1. PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
FISIOLOGI INDERA PENGECAP

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET PENGENDALIAN MUTU PANGAN

EFEK PENGGUNAAN KALDU INSTAN SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN MAKANAN TERHADAP EMBRIO MENCIT (Mus musculus)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Bahan tambahan makanan (food additive) adalah bahan atau campuran

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya Albertisia papuana Becc. Tumbuhan ini dikenal dalam beberapa

INDERA PENCIUMAN. a. Concha superior b. Concha medialis c. Concha inferior d. Septum nasi (sekat hidung)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2008) menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan hal biasa kita jumpai di setiap tempat di. dunia.kebiasaan ini sudah begitu luas dilakukan baik dalam lingkungan

Karakteristik mutu daging

GIZI SEIMBANG LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

Senyawa Pahit Senyawa Asin Perisa (Flavoring) Penguat Rasa (Flavor Enhancer)

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamat (MSG) banyak digunakan oleh ibu rumah. tangga dan industri makanan sebagai penyedap rasa seperti halnya garam,

PERANAN ZAT GIZI TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK Glutamat Sebagai Neurotransmitter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendirian Pabrik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari 60 tahun atau lebih (Departemen Kesehatan RI, 2001). Populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Periode usia bulan (toddler and preschooler) merupakan periode

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk fermentasi. Proses fermentasi mampu meningkatkan nilai gizi

KAJIAN RASA NIKMAT DAN PUAS UMAMI PENCEGAH SELERA MAKAN LEBIH BANYAK SEBAGAI DIET SEHAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasta gigi merupakan salah satu produk kesehatan yang paling kompleks.

10 Efek Bahaya MSG Bagi Kesehatan Jangka Panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bahan Ini Membuat Citarasa Masakan Semakin Kuat!

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

I. PENDAHULUAN. lemak dan kolesterol tinggi (Astiti dkk., 2008). Bahan pangan hewani sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

RINGKASAN Herlina Gita Astuti.

BAB VII. Fungsi Indera Pengecap

BAB 1 PENDAHULUAN. penting. Saat ini minuman dijual dalam berbagai jenis dan bentuk, serta

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

PENUNTUN PRAKTIKUM EVALUASI SENSORIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

Sifat Sensoris (Sensory Properties)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENALAN UJI ORGANOLEPTIK

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

PENGARUH PEMBERIAN KOMBUCHA TEA PER-ORAL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.) TUA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih lezat. Masyarakat Indonesia rata-rata mengkonsumsi MSG sekitar

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

<-- ' ' '\' l~i~ ;~~ B riicl~"':ii

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi gula adalah masalah utama yang berhubungan dengan. dan frekuensi mengkonsumsi gula. Makanan yang lengket dan makanan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH

Pengaruh sodium tripoliphosphat (STPP) terhadap sifat karak (kerupuk gendar) Noor Ernawati H UNIVERSITAS SEBELAS MARET I.

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai :(1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. resiko penyakit pada konsumen. Makanan fungsional ini mengandung senyawa atau

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kerupuk karak merupakan produk kering dari proses penggorengan,

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Umami merupakan bagian dari lima rasa dasar selain manis, asam, asin, dan pahit (Hallock, 2007). Umami merupakan rasa yang banyak ditemukan pada makanan siap saji, makanan ringan, serta masakan dengan basis rasa gurih. Umami dapat diperoleh dari kaldu yaitu dengan mengekstrak bahan bahan alami pada tulang daging sapi, ayam ikan maupun sayuran. Selain bahan alami umami juga dapat diperoleh dengan penambahan penguat rasa berupa Monosodium glutamat (MSG) (JECFA, 1987). MSG diperoleh dari proses fermentasi menggunakan molase dari gula beet, dan gula jagung. (IFIC,2009) Pada dasarnya penambahan MSG pada produk pangan merupakan hal yang aman, hal ini didukung oleh peraturan No.722/Menkes/Per/IX/1988 yang menyatakan bahwa tidak ada batasan Acceptable Daily Intake (ADI) terhadap konsumsi MSG. Penambahan MSG dengan kadar tertentu pada makanan juga dapat berfungsi untuk mengurangi penggunaan garam dapur sekitar 30% hingga 40% dari resep masakan, yang mana penggunaan garam dapur yang berlebihan memiliki dampak yang kurang baik antara lain memicu hipertensi, menurunkan densitas mineral pada tulang, dan kanker lambung ( Liem et al., 2011). Maka sangatlah perlu diketahui berapa batas MSG yang boleh ditambahkan pada produk pangan sehingga MSG dapat memberikan dampak positif pada produk pangan tanpa menimbulkan efek negatif pada kesehatan. Oleh karenanya, dilakukan penelitian tentang ambang batas konsumen terhadap rasa gurih tersebut, sehingga ketika digunakan, MSG dapat memberikan manfaatnya tanpa menimbulkan dampak yang tidak diharapkan. Kemampuan untuk merasakan merupakan salah satu kemampuan indera yang penting bagi manusia, yang didukung oleh indera pengecap. Bagaimanapun indera pengecap akan mengalami kerusakan saat individu mengalami penuaan, dimana reseptor pada lidah kehilangan unsur-unsur pengecap sehingga mempengaruhi turunnya sensasi rasa. Selain faktor usia, beberapa faktor sekunder seperti kondisi kesehatan, pola makan, 1

