ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara: Musrenbang RKPD Provinsi Kepulauan Riau 2015 Tanjung Pinang, 1 April 2015
KERANGKA PAPARAN RPJMN 2015-2019 dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019 Rancangan Tema RKP 2016 Pembangunan Provinsi Kepulauan Riau Sasaran RKP2016 Kinerja Pembangunan Provinsi Kep.Riau Penutup Isu Strategis Pembangunan Rekomendasi dan Saran Slide - 2
RPJMN 2015-2019 3
VISI MISI PEMBANGUNAN 2015 2019 "Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong" 7 (tujuh) MISI PEMBANGUNAN yaitu: 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum. 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim. 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera. 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing. 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional. 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Slide - 4
9 AGENDA PRIORITAS NAWA CITA 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberi rasa aman pada seluruh WN 2. Membangun tata kelola Pemerintahan yg bersih, efektif, demokratis dan terpercaya 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dg memperkuat daerah-daerah dan desa dlm kerangka Negara Kesatuan 4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia 6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik 8. Melakukan revolusi karakter bangsa 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Slide - 5
STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL NORMA PEMBANGUNAN KABINET KERJA 1) Membangun untuk manusia dan masyarakat; 2) Upaya peningkatan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar. Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelakupelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan; 3) Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem 3 DIMENSI PEMBANGUNAN DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA Pendidikan Kesehatan Perumahan Mental / Karakter DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Kedaulatan Pangan Kedaulatan Energi & Ketenagalistrikan Kemaritiman dan Kelautan Pariwisata dan Industri DIMENSI PEMERATAAN & KEWILAYAHAN Antarkelompok Pendapatan Antarwilayah: (1) Desa, (2) Pinggiran, (3) Luar Jawa, (4) Kawasan Timur KONDISI PERLU Kepastian dan Penegakan Hukum Keamanan dan Ketertiban Politik & Demokrasi Tata Kelola & RB QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA Slide - 6
SASARAN MAKRO RPJMN 2015-2019 Indikator Pembangunan Manusia dan Masyarakat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2014* (Baseline) 73,83 (metode lama) 2015 2019 69,4 (metode baru) 76,3 (metode lama) Indeks Pembangunan Masyarakat 1 0,55 - Meningkat Indeks Gini 0,41 0,40 0,36 Pertumbuhan ekonomi 5,1% 5,7% 8,0 % PDB per Kapita (Rp ribu) tahun dasar 2010 PDB per Kapita (Rp ribu) tahun dasar 2000 43.403 40.785 - - 72.217 Tingkat Kemiskinan 10,96 % *) 10,3 7,0-8,0% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,94% 5,6% 4,0-5,0% 1 Indeks pembangunan masyarakat merupakan indeks komposit yang mengukur sifat kegotongroyongan, toleransi, dan rasa aman masyarakat *) Tingkat kemiskinan Bulan September 2014, sebelum adanya kebijakan pengurangan subsidi BBM pada Bulan November 2014 *Perkiraan **Maret 2014 Slide - 7
RKP2016 8
RANCANGAN TEMA RKP 2016 Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Meletakkan Fondasi Pembangunan yang Berkualitas Penghambat percepatan realisasi investasi saat ini adalah adanya keterbatasan infrastruktur, termasuk pasokan listrik. Pemenuhan ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu prasyarat utama yang harus dilakukan dalam pembangunan yang berkualitas. Pembangunan berkualitas adalah: Membangun untuk manusia dan masyarakat, yang inklusif dan berbasis luas, dan tidak boleh memperlebar ketimpangan antar golongan dan antar wilayah. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem. Menghasilkan pertumbuhan, dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Infrastruktur diperlukan, utamanya untuk mendukung agenda prioritas kedaulatan pangan, kedaulatan energi, kemaritiman, pariwisata dan industri dengan sasaran kelompok sosial yang luas dan sasaran wilayah yang memperhatikan pemerataan. Slide - 9
SASARAN NASIONAL RKP 2016 5,7 5,6 10,3 Slide - 10
II. PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 11
PENYELARASAN RPJMD DENGAN RPJMN 2015-2019 Untuk pencapaian sasaran prioritas pembangunan nasional yang ditetapkan dalam RPJMN 2015-2019 Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menyelaraskan RPJMD Provinsi/Kabupten/Kota dengan RPJMN 2015-2019. i. Bagi Provinsi, Kabupaten dan Kota yang akan menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2018, penyusunan RPJMD Provinsi, Kabupaten dan Kota 2015-2019 berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan memperhatikan RPJMN 2015-2019. ii. Bagi Provinsi, Kabupaten dan Kota yang telah menetapkan RPJMD sebelum ditetapkannya RPJMN 2015-2019, penyelarasan RPJMD masing-masing dilakukan dalam penyusunan RKPD yang diselaraskan dengan RKP mulai tahun 2015 dan tahun-tahun berikutnya sampai dengan berakhirnya periode RPJMN 2015-2019. Slide - 12
SASARAN LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PULAU SUMATERA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Pertumbuhan Ekonomi (Persen) Wilayah 2015 2016 2017 2018 2019 Aceh 5.6 5.8 6.0 6.2 6.2 Sumatera Utara 6.1 6.7 7.2 7.6 8.1 Sumatera Barat 5.4 6.0 6.4 7.0 7.8 Riau 4.6 4.9 5.1 5.8 6.8 Kepulauan Riau 6.7 7.4 7.0 7.5 7.5 Jambi 6.5 7.0 7.4 8.1 8.9 Sumatera Selatan 5.8 6.1 6.2 6.7 7.5 Kep. Bangka Belitung 5.5 6.1 6.8 7.1 7.5 Bengkulu 5.9 6.7 7.3 7.7 8.4 Lampung 6.2 6.8 7.2 7.7 8.2 Sumber: Perhitungan Bappenas,2014 Slide - 13
SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH PULAU SUMATERA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Wilayah Tingkat Kemiskinan (Persen) 2015 2016 2017 2018 2019 Aceh 16.2 14.9 13.7 12.5 11.3 Sumatera Utara 9.2 8.7 8.1 7.4 6.7 Sumatera Barat 6.7 6.2 5.8 5.3 4.8 Riau 7.0 6.4 5.8 5.3 4.7 Kepulauan Riau 5.1 4.6 4.3 3.8 3.4 Jambi 5.9 5.4 5.0 4.6 4.2 Sumatera Selatan 12.2 11.3 10.4 9.5 8.6 Kep. Bangka Belitung 3.9 3.6 3.3 3.0 2.7 Bengkulu 14.7 13.6 12.5 11.4 10.3 Lampung 14.1 13.6 12.6 11.5 10.5 Sumber: Perhitungan Bappenas,2014 Slide - 14
SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH PULAU SUMATERA PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Wilayah Tingkat Pengangguran (Persen) 2015 2016 2017 2018 2019 Aceh 8.5 8.2 7.9 7.5 7.2 Sumatera Utara 6.0 5.8 5.6 5.3 5.2 Sumatera Barat 6.1 5.9 5.7 5.4 5.2 Riau 3.8 3.7 3.5 3.3 3.1 Kepulauan Riau 5.1 4.8 4.6 4.3 4.1 Jambi 3.0 2.9 2.8 2.7 2.6 Sumatera Selatan 5.5 5.3 5.1 4.9 4.7 Kep. Bangka Belitung 3.3 3.1 3.0 2.9 2.7 Bengkulu 3.4 3.3 3.1 3.0 2.9 Lampung 4.9 4.7 4.6 4.4 4.3 Sumber: Perhitungan Bappenas,2014 Slide - 15
LAJU PERTUMBUHAN PDRB PROVINSI KEP. RIAU TAHUN 2014 Perbandingan dengan PDRB Provinsi Lain Sumber: BPS, 2015 Perbandingan dengan PDRB Nasional 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 6,47 6,57 6,78 7,01 7,19 7,32 6,63 6,66 6,82 6,13 6,35 6,01 6,22 6,49 6,23 5,69 4,63 5,78 5,50 5,03 5,02 3,52 % PDRB Kep. Riau % PDRB Nasional 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Slide - 16
Ribu Rupiah PDRB PER KAPITA PROVINSI KEP. RIAU TERHADAP NASIONAL 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012* 2013** Kepulauan Riau 33.200 35.485 38.276 39.578 42.305 45.881 50.174 53.891 Nasional 14.892 17.361 21.365 23.860 27.029 30.659 33.531 36.508 Pencapaian PDRB per kapita Kep. Riau dari 2006 s.d 2013 selalu berada di atas PDB per kapita Nasional Slide - 17
PRESENTASE TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KEPULAUAN RIAU Perbandingan dengan TPT Provinsi Lain (Agustus 2014) Perbandingan dengan TPT Nasional 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 9,86 11,24 12,24 10,28 9,01 9,11 8,01 8,11 8,39 7,87 Kepulauan Riau 7,80 6,90 7,14 6,56 5,37 Indonesia 6,25 6,69 6,14 6,25 5,94 Sumber: BPS, 2015 2,00 0,00 0,00 0,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Slide - 18
PRESENTASE PENDUDUK MISKIN PROV. KEP. RIAU TERHADAP PROVINSI LAIN 30,00 25,00 20,00 15,00 Indonesia 10,96 %_Kemiskinan Provinsi % Kemiskinan Nasional Perbandingan dengan % Kemiskinan Provinsi Lain (Sept. 2014) 10,00 6,40 5,00 0,00 Sumber: BPS, 2015 Perbandingan dengan % Kemiskinan Nasional % 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 17,75 16,66 16,69 16,58 15,42 14,15 13,33 12,16 12,36 10,97 11,66 11,47 10,30 10,96 9,18 8,27 8,05 6,79 6,83 6,35 6,40 0,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 % Kemiskinan Kepulauan Riau % kemiskinan Indonesia Slide - 19
Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat DI Yogyakarta Sumatera Utara Nusa Tenggara Barat Sulawesi Selatan Lampung Sulawesi Utara Sumatera Barat DKI Jakarta INDONESIA Bengkulu Kalimantan Tengah Sumatera Selatan Jawa Barat Sulawesi Tengah Kalimantan Selatan Nusa Tenggara Timur Sulawesi Tenggara Bali Gorontalo Aceh Maluku Utara Jambi Sulawesi Barat Banten Maluku Bangka Belitung Riau Papua Barat Kalimantan Timur Kepulauan Riau Papua 0,37 0,76 0,91 1,04 1,10 1,17 1,17 1,24 1,28 1,34 1,41 1,49 1,67 1,79 1,85 1,90 1,95 1,99 2,07 2,08 2,15 2,26 2,36 2,47 2,56 2,68 2,78 2,80 3,14 3,58 3,71 3,81 4,95 5,39 Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun Menurut Provinsi (2000-2010) 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Kep. Riau masih sangat tinggi (4,95%) dan merupakan kedua tertinggi dari seluruh provinsi Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding rata-rata laju pertumbuhan penduduk nasional (1,49%) Slide - 20
DI Yogyakarta Bengkulu Jambi DKI Jakarta Jawa Timur Bali Jawa Barat Jawa Tengah Banten Kalimantan Selatan Bangka Belitung Kepulauan Riau Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Gorontalo INDONESIA Lampung Aceh Sumatera Barat Sumatera Selatan Nusa Tenggara Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Riau Sumatera Utara Sulawesi Tenggara Kalimantan Barat Maluku Utara Sulawesi Tengah Maluku Nusa Tenggara Timur Sulawesi Barat Papua Barat Papua 2,1 2,2 2,3 2,3 2,3 2,3 2,5 2,5 2,5 2,5 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,6 2,7 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,8 2,9 3,0 3,0 3,1 3,1 3,2 3,2 3,3 3,6 3,7 3,7 Angka Fertilitas Total (TFR) Menurut Provinsi (2012) 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 Angka fertilitas total/tfr = Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan sampai dengan akhir masa reproduksinya Slide - 21
Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau tahun 2010 dan proyeksinya s/d tahun 2035 Jumlah penduduk Kepulauan Riau diproyeksikan meningkat sebanyak 1,37 juta dalam kurun waktu 25 tahun kedepan Peningkatan jumlah penduduk ini perlu menjadi perhatian dalam perencanaan daerah termasuk dalam menjamin ketersediaan pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial dasar lainnya. Slide - 22
PROYEKSI KEMISKINAN PROVINSI KEP. RIAU TERHADAP NASIONAL 65,0 60,0 55,0 50,0 45,0 40,0 35,0 2010 Aceh 2015 2020 Sumatera Utara 2025 2030 Sumatera Barat 2035 Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Saat ini Provinsi Kepulauan Riau telah memasuki periode dimana rasio ketergantungan telah mencapai angka dibawah 50%. Periode ini menjadi peluang untuk meraih bonus demografi, yaitu tambahan bersih pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh meningkatnya proporsi penduduk usia produktif. Rasio ketergantungan dibawah 50% ini diproyeksikan akan terus terjadi hingga tahun 2035 dan mencapai titik rendah pada 38,0 di tahun 2035. Perlu upaya sungguhsungguh untuk memastikan terjadinya penurunan rasio ketergantungan ini, termasuk upaya menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan TFR. Slide - 23
Papua Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Barat Maluku Utara Kalimantan Barat Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Kalimantan Selatan Gorontalo Banten Sulawesi Tengah Maluku Lampung Aceh Sulawesi Selatan Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah Bali Kepulauan Bangka Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Kalimantan Utara Sumatera Barat Sumatera Utara Kalimantan Tengah Kepulauan Riau Riau Kalimantan Timur Sulawesi Utara D I Yogyakarta Dki Jakarta INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA (IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU 80 75 70 Indonesia 73,81 IPM Provinsi IPM Nasional 76,56 Perbandingan dengan IPM Provinsi Lain (2013) 65 60 Perbandingan dengan IPM Nasional 77 76 75 74 73 72 74,54 71,76 75,07 72,27 75,78 76,2 76,56 73,81 73,29 72,77 71 70 IPM Kepulauan Riau IPM INDONESIA Sumber: BPS, 2015 69 2009 2010 2011 2012 2013 Slide - 24
Kep. Bangka Belitung Maluku Utara Aceh Jambi Sulawesi Barat Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Timur Sumatera Utara Lampung Kalimantan Selatan Kep. Riau Sumatera Barat Jawa Timur Nusa Tenggara Barat Maluku Kalimantan Timur Riau Sumatera Selatan Bengkulu Jawa Tengah Kalimantan Barat Banten Bali Sulawesi Tengah Jawa Barat Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Papua Barat DKI Jakarta Gorontalo DI Yogyakarta Papua INDEKS RASIO GINI PROVINSI KEP. RIAU 0,50 0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 0,00 Indonesia 0,41 Rasio Gini_Provinsi Rasio Gini_INDONESIA Perbandingan 0,36 dengan Indeks Rasio Gini Provinsi Lain (2013) Perbandingan dengan Indeks Rasio Gini Nasional 0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,36 0,31 Rasio Gini_INDONESIA 0,33 0,27 0,36 0,36 0,35 0,30 0,30 Rasio Gini_Kepulauan Riau 0,41 0,41 0,41 0,37 0,38 0,36 0,35 0,32 0,29 0,29 0,20 1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: BPS, 2015 Slide - 25
PERKEMBANGAN NILAI PDRB PERKAPITA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2007-2012 (Atas Dasar Harga Berlaku dengan Migas) Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Karimun 15.157 16.603 18.368 20.085 22.270 24.862 27.658 Kepulauan Riau 26.338 27.844 29.284 30.939 33.606 36.011 39.049 Natuna 59.464 64.223 57.456 59.593 62.126 67.715 73.539 Lingga 8.738 9.817 10.864 11.815 13.053 14.438 16.434 Kepulauan Anambas - - 69.364 71.877 72.591 73.502 87.345 Kota Batam 42.999 46.383 45.736 49.555 52.600 55.045 59.891 Kota Tanjung Pinang 19.927 22.634 24.954 27.493 30.112 32.579 33.358 Kepulauan Riau 35.485 38.276 39.578 42.305 45.881 50.174 53.891 Sumber: BPS Ket: dalam 000/jiwa Kesenjangan antardaerah di Kep. Riau dapat dilihat dari perbedaan antara pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas hampir 6 kali lipat pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Lingga. Slide - 26
STRUKTUR PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 2013 PROVINSI KEP. RIAU DISTRIBUSI PERSENTASE (%) NO. LAPANGAN USAHA 2005 2013 1. PERTANIAN 5,32 4,28 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,95 7,09 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 46,32 47,70 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,31 0,58 5. KONSTRUKSI 3,77 8,35 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 22,71 20,08 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 3,84 4,46 8. KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERUSAHAAN 5,51 4,85 9. JASA-JASA 2,26 2,60 KONTRIBUSI 100,00 100,00 Sumber: BPS Kontribusi PDRB didominasi oleh sektor industri pengolahan (47,70%) dan perdaggangan, hotel, dan restoran (20,08%) Kontribusi sektor sektor pertanian, pertambangan, jasa dan keuangan, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005 Slide - 27
PERUBAHAN JUMLAH ORANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN 2010-2014 No. Lapangan Pekerjaan 2010 2014 (Feb) Perubahan (orang) Orang % (orang) 1 Pertanian 88.439 117.978 5,82 29.539 2 Pertambangan 4.786 28.003 1,38 23.217 3 Industri Pengolahan 208.080 126.575 6,25-81.505 4 Listrik, Gas, Air 3341 2.741 0,14-600 5 Bangunan 29.932 107.909 5,32 77.977 6 Perdagangan, Hotel, Restoran 122.627 190.031 9,38 67.404 7 Angkutan & Telekomunikasi 42.557 51.525 2,54 8.968 8 Keuangan 18.227 35.093 1,73 16.866 9 Jasa-Jasa 135.023 185.233 9,14 50.210 Total 653.012 845.088 41,70 192.076 Sumber: BPS Sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian (42,41%), perdagangan, hotel dan restoran (20,50%), dan jasa (17,91%). Selama 4 tahun, pekerja di sektor industri pengolahan dan listrik, gas dan air bersih masing-masing mengalami penurunan sebanyak 81.505 orang (39,17%) dan 600 orang (17,96%) Sementara itu, pekerja di sektor industri pengolahan hanya menyerap tenaga kerja 6,25% dan tingkat pertumbuhan penyerapan tenaga kerja relatif stagnan. Slide - 28
KOMPOSISI APBD PROVINSI KEP. RIAU AGREGAT PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan, Kemenkeu Hampir 53,84% dana APBD digunakan untuk belanja pegawai (28,28%) dan belanja barang jasa (25,57%). Sementara itu, porsi belanja modal yang merupakan investasi publik masih rendah sekitar 17,76%. Slide - 29
III. PENUTUP 30
RANGKUMAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEP. RIAU Tingkat pengangguran terbuka yang cenderung meningkat dalam tiga tahun terakhir dan berada di atas rata-rata nasional. Kesenjangan antar golongan maupun antar wilayah semakin meningkat yang ditunjukan dari Indeks Rasio Gini yang tidak berubah, dan tingkat kesenjangan ekonomi antarwilayah yang tinggi. Kontribusi PDRB sebagian besar dari sektor indusrti pengolahan, namun jumlah penyerapan tenaga kerja mengalami penurunan dalam lima tahun terkahir. Sebagian besar pinjaman masyarakat yang dilakukan di Kep. Riau adalah bersifat konsumtif sehingga perlu didorong ke dalam investasi yang bersifat produktif. Porsi belanja modal yang merupakan investasi publik masih rendah sekitar 17,76%. Slide - 31
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI KEP. RIAU Peningkatan investasi industri pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah dan memperluas lapangan kerja, terutama untuk meningkatkan pendapatan per kapita. Peningkatan fungsi intermediasi perbankan untuk mendorong akses permodalan usaha (investasi). Peningkatan porsi belanja modal pemerintah daerah untuk menstimulasi kegiatan perekonomian masyarakat. Peningkatan kualitas infrastruktur jalan dan suplai kelistrikan serta ketersediaan air. Slide - 32
REKOMENDASI DAN SARAN Mendorong peningkatan investasi industri pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah dan memperluas lapangan kerja, terutama untuk meningkatkan pendapatan per kapita. Pemberdayaan usaha kecil, menengah, dan koperasi khususnya dalam hal akses permodalan dan penguasaan teknologi tepat guna. Peningkatan kemudahan perijinan usaha dan penyederhanaan prosedur perijinan, melalui PTSP dan pengurangan biaya untuk memulai usaha. Peningkatan kualitas infrastruktur terutama jaringan jalan dan listrik serta ketersediaan air. Peningkatan porsi belanja modal APBD untuk pembangunan infrastruktur yang menjadi kewenangan daerah. Menerapkan iklim ketenagakerjaan yang lebih kondusif dengan tetap mempertimbangkan peningkatan produktivitas untuk menarik investor. Peningkatan koordinasi antara pemerintah daerah dan otoritas moneter di tingkat wilayah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif: peningkatan fungsi intermediasi perbankan di daerah, penjaminan kredit dan pengendalian inflasi daerah. Membatalkan perda yang bermasalah untuk meningkatkan kepastian berusaha. Slide - 33
Terima Kasih 34