BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan mitra tutur. Melalui bahasa, pikiran, perasaan, dan keinginan

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, manusia akan melakukan sebuah komunikasi. Saat berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serius, karena terdapat perbedaan yang signifikan dengan bahasa. ibu pembelajar yang didasari oleh berbagai hal.

Bab 2. Landasan Teori. dasar analisis yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. ajektiva (keiyoushi), nomina (meishi), pronomina (rentaishi), adverbia (fukushi), interjeksi

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah (1) sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan mitra tutur saat melakukan tuturan. Maka pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pertamanya untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penguasaan terhadap bahasa asing sangat dibutuhkan. Bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan makna kepada seseorang, baik secara lisan maupun tulisan.

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasanya. Salah satunya bahasa Jepang, Dewasa ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Struktur kalimat bahasa Jepang adalah SOP, sedangkan struktur

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

(Asari-chan buku no: 28, halaman: 40) あさり ガンバレ! bersemangat. Berusaha Asari! Pada situasi di atas, penggunaan katakana ada pada kata ガンバレ.

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JOSHI

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan

BAB I PEDAHULUAN. ujar (speech situations) yang meliputi unsur-unsur penyapa dan yang disapa,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. 1992, Narrog: 2009). Hal ini berarti, setiap bahasa alami di dunia mempunyai

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang banyak dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Partikel dalam bahasa Jepang disebut joshi. Joshi adalah kelas kata yang

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

PENGGUNAAN UNGKAPAN BAHASA JEPANG TULIS (Studi kasus pada mahasiswa Jurusan Jepang Univ.Darma Persada)

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Kalimat- kalimat bahasa sebagai ungkapan sikap, perasaan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Silakan lihat lampiran 1.

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pratamawati, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Shuujoshi Danseigo Pada Komik One Piece Volume 1 Karya Eiichiro Oda

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

ANALISIS PENGGUNAAN STRATEGI PENOLAKAN TIDAK LANGSUNG DALAM BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA BAHASA JEPANG STBA YAPARI ABA BANDUNG

Bab 4. Simpulan dan Saran. Pada bab ini penulis akan memberikan Simpulan dari hasil analisis mengenai makna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi. bahasa harus dimulai dari pengkajian tindak tutur.

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi (Wijana, 1996:2). Menurut Yule, pragmatik adalah studi tentang

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

BAB 1. Pendahuluan. Manusia berinteraksi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang yang dapat berdiri sendiri dan dipakai untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai

BAB II RAGAM KESANTUNAN MEMOHON BAHASA JEPANG DAN KURIKULUM B. RAGAM KESANTUNAN DALAM MEMOHON BAHASA JEPANG

Pergi kemana? どこへ行きますか

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

Bab 2. Tinjauan Pustaka

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014

BAB IV PENGGUNAAN DIALEK OSAKA PADA KOMIK YOZAKURA QUARTET JILID KE-1 KARYA YASUDA SUZUHITO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya bahasa kita dapat menuangkan pemikiran kita kepada orang lain. Seperti yang dinyatakan oleh Sutedi (2003:2), bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain. Saat ini pun banyak orang yang sudah mulai tertarik untuk mendalami ilmu tentang bahasa. Ilmu bahasa disebut juga linguistik. Linguistik memiliki bermacam-macam cabang kajian seperti fonologi (mengkaji bunyi ujaran), morfologi (mengkaji pembentukan kata), sintaksis (mengkaji struktur pembentuk kalimat), semantik (mengkaji tentang makna), dan pragmatik (mengkaji makna tuturan). Pragmatik adalah kajian ilmu yang mempelajari makna atau maksud tuturan. Seperti yang dikatakan oleh Yule (2006:3-5), pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca. Kajian pragmatik memiliki 1

2 beberapa macam topik yang dapat dibahas, salah satunya yaitu tindak tutur. Tindak tutur adalah perilaku berbahasa seseorang yang berupa ungkapan atau ujaran dalam sebuah peristiwa tutur. Istilah tindak tutur pertama kali diperkenalkan oleh seorang guru besar di Universitas Harvard bernama John L. Austin pada tahun 1956. Teori tindak tutur berawal dari materi kuliah Austin yang kemudian dibukukan oleh J. O. Urmson pada tahun 1965 dengan judul How To Do Things With Words. Austin (1962: 94-102), membagi tindak tutur menjadi 3 bagian, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah tindakan suatu ujaran atau pengungkapan bahasa. Dalam pengungkapan terdapat tindakan atau maksud yang menyertai ujaran yang disebut tindak tutur ilokusi. Pengungkapan bahasa tentunya mempunyai maksud, dan maksud pengungkapan tersebut akan menumbuhkan pengaruh. Pengaruh dari tindak tutur lokusi dan tindak tutur ilokusi itulah yang disebut tindak tutur perlokusi. Austin membagi tindak tutur ilokusi menjadi lima macam yaitu, verdiktif, eksersitif, komisif, behabitif, dan ekspositif. Berawal dari Austin, John R. Searle yang merupakan murid dari Austin mengembangkan tindak tutur menjadi beberapa macam dan membuat teori tindak tutur menjadi terkenal. Searle berpendapat bahwa inti dari tindak tutur adalah tindak ilokusinya. Dia beranggapan bahwa dalam mengatakan sesuatu, si penutur juga melakukan sesuatu. Dalam bukunya yang berjudul Speech Acts An Essay in the Philosophy of

3 Language, Searle membagi tindak tutur ilokusi menjadi lima macam yaitu, asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi. Tindak tutur direktif adalah bentuk tuturan dimana si penutur memiliki maksud untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan sebuah tindakan. Seperti menyuruh, meminta, mengajak, dan lain-lain. Dalam bukunya, Rahardi (2005:93-116) membagi wujud tindak tutur direktif menjadi beberapa macam, seperti: perintah, suruhan, permintaan, permohonan, desakan, bujukan, imbauan, persilaan, ajakan, permintaan izin, mengizinkan, larangan, harapan, umpatan, pemberian ucapan selamat, anjuran, dan ngelulu. Dalam proses berkomunikasi, terjadilah sebuah peristiwa tutur yang melibatkan penutur dan mitra tutur. Saat berkomunikasi, penutur mengungkapkan tuturan dengan maksud menginformasikan kepada mitra tuturnya. Namun ada kalanya maksud si penutur tidak dipahami oleh mitra tuturnya. Oleh sebab itu dibutuhkan konteks dalam sebuah peristiwa tutur. Konteks adalah latar belakang yang memunculkan sebuah peristiwa tutur. Seorang linguis, Hymes beranggapan bahwa proses komunikasi seseorang tidak hanya membutuhkan kemampuan penggunaan bahasa sesuai aturan tata bahasa, tetapi juga konteks yang menjadi ruang lingkup dan berpengaruh dalam penggunaan bahasa. Untuk itulah Hymes mencetuskan teori Model of Speaking yang menjelaskan tentang aspek-aspek dan konteks penggunaan bahasa yang benar.

4 Setiap bahasa memiliki keunikannya masing-masing. Bisa dari cara bertuturnya, kata-kata yang digunakan, makna dari kata yang diucapkan, dan lain-lain. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang menarik karena memiliki keunikan dan berkarakteristik. Contoh keunikan dari bahasa Jepang yaitu ragam bahasanya. Bahasa Jepang memiliki ragam bahasa yang dibedakan berdasarkan genre atau jenis kelamin, seperti ragam bahasa pria (danseigo) dan ragam bahasa wanita (joseigo). Lalu ada partikel akhir atau disebut juga shuujoshi. Tidak hanya dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris saja, kita juga bisa meneliti tentang tindak tutur dalam percakapan bahasa Jepang. Dalam sebuah percakapan, untuk mengatakan bahwa tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur direktif, biasanya dapat dilihat dari konteks tuturannya. Berikut ini adalah contoh percakapan yang mengandung tindak tutur direktif dalam bahasa Jepang : 1. Percakapan ini terjadi saat tim Sohoku telah melewati resuply point. Mereka akan melanjutkan perlombaan balap sepeda menuju gunung hakone. Saat itu hampir semua anggota tim Sohoku berkumpul, kecuali Onoda. Kapten Kinjou yang dari awal sudah memberi tugas pada Onoda terkejut saat Naruko berteriak dan memintanya menghentikan balapan mereka.

5 Naruko : (1.1) 待ってください部長さん! (1.2) アカンです Matte kudasai Buchou san!! Akan desu. Kapten tunggu sebentar!! Ini gawat. Kinjou : (1.3) 鳴子 どうした? Naruko..doushita? Naruko..ada apa? Naruko : (1.4) 小野田君が来てへんです Onoda kun ga kite hen desu. Onoda tidak ada. (Yowamushi Pedal Chapter 87: 38-39) Percakapan di atas terjadi antara Kinjou dan Naruko. Tuturan direktif yang terdapat dalam percakapan tersebut adalah perintah atau meirei yang ditunjukkan pada tuturan (1.1) dengan adanya penanda lingual ~te kudasai. Saat itu Naruko menyadari bahwa anggota timnya tidak lengkap. Lalu dia berteriak untuk menghentikan kapten Kinjou. Bentuk tindak tutur direktif dalam tuturan tersebut adalah perintah. Verba matte kudasai dalam tuturan tersebut memiliki makna perintah untuk berhenti sejenak. Naruko memerintahkan kapten Kinjou untuk menghentikan balapan mereka sejenak karena Onoda tidak ada dalam tim. Tuturan tersebut ditandai dengan penanda lingual kudasai yang dalam bahasa Jepang memiliki arti minta, harap atau tolong (Matsuura, 2005: 560). Sedangkan verba matte berasal dari bentuk kamus matsu yang berarti menunggu atau menanti (Matsuura, 2005: 615). 2. Situasi percakapan ini terjadi di tengah-tengah keributan antara Naruko dan Makishima. Naruko tetap tidak setuju jika mereka harus meninggalkan Onoda yang berada di posisi paling akhir. Namun, Makishima yang melihat anggota timnya sudah mulai kelelahan, sementara di belakang

6 mereka ada tim Hakogaku yang bisa melewati mereka kapan saja, memutuskan untuk tetap maju terus dan menghadapi jalur gunung Hakone dengan kekuatan tim yang ada. Naruko Makishima : (2.1) 小野田くん来るまで ここで足ゆるめて待ちましょう!! Onoda kun kuru made, koko de ashi yuru mete machimashou!! Sampai Onoda datang kemari, kita bisa bertahan sebentar dan menunggu dia!! : (2.2) オイオイそいつは鳴子 1 人がヤケドしたから みんなで火の中に入りましょうって言ってるのと同じだ oioi soitsu ha naruko hitori ga yakedo shita kara, minna de hi no naka ni hairimashoutte itteru no to onaji da. Hei Naruko, itu sama saja dengan kau mengatakan bahwa karena satu orang masuk ke dalam api, maka kita juga harus masuk ke dalam api juga. Naruko : (2.3) 巻島さんに言うてへんです 部長さん!! makishima san ni iu te hen desu, buchou san!! Kapten, Makishima berbicara yang tidak jelas!! (Yowamushi Pedal Chapter 89: 70-71) Percakapan diatas terjadi antara Naruko dan Makishima ditengah-tengah pertandingan mereka di jalur gunung Hakone. Tuturan direktif bermakna ajakan pada percakapan tersebut ditunjukkan pada tuturan (2.1), yaitu adanya tuturan machimashou. Verba machi berasal dari bentuk kamus matsu yang berarti menunggu (Matsuura, 2005: 615). Adanya penanda lingual ~mashou yang bermakna mengajak pada verba machi, sehingga tuturan tersebut memiliki makna ajakan untuk menunggu. Naruko yang masih tidak terima jika harus meninggalkan Onoda yang sedang berusaha untuk menyusul mereka, mengajak anggota timnya untuk tidak terburu-

7 buru dan bersabar menunggu Onoda. Karena menurutnya, jalur interhigh adalah pertandingan kekompakan antar tim. Dalam contoh-contoh percakapan di atas dapat dipahami bahwa, verba kudasai walaupun berdiri sendiri memiliki makna meminta atau tolong. Saat kudasai digabungkan dengan verba matte, maka verba tersebut memiliki makna perintah untuk berhenti. Lalu verba mashou jika berdiri sendiri tidak akan memiliki makna. Oleh karena itu harus menyatu dengan kata kerja seperti verba matsu, sehingga tuturan tersebut memiliki makna ajakan untuk menunggu. Adanya makna ajakan pada contoh percakapan di atas, menandakan bahwa tuturan direktif tidak hanya memiliki makna perintah saja, tetapi ada juga ajakan, meminta, dan masih banyak lagi. Penelitian ini berfokus pada konteks tuturan yang terdapat dalam sebuah percakapan dan tindak tutur direktif apa saja yang muncul dalam tuturan tersebut. Dalam sebuah percakapan, penanda lingual berperan penting untuk menentukan tuturan tersebut termasuk tindak tutur apa dan apa makna yang terkandung di dalamnya. Konteks juga berperan penting untuk memunculkan sebuah percakapan. Sebuah percakapan tidak akan pernah muncul jika tidak ada konteks didalamnya, karena konteks adalah latar belakang yang memunculkan adanya sebuah percakapan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan ditelaah tentang konteks dalam sebuah peristiwa tutur dan macam-macam tindak tutur direktif dalam bahasa Jepang yang ada pada peristiwa tutur tersebut. Tujuannya agar pembaca lebih memahami tentang konteks sebuah

8 percakapan, dan tindak tutur direktif apa saja yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam penelitian ini penulis akan meneliti tindak tutur direktif pada percakapan bahasa Jepang. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah media komunikasi tertulis berupa komik yang berjudul Yowamushi Pedal karya Wataru Watanabe. Penelitian tentang percakapan yang mengandung tindak tutur direktif memang sudah banyak dilakukan. Namun kebanyakan penelitian tersebut berupa percakapan dalam film, komedi, teater, TV show. Penelitian tindak tutur direktif dalam media cetak khususnya komik masih belum terlalu banyak dilakukan. Terutama dalam komik berbahasa Jepang. Komik memiliki ungkapan-ungkapan yang menarik untuk diteliti baik ungkapan formal maupun informal. Oleh karena itu, penulis tertarik mengangkat tema ini untuk meneliti bagaimana konteks yang muncul pada sebuah tuturan serta tindak tutur direktif yang ada dalam percakapan tersebut.

9 1.1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana hubungan partisipan saat menuturkan tindak tutur direktif dalam komik Yowamushi Pedal? 2. Tindak tutur direktif dengan makna apa saja yang terdapat dalam komik Yowamushi Pedal? 1.2 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis melalui tema yang diangkat dalam penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui hubungan partisipan saat menuturkan tindak tutur direktif dalam komik Yowamushi Pedal. 2. Untuk mengetahui tindak tutur direktif dengan makna apa saja yang terdapat dalam komik Yowamushi Pedal. 1.3 Ruang Lingkup Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti hubungan partisipan dan tindak tutur direktif yang terdapat pada komik Yowamushi Pedal Chapter 87-93. Penulis hanya akan membahas tentang hubungan partisipan saat menuturkan tuturan direktif dalam percakapan serta tindak tutur direktif dengan makna apa saja yang terdapat dalam komik tersebut. Pokok

10 bahasan dalam penelitian ini lebih diarahkan pada ranah pragmatik guna meneliti tuturan yang mengandung tindak tutur direktif dalam percakapan bahasa Jepang. 1.4 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan penjelasan tentang cara penelitian tersebut akan dilakukan, yang di dalamnya mencakup bahan atau materi penelitian, alat, prosedur, dan teknik. Peneliti menggunakan model analisis deskriptif kualitatif, yang menggambarkan alur logika analisis data dan masukan bagi teknik analisis data yang akan digunakan. Dalam penelitian ini akan digunakan tiga tahap penelitian : (1) tahap penyediaan data, (2) tahap analisis data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data. Sumber data diambil dari salah satu media komunikasi tertulis yaitu komik berjudul Yowamushi Pedal yang didalamnya berisi wacana percakapan mengandung tindak tutur direktif. 1.4.1 Tahap Penyediaan Data Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan data yang bersifat kualitatif dan sumber data ini didapatkan dari sebuah website resmi yaitu www.raw-zip.com. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah komik yang berjudul Yowamushi Pedal chapter 87-93. Peneliti akan menggunakan metode simak dan teknik catat. Mahsun (2014: 242) menyatakan, metode simak merupakan metode yang digunakan dalam

11 penyediaan data dengan cara peneliti melakukan penyimakan penggunaan bahasa. Dalam penelitian ini, langkah pertama peneliti akan mengunduh komik Yowamushi Pedal chapter 87-93. Kemudian dengan menggunakan teknik lanjutan dari metode simak yaitu teknik simak libat cakap, peneliti akan menyimak percakapan yang ada dalam komik tersebut. Lalu, peneliti akan menggunakan teknik catat dengan mencatat tuturan-tuturan dalam komik tersebut dan mentranskripsikannya. Setelah tuturan tersebut ditranskripsikan, peneliti akan mengidentifikasi tuturan mana saja yang termasuk dalam tindak tutur direktif. Semua tuturan bermakna direktif itulah yang dinamakan data. 1.4.2 Tahap Analisis Data Dalam tahap analisis data, peneliti menggunakan metode analisis kontekstual. Rahardi (2005: 16) menyatakan, analisis kontekstual adalah cara-cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks yang ada. Setelah diperoleh data, peneliti akan mengolah data tersebut untuk menentukan konteks yang muncul dalam situasi percakapan tersebut. Meliputi penutur dan mitra tutur, waktu, tempat, dan situasi tutur yang akan diuraikan berdasarkan teori Model of SPEAKING milik Hymes. Setelah konteks ditentukan, penulis akan mengklasifikasikan makna dari tuturan direktif tersebut dengan menggunakan teknik Pilah Unsur Penentu (PUP) yang dikemukakan oleh Sudaryanto (1993: 21-22), yaitu alat yang digunakan untuk memilah data yang akan diteliti. Unsur penentu yang

12 dimaksud dalam analisis ini adalah penanda lingual yang terdapat pada tuturan direktif dalam komik Yowamushi Pedal chapter 87-93. 1.4.3 Tahap Penyajian Analisis / Penelitian Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode informal. Sudaryanto (1993: 145) menyatakan bahwa, metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya. Dengan kata lain, hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk kata-kata biasa saja, namun sangat teknis sifatnya. 1.5 Manfaat Manfaat yang ingin diperoleh penulis dalam penelitian ini antara lain : 1.5.1 Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi siapa saja yang ingin mempelajari tindak tutur, khususnya tindak tutur dalam bahasa Jepang, dan pentingnya konteks dalam sebuah percakapan. Penelitian ini juga diharapkan agar para pembelajar dapat mengerti macam-macam tindak tutur direktif yang terdapat dalam sebuah percakapan.

13 1.5.2 Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi siapa saja yang tertarik untuk mempelajari konteks dan tindak tutur direktif dalam percakapan bahasa Jepang. 1.6 Sistematika BAB I Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penulisan, permasalahan, tujuan penulisan, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, manfaat, dan sitematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori Pada bab ini akan dibahas tentang tinjauan pustaka yang menjadi acuan dalam penelitian ini yang berisi tentang penelitian terdahulu, dan teori pragmatik yang mengarah pada tindak tutur. BAB III Pemaparan Hasil dan Pembahasan Pada bab ini akan dibahas tentang penelitian yang dilakukan mengenai konteks dan tindak tutur direktif dalam bahasa Jepang.

14 BAB IV Penutup Pada bab ini akan dijabarkan tentang kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dalam penelitian ini. Pada bab ini juga akan disampaikan saran atau anjuran dari penulis agar ditindak lanjuti hasil dari penelitian ini.