I. PENDAHULUAN. 1 Sejarah Perbankan Indonesia Periode Agustus 2012.
|
|
- Ida Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bank swasta nasional yang sangat cepat dimulai pada tahun 1980an. Jumlah bank pada tahun 1988 adalah sebanyak 106 bank, kemudian meningkat menjadi 239 bank pada tahun 1996 (Statistik Perbankan Indonesia, ). Indikasi awal peningkatan pertumbuhan bank diawali dengan adanya era baru dalam dunia perbankan sejak bergulirnya paket deregulasi 1 Juni 1983 atau yang lebih dikenal dengan Pakjun 1983 yang menandai era liberalisasi sektor perbankan dan keuangan. Isi dari Pakjun 1983 menjelaskan bahwa pemerintah mengambil kebijakan untuk mengurangi regulasi yang dirasakan menghambat mekanisme pasar untuk mencapai tingkat profesionalisme dan efisiensi yang tinggi dengan memberikan kebebasan perbankan untuk menetapkan garis haluannya sendiri. Pakjun 1983 mengakibatkan jumlah bank, mobilisasi dana, bentuk kredit, jenis pembiayaan, volume transaksi dan jenis produk keuangan meningkat. Pada tahun 1988 terbit kembali Pakto 1988 yang mengeluarkan kebijakan menurunkan required reserve (RR) dari 15 persen menjadi 2 persen serta diberikan pelonggaran izin pendirian bank sehingga perbankan kembali tumbuh sangat pesat. Kondisi mendorong peran sektor perbankan dalam memobilisasikan dana masyarakat mengalami peningkatan yang sangat besar, namun disayangkan prinsip kehati-hatian (prudence) ada kecenderungan diabaikan 1. Pada tahun 1997, terjadi krisis yang melanda negara-negara di Asia. Krisis tersebut mempengaruhi sektor finansial terutama sektor perbankan, sehingga terjadi ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga institusi finansial tersebut. Kemudian terjadi bank rush yaitu penarikan uang secara besar-besaran oleh nasabah atau masyarakat akibat ketidakpercayaan masyarakat terhadap bank. Belajar dari pengalaman krisis moneter pada tahun 1997 Bank Indonesia sebagai regulator bank-bank di Indonesia membuat suatu arsitektur bagi perbankan di Indonesia yang dikenal dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Visi Arsitektur Perbankan Indonesia adalah menciptakan sistim perbankan 1 Sejarah Perbankan Indonesia Periode Agustus 2012.
2 2 yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistim keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Pada dasarnya implementasi API di Indonesia seiring dengan implementasi arsitektur keuangan global yang diprakarsai oleh Bank for Internasional Settlemenst (BIS). Wacana arsitektur keuangan global mulai berkembang sejak tahun 1998 yang menginginkan kestabilan keuangan global yang ditenggarai oleh pelajaran berharga pada masa krisis di kawasan Asia Tenggara pada tahun Salah satu pilar API dari enam pilar yang menjadi agenda perbankan ke depan adalah pilar pertama yaitu menyangkut struktur perbankan yang sehat. Menurut Suseno (2008), struktur perbankan yang sehat dan operasional yang efisien merupakan inti dari semua permasalahan perbankan karena baik buruknya industri perbankan akan banyak ditentukan oleh baik tidaknya struktur yang dibuat dan kebijakan yang efisien, di samping perlu adanya fungsi pendukung yang lain, seperti pengawasan dan peraturan yang efektif. Berdasarkan ketentuan API, bank harus meningkatkan modal untuk mencapai skala usaha. Modal yang lebih besar memungkinkan bank untuk mempertahankan usaha dan resiko serta melakukan pengembangan teknologi serta peningkatan kapasitas penyaluran kredit. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) mengeluarkan rekomendasi pada tanggal 9 Januari 2004 bahwa bank-bank umum (baik bank konvensional maupun syariah) harus memiliki modal minimum sebesar Rp 100 miliar selambatlambatnya sampai akhir tahun 2010, sehingga pada tanggal 1 Januari 2011 semua bank umum yang beroperasi diharapkan telah memiliki modal minimum Rp 100 miliar. Batasan modal minimum Rp 100 miliar yang direkomendasikan di dalam API tersebut adalah modal bank dalam bentuk modal inti yang dimiliki (Holis, 2006). Sehingga bagi bank-bank yang bermodal di bawah Rp 100 miliar sudah harus membenahi struktur permodalannya. Jika tidak mencapai 100 miliar maka BI akan mengenakan serangkaian retriksi kepada bank bersangkutan. Dalam rangka meningkatkan modal, bank diperbolehkan menerima tambahan modal dari pemilik lama, melakukan merger, atau diakuisisi oleh bank yang lebih besar, atau menjual saham pada pasar modal.
3 Bank Persero BUSN Devisa BUSN Non Devisa BPD Bank Campuran Bank Asing total Sumber : Statistik Perbankan Indonesia ( ) Gambar 1. Perkembangan Jumlah Bank dari Tahun 1996-Januari 2011 Dilihat dari jumlah secara keseluruhan bank-bank yang ada di Indonesia, terlihat adanya penurunan jumlah bank. Pada tahun 1996 jumlah bank sebanyak 239 dan kemudian turun menjadi 168 pada tahun 1998 (Gambar 1). Hal ini terjadi sebagai akibat terjadinya krisis moneter sehingga ada beberapa bank yang ditutup dan ada beberapa bank yang dimerger. Keputusan merger dan akuisisi diambil oleh perusahaan-perusahaan perbankan di Indonesia. Dari 101 bank yang merger dan akuisisi, 71 bank dilikuidasi dan hanya 30 bank yang masih beroperasi dan tidak berlangsung lama. Pada tahun 1998 sebanyak 18 bank dibekukan dan dilikuidasi, selebihnya 12 bank masih beroperasi hingga tahun 2001 (InfoBank 2001). Kasus merger bank di Indonesia yang menarik diantaranya Bank Mandiri. Bank Mandiri merupakan hasil merger empat bank pemerintah yang pada tahun 2002 menjadi bank terbesar dengan asset Rp 248,884 triliun. Kemudian sembilan bank menjadi Bank Danamon dengan asset Rp 54,297 triliun, kemudian muncul Bank Permata hasil merger lima bank dengan aset Rp 32,636 triliun (Martowardojo, 2002). Pada tahun 2004 merger dilakukan oleh beberapa bank karena adanya kebijakan dari API yang mewajibkan setiap bank memiliki modal inti minimum Rp 100 miliar. Hasil dari ketentuan tersebut mampu mendorong bank untuk
4 4 merger. Jumlah bank pada tahun 2004 sebanyak 132 menjadi 121 pada tahun Merger dan akuisisi merupakan langkah bank untuk meningkatkan kinerja dan skala usaha ekonomi. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2010) menunjukkan bahwa merger dan akuisisi tidak signifikan untuk meningkatkan efisiensi bank tetapi tergantung pada faktor-faktor kualitatif dari bank seperti efektivitas organisasi dan kemampuan managerial. Santoso (2010) mengukur rasio efisiensi dengan DEA (Data Envelopment Analysis) yang dipergunakan untuk perbandingan kinerja bank dengan menggunakan rasio Camel. Efisiensi dalam perbankan merupakan sebuah permasalahan yang sangat mendasar untuk dicari solusinya, karena efisiensi akan berpengaruh langsung terhadap profitabilitas dan struktur kekuatan permodalan bank (Capital Adequacy Ratio) yang saat ini sangat diperlukan untuk mempertahankan kinerja usaha perbankan. Tabel 1 hingga Tabel 3 menampilkan beberapa indikator perbankan yang menunjukkan indikator kinerja suatu bank. Indikator perbankan yang digunakan sebagai acuan dalam penentuan efisiensi biaya yang sering digunakan adalah rasio NPL (Non Performing Loan), BOPO (Beban Operasional Pendapatan Operasional) dan CER (Cost Efficiency Ratio). Rasio NPL menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL, maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank-bank dikategorikan sehat menurut Bank Indonesia jika memiliki nilai rasio NPL kurang dari 6 persen. Sehingga pergerakan nilai NPL menjadi hal yang sangat penting bagi bank. BOPO merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Semakin besar rasio BOPO maka semakin tidak efisien suatu bank. Bank yang nilai rasio BOPO-nya tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut tidak beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai dari rasio ini memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan operasional. Disamping itu, jumlah biaya operasional yang besar akan memperkecil jumlah laba yang akan diperoleh
5 5 karena biaya atau beban operasional bertindak sebagai faktor pengurang dalam laporan laba rugi (Iqbal, 2011). Cost efficiency ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar biaya non-bunga yang dikeluarkan suatu bank demi menghasilkan pendapatan bunga bersih dan pendapatan lainnya selain pendapatan bunga (Timothy dan Scott 2010, diacu dalam Iqbal 2011). Tabel 1. Rasio NPL Bank Merger dan Akuisisi dari Tahun Nama Bank (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Merger 1. Mandiri Danamon Sumitomo Mitsui Ind Mizuho Bank of Tokyo Mitsubishi Permata OCBC NISP Artha Graha Int Windu Kencana Int CIMB Niaga Commonwealth Rabobank Int UOB Ind Index Selindo Akuisisi 1. Hana Bank Victoria BRI Bank of India HSBC Sumber : Bank Indonesia Dilihat dari pergerakan nilai rasio NPL pada bank-bank merger dan akuisisi menunjukkan bahwa bank-bank tersebut mampu mengelola kredit yang bermasalah. Hal ini terlihat dari perkembangan nilai rasio NPL dari tahun 2002 hingga tahun 2011 yang mendekati kurang dari 6 persen. NPL yang cenderung menurun sehingga bisa mengurangi porsi Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dan mengalihkannya menjadi penerimaan dan selanjutnya bisa menaikkan laba.
6 6 Indikator lainnya untuk melihat sejauh mana bank mampu menekan biaya atau mampu menciptakan efisiensi biaya suatu bank dapat menggunakan rasio BOPO dan CER. Tabel 2. Rasio BOPO Bank Merger dan Akuisisi dari Tahun Nama Bank (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Merger 1. Mandiri Danamon Sumitomo Mitsui Ind Mizuho Bank of Tokyo Mitsubishi Permata OCBC NISP Artha Graha Int Windu Kencana Int CIMB Niaga Commonwealth Rabobank Int UOB Ind Index Selindo Akuisisi 1. Hana Bank Victoria BRI Bank of India HSBC Sumber : Bank Indonesia Kriteria sehat menurut Bank Indonesia dilihat dari rasio BOPO adalah kurang dari 96 persen. Rata-rata perkembangan rasio BOPO pada bank-bank merger dari tahun 2002 hingga tahun 2011 sudah mengalami penurunan nilai rasio BOPO hingga mencapai kurang dari 96 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa bank-bank yang merger cenderung efisien. Sedangkan untuk bank-bank yang akuisisi juga sudah mengalami penurunan nilai rasio BOPO dan rata-rata rasio BOPO kurang dari 96 persen. Besaran nilai rasio CER (Timothy dan Scott 2010, diacu dalam Iqbal 2011) untuk predikat sangat baik adalah persen dan semakin besar nilainya, semakin tidak efisien.
7 7 Tabel 3. Rasio CER Bank Merger dan Akuisisi dari Tahun Merger Nama Bank (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1. Mandiri Danamon Sumitomo Mitsui Ind Mizuho Bank of Tokyo Mitsubishi Permata OCBC NISP Artha Graha Int Windu Kencana Int CIMB Niaga Commonwealth Rabobank Int UOB Ind Index Selindo Akuisisi 1. Hana Bank Victoria BRI Bank of India HSBC Sumber: hasil pengolahan Rata-rata nilai rasio CER untuk bank-bank merger dari tahun 2002 hingga 2011 sudah mendekati predikat sangat baik, hanya bank Tokyo yang nilai rasio CER lebih dari 55 persen. Untuk bank-bank akuisisi juga sudah mendekati predikat bank yang sangat efisien dalam menekan biaya produksi bank tersebut, ini dibuktikan dengan perkembangan nilai rasio CER yang sudah berada kurang dari 55 persen, hanya bank HSBC yang perkembangan nilai rasio CER mengalami kenaikan sehingga dapat disimpulkan bahwa bank tersebut dari tahun 2002 hingga tahun 2011 semakin tidak efisien. Payamta dan Nursholikah (2001) dalam penelitiannya yang mengukur kinerja perbankan dengan menggunakan rasio CAMEL menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat kinerja bank sebelum dan sesudah merger. Hadad et al. (2003) juga melakukan perhitungan efisiensi perbankan Indonesia dengan menggunakan DEA. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kelompok bank
8 8 swasta nasional non devisa sebagai bank yang paling efisien. Seperti juga melalui SFA dan DFA dalam Hadad et.al. (2003a), penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui merger tidak selalu menghasilkan perbankan yang lebih efisien. Hasil dari beberapa penelitian sebelumnya banyak yang menunjukkan merger tidak bisa mencapai efisiensi yang lebih baik bagi sebuah bank, sehingga perlu dikaji kembali kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan BI sebagai bank sentral agar tidak menimbulkan gejolak dalam sektor perbankan. Untuk itu perlu dilihat kembali apakah keputusan untuk melakukan merger dan akuisisi itu dapat meningkatkan efisiensi dari sektor perbankan tersebut Perumusan Masalah Merger dan akuisisi merupakan sebuah pilihan agar perbankan di Indonesia bertindak lebih efisien, merger dan akuisisi juga dapat meningkatkan skala ekonomi dan scope ekonomi, memperbaiki efisiensi dari bank yang merger, membuat bank hasil merger memiliki market power yang lebih besar atau meningkatkan size dari manajemen (Santoso, 2010). Tujuan dari merger dan akuisisi adalah meningkatkan efisiensi perbankan karena dengan merger dan akuisisi memungkinkan bank untuk menjadi lebih efisien dan mengurangi biaya operasi bank tersebut atau meningkatkan pendapatan bank tersebut. Jika diukur dari tiga aspek penilaian kinerja perusahaan perbankan yaitu dengan menggunakan rasio NPL, BOPO dan CER menunjukkan dari hasil perhitungan tersebut secara keseluruhan bank-bank yang merger dan akuisisi di Indonesia sudah hampir semua memenuhi kriteria tingkat kesehatan perbankan. Oleh karena itu dalam industri perbankan dituntut untuk meningkatkan kesehatannya sehingga akan meningkatkan kinerja. Kinerja bank yang hanya mendasarkan pada ukuran-ukuran seperti BOPO, NPL dan CER belum cukup untuk mencerminkan kesehatan perbankan secara keseluruhan. Oleh karena itu perlu dibangun satu indikator yang lebih komprehensif melalui perhitungan tingkat efisiensi. Berdasarkan latar belakang kebijakan API untuk meningkatkan efisiensi dari bank-bank yang ada di Indonesia dengan merger dan akuisisi dan juga ingin
9 9 melihat kinerja perbankan dari efisiensinya dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini,yaitu: 1. Bagaimana tingkat efisiensi bank-bank di Indonesia yang dimerger/akuisisi dilihat dari fungsi biaya dan fungsi keuntungan? 2. Bagaimana kondisi skala ekonomi (economies of scale) yang terjadi pada bank di Indonesia, dengan kata lain apakah bank-bank yang dimerger/akuisisi lebih baik bagi dunia bank di Indonesia? 3. Bagaimana tingkat efisiensi bank-bank yang dimerger/akuisisi diantara kelompok peer groupnya? 1.3. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah sesuai dengan perumusan masalahnya, yaitu: 1. Mengkaji tingkat efisiensi bank-bank di Indonesia yang dimerger/akuisisi dengan menggunakan fungsi biaya dan fungsi keuntungan. 2. Menganalisis skala ekonomi (economies of scale) pada bank-bank Indonesia, sebagai suatu parameter dalam menilai keunggulan biaya bankbank yang dimerger/akuisisi. 3. Mengkaji tingkat efisiensi bank-bank di Indonesia yang dimerger/akuisisi diantara kelompok peer groupnya Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Memberikan informasi pada pembaca mengenai tingkat efisiensi perbankan di Indonesia setelah dilakukan tindakan merger/akuisisi. 2. Sebagai masukan bagi para pengambil keputusan perusahaan perbankan yang melakukan merger dan akuisisi dalam melakukan analisisnya Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan terhadap 19 bank-bank yang merger dan akuisisi berdasarkan kepemilikannya, yang terdiri dari bank milik pemerintah, milik daerah, milik swasta nasional dan swasta asing. Kemudian penelitian ini juga melihat perbankan yang melakukan merger dan akuisisi, maupun yang tidak
10 10 melakukan merger dan akuisisi (dalam kelompok peer group). Kurun waktu data yang digunakan berdasarkan dari tahun terakhir ketersediaan data yaitu dari tahun
EFISIENSI BANK-BANK MERGER DAN AKUISISI DI INDONESIA LIFI ANA
EFISIENSI BANK-BANK MERGER DAN AKUISISI DI INDONESIA LIFI ANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 i PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat internasional, Perhimpunan bank-bank umum nasional (Perbanas)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya peningkatan daya saing industri perbankan nasional di tingkat internasional, Perhimpunan bank-bank umum nasional (Perbanas) mengusulkan adanya merger Bank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan perusahaan jasa yang menyediakan jasa bagi seluruh lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama sebagai lembaga intermediasi, yaitu menghimpun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun 2015 mengalami perlambatan, yaitu sebesar 4,79% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 5,02% (Berita Resmi Statistik No.16/02/Th.XIX,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting karena sifatnya sebagai lembaga intermediasi yaitu bertindak sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pilar ekonomi, sektor perbankan memiliki peran yang sangat penting karena sifatnya sebagai lembaga intermediasi yaitu bertindak sebagai mediator antara pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. dilakukan melalui berbagai kebijakan di bidang perbankan tujuan utamanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didalam Undang-Undang nomor 10 Tahun 1998 yang dikeluarkan pada tanggal 10 November 1998 tentang perubahan dari Undang-Undang nomor 7 Tahun 1992 yang menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 1988 tentang perubahan Undang Undang nomer 7 tahun 1992 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang - Undang RI Nomor 10 tahun 1988 tentang perubahan Undang Undang nomer 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah bank badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk membantu perkembangan perekonomian bangsa agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran lembaga keuangan di era globalisasi yang serba modern ini sangat diperlukan untuk membantu perkembangan perekonomian bangsa agar tidak menjadi bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank, maka dituntut adanya pelaksanaan usaha yang berkaitan erat dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan terpenting dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi yang memiliki arti yaitu Lembaga keuangan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan salah satu sektor yang sangat mempengaruhi kegiatan perekonomian, karena menjalankan fungsi intermediasi keuangan. Bank sebagai lembaga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dan perbedaan kecepatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dan perbedaan kecepatan pertumbuhan yang terjadi diantara negara maju dan negara berkembang khususnya pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya Indonesia. Peran yang dijalani oleh Bank tidak terlepas dari fungsinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara, salah satunya Indonesia. Peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada prinsipnya Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam sektor perbankan. Hal ini antara lain dipicu pengalaman negara-negara di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 telah berakibat sangat berat bagi perekonomian nasional. Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun
Lebih terperinciSistem Informasi Perbankan, Pertemuan Ke-1 PENGENALAN BANK. DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku
PENGENALAN BANK DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku Menurut UU no. 10 th 1998 Bank : Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
Lebih terperinciV. EFISIENSI BANK-BANK MERGER DAN AKUISISI DI INDONESIA
V. EFISIENSI BANK-BANK MERGER DAN AKUISISI DI INDONESIA 5.1. Statistik Deskriptif Variabel Input dan Output Efisiensi merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur kinerja suatu lembaga atau perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Diawali pada tahun 1983, ketika berbagai macam deregulasi dilakukan oleh pemerintah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan berbagai macam lembaga keuangan. Lembaga-lembaga keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi saat ini tidak dapat terlepas dari perkembangan berbagai macam lembaga keuangan. Lembaga-lembaga keuangan tersebut yang paling besar peranannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam kegiatannya meliputi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu badan usaha yang beroperasi di bidang keuangan dalam kegiatannya meliputi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat sepenuhnya terlepas dari pengaruh perkembangan lembaga keuangan. Lembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesuksesan pembangunan nasional dapat diukur dari seberapa besar kemajuan pembangunan ekonomi dari negara tersebut. Dalam proses pembangunan ekonomi tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank
I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomer 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan bank dalam mendapatkan keuntungan yaitu menggunakan Return On
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serangkaian deregulasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) telah membawa
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perbankan nasional sebagai salah satu media lalu lintas keuangan global, memegang peranan penting bagi stabilitas sistem keuangan nasional. Melalui serangkaian deregulasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang kekurangan
Lebih terperinciKegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:
BAB I PENGENALAN BANK A. Pengertian Bank Bank berasal dari bahasa Italia Banco yang berarti Bangku Menurut UU No. 10 Tahun 1998, definisi Bank adalah: Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan operasinya tanpa melakukan rekapitulasi sehingga pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis keuangan tahun 1997 yang melanda Indonesia telah menghancurkan perekonomian Indonesia yang salah satunya adalah industri perbankan yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perbankan di Indonesia saat ini memang sangat baik, dimana terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus) dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Daftar nama bank yang termasuk dalam objek penelitian ini adalah 10 bank berdasarkan total aset terbesar di tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana. Dengan demikian, sektor perbankan memiliki peran yang strategis dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan lagi kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan demikian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kestabilan perekonomian disuatu negara ditentukan oleh banyak faktor salah satunya adalah sektor perbankan sektor perbankan merupakan jantung dalam sistem perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dua nasabah yang berbeda, satu pihak merupakan nasabah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Sebagai perantara keungan, artinya bank menjembatani kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak yang kelebihan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak yang kelebihan dana (surplus fund). Pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Diawali pada tahun 1983, ketika berbagai macam deregulasi dilakukan oleh pemerintah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta infrastruktur sistem keuangan. Bank merupakan suatu bagian dari sistem keuangan tersebut. Jika dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian yang integral dalam upaya deregulasi pemerintah. Tujuan utama
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berbagai kebijakan reformasi di bidang keuangan yang merupakan bagian yang integral dalam upaya deregulasi pemerintah. Tujuan utama deregulasi adalah mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki karakteristik tersendiri dan dalam pengelolaannya disesuaikan dengan karakteristik tersebut. Salah satu karakteristik yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bank di Indonesia mengalami proses pasang surut, dimulai pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bank di Indonesia mengalami proses pasang surut, dimulai pada tahun 1983 dimana berbagai derelugasi (penghapusan atau pembatalan suatu peraturan) mulai
Lebih terperinciAnalisis Hubungan Antar Variabel Input dan Output
IV. Analisis Hubungan Antar Variabel Input dan Output 4.1. Perkembangan Biaya dan Laba Pola gambaran perkembangan dari total biaya dan total laba dari masingmasing bank berdasarkan kelompoknya akan dijelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi Bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2012:3). Pengertian bank dalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan lainnya dari pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. financial intermediary, yaitu suatu lembaga yang berperan menghimpun dana dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial intermediary,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak pula kebutuhan dan keinginan masyarakat sehingga menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan perekonomian dewasa ini semakin banyak pula kebutuhan dan keinginan masyarakat sehingga menyebabkan kebutuhan masyarakat akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial intermediary,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan dampak bagi perekonomian di indonesia terutama pada struktur perbankan. Hal ini menyebabkan krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan merupakan industri yang syarat dengan risiko, terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk berbagai investasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan Indonesia telah menjadi industri yang hampir seluruh aspek kegiatannya diatur oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Regulasi tersebut menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) yaitu sebagai lembaga perantara dua belah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Lebih terperinci2015 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SETELAH MERGER BERD ASARKAN FORMULA CAMEL
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri perbankan dalam memasuki era globalisasi, era pasar bebas dan persaingan usaha yang semakin luas, menuntut perusahaan harus berpikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat Indonesia akan keberadaan bank sudah sangat dirasakan saat ini, bagaimana tidak karena bank dijadikan sebagai tempat untuk melakukan transaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern baik dari segi ragam produk, kualitas pelayanan, maupun teknologi yang dimiliki. Perbankan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
123 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Perkembangan Capital Adequacy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan rasio keuangan yang salah satu diantaranya adalah Return On Equity
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank memiliki tujuan utama yaitu untuk memperoleh keuntungan yang dapat digunakan untuk membiayai operasi dan melakukan pengembangan. Untuk mengukur tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (pakjun 1983) dan paket kebijakan oktober 1988 (pakto 1988). Deregulasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perbankan di Indonesia sangat pesat setelah terjadi deregulasi di bidang keuangan, moneter dan perbankan pada paket kebijakan Juni 1983 (pakjun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan (finansial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan (finansial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa adanya pembangunan ekonomi yang baik dari suatu bangsa. Dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi yang saat ini semakin meningkat menunjukkan bahwa adanya pembangunan ekonomi yang baik dari suatu bangsa. Dalam pembangunan ekonomi peran perbankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank yang tidak mampu untuk tetap melanjutkan usahanya. Pertengahan tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia sempat mengalami keterpurukan sebagai imbas dari krisis perekonomian yang melanda kawasan Asia pada tahun 1997. Salah satu akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Pakto 88), menjadi 240 bank pada tahun Sedangkan Bank
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I : Laporan Keuangan Bank CIMB Niaga Tahun 2006, 2007 Dan 2008... 83 Lampiran II : Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasian Bank CIMB Niaga Tahun 2006, 2007 dan 2008... 93 Lampiran
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya akan dapat mendorong efektivitas kebijakan moneter. Salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank Indonesia merupakan bank sentral yaitu suatu lembaga yang memiliki peran penting dalam perekonomian terutama di bidang moneter, keuangan, dan perbankan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan masalah ekonomi financial. Sesuai dengan UU RI No 10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan perbankan memiliki hubungan yang sangat erat khususnya yang berkaitan dengan masalah ekonomi financial. Sesuai dengan UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan adanya persaingan bebas dan globalisasi. Persaingan bebas dalam dunia bisnis ditandai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga intermediasi keuangan, kegiatan bank sehari-hari tidak dapat dipisahkan dari bidang keuangan. Kegiatan utama suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki fungsi sebagai Financial Intermediary yaitu. mendapatkan keuntungan dapat dihitung dengan menggunakan rasio keuangan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank memiliki fungsi sebagai Financial Intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana ke masyarakat yang kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap Negara menetapkan rencana pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan kemakmuran bagi seluruh anggota masyarakatnya. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 49B1-9DDC-CB01AB6C60D0/19386/SejarahPerbankanPeriode pdf)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis moneter yang melanda Asia telah menelan banyak korban diberbagai negara Asia, khususnya Singapura, Korea Selatan, Thailand, Malaysia bahkan juga mengimbas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan atau financial intermediary yang mengandalkan kepercayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri perbankan pada dasarnya adalah industri yang bergerak pada bidang penghimpunan dana yang mana bank adalah lembaga yang menjadi media perantara keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal yang diperlukan untuk selalu meningkatkan perekonomian suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi yang terjadi saat ini telah merubah aspek dalam ekonomi, politik serta budaya. Ekonomi lebih cepat tumbuh membuat lebih banyak pula modal yang diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, setiap negara berlomba-lomba mencapai kesejahteraan nasional secara merata. Hal tersebut menjadi salah satu elemen penting agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. dan inovatif. Contoh : produk produk dari China yang memiliki nilai. bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas membuat persaingan usaha semakin ketat. Karena perdagangan bebas dapat menyebabkan usaha kecil maupun menengah terlengser sehingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam mendukung terlaksananya aktivitas usaha di segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank, yaitu bank yang dapat memberikan layanan keuangan berkualitas bagi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persaingan dalam industri perbankan kini semakin tajam, terlebih didorong oleh perkembangan pengetahuan masyarakat yang semakin selektif dalam memilih bank, yaitu
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan komparatif. Sumber data
28 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Sumber Data Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan komparatif. Sumber data penelitian ini yaitu berasal dari data sekunder berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas utamanya sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihakpihak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara keseluruhan bank merupakan suatu lembaga keuangan yang tugas utamanya sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihakpihak yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara sebagai lembaga keuanganan. Menurut Undang-Undang Nomor 7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak dibidang keuangan yang memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga keuanganan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai rupiah terhadap dolar Amerika serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan sengit antar bank dalam penghimpunan dana masyarakat (giro, tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank komersil mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Paket Kebijakan Pakto (27 Oktober 1988) memberikan dampak yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Paket Kebijakan Pakto (27 Oktober 1988) memberikan dampak yang cukup signifikan dalam dunia perbankan, dimana kebijakan tersebut mendorong kemudahan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat komplektisitas yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Komplektisitas yang tinggi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Industri Perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut, dimulai pada tahun 1983 ketika berbagai macam deregulasi dilakukan
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri Perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut, dimulai pada tahun 1983 ketika berbagai macam deregulasi dilakukan pemerintah Indonesia. Kemudian bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ket: = Jenis bank yang diteliti. Bank Perkreditan Rakyat (1837) Bank Umum (120) (1683) Bank Pemerintah Unit Usaha Syaiah (1)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, perbankan merupakan sesuatu yang berkaitan dengan bank, baik yang berkaitan dengan kelembagaan, kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin ketat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang membuka peluang usaha semakin lebar secara langsung menciptakan persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin ketat. Globalisasi menghadirkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, selain membuka peluang bisnis yang kian mendunia, pelaku bisnis juga dihadapkan dengan permasalahan yang semakin kompleks dan dinamis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya bank adalah suatu industri yang bergerak dibidang kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan antara pihak yang memiliki
Lebih terperinci