIKASI KELELAWAR (ORDO CHIROPTERA) DI GUA TOTO DAN LUWENG TOTO KABUPATEN GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA. Skripsi

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR (CHIROPTERA) PADA BEBERAPA TIPE EKOSISTEM DI CAMP LEAKEY

Hipposideros galeritus Cantor, Hipposideridae. Barong Cantor Status : LC Cantor s Leaf-nosed Bat. Intensitas Pertemuan : Habitat Potensial

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 7. CIRI KHUSUS HEWAN DAN TUMBUHANLatihan soal 7.1

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN HIDUPNYA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, November 2011

Siti Rabiatul Fajri dan Sucika Armiani Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA IDENTIFIKASI SPESIES KELELAWAR BERDASARKAN CARA TERBANG BIDANG KEGIATAN: PKM-GT. Diusulkan oleh:

STUDI KOMPARASI STRUKTUR ANATOMIK Noseleaf KELELAWAR Rhinolophus affinis DAN Hipposideros ater

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada bulan Desember Maret Penelitian dilaksanakan di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kopi Sumber Rejo Way Heni

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

PENYUSUNAN MODUL PENGAYAAN KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR Subordo Microchiroptera DI GUNUNGKIDUL BAGI SISWA SMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

SPESIES KELELAWAR PADA KAWASAN LAHAN BASAH DI DESA SIMPANG ARJA, KECAMATAN RANTAU BADAUH, KABUPATEN BARITO KUALA

Soal ujian semester Ganjil IPA kelas X Ap/Ak. SMK Hang Tuah 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and

KOMUNITAS KELELAWAR DI GUA PUTRI DAN GUA SELABE KAWASAN KARST DESA PADANG BINDU KECAMATAN SEMIDANG AJI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.2

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

Burung Kakaktua. Kakatua

KEANEKARAGAMAN JENIS KELELAWAR DI DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT AKBAR SUMIRTO

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 9. PERKEMBANGBIAKAN DAN PENYESUAIANDIRI MAKHLUK HIDUPLatihan soal 9.2

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KARAKTERISTIK HABITAT KELELAWAR DI KAWASAN HUTAN BATANG TORU BAGIAN BARAT (HBTBB), SUMATERA UTARA AJENG MIRANTI PUTRI

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Keanekaragaman kelelawar (Mammalia: Chiroptera) Stasiun Penelitian Pungut dan kontribusinya terhadap keberadaan kelelawar Siberut

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

1. Ciri Khusus pada Hewan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBURUAN DAN PERDAGANGAN BEBERAPA JENIS KELELAWAR DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN BATANG TORU, SUMATERA UTARA RONALD ANDREAS PAJA SIAGIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB I PENDAHULUAN. binatang atau fauna) adalah makhluk hidup yang paling beragam di planet.

BAB I PENDAHULUAN. mereka berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

I. PENDAHULUAN. pertanian organik dan sistem pertanian intensif (Notarianto, 2011). Salah satu desa

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Hamparan karst di Indonesia mencapai km 2 dari ujung barat sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Subkingdom:

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelelawar Kelelawar merupakan mamalia yang dapat terbang yang termasuk ordo Chiroptera. Hewan ini merupakan satu-satunya mamalia yang dapat terbang dengan menggunakan sayap. Hewan ini bersifat nokturnal karena aktif mencari makan dan terbang hanya pada waktu malam hari, sehingga kelelawar memerlukan tempat bertengger (roosting area) dan tidur dengan bergelantung terbalik pada siang hari (Suyanto, 2001). Dijelaskan lebih lanjut bahwa sayap kelelawar sangat sensitif terhadap dehidrasi (kekurangan air). Djuri dan Madya (2009) menjelaskan bahwa sayap kelelawar dibentuk karena perpanjangan jari kedua sampai jari kelima yang ditutupi selaput terbang atau patagium, sedangkan jari pertama bebas dan berukuran relatif normal. Kelelawar memiliki cakar pada jari kedua, terutama pada famili Pteropodidae. Pada umumnya banyak kelelawar tidak memiliki ciri tersebut. Dinyatakan lebih lanjut bahwa dalam mengidentifikasi kelelawar dapat dibantu dengan keberadaan ekor. Jenis-jenis kelelawar yang tidak memiliki ekor atau ekor berukuran sangat kecil adalah Pteropus, Acerodon, Harpyionycteris, Styloctenium, Balionycteris, Aethalops, Megaerops, Syconycteris, Thoopterus, Chironax, Macroglossus, Megaderma dan Coelops. Ujung ekor bercabang dan membentuk huruf T, ditemukan pada jenis anggota marga Nycteris (Suyanto, 2001). Kelelawar diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Chiroptera, sub-ordo Megachiroptera dan Microchiroptera, famili Pteropodidae, Megadermatidae, Nycteridae, Vespertilionidae, Rhinolophidae, Hipposideridae, Emballonuridae, Rhinopomatidae dan Molossidae (International Union for Conservation of Nature, 2008). Famili Pteropodidae terdiri atas 72 spesies, famili Megadermatidae terdiri atas satu spesies, famili Nycteridae terdiri atas dua spesies, famili Vespertilionidae terdiri atas 63 spesies, famili Rhinolophidae terdiri atas 19 spesies, famili Hipposideridae terdiri atas 26 spesies, famili Emballonuridae terdiri atas 11 spesies, famili Rhinopomatidae terdiri atas satu spesies dan famili Molossidae terdiri atas 11 spesies (Suyanto, 2001). Sub-ordo Megachiroptera merupakan kelelawar pemakan buah-buahan; sedangkan sub-ordo Microchiroptera kelelawar pemakan serangga. Suyanto (2001) menyatakan bahwa sub-ordo Megachiroptera berukuran besar, telinga tidak memiliki

tragus (bagian yang menyerupai tangkai dalam telinga) atau anti tragus (bagian datar yang terletak dalam telinga), cakar ditemukan pada jari sayap kedua dan terdiri atas dua tulang jari. Dijelaskan lebih lanjut bahwa sub-ordo Microchiroptera berukuran kecil, telinga memiliki tragus atau anti tragus, jari sayap kedua tidak bercakar dan tidak memiliki tulang jari (Chairunnisa, 1997). Sub-ordo Megachiroptera dan Microchiroptera memiliki perbedaan. Pada umumnya sebagian besar sub-ordo Microchiroptera memiliki telinga yang besar dan kompleks, memiliki tragus dan anti tragus. Sub-ordo Megachiroptera memiliki kuku pada jari kedua yang tidak dimiliki Microchiroptera. Ukuran tubuh sub-ordo Megachiroptera relatif besar, memiliki telinga luar yang sederhana tanpa tragus, jari kedua kaki depan bercakar dan mata berkembang dengan baik (Wund dan Meyrs, 2005). Sub-ordo Microchiroptera menggunakan ekolokasi yang rumit untuk orientasi (navigasi) dan tidak menggunakan penglihatan pada saat terbang, serta umumnya memiliki mata kecil. Sub-ordo Megachiroptera lebih menggunakan penglihatan pada saat terbang, memiliki mata yang menonjol dan terlihat jelas, meskipun beberapa jenis marga Rousettus ditemukan menggunakan ekolokasi. Ekolokasi merupakan kemampuan kelelawar menangkap pantulan gelombang ultrasonik dari suara kelelawar yang bersentuhan dengan benda diam atau bergerak. Kelelawar pada saat terbang, mengeluarkan suara berfrekuensi tinggi (ultrasonik) yaitu sekitar 50 Khz yang tidak dapat ditangkap telinga manusia. Manusia hanya dapat menangkap suara pada kekuatan frekuensi 3-18 Khz (Suyanto, 2001). Famili Pteropodidae Kelelawar yang terdapat di Indonesia diklasifikasikan ke dalam famili Pteropodidae. Suyanto (2001) menjelaskan bahwa 21 marga dan 72 jenis famili Pteropodidae ditemukan di Indonesia. Anggota famili ini dikenal sebagai kelelawar penyebar biji, penyerbuk bunga (Eonycteris, Macroglossus, Syconycteris) dan penghasil guano (Lalai Kembang dari jenis Eonycteris spelaea dan Pentae n Coboe Penthetor lucasi). Nyctimene minutus diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Mammalia, order Chiroptera, sub-order Megachiroptera dan family Pteropodidae (International Union for Conservation of Nature, 2008 a ). Kelelawar N. minutus diillustrasikan pada Gambar 1; sedangkan penyebaran marga anggota famili Pteropodidae di Indonesia; disajikan pada Tabel 1. 4

Tabel 1. Penyebaran Marga Anggota Famili Pteropodidae Marga Acerodon Aethalops Balionycteris, Dyacopterus dan Penthetor Boneia, Harpyionycteris dan Neopteryx Chironax Dobsonia Eonycteris Nyctimene Megaerops Syconycteris dan Paranyctimene Macroglossus, Pteropus dan Rousettus Cynopterus Sumber: Suyanto (2001) Penyebaran Sulawesi dan Nusa Tenggara Sumatera, Kalimantan dan Pegunungan Jawa Sumatera dan Kalimantan Sulawesi Sumatera, Lombok, Kalimantan, Jawa, Bali dan Sulawesi Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Nusa Tenggara Sulawesi, Maluku dan Papua Barat Sumatera, Kalimantan dan Jawa Maluku dan Papua Barat Seluruh Indonesia Seluruh Indonesia, kecuali Papua Barat Gambar 1. Nyctimene minutus Sumber: Tafais (2011) 5

Famili Megadermatidae Famili Megadermatidae hanya terdiri atas satu marga dan satu jenis anggota, yaitu vampir palsu (Megaderma spasma). Jenis ini dikenal sebagai vampir palsu karena vampir asli yang menghisap darah binatang hanya ditemukan di Amerika Selatan. Vampir asli memangsa jenis kelelawar lain, sedangkan vampir palsu memakan serangga, seperti jangkrik dan belalang. Famili Megadermatidae memiliki ukuran lengan bawah sayap 53-58 mm; betis 29-32 mm; kaki belakang 14-17 mm dan telinga 32-39 mm. Famili Megadermatidae menyebar di Thailand, Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali dan Sulawesi. Kelelawar Megaderma spasma memiliki ukuran ekor kecil (Suyanto, 2001). Megaderma spasma diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Mammalia, order Chiroptera, sub-order Microchiroptera dan family Megadermatidae (International Union for Conservation of Nature, 2008 b ). Megaderma spasma diillustrasikan pada Gambar 2. Famili Nycteridae Gambar 2. Megaderma spasma Sumber: Heideman (2008) Marga Nycteris memiliki dua jenis anggota di Indonesia yaitu Nycteris javanca dan Nycteris tragata. Jenis Nycteris javanica menyebar di Jawa; Bali dan Kangean; sedangkan jenis Nycteris tragata menyebar di Thailand, Malaysia, 6

Sumatera dan Kalimantan. Kelelawar dari famili Nycteridae memiliki ekor dengan ujung bercabang membentuk huruf T (Suyanto, 2001). Nycteris javanica diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Mammalia, order Chiroptera, sub-order Microchiroptera dan family Nycteridae (International Union for Conservation of Nature, 2008 c ). Nycteris javanica diillustrasikan pada Gambar 3. Famili Emballonuridae Gambar 3. Nycteris javanica Sumber: Falconeyestudios (2011) Famili Emballonuridae di Indonesia meliputi tiga marga dan 11 jenis. Marga famili Emballonuridae hanya memiliki satu jenis anggota yaitu kelelawar Ekor Trubus Hitam atau Mosia nigrescens dan Kubar Trubus atau Saccolaimus saccolaimus. Famili ini hidup pada habitat yang meliputi gua dangkal dan ronggarongga pohon (Suyanto, 2001). Penyebaran anggota famili Emballonuridae di Indonesia meliputi jenis Emballonura, Saccolaimus dan Taphozous (seluruh Indonesia) dan anggota Mosia (Maluku dan Papua Barat) (Suyanto, 2001). Mosia nigrescens merupakan anggota Mosia yang ditemukan di Maluku (Suyanto, 2001). M. nigrescens diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Mammalia, order Chiroptera, sub-order Microchiroptera dan family Emballonuridae (International Union for Conservation of Nature, 2008 g ). Mosia nigrescens diillustrasikan pada Gambar 4. 7

Famili Molossidae Gambar 4. Mosia nigrescens Sumber: Gstatic (2010) Famili Molossidae di Indonesia meliputi enam marga dan 11 jenis. Anggota Molossidae dapat terbang tinggi dan merayap di permukaan tanah atau tumbuhan. Jenis Chaerephon plicata diduga memakan wereng di areal persawahan, dengan makanan utama pijer (kupu-kupu malam). Pengklasifikasian jenis famili Molossidae didasarkan pada keberadaan bulu, processus postorbitalis, kantong tenggorokan, ketebalan dan panjang daun telinga, ukuran bulla tympanica dan lengan bawah sayap. Habitat famili Molossidae ditemukan di gua, rongga pepohonan dan atap gedung (Suyanto, 2001). Gambar 5. Chaerephon plicata Sumber: Bio Cris (2007) 8

Chaerephon plicata ditemukan di Maluku (Suyanto, 2001). Chaerephon plicata diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Mammalia, order Chiroptera, sub-order Microchiroptera dan family Molossidae (International Union for Conservation of Nature, 2008 i ). Chaerephon plicata diillustrasikan pada Gambar 5. Famili Hipposideridae Kelelawar Indonesia memiliki tiga marga dan 26 jenis anggota famili Hipposideridae. Tiga marga tersebut diklasifikasikan berdasarkan bentuk daun hidung. Marga Hipposideros memiliki jumlah anggota yang terbanyak. Anggota Hipposideros diklasifikasikan berdasarkan jumlah daun hidung tambahan (terletak di samping daun hidung depan dan berbentuk tapal kuda), bentuk telinga, struktur berdaging seperti tabung pada dahi di belakang lanset (daun hidung), ciri tengkorak dan ukuran tubuh (Suyanto, 2001). Gambar 6. Hipposideros cervinus Sumber: Australian Museum (2010) Jumlah anggota Hipposideros di Indonesia sangat banyak sehingga dikelompokkan ke dalam kelompok bicolor, speoris, diadema dan cylops. Habitat anggota Hipposideros ditemukan di gua dan rongga pohon (Suyanto, 2001). Hipposideros cervinus merupakan salah satu spesies yang ditemukan di Maluku (Suyanto, 2001). Hipposideros cervinus diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Mammalia, order Chiroptera, sub-order Microchiroptera dan family Hipposideridae (International Union for Conservation of Nature, 2008 f ). Hipposideros cervinus diillustrasikan pada Gambar 6. 9

Famili Vespertilionidae Famili Vespertilionidae terdiri atas 14 marga dan 63 jenis anggota di Indonesia. Famili Vespertilionidae menempati gua (jenis Miniopterus); ruas bambu (jenis Tylonycteris); atap rumah (jenis Taphozous dan Pipistrellus); hutan khususnya pada pepohonan yang rimbun (jenis Kerivoula) dan gulungan daun pisang muda (jenis Myotis muricola). Kelelawar dari famili Vespertilionidae menarik sayap ke samping tubuh pada saat hinggap di sarang (Suyanto, 2001). Gambar 7. Harpiocephalus harpia Sumber: Francis (1998) Harpiocephalus harpia merupakan salah satu spesies yang ditemukan di Maluku (Suyanto, 2001). Harpiocephalus harpia diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Mammalia, order Chiroptera, sub-order Microchiroptera dan family Vespertilionidae (International Union for Conservation of Nature, 2008 d ). Penyebaran anggota famili Vespertilionidae di Indonesia disajikan pada Tabel 2; Harpiocephalus harpia diillustrasikan pada Gambar 7. Famili Rhinopomatidae Famili Rhinopomatidae hanya satu jenis di Indonesia, yaitu kelelawar Ekor Tikus Besar (Rhinopoma microphyllum). Penyebaran jenis Rhinopoma microphyllum hanya (Suyanto, 2001). di Sumatera Utara, yaitu daerah Balige dan ditemukan sangat jarang 10

Tabel 2. Penyebaran Marga Anggota Famili Vespertilionidae Marga Glischropus, Philetor dan Phoniscus Kerivoula dan Tylonycteris Hesperoptenus Murina Nyctophilus Scotophilus Scotorepens Harpiocephalus Myotis, Pipistrellus dan Miniopterus Penyebaran Sumatera, Kalimantan dan Jawa Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi Kalimantan dan Sulawesi Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara Nusa Tenggara dan Papua Barat Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali Timor dan Papua Barat Sumatera, Kalimantan, Jawa, Lombok dan Maluku Seluruh Indonesia Sumber: Suyanto (2001) Habitat R. microphyllum ditemukan di gua, terowongan, atap gedung, atap rumah dan bangunan lain berbentuk seperti piramid. Rhinopoma microphyllum merupakan salah satu spesies yang ditemukan di Maluku (Suyanto, 2001). Rhinopoma microphyllum diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Mammalia, order Chiroptera, sub-order Microchiroptera dan family Rhinopomatidae (International Union for Conservation of Nature, 2008 h ). Rhinopoma microphyllum diillustrasikan pada Gambar 8. Gambar 8. Rhinopoma microphyllum Sumber: Tagant (2011) 11

Famili Rhinolophidae Famili Rhinolophidae yang ditemukan di Indonesia hanya satu marga yaitu Rhinolophus. Marga Rhinolophus yang ditemukan di Indonesia diklasifikasikan ke dalam enam jenis kelompok dan 19 jenis anggota. Perbedaan jenis-jenis marga Rhinolophus diklasifikasikan berdasarkan ukuran tubuh dan telinga; ukuran dan bentuk sella; posisi pelekatan taju penghubung (connecting process) dengan ujung sella dan bentuk taju penghubung, keberadaan lapet (lipatan pada hidung) serta bentuk sekat rongga hidung (Suyanto, 2001). Rhinolophus keyensis merupakan salah satu spesies yang ditemukan di Maluku (Suyanto, 2001). Rhinolophus keyensis diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Mammalia, order Chiroptera, sub-order Microchiroptera dan family Rhinolophidae (International Union for Conservation of Nature, 2008 e ). Rhinolophus keyensis diillustrasikan pada Gambar 9. Gambar 9. Rhinolophus keyensis Produktivitas Kelelawar Daerah jelajah kelelawar bergantung pada jenis makanan. Jenis kelelawar Macroglossus sobrinus yang memakan cecadu pisang besar yang memiliki daerah jelajah mencapai radius tiga km, Lalai Kembang (Eonycteris spelaea) dapat mencapai radius 40 km dan Kalong Kapauk (Pteropus vampyrus) mencapai radius 60 km. Kelelawar memiliki tempat tinggal yang beragam, seperti gua, kolong atap 12

rumah, terowongan, bawah jembatan, rimbunan daun, gulungan daun pisang atau palem, celah bambu, pepohonan besar, lubang batang pohon yang masih hidup maupun yang sudah mati (Suyanto, 2001). Kelelawar menempati habitat tertentu untuk melakukan aktivitas yang berbeda. Habitat kelelawar umumnya ditemukan mulai dari pantai sampai pegunungan. Pada umumnya kelelawar melakukan aktivitas pada malam hari dan beristirahat pada siang hari. Kelelawar beristirahat di dalam gua dan pepohonan tertentu (Fatem et al., 2006). Wund dan Myers (2005) menyatakan bahwa jenis-jenis kelelawar yang menempati wilayah geografi yang kecil atau yang memiliki ekologi yang khas; memiliki ancaman kepunahan yang tinggi. Peranan Kelelawar Keberadaan kelelawar mempunyai peranan penting bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Kelelawar berperan sebagai penyebar biji buah-buahan (jambu air, jambu biji, kenari, keluwih, sawo, duwet, cendana, srikaya dan terungterungan). Penyebar biji seperti kelelawar sangat diperlukan untuk menjaga keanekaragaman hutan tropis. Kelelawar mengambil cairan buah dengan mengunyah daging buah. Bagian serabut daging buah disepah dan biji buah dibuang pada jarak 100-2.000 m dari pohon induk; sehingga memberikan peluang pada biji menjadi besar untuk menyebar dan berkecambah di tempat yang berjauhan dari pohon induk (Wiantoro dan Achmadi, 2011 dan Suyanto, 2001). Maryati et al. (2008) menjelaskan bahwa kelelawar pemakan buah-buahan (Megachiroptera) berperan sebagai polinator. Kelelawar memiliki peranan sebagai penyerbuk berbagai tumbuhan (termasuk tumbuhan bernilai ekonomi tinggi seperti durian, petai, aren, kaliandra, pisang, bakau dan kapuk randau), sebagai pengendali hama serangga, sebagai obyek ekowisata dan sebagai penghasil pupuk guano. Pupuk guano telah banyak dimanfaatkan di Pelabuhan Ratu (Sukabumi, Jawa Barat), Gua Lawa (Nusa Kambangan), Gua Pintu Kuwari (Tamiang Hulu, Aceh Timur). Proses pemanenan pupuk guano sering dilakukan pada siang hari ketika kelelawar sedang tidur. Pengambilan pupuk guano disarankan dilakukan pada malam hari, ketika kelelawar keluar mencari makan (Suyanto, 2001). Guano mengandung banyak unsur hara, baik mikro maupun makro. Kegunaan lain dari kelelawar menurut Nowak (1999) adalah 13

dapat menyembuhkan sakit asma (pemanfaat hati kelelawar sebagai obat) dan dapat menyuburkan rambut (pemanfaatan lemak tubuh). Gua sebagai Habitat Kelelawar Gua merupakan tempat proses adaptasi berbagai jenis organisme berlangsung (Setyaningsih, 2011). Suyanto (2001) menyatakan bahwa kelelawar merupakan penyeimbang ekosistem gua. Dijelaskan lebih lanjut bahwa guano kelelawar diyakini sebagai sumber energi yang memiliki peranan penting dalam rantai makanan dalam ekosistem gua. Setyaningsih (2011) menyatakan bahwa lingkungan gua merupakan sebuah lingkungan yang unik dan khas dengan kondisi gelap total sepanjang masa. Dijelaskan lebih lanjut bahwa lingkungan gua terdiri atas empat zona yaitu mulut gua, zona peralihan (zona remang-remang), zona gelap dan zona gelap total (zona stagnant). Keadaan iklim mikro yang berbeda pada masing-masing gua dapat mempengaruhi perbedaan jenis-jenis kelelawar. Gua yang dihuni kelelawar pada umumnya mempunyai temperatur rendah dan kelembaban yang cukup tinggi (Maryanto dan Maharadatunkamsi, 1991). Suyanto (2001) menyatakan bahwa jumlah guano yang dihasilkan kelelawar dapat mempengaruhi temperatur dan kelembaban gua. Morfometrik Tubuh Kelelawar Keragaman ukuran tubuh hewan disebabkan faktor genetik dan lingkungan (Notosusanto, 2009). Martojo (1992) menjelaskan bahwa pengaruh genetik dan lingkungan merupakan dua hal penting untuk menghasilkan keragaman fenotipik pada individu-individu sekelompok ternak. Dijelaskan lebih lanjut bahwa pengaruh genetik dan lingkungan yang diekspresikan sebagai fenotipik merupakan hasil dari perpaduan atau interaksi kedua pengaruh tersebut. Menurut Ihdia (2006) faktor lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap ukuran tubuh kelelawar adalah kompetisi untuk mendapatkan pakan. Maryati (2008) menyatakan bahwa area untuk mencari pakan dan komposisi pakan sangat dipengaruhi musim bunga dan panen buah. Wijayanti (2011) menjelaskan bahwa kelelawar cenderung memilih sarang yang dekat dengan sumber pakan. Kelelawar adalah satu-satunya anggota mamalia yang dapat terbang. Kelelawar pemakan buah (Megachiroptera) berukuran tubuh kecil (dari jenis 14

