BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sawit di Kebun Botani di Buitenzorg, sekarang dikenal sebagai Kota Bogor, di Pulau Jawa pada

OPEN DATA + INDUSTRI EKSTRAKTIF. Transparansi dan Akuntabilitas Penerimaan dan Belanja di Sektor Sumberdaya Ekstraktif

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

Evaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BAB III METODE PENELITIAN. realitas subyektif yang dianut oleh objek penelitian, dalam hal ini adalah Jaringan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

CATATANKEBIJAKAN. Peta Jalan Menuju EITI Sektor Kehutanan. No. 02, Memperkuat Perubahan Kebijakan Progresif Berlandaskan Bukti.

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar

Mengarusutamakan Masyarakat Adat dalam Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PAR. Dr. Tantan Hermansah

Pemberantasan Korupsi di Sektor Kehutanan dan Perkebunan

III. METODE PENELITIAN. Metode kualitatif menurut Sugiono (2011:7) adalah proses penelitian dan

Australia Awards Indonesia

Laporan Kegiatan Workshop : Advokasi dan Berjejaring sebagai Bagian penting dalam Pengembangan Program Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

PERSPEKTIF KEADILAN DALAM REDD+

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan

STUDI LAND TENURE (LTS)

III. METODE PENELITIAN. (2010), penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

PELUANG PENGELOLAAN HUTAN OLEH MUKIM DAN PENYIAPAN MASYARAKAT ADAT UNTUK MENGANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM

Kerangka Acuan Pemilihan Wakil Masyarakat Sipil dalam Tim Pelaksana EITI Indonesia Periode

Shared Resources Joint Solutions

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

INSTITUT PERTANIAN BOGOR LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PUSAT STUDI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia,

5. PIHAK-PIHAK TERKAIT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP MTA Gemolong yang berlokasi di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan penulis untuk memahami usaha Perpustakaan

BAB III METODE PENELITIAN

INDEKS TATA KELOLA HUTAN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan apa saja yang ada di lokasi penelitian.

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia

POTRET KETIMPANGAN v. Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

Hidup dan Sumber Daya Alam

PENYIAPAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM URUTAN PRESENTASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Latar Belakang. Sejumlah peraturan negara mengamanatkan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang efektif:

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

Tata kelola hutan yang baik tidak dapat

RPI Politik dan Hukum Pengurusan Hutan

REMBUK NASIONAL BIDANG 8 LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JAKARTA, 23 OKTOBER 2017

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENGANTAR. menyebarkan informasi (Williams, 2007). Berdasarkan definisi yang dikemukakan

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan berbagai jenis metodologi penelitian. Dalam penelitian ini,

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

NAMA JABATAN : KASUBPOKJA PERENCANAAN PROGAM DAN ANGGARAN ATASAN LANGSUNG : KAPOKJA PERENCANAAN ANGGARAN DAN HUKUM

III. METODE PENELITIAN

Mengkonstruksi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Sektor Perkebunan Sawit. Presentasi Pengantar Diskusi Oleh Sawit Watch

Kedaulatan dan Kemandirian Masyarakat Adat Melalui Pencapaian Pengelolaan Hutan Adat Lestari

SALINAN SKKNI FPM. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) STANDAR KOMPETENSI KERJA FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

METODE KAJIAN. Tipe Dan Aras Kajian. Tipe Kajian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mencapai sesuatu, dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan

Bagian A Deskripsi Program dan Tujuan Hibah 4 Bagian B Petunjuk Proposal Hibah 5 a.penyelesaian dan penyerahan proposal hibah 5

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dalam Undang Undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup,

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Lexy J. Moleong (2005), 1

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

MODUL 1: MENENTUKAN PERMASALAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Seminar dengan tema Penentuan Kebutuhan Hutan Tetap Lestari untuk Mendukung Pencapaian SDGs

BAB III METODE PENELITIAN

REVIEW Pengelolaan Kolaborasi Sumberdaya Alam. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Pengelolaan Kolaboratif SumberdayaAlam: Pengantar Diskusi

