HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel

PERBANDINGAN DAYA SIMPAN DAN DAYA TUMBUH POLS RUMPUT SETARIA (Setaria splendida Stapf) PADA PANJANG DAUN DAN SUHU SIMPAN BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

Tipe perkecambahan epigeal

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembuatan Lot Benih

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruhsuhu penyimpanan terhadap viabilitas kedelai (Glycine max

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Tembakau

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Posisi Biji pada Tongkol terhadap Viabilitas Biji Jagung (Zea

TINJAUAN PUSTAKA. Vigor Benih

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh suhu penyimpanan terhadap viabilitas benih wijen (Sesamum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

PENGARUH KOMBINASI KADAR AIR BENIH DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN SIFAT FISIK BENIH PADI SAWAH KULTIVAR CIHERANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TINJAUAN PUSTAKA. Sumber: Susetyo et al. (1969)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Tembakau (Nicotiana tabacum)

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh-tumbuhan. Terkait dengan tumbuh-tumbuhan sebenarnya telah

PENGARUH BERBAGAI MEDIA SIMPAN ALAMI TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SELAMA PERIODE SIMPAN ARTIKEL ILMIAH IRMAWATI

VIABILITAS DAN VIGOR BENIH PADI (Oryza sativa, L) VARIETAS IR 64 BERDASARKAN VARIASI TEMPAT DAN LAMA PENYIMPANAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Justice dan Bass (2002), penyimpanan benih adalah. agar bisa mempertahankan mutunya. Tujuan dari penyimpanan benih

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS JAGUNG KUNING DAN JAGUNG PUTIH

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman rosela diklasifikasikan dengan kingdom Plantae, divisio

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ

Evaluasi Beberapa Tolok Ukur Vigor untuk Pendugaan Perpanjangan Masa Edar Benih Padi (Oryza sativa L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang berkisar antara 23ºC hingga 30ºC. Penyimpanan pada suhu ruang menunjukkan perubahan fisik bahan tanam yang terlihat nyata di seluruh perlakuan potongan dan lama simpan. Terjadi perubahan warna, bau, dan tekstur bahan tanam yang sudah tidak lagi sama dengan kondisi awal. Menurut Justice dan Bass (2002), gejala kemunduran benih dapat dilihat dari gejala fisiologi dan kimiawi. Perubahan fisiologi gejalanya antara lain ialah perubahan warna benih, mundurnya pertumbuhan perkecambahan, dan meningkatnya kecambah abnormal. Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang Bagian daun bahan tanam terlihat menguning seperti yang terlihat pada Gambar 2. Hal ini sejalan dengan penelitian Rohayati (1997) yang melakukan penyimpanan pada germinator dengan suhu simpan 25,5ºC. Kisaran suhu yang cukup tinggi inilah yang menyebabkan tingginya penguapan pada bahan tanam. Munculnya titik-titik air pada permukaan dalam plastik simpan bahan tanam menjadi bukti adanya aktivitas penguapan. Terjadinya penguapan juga mengakibatkan perubahan tekstur bagian daun bahan tanam menjadi lembek/basah namun semakin mengering pada bagian akarnya. Bau yang dihasilkan setelah penyimpanan pun berbeda dengan kondisi awal sebelum penyimpanan, yaitu menjadi bau hampir busuk. Namun, belum terjadi proses pembusukan sehingga bau yang dihasilkan tidak terlalu menyengat. 12

Pada kondisi suhu ruang masih terjadi pertumbuhan, ada beberapa tunas baru tumbuh tapi tidak dalam kondisi segar. Gambar 3. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Dingin Kondisi suhu simpan yang kedua ialah suhu dingin dengan kondisi fisik yang terdapat pada Gambar 3. Refrigerator diatur dengan suhu tetap yaitu 4ºC dari awal hingga akhir penyimpanan bahan tanam. Perubahan fisik yang terjadi pada seluruh perlakuan bahan tanam baik potongan maupun lama simpan menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh dengan kondisi awal sebelum penyimpanan. Warna daun masih tetap hijau meskipun sudah tak sesegar kondisi awal. Tekstur serta bau bahan tanam yang telah melewati penyimpanan masih tetap segar seperti kondisi sebelum penyimpanan. Penyimpanan pols pada suhu dingin mengakibatkan terjadinya dorman pada bahan tanam yang disimpan sehingga tidak terdapat pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harjadi (1989) bahwa salah satu faktor pembatas pertumbuhan adalah suhu. Penyusutan Bobot Terjadinya penyusutan bobot bahan tanam merupakan salah satu akibat dari proses penyimpanan. Bahan tanam mengalami proses penguapan ketika disimpan sehingga terjadi penyusutan bobot, baik pada suhu ruang ataupun suhu dingin. Selain akibat penguapan, penyusutan bobot terjadi karena berkurangnya cadangan nutrien pada bahan tanam untuk mempertahankan hidup selama proses penyimpanan. Hasil penyusutan bobot bahan tanam yang telah disimpan pada suhu ruang disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa 13

perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara kedua faktor tersebut memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap penyusutan bobot bahan tanam. Perlakuan dengan penyusutan bobot paling kecil ialah P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari). Tabel 2. Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang (g) P0 0,50±0,17 abc 0,71±0,17 bcd 1,23±0,19 e 1,03±0,10 de 0,87±0,32 P1 0,26±0,09 a 0,57±0,20 abc 0,56±0,47 abc 1,66±0,43 f 0,76±0,62 P2 0,44±0,09 ab 0,37±0,10 ab 0,98±0,16 de 0,81±0,28 cd 0,65±0,29 0,40±0,11 0,55±0,03 0,92±0,16 1,17±0,23 Keterangan: P0=8 cm, P1=4 cm, P2=0 cm; H1=2 hari, H2=4 hari, H3=6 hari, H4=8 hari. Superskrip berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05). Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan potongan dan lama simpan pada suhu dingin memiliki pengaruh nyata (P<0,05) sedangkan interaksi antara kedua faktor tersebut tidak nyata (P>0,05). Dari segi faktor potongan yang memiliki angka penyusutan terkecil ialah potongan setengah dari normal (4 cm) sedangkan faktor lama simpan yang terkecil penyusutannya ialah 2 hari. Semakin lama disimpan maka penyusutan bobot akibat menurunnya kadar air benih karena tingginya laju respirasi yang diduga diikuti oleh adanya penguapan tinggi dari dalam bahan tanam (Samjaya et al., 2010). Tabel 3. Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan pada Suhu Dingin (g) P0 0,26±0,13 0,63±0,16 0,55±0,05 0,54±0,27 0,50±0,16 b P1 0,16±0,17 0,50±0,35 0,37±0,14 0,48±0,14 0,38±0,15 a P2 0,33±0,09 0,90±0,26 0,54±0,13 0,34±0,08 0,53±0,26 b 0,25±0,05 a 0,67±0,18 c 0,49±0,06 b 0,46±0,10 b Keterangan: P0=8 cm, P1=4 cm, P2=0 cm; H1=2 hari, H2=4 hari, H3=6 hari, H4=8 hari. Superskrip berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05). 14

Penyusutan bobot yang terjadi pada penyimpanan suhu ruang cenderung lebih tinggi dibandingkan pada penyimpanan suhu dingin. Hal tersebut sejalan dengan Sulaiman et al. (2010), penurunan kadar air benih dengan tingginya suhu diduga adanya peningkatan penguapan dari benih selama penyimpanan. Data perbandingan penyusutan dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5. Persentase Penyusutan Bobot (%) 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 2 4 6 8 P 0 : 8 cm P 1 : 4 cm P 2 : 0 cm Gambar 4. Persentase Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang Persentase Penyusutan Bobot (%) 40 35 30 25 20 15 10 5 0 2 4 6 8 P 0 : 8 cm P 1 : 4 cm P 2 : 0 cm Gambar 5. Persentase Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan Suhu Dingin Awal Tumbuh Gambar 6 memperlihatkan rataan awal pertumbuhan setelah tanam pada seluruh perlakuan baik perlakuan potongan maupun lama simpan yang telah mengalami penyimpanan pada suhu ruang. Awal pertumbuhan yang paling cepat 15

