BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bank di Indonesia mengalami proses pasang surut, dimulai pada

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/16/PBI/2006 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Pakto 88), menjadi 240 bank pada tahun Sedangkan Bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia perbankan mengharuskan setiap bank melakukan langkahlangkah

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga berperan

BAB I PENDAHULUAN. Paket Kebijakan Pakto (27 Oktober 1988) memberikan dampak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 1988, ketika pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. 49B1-9DDC-CB01AB6C60D0/19386/SejarahPerbankanPeriode pdf)

Sistem Informasi Perbankan, Pertemuan Ke-1 PENGENALAN BANK. DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. 1 Sejarah Perbankan Indonesia Periode Agustus 2012.

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 LOGO PT. BANK CIMB NIAGA TBK. Sumber :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan 2 cara, yaitu pertumbuhan dari dalam perusahaan (internal growth), atau

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2004 Bank Indonesia menerbitkan Arsitektur Perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan demi menjadi perusahaan yang unggul. Ketatnya persaingan antara

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/17/PBI/2006 TENTANG INSENTIF DALAM RANGKA KONSOLIDASI PERBANKAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara bertahap dan

-2- Dengan mempertimbangkan hal di atas dan sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Hasil Estimasi Persamaan untuk Kelompok Bank dengan Jumlah Kepemilikan Aset < Rp. 1 Trilyun

BAB I PENDAHULUAN. itu harus tetap dijaga dari hal-hal yang bersifat negatif. Artinya kalau masyarakat

No. 15/2/DPNP Jakarta, 4 Februari 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara, sebagaimana dijelaskuan dalam UU Perbankan No.10 Tahun 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi, salah satunya yaitu sektor keuangan yang mencakup industri perbankan. Perkembangan perbankan yang sangat pesat serta

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. membawa kehancuran bagi perekonomian negara Indonesia serta akibatnya sangat

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/9/PBI/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sebuah bank di Indonesia perlu diperhatikan oleh pemerintah agar tidak merugikan

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (PT.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1992 TENTANG BANK UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 PENUTUP. mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1824 dengan nama Nederlandsche

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

BAB I PENDAHULUAN. transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak yang kelebihan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PEDAHULUAN. sistem perekonomian. Bank umum syariah maupun bank konvensional memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan memiliki ciri-ciri dan karakteristik tersendiri sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham (Maximization shareholder wealth) dalam bentuk peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penjabaran demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila. dan Undang-undang Dasar Perbankan adalah merupakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

RANCANGAN POJK BANK PERANTARA

No. 9/32/DPNP Jakarta, 12 Desember 2007 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai perkembangan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan

BAB I PENDAHULUAN. fragmentasi pasar telah menciptakan persaingan yang sangat ketat antarperusahaan.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1992 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/15/PBI/2005 TENTANG JUMLAH MODAL INTI MINIMUM BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. adequacy ratio), batas maksimum pemberian kredit (legal lending limit), kualitas aktiva

BAB I PENDAHULUAN. bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam

No. 12/ 33 /DKBU Jakarta, 1 Desember 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum yang mengalami kasus pailit, begitu juga lembaga perbankan.

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS

I. PENDAHULUAN. Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu Negara,

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 56 /POJK.03/2016 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. waktu Pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan akhirnya

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 2/PLPS/2005 TENTANG LIKUIDASI BANK DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia saat ini maju sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya bank yang beroperasi di Indonesia menyebabkan perlunya dilakukan UKDW

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/15/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM PENGAWASAN KHUSUS DAN PEMBEKUAN KEGIATAN USAHA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SESUAI DENGAN UU RI NOMOR 7 TAHUN 2009

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa K

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan memiliki kedudukan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bank di Indonesia mengalami proses pasang surut, dimulai pada tahun 1983 dimana berbagai derelugasi (penghapusan atau pembatalan suatu peraturan) mulai dilakukan oleh pemerintah. 1 Berlanjut pada jangka waktu tahun 1988-1996 pertumbuhan perbankan berkembangan dengan pesat di Indonesia, sebagai akibat dari diterbitkannya Paket Kebijakan Oktober (Pakto) tahun 1988 dimana pemerintah saat itu mempromosikan konsep liberalisasi perbankan, akibatnya banyak berdiri bank-bank baru dengan hanya modal awal sebesar Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah). 2 Pertumbuhan jumlah bank baru yang tak terkendali membuat pemerintah pada tahun 1992 mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1992 yang bertujuan untuk menekan jumlah pertumbuhan bank baru dengan menaikkan modal minimum pendirian bank menjadi Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh miliar rupiah). Pertengahan tahun 1997 dunia perbankan di Indonesia mengalami 1 http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/paket-deregulasi-perbankan-indonesiatahun-1983-1997/ diakses tanggal 11 April 2014 pukul 21.40 2 http://tempo.co.id/ang/min/02/36/utama3.htm diakses tanggal 10 April 2014 pukul 20.32