BAB III METODE PENELITIAN Paradigma Penelitian Menurut Bogdan dan Biklen, paradigma adalah kumpulan longgar dari

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam keluarga-keluarga ibu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan penelitian analisis-kualitatif yaitu penelitian yang temuantemuannya

III. METODE PENELITIAN. data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP)

Bahan Kuliah Materi Penelitian Kualitatif 1 Jurusan Antropologi FISIP UNAND

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN

Transkripsi:

30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan secara kualitatif sesuai dengan kerangka analisis yang diajukan penulis yang kemudian dipakai untuk mendesain penelitian yang dilakukan (Cresswell, 2003). Pendekatan yang dipakai itu dipakai sebagai alat melihat dan menggali yang dapat dilakukan sepanjang melakukan penelitian. Dalam penelitian ini akan mendeskripsikan peran negara maupun korporasi dan respon dari masyarakat atau kelompok masyarakat dalam kasus yang dipilih untuk mendapatkan gambaran tentang perlawanan yang terjadi dan fenomena gerakan sosial yang terbentuk karena konflik pengelolaan perkebunan sawit. Pendekatan studi kasus dipakai sebagai strategi untuk memberikan gambaran perlawanan terhadap perkebunan dan memberikan informasi yang mendalam tentang gerakan sosial yang terbentuk dalam perlawanan terhadap perkebunan sawit. Studi kasus oleh Stake dalam Creswell (2003) didefinisikan sebagai pendekatan untuk mengeksplorasi program secara mendalam, peristiwa, kegiatan, sebuah proses, atau yang berkaitan dengan satu atau lebih orang. Kasus tersebut dapat dibatasi oleh waktu dan peristiwa, dan peneliti mempergunakan informasi yang detil dengan berbagai cara atau prosedur koleksi data selama jangka waktu berlangsung, jadi lebih ditentukan oleh unit analisanya. Melalui studi kasus akan dapat dideskripsikan faktor-faktor yang berperan dalam gerakan lingkungan sebagai sebuah gerakan sosial dengan perspektif Teori Gerakan Sosial Baru atau Teori Mobilisasi Sumberdaya. 3.2. Peran Peneliti Dalam topik penelitian ini, peneliti adalah pemerhati terlibat yang telah mulai bekerja di kelompok lingkungan dari tahun 1995, awal mulanya peneliti bergabung dalam Jaringan Bioforum sebuah koalisi yang bertujuan untuk memonitor implementasi dari konvensi keanekaragaman hayati. Setelahnya penulis aktif di Yayasan Telapak Indonesia yang melakukan kegiatan advokasi monitoring hutan dan melakukan kampanye illegal logging, dan saat yang kurang lebih sama mulai terlibat aktif dalam pembentukan Forest