terjadi setelah ditanam selama 2 hari. Semakin menurunnya laju awal pertumbuhan disebabkan karena telah terjadi perombakan cadangan makanann dalam bahan tanam selama penyimpanan, sehingga pols kehilangan daya tumbuh (Maemunah dan Adelina, 2009). Meskipun awal pertumbuhan bahan tanam ini tergolong cepat, akan tetapi hasil akhir dari penanaman menunjukkan banyak terjadi kelayuan. Hal ini mungkin berkaitan dengan perlunya perlakuan khusus sebelum penanaman. Salah satu contoh perlakuan khusus ini ialah dengan pemberian zat penumbuh pada bahan tanam yang sudah melalui penyimpanan untuk merangsang pertumbuhannya. 6 Awal Tumbuh (hari) 5 4 3 2 1 P 0 : 8 cm P 1 : 4 cm P 2 : 0 cm 0 2 4 6 8 Gambar 6. Awal Pertumbuhan setelah Tanam (Suhu Ruang) Gambar 7 menggambarkan rataan awal pertumbuhan setelah tanam pada bahan tanam yang disimpan dalam suhu dingin. Awal tumbuh terjadi paling cepat ialah setelah 2 hari tanam namun hal ini hanya terjadi pada satu perlakuan saja yaitu perlakuan P0H1 (potongan normal 8 cm dengan lama simpan 2 hari). Hal ini mungkin terjadi karena cadangan nutrien yang cenderung masih banyak tersisa dan waktu dorman dari bahan tanam juga tidaklah lama. Lamanya awal pertumbuhan yang terjadi merupakan akibat dari adanya penyimpanan pada suhu dingin yang menyebabkan terjadinya dormansi pada bahan tanam tersebut. Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa penyimpanan benih pada suhu di sekitar titik beku dapat memperpanjang dormansi benih menjadi lebih lama. Pertumbuhan daun pada pols yang telah mengalami penyimpanan pada suhu dingin 16

menunjukkan pertumbuhan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan pols yang disimpan pada suhu ruang dan hampir tidak ditemui adanya kelayuan. Awal Tumbuh (hari) 8 7 6 5 4 3 2 1 0 2 4 6 8 P 0 : 8 cm P 1 : 4 cm P 2 : 0 cm Gambar 7. Awal Pertumbuhan setelah Tanam (Suhu Dingin) Daya Tumbuh Tujuan utama penyimpanan benih ialah untuk mempertahankan daya tumbuh atau viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin (Sutopo, 2002). Penyimpanan cenderung akan mengurangi daya tumbuh dari bahan tanam tersebut. Hal ini terbukti dari hasil yang terdapat dalam Tabel 4 dan Tabel 5 menunjukkan bahwa penyimpanan baik dalam suhu ruang ataupun suhu dingin akan tetap mengurangi daya tumbuh. Tabel 4. Daya Tumbuh Pols setelah Mengalami Penyimpanan pada Suhu Ruang (%) P0 0,92±0,11 e 0,36±0,22 c 0,60±0,24 d 0,04±0,09 ab 0,48±0,37 P1 0,92±0,11 e 0,28±0,23 bc 0,00±0,00 a 0,08±0,18 ab 0,32±0,42 P2 0,88±0,27 e 0,16±0,26 abc 0,04±0,09 ab 0,04±0,09 ab 0,28±0,40 0,91±11 0,27±0,15 0,21±0,09 0,05±0,06 Keterangan: P0=8 cm, P1=4 cm, P2=0 cm; H1=2 hari, H2=4 hari, H3=6 hari, H4=8 hari. Superskrip berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05). Tabel 4 menggambarkan hasil bahwa perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh pols. Dari hasil uji lanjut terlihat bahwa perlakuan P0H1 (potongan normal 8 cm 17