2 keterpurukan sebagai akibat dari terjadinya krisis ekonomi dan krisis moneter yang melanda perekonomian Indonesia. 3 Konsep pertumbuhan dunia perbankan nasional secara signifikan tanpa kesiapan di dalam menghadapi resiko bank yang besar mengakibatkan dunia perbankan di Indonesia mengalami kesulitan yang sangat parah saat terjadi krisis perekonomian di Indonesia tahun 1997. 4 Banyak bank yang harus dilikuidasi atau penghentian kegiatan usaha, dan banyak pula bank yang harus dilakukan penggabungan dengan bank lainnya karena kekurangan modal (Capital Adequacy Ratio / CAR). Penggabungan bank yang muncul sebagai akibat kekurangan modal terjadi pada tahun 2002. Pemerintah melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) melakukan penggabungan terhadap Bank Bali, Bank Universal, Bank Prima Express, Bank Artamedia, dan Bank Patriot, yang setelah penggabungan menjadi Bank Permata. Pengalaman dunia perbankan nasional terkait dengan kurang kuatnya struktur permodalan saat menghadapi krisis, mendorong Pemerintah dan Bank Indonesia mulai tahun 2004 mulai memperkenalkan suatu cetak biru (blue print) dunia perbankan yang dikenal dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API), yang salah satu programnya adalah konsolidasi perbankan. Konsolidasi perbankan dimaksudkan untuk mewujudkan struktur perbankan Indonesia yang sehat dan kuat. Selain itu konsolidasi perbankan ini juga dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengawasan bank. Untuk mendukung terjadinya konsolidasi perbankan 3 Agus Budianto, Merger Bank di Indonesia Beserta Akibat-Akibat Hukumnya, (Jakarta: PT. Penerbit Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 4 4 Johannes Ibrahim, Penerapan Single Presence Policy dan Dampaknya Bagi Perbankan Nasional, (Jurnal Hukum Bisnis: volume 27-No-2 Tahun 2008), hlm 5

3 tersebut, maka pada tanggal 5 Oktober 2006 Bank Indonesia mengeluarkan Kebijakan Kepemilikan Tunggal Perbankan (Single Presence Policy). Kebijakan kepemilikan tunggal perbankan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia ini dimaksudkan agar setiap pihak, perorangan atau korporasi hanya boleh menjadi pemegang saham pengendali pada suatu bank. Pemegang saham pengendali berdasarkan Pasal 1 Ayat (3) Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/16/PBI/2006 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia tanggal 5 Oktober 2006 adalah badan hukum dan/atau perorangan dan/atau kelompok usaha yang memiliki saham bank sebesar 25%, atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan bank dan mempunya hak suara, atau badan hukum yang memiliki saham bank kurang dari 25% jumlah saham yang dikeluarkan bank dan mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian bank baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebijakan kepemilikan tunggal perbankan ini mewajibkan kepada semua pemilik bank khususnya pemegang saham pengendali untuk mengkonsolidasikan kepemilikannya di bank-bank yang dalam satu grup usahanya dengan batas waktu hingga tahun 2010. Bagi pihak-pihak yang menjadi pemegang saham pengendali di 2(dua) bank atau lebih bank, mereka diberikan 3(tiga) pilihan agar kepemilikannya pada bank sejalan dengan ketentuan kepemilikan tunggal perbankan. Pilihan yang diberikan oleh Bank Indonesia, yaitu yang pertama adalah melepas kepemilikannya sehingga hanya menjadi pemegang saham pengendali pada satu bank, yang kedua adalah menggabungkan (merger) bank yang dimiliki, dan yang

4 ketiga adalah membentuk atau mendirikan Bank Holding Company (BHC) dan mengalihkan kepemilikan bank kepada BHC. Kebijakan tentang kepemilikan tunggal perbankan ini dikecualikan bagi kantor cabang bank asing dan bank campuran. Pengecualian ini juga berlaku terhadap pemegang saham pengendali yang mengendalikan 2(dua) bank yang masing-masing melakukan kegiatan usaha dengan prinsip berbeda yakni secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah. Penggabungan bank di dalam Pasal 1 Angka (2) Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1999 memiliki pengertian penggabungan dari dua bank atau lebih, dengan tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank lainnya tanpa melikuidasi terlebih dahulu. Tata cara penggabungan bank diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank. Penggabungan bank menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 dapat dilakukan atas dasar adanya inisiatif dari bank yang bersangkutan, atau adanya permintaan dari Bank Indonesia, atau inisiatif dari badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan. Penggabungan bank yang dilakukan atas dasar adanya permintaan dari Bank Indonesia terjadi pada PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk sebagai akibat dari adanya kebijakan kepemilikan tunggal perbankan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Khazanah Berhad yang pada saat itu secara efektif, secara langsung maupun tidak langsung memiliki 93,60% saham PT Bank Lippo Tbk

5 dan 14,36% saham PT Bank Niaga Tbk memilih melakukan proses penggabungan keduanya dan memilih tetap menggunakan nama Bank Niaga yang nantinya akan berubah menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk, yang mana penggabungan ini secara efektif berlaku per 1 November 2008. Tata cara pelaksanaan penggabungan pada bank yang berbentuk Perseroan Terbatas secara umum dilaksanakan berdasar Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, namun secara khusus tata cara pelaksanaan penggabungan bank merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi. Tata cara pelaksanaan penggabungan bank, khususnya bank yang berbentuk Perseroan Terbatas memiliki kesamaan di dalam pelaksanaan penggabungannya dengan perusahaan lainnya yang berbentuk Perseroan Terbatas. Hanya saja di dalam tata cara penggabungan yang dilakukan oleh bank, di tahap akhir pelaksanaan penggabungan, bank yang melakukan penggabungan harus mengajukan permohonan izin penggabungan bank kepada Bank Indonesia, dengan tembusan kepada Menteri Hukum dan HAM. Selebihnya dari tahap awal penggabungan, masing-masing direksi bank yang akan melakukan penggabungan menyusun rencana penggabungan dengan persetujuan komisaris masing-masing bank, dan tahap akhir rencana penggabungan ini nantinya dibawa di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk disetujui memiliki kesamaan tahapan tata cara penggabungan dengan Perseroan Terbatas lainnya. Penggabungan yang dilakukan oleh PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk nantinya akan membawa dampak yang cukup besar, adanya penggabungan kedua bank ini menjadikan mereka menjadi bank urutan ke-5(lima) terbesar di Indonesia

6 dilihat dari jumlah aset, pendanaan, dan jaringan. 5 Selain dampak dari bertambahnya jumlah aset, pendanaan, dan jaringan yang dimiliki oleh Bank CIMB Niaga ini, secara umum masyarakat hanya melihat dari aspek terjadi perubahan kedudukan para pemegang saham mayoritas kedua bank tersebut nantinya. Padahal akibat yang timbul dari adanya penggabungan bank tersebut sangatlah kompleks dan beragam. Contoh yang mungkin bisa dijadikan dasar dari adanya pernyataan di atas adalah mengenai kelanjutan status dari para karyawan yang bank tempatnya bekerja dilakukan penggabungan, dan kedudukan para pemegang saham minoritas diantara kedua bank yang dilakukan penggabungan tersebut. Berdasarkan uraian di atas penulis akan melakukan penelitian tentang tata cara dan proses pelaksanaan penggabungan PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk berdasarkan pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank, serta akibat hukum hukum yang terjadi dari penggabungan PT Bank Niaga dan PT Bank Lippo Tbk tersebut, dan menuangkannya ke dalam bentuk skripsi yang berjudul Pelaksanaan Penggabungan PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk Menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk. 5 Rancangan Penggabungan PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk, disusun oleh direksi masing-masing bank, diterbitkan pada tanggal 3 Juni 2008 dan diterbitkan kembali pada tanggal 3 Juli 2008

7 B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, antara lain: a. Bagaimana tata cara penggabungan bank berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi? b. Bagaimana pelaksanaan penggabungan antara PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk menjadi PT Bank CIMB Niaga? c. Apa akibat hukum dari penggabungan antara PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk? 2. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini meliputi lingkup pembahasan dan lingkup bidang ilmu. Lingkup pembahasan adalah deskripsi tentang pelaksanaan penggabungan bank antara PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk. Lingkup bidang ilmu adalah hukum keperdataan (ekonomi), khususnya hukum perbankan. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk memperoleh penjelasan secara lengkap, rinci, jelas, dan sistematis mengenai:

8 a. Tata cara penggabungan bank berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi. b. Proses pelaksanaan penggabungan atara PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk. c. Akibat hukum dari penggabungan antara PT Bank Niaga Tbk dan PT Bank Lippo Tbk. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu: a. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan secara teoritis disiplin ilmu, khususnya hukum ekonomi yang berkaitan dengan penggabungan bank. b. Secara Praktis (1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas lampung (2) Sebagai bahan literatur bagi mahasiswa selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai hukum perdata ekonomi, khususnya tentang penggabungan bank. (3) Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Hukum Universitas Lampung.