31 Watch Indonesia, sebuah jaringan yang mendorong adanya transparansi data dan informasi kehutanan dan praktek-praktek kehutanan. Di jaringan ini penulis memiliki kesempatan untuk mempelajari sistem alokasi dan manajemen kehutanan di Indonesia yang juga meliputi kebijakan perkebunan dan alokasi dari TGHK (Tata Guna Hutan Kesepakatan) di Indonesia saat menjadi salah satu peneliti dalam data spasial dan informasi kehutanan di Indonesia. Dalam pekerjaannya untuk isu kehutanan terutama agroforestry di Indonesia terutama yang berkaitan dengan kebijakan kehutanan, hutan kemasyarakatan dan hutan adat dan isu tenurial di sebuah lembaga penelitian agroforestry internasional. Selain itu sebelum isu ekspansi sawit merupakan salah satu isu yang mendorong terjadinya deforestasi dan menjadi perhatian setelah terjadinya kebakaran hutan pada tahun 1997-1998 yang berdasarkan hasil penelitian diakibatkan oleh pembukaan hutan untuk perkebunan sawit, di beberapa wilayah tersebut, peneliti terlibat dalam pengelolaan kerjasama penelitian sehingga dalam rentang waktu tersebut peneliti memiliki keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan dalam gerakan lingkungan ini dan memiliki catatan pengamatan lapangan terhadap lokasi-lokasi konflik pengelolaan perkebunan sawit dengan komunitas lokal di beberapa wilayah seperti Kabupaten Lampung Barat, Sumatera Barat, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur; dan pengalaman keterlibatan tidak secara langsung seperti di wilayah Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Nangroe Aceh Darussalam. Observasi lapangan, dan dan kegiatan lapangan di beberapa wilayah yang memiliki konflik sawit yang pernah diikuti dapat membantu peneliti memahami situasi lapangan dalam penelitian ini. Pengalaman observasi lapangan tersebut membantu peneliti untuk mendapatkan informasi dan aksi gerakan dan negosiasi yang terjadi dan juga jejaring di tingkat lokal. Walaupun peneliti terlibat dalam kegiatan jaringan kerja yang bersifat nasional, terutama untuk isu yang berkaitan dengan kehutanan dan kebijakan kehutanan, peneliti tidak pernah menjadi anggota jaringan kerja pemantau sawit. Peneliti lebih terlibat pada aliansi dalam mendorong reformasi kebijakan kehutanan maupun reformasi agraria, dan bekerjasama dalam kerangka tersebut dimana topiknya bersinggungan seperti pembahasan kasus tenurial di kawasan hutan yang dilepaskan untuk perkebunan sawit atau isu-isu seperti FPIC (Free Prior Inform Consent). Keterlibatan lainnya adalah secara tidak

32 langsung, karena peneliti adalah anggota Jaringan Kerja FWI (Forest Watch Indonesia) yang mengadvokasi transparansi data dan informasi sektor kehutanan dan memiliki kedekatan dan kerjasama dengan Perkumpulan Sawit Watch sebagai aliansi strategis yang memiliki perhatian pada masalah deforestasi hutan dan transparansi data dan informasi kehutanan. Posisi peneliti selama dua setengah tahun terakhir tidak terlibat aktif dalam jejaring tersebut maupun jejaring gerakan lingkungan lainnya karena peneliti bekerja di luar topik dan isu sawit dan fokus pada kegiatan akademik. Namun demikian peneliti dalam selang waktu ini pernah menjadi asisten fasilitator CAO yang memfasilitasi resolusi konflik di Sambas. Dan pernah bekerja untuk memfasilitasi pembentukan Jaringan PWYP (Publish What You Pay) yang menyebabkan peneliti juga bekerja pada Jaringan Kerja Transparansi Indonesia dan aliansi strategisnya yang merupakan sebuah lingkaran jaringan kerja yang berbeda dari kelompok-kelompok lingkungan lainnya. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sekitar Bogor dan Jakarta, dan melalui semi terstruktur baik melalui atau melalui saluran telekomunikasi bagi informaninforman yang tidak tinggal di sekitar Jakarta dan Bogor, atau sukar ditemui karena kesibukannya (Lihat Tabel 3, Jadwal Pelaksanaan Kegiatan di Halaman 33). Informan-informan dipilih berdasarkan keterlibatannya dalam kelompok-kelompok yang telah melakukan negosiasi dan interaksi antara masyarakat dan korporasi dan pendampingan oleh kelompok-kelompok kepentingan dalam isu sawit. Karena jaringan LSM dan jaringan multipihak biasanya berlokasi di Jakarta dan Bogor maka banyak dilakukan di Kota Jakarta maupun di Bogor sesuai dengan kesepakatan waktu yang diberikan oleh informan-informan yang akan dii. Wawancara dan pengumpulan dokumen ternyata dilakukan selama lebih dari 2,5 bulan karena terkendala oleh waktu para informannya dan juga untuk dapat menjelaskan kepada organisasi yang akan diteliti sebagai organisasi gerakan sosial. Presentasi hasil dilakukan tanpa melalui konsultasi atau pengecekan atas data-data organisasi Sawit Watch terlebih dahulu berhubung kendala dari informan-informan atas informasi yang lebih akurat. Selain itu untuk mendapatkan akses terhadap informasi-informasi yang sensitif tentang keorganisasian, penulis perlu melakukan pendekatan dan penjelasan yang lebih