dengan lama simpan 2 hari), P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari), dan P2H1 (potongan habis hanya akar dengan lama simpan 2 hari) menjadi perlakuan terbaik dengan angka daya tumbuh tertinggi. Menurut Maemunah dan Adelina (2009), semakin lama benih disimpan menyebabkan vigor bibit juga semakin menurun. Tabel 5. Daya Tumbuh Pols setelah Mengalami Penyimpanan pada Suhu Dingin (%) P0 1±0,00 0,8±0,14 0,8±0,20 0,4±0,47 0,75±0,25 P1 1±0,00 0,72±0,23 0,56±0,26 0,28±0,27 0,64±0,30 P2 0,88±0,18 0,56±0,33 0,44±0,17 0,56±0,17 0,61±0,19 0,96±0,06 c 0,69±0,14 b 0,60±0,15 ab 0,41±0,21 a Keterangan: P0=8 cm, P1=4 cm, P2=0 cm; H1=2 hari, H2=4 hari, H3=6 hari, H4=8 hari. Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05). Tabel 5 memperlihatkan bahwa lama simpan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh pols setelah disimpan dalam suhu dingin. Untuk perlakuan potongan dan interaksi tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Penyimpanan selama 2 hari menghasilkan daya tumbuh yang tertinggi. Faktor tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap viabilitas potensial benih dengan tolok ukur daya berkecambah (Rahayu dan Widajati, 2007). Dapat disimpulkan bahwa baik suhu ruang ataupun suhu dingin, semakin lama disimpan maka daya tumbuh bahan tanam semakin rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Rohayati (1997) yang menyatakan bahwa penyimpanan 2 hari tidak menimbulkan kerusakan berarti sehingga daya tumbuhnya masih tinggi. Tinggi Vertikal Bertambahnya tinggi vertikal tanaman menunjukkan adanya pertumbuhan sel. Tinggi vertikal menjadi salah satu peubah yang dapat terlihat dengan jelas terhadap peningkatan pertumbuhan vegetatif tanaman yang mendapat pengaruh dari lingkungan sekitarnya (Kurniasari, 2007). Baik pols yang disimpan pada suhu ruang ataupun suhu dingin diperoleh hasil yang serupa pada tinggi vertikalnya. Tabel 6 menunjukkan hasil pengukuran tinggi vertikal bahan tanam yang disimpan pada suhu 18

ruang. Hasil uji ragam menyatakan bahwa perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi vertikal tanaman. Perlakuan dengan tinggi vertikal paling baik terjadi pada P0H1 (potongan normal 8 cm dengan lama simpan 2 hari) dan P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari). Tabel 6. Tinggi Vertikal Pols yang Telah Disimpan pada Suhu Ruang P0 25,91±6,94 d 7,01±4,32 bc 10,81±4,59 c 0,24±0,54 a 10,99±10,86 P1 21,63±2,55 d 5,01±2,91 ab 0,00±0,00 a 0,68±1,52 a 6,83±10,11 P2 10,90±5,23 c 2,73±4,28 ab 0,69±1,55 a 0,38±0,65 a 3,68±4,93 19,48±2,86 4,92±2,73 3,83±1,43 0,43±0,54 Keterangan: P0=8cm, P1=4cm, P2=0cm; H1=2hari, H2=4hari, H3=6hari, H4=8hari. Superskrip berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05). Data pada Tabel 7 juga memperlihatkan hasil yang serupa bahwa perlakuan potongan, lama simpan, serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi vertikal tanaman. Hasil terbaik didapatkan ketika memadukan perlakuan potongan normal (8cm) dengan penyimpanan selama 2 hari (P0H1). Tabel 7. Tinggi Vertikal Pols yang Telah Disimpan pada Suhu Dingin P0 30,92±5,58 d 11,47±6,18 b 19,75±5,68 c 7,10±8,84 ab 17,31±10,48 P1 18,23±2,03 c 10,12±4,55 ab 10,62±6,60 ab 4,37±4,25 ab 10,83±5,69 P2 7,04±1,88 ab 3,77±3,48 a 4,75±2,80 ab 4,20±1,53 a 4,94±1,46 18,73±2,13 8,45±2,84 11,70±4,40 5,22±4,41 Keterangan: P0=8cm, P1=4cm, P2=0cm; H1=2hari, H2=4hari, H3=6hari, H4=8hari. Superskrip berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05). Terdapat perbedaan hasil tinggi vertikal pada suhu ruang dan suhu dingin yaitu tinggi vertikal pada penyimpanan suhu dingin menghasilkan tinggi vertikal yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyimpanan suhu ruang. Hal ini mungkin 19

disebabkan karena cadangan nutrien pada bahan tanam yang disimpan dalam suhu dingin masih tersisa cukup banyak dibandingkan bahan tanam yang disimpan dalam suhu ruang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasibuan (2011) yang menyatakan bahwa semakin singkat waktu penyimpanan serta semakin panjang potongan daun maka pertambahan tinggi vertikal akan semakin tinggi. 20