Balionycteris, Chironax dan Aethalops) yang memiliki bobot badan 10 g; dan ditemukan pula yang berukuran tubuh besar seperti Kalong Kapauk (Pteropus vampyrus) yang memiliki bobot badan lebih dari 1.500 g, bentangan sayap mencapai 1.700 mm dan lengan bawah sayap 36-228 mm. Kelelawar pemakan serangga (Microchiroptera) memiliki ukuran tubuh terkecil dengan bobot badan dua g dan yang terbesar 196 g, dan ukuran lengan bawah sayap 22-115 mm (Suyanto, 2001). Secara umum, skema anatomi tubuh kelelawar disajikan pada Gambar 10. Gambar 10. Anatomi atau Bagian Tubuh Kelelawar Sumber: Djuri dan Madya (2009) Ukuran tubuh luar dapat dijadikan indikator dalam penentuan jenis pada kelelawar. Ukuran dinyatakan dalam satuan milimeter, seperti panjang ekor (E) yang diukur dari pangkal ekor sampai ujung ekor, panjang kaki belakang (KB) yang diukur dari tumit sampai ujung jari terpanjang tanpa cakar, panjang kaki belakang yang diukur dari tumit sampai ujung jari dengan cakar terpanjang, panjang telinga (T) yang diukur pada jarak dari pangkal sampai ujung telinga yang terjauh, panjang betis yang diukur dari lutut sampai pergelangan kaki, panjang lengan bawah sayap (LB) yang diukur dari luar siku sampai sisi luar pergelangan tangan pada sayap 15

melengkung (Suyanto, 2001). Secara umum, ukuran tubuh kelelawar disajikan pada Gambar 11. Gambar 11. Ukuran Tubuh Kelelawar Sumber: Suyanto (2001) Keterangan: E= panjang ekor; KB=panjang kaki belakang (KB); T=panjang telinga; LB=panjang lengan bawah sayap Analisis Komponen Utama Analisis Komponen Utama (AKU) merupakan analisis yang bertujuan untuk mereduksi data dan mempermudah data diinterpretasikan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa Analisis Komponen Utama menerangkan struktur varian-kovarian (kombinasi data multivariat yang beragam) melalui kombinasi linear dengan variabel-variabel tertentu. Akar ciri atau ragam dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah variabel yang diamati dengan nilai keragaman total pada Analisis Komponen Utama yang diturunkan berdasarkan matriks kovarian (Gaspersz, 1992). Menurut Everitt dan Dunn (1998) penggunaan metode Analisis Komponen Utama dalam analisis morfometrik menerangkan bahwa komponen utama pertama mengindikasikan ukuran (size) sebagai vektor ukuran dan komponen utama kedua mengindikasikan bentuk (shape) sebagai vektor bentuk dari hewan yang diteliti. Hanibal (2008) menjelaskan bahwa ukuran berhubungan dengan bobot badan; sedangkan bentuk merupakan sifat yang dapat mewaris sehingga diminati ahli taksonomi (Everitt dan Dunn, 1998). 16

Keragaman total dijadikan sebagai indikasi untuk menentukan persamaan yang mewakili banyak persamaan yang dibentuk Analisis Komponen Utama. Dijelaskan lebih lanjut bahwa keragaman tersebut diperoleh dari hasil pembagian antara nilai Eigen komponen utama ke-i dan jumlah variabel yang diamati (Gaspersz, 1992). Menurut Afifi dan Clark (1996) vektor Eigen merupakan seperangkat koefisien pada kombinasi linear untuk komponen utama ke-i. 17