4 fungsi organ saliva (Akal et al., 2003). Selain itu masih menjadi kontroversi apakah jenis kelamin mempengaruhi tingkat kepekaan terhadap rasa, karena ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa wanita lebih peka dalam merasakan dibanding pria, tetapi ada pula yang menyatakan hal yang sebaliknya. Berdasarkan penelitian sebelumnya maka ingin diketahui apakah perbedaan usia serta jenis kelamin mempengaruhi presepsi pengecap rasa gurih. Untuk itu maka digunakan uji threshold, yang mana merupakan metode popular yang digunakan dalam menentukan sensitivitas terhadap rasa (Thaw, 1996). Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi produsen, terutama yang bergerak pada industri pangan dengan basis rasa gurih serta sebagai bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut. 1.2. Tinjauan Pustaka 1.2.1. Umami Umami merupakan rasa yang timbul dari faktor kimia yang mana menstimulasi syaraf lidah yang berakhir dirongga hidung (Meilgaard, 1999). Rasa umami timbul karena keberadaan asam glutamat dan asam amino (protein) dalam makanan. Mekanisme interpretasi umami dimulai ketika makanan masuk kedalam mulut kemudian dikenali oleh reseptor mglur4 atau T1R1/T1R3 pada lidah (Chaudhari et al, 2009). Pada awalnya umami diperoleh dari proses fermentasi kombu seaweed oleh Prof. Kikunae Ikeda, yang menghasilkan rasa yang unik yang kemudian disebut umami yang berasal dari kandungan asam glutamat. Asam glutamat ternyata juga terdapat pada bahan makanan lainnya seperti tomat, keju emental, scallop dan masih banyak lagi (IFIC, 2009). Selain itu umami juga dapat diperoleh penambahan senyawa kimia antara lain disodium gluanylate (GMP), disodium inosinate (IMP), serta mosodium glutamat (MSG) (Jinap, 2010). MSG merupakan senyawa kimia yang banyak diaplikasikan pada diet masyarakat. MSG merupakan bubuk kristal putih hasil fementasi dari molase yang berasal dari gula beet, maupun hidrolisa pati (FSANZ. 2003). MSG merupakan garam Natrium dari asam glutamat (Pusfitasari, 2006). MSG dengan rumus kimia C 5 H 8 NaNO 4. H 2 O memiliki massa molar 187,13 g / mol, memiliki tingkat kemurnian tidak kurang dari 99%, ph 6,7-7,2 (JEFCA, 1987). Dalam setiap

3 gram MSG terdiri atas 78,2% glutamat 12,2% natrium (Na) dan 9,6 % air (H 2 O) (Pusfitasari. 2006). MSG pada makanan berfungsi sebagai pemantap atau flavor enhance, sehingga tidak pengaplikasiannya pada produk pangan biasanya bersamaan dengan garam maupun gula. Selain fungsinya sebagai pemantap penambahan MSG pada produk pangan akan mengurangi penggunaan garam dapur sekitar 30% hingga 40% dari resep masakan. Hal ini dikarenakan di dalam MSG mengandung sepertiga sodium dari garam dapur (IFIC, 2009), yang oleh karena itu penambahan MSG yang terlalu berlebihan dapat meningkatkan asupan sodium pada diet masyarakat. Seperti kita ketahui asupan sodium yang berlebihan dapat meningkatkan resiko terhadap kesehatan antara lain memicu hipertensi, menurunkan densitas mineral pada tulang, dan kanker lambung (Liem et al., 2011), oleh sebab itu, perlu diketahui ambang batas terhadap umami sehingga dapat memaksimalkan fungsinya sebagai flavor enhance tanpa menimbulkan efek negatif. Gambar 1. Struktur formula C 5 H 8 NaNO 4 (JEFCA, 1987). 1.1.2. Ambang Batas Rasa (Threshold) Deteksi ambang batas (threshold) didefinisikan sebagai penentuan konsentrasi terendah larutan uji yang dapat secara konsisten dibedakan dari air distilasi (Henkin et al., 1963). Threshold merupakan ambang batas dari kapasitas sensori (Meilgaard et al., 1999). Metode yang popular digunakan dalam menentukan sensitivitas akan rasa adalah uji absolute threshold (Thaw, 1996). Threshold dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: o The absolute threshold Kadar terendah yang dapat dirasakan individu.

4 o Recognition threshold Level stimulus yang dapat dikenali atau didefinisikan. o The differential threshold Perbedaan terkecil pada intensitas stimulus yang dapat dirasakan oleh seseorang. o Terminal threshold Level stimulus yang tidak meningkatkan intensitas penerimaan kualitas yang sesuai untuk stimulus itu, di atas level ini sering terjadi rasa sakit (Meilgaard,1999). Rasa yang dirasakan pada dasarnya ditimbulkan oleh beberapa pengaruh, seperti kualitas rasa sendiri, intensitas, waktu, dan pola spasial. Kualitas rasa merupakan ciri yang paling penting dari sensasi rasa, karena kualitas rasa ini yang dapat menimbulkan rasa umami, manis, asam, asin, dan pahit itu sendiri. Intensitas berkaitan dengan kekuatan sensasi rasa yang menciptakan fungsi psikofisik. Pola waktu menggambarkan perjalanan waktu dari persepsi rasa dan topografi spasial yang berkaitan dengan pengalokasian sensasi rasa (Liem et al., 2011). 1.2.3. Jenis Kelamin dan Peningkatan Usia Mempengaruhi Taste Threshold Lidah mampu membedakan rasa, antara lain manis, asin, asam, pahit serta gurih atau umami. Lidah terdiri atas 50 sel epitel yang termodifikasi. Beberapa diantaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap. Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel di sekitarnya, sehingga beberapa di antaranya adalah sel muda dan lainnya adalah sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai dan larut. Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah, dan permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut dengan papilla yang memiliki reseptor untuk membedakan rasa makanan. Terdapat tiga jenis papilla, yaitu fungiform, foliate, dan circumvallate yang terletak pada lidah. (Sunariani, 2007). Perubahan dalam persepsi sebuah cita rasa (taste) sehubungan dengan penuaan sudah diteliti oleh beberapa peneliti, baik menggunakan manusia maupun hewan sebagai model percobaannya (Thaw, 1996). Tingkat sensitivitas yang lebih rendah juga

3 dikemukakan oleh Schiffman et al. (1994), yang menyatakan bahwa nilai threshold pada kelompok dewasa jauh lebih tinggi dibandingkan kelompok usia muda. Faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi terhadap rasa antara lain kebiasaan merokok, pertambahan usia (Akal et al, 2003). Dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa terjadi peningkatan absolute threshold seiring peningkatan usia, selain itu juga dikatakan bahwa pada orang yang kondisi kesehatannya kurang baik juga akan mengalami perubahan dalam mempersepsikan rasa (Kenway et al., 2004). Proses penuaan pada manusia sebenarnya telah terjadi sejak manusia dilahirkan dan berlangsung terus sampai mati. Proses penuaan dapat menimbulkan keluhan atau kelainan, baik pada jaringan keras ataupun jaringan lunak rongga mulut. Ketika bertambah tua, dengan menurunnya nafsu makan, dapat dipahami bahwa kelompok usia lanjut merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit dan cacat karena perubahan organobiologik tubuh akibat proses degeneratif alamiah. Selain faktor usia, faktor jenis kelamin dinyatakan juga mempengaruhi nilai threshold. Antar pria dan wanita memiliki tingkat sensitivitas rasa yang tidak sama. Jika dibandingkan antara pria dan wanita. Menurut Warnisari (2009) wanita cenderung memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi daripada pria. Hal ini juga dikemukakan oleh Saccucci (2005) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa wanita lebih peka dalam menanggapi rangsangan rasa manis dibanding pria, karena selama masa pubertas wanita menjadi lebih sensitif. Sedangkan dalam penelitian Akal et al (2003), menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dalam range usia 18-30 tahun. Hingga saat ini, masih menjadi sebuah kontroversi apakah terjadi perubahan persepsi rasa seiring penuaan pada manusia serta apakah ada pengaruh jenis kelamin dalam mempersepsikan rasa. Beberapa laporan mengatakan bahwa adanya pengaruh sekunder seperti kesehatan, fungsi organ saliva juga menyebabkan terjadinya penurunan dalam merasakan rasa pada subjek-subjek yang sudah tua. Berdasarkan ketidakpastian dan kejelasan hal-hal tersebut, dengan penelitian ini ingin diketahui apakah benar ada pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap persepsi pengecap rasa gurih.

4 1.3. Tujuan Tujuan penelitian kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap ambang batas (absolute threshold) umami.