33 baik tentang maksud dan tujuan penelitian gerakan anti sawit dilakukan, waktu yang terbatas merupakan kendala terbatas karena batasan waktu studi penulis dalam menggali data dan melakukan analisis berdasarkan informasi yang terbatas selain dari aktifitas dan kegiatan staf-staf Perkumpulan Sawit Watch di dalam maupun luar negeri yang cukup tinggi. Beberapa dokumen-dokumen organisasi dapat diakses di akhir masa pengambilan data dan penulisan terhadap keorganisasian Sawit Watch. Analisis dapat dilakukan setelah ada pemahaman lebih baik tentang tujuan-tujuan dari penelitian dilakukan sehingga pada saat perbaikan draft penelitian untuk sidang tesis data dan informasi tersebut dapat dimasukkan sebagai informasi dan data-data strategis organisasi. Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian, 2010 Kegiatan Feb Mar April Mei Juni Juli Persiapan dan Studi Pustaka Konsultasi dengan Pembimbing Penulisan Proposal Presentasi Proposal Pengambilan Data Pengolahan data dan Penulisan Revisi Penulisan Hasil Penelitian Presentasi Hasil Penelitian Ujian Tesis Perbaikan Akhir Selama masa persiapan sidang tesis, peneliti melakukan perbaikan penulisan hasil dan analisis penelitian sesuai dengan masukan yang diterima dalam presentasi hasil penelitian dan sidang tesis diselenggarakan minggu kedua bulan Juli tahun 2010. Perbaikan-perbaikan dan tambahan dimungkinkan selama masa perbaikan

34 tersebut untuk melengkapi data dan informasi yang diperlukan jika itu sangat penting untuk memperbaiki ketajaman analisis dari penelitian ini. 3.3. Data Penelitian Data-data dan informasi yang dikumpulkan untuk penelitian gerakan lingkungan antisawit ini adalah sebagai berikut: (1) Data primer yang didapatkan melalui secara langsung dengan tatap muka atau melalui saluran telekomunikasi yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang ideologi gerakan, isu yang dikelola, pengorganisasian aktifitas dan kegiatan, maupun strategi, dan mobilisasi. Dalam penelitian ini telah dilakukan terhadap 16 orang informan baik dari aliansi strategisnya maupun dari anggota jaringan pemantau sawitnya dan eksekutif dari SawitWatch. Data-data tersebut tersedia dalam bentuk digital, kecuali 3 karena masalah teknis, informasinya hanya catatan. (2) Data sekunder yang didapatkan dari dokumen-dokumen yang diberikan oleh informan, data-data dan informasi dari sumber-sumber lain seperti hasil penelitian dan publikasi lainnya seperti koran, newsletter, dan lain-lain. Sejauh ini data-data dan dokumen dari lembaga jaringan pemantau paling akhir diakses dari badan eksekutif, bahan-bahan ini tidak tersedia di portal jaringan ini untuk alasan keamanan dan baru diberikan menjelang presentasi hasil. Dengan dilakukan interaksi yang baik dan pendekatan yang berlangsung selama masa pengumpulan data dari tanggal 16 April sampai 23 Juni 2010, informasiinformasi strategis dari lembaga secara terbatas didapatkan menjelang akhir presentasi hasil. 3.4. Prosedur Pengumpulan Data Desain penelitian secara kualitatif mempergunakan kasus-kasus sebagai konteks, untuk melihat proses-proses sosial dan kasus dalam konteks sosialnya, dan melihat interpretasi atau kreasi makna dalam situasi yang spesifik. Yang bertujuan untuk melihat

35 kehidupan sosial dari berbagai sudut pandang dan menjelaskan bagaimana masyarakat mengkonstruksi identitasnya (Newman, 2003:146). Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi pengalaman penulis atau observasi,, dan telaah dokumen-dokumen. Melalui pengalaman dan observasi lapangan yang dimiliki oleh peneliti di sejumlah lokasi konflik masyarakat dengan perkebunan sawit sebelumnya, dan peneliti melakukan dokumentasi informasi dan data-data yang di dapatkan dari informan-informannya untuk daerah-daerah tersebut. Selain itu, melalui informan didapatkan dokumen-dokumen yang menunjukkan adanya kampanye, kegiatan-kegiatan dan aktifitas dari gerakan anti sawit. 3.4.1 Wawancara Wawancara dilakukan kepada informan-informan kunci yang berperan dalam gerakan lingkungan pemantauan sawit dimulai dari tanggal 16 April 2010 sampai 23 Juni 2010. Wawancara dilakukan baik secara langsung dengan cara maupun melalui alat komunikasi terhadap informan-informan kunci. Wawancara secara langsung melalui alat komunikasi dilakukan untuk menggantikan kepada beberapa informan kunci yang terlibat di awal terbentuknya gerakan lingkungan pemantau sawit terutama yang tidak tinggal di sekitar Bogor dan Jakarta. Selain memberikan informasi secara historis dan kontekstual terbentuknya gerakan lingkungan ini, juga terlibat dalam beberapa kegiatan dan aktifitas gerakan ini di tingkat internasional. 3.4.2 Informan Informan-informan kunci yang berperan dalam gerakan lingkungan anti sawit dii dengan pertanyaan-pertanyaan semi terstuktur. Melalui ini pula dilakukan pemilihan informan-informan kunci lainnya yang bisa memberikan informasi tentang anatomi gerakan lingkungan, pergerakannya dan kelompok-kelompok pendukungnya. Informan-informan kunci yang merupakan aktor utama maupun kunci dalam menggerakkan isu sawit ini.

Tabel 4. Daftar informan dan informasi yang digali untuk penelitian Gerakan Lingkungan Anti Sawit Informan Informasi yang akan digali Strategi Memperoleh Data Jejaring Nasional 36 1 Koordinator kampanye forest fire (periode 1997) dan koordinator SawitWatch 2000-2004 2 Direktur Sawitwatch, pendirinya, dan stafstafnya gagasan awal terbentuknya lembaga pemantau, bentuk dan tindakantindakan kelompok pemerhati dan pemantau, dinamika kelompok dan isu yang berkembang gagasan awal terbentuknya lembaga pemantau, bentuk dan tindakantindakan kelompok pemerhati dan pemantau, dinamika kelompok dan isu yang berkembang, strategi, dan pengelolaan sumberdaya melalui telepon 3 Direktur Walhi periode ini bentuk dan tindakan-tindakan kelompok pemerhati dan pemantau, dinamika kelompok dan isu yang berkembang, strategi, dan pengelolaan sumberdaya 4 Koordinator Mitigasi 5 Koordinator 6 Koordinator Kampanye 7 Fasilitator Buruh 8 Direktur AMAN Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (organisasi masyarakat yang memiliki anggota komunitas di Indonesia) gagasan awal terbentuknya lembaga pemantau, bentuk dan tindakantindakan kelompok pemerhati dan pemantau, dinamika kelompok dan isu yang berkembang, strategi, dan pengelolaan sumberdaya Ornop dan Aliansi Strategis 9 Huma (SDA dan konflik tanah) gerakan dan penanganan isu sawit dan tendensi dari penanganan isu 10 Jejaring Kaltim gerakan dan penanganan isu sawit

37 sebelum dan sesudah adanya lembaga pemantau 11 Jejaring Kalbar gerakan dan penanganan isu sawit sebelum dan sesudah adanya lembaga pemantau 12 Jejaring Sumbar dan gerakan dan penanganan isu sawit Sumut sebelum dan sesudah adanya lembaga 13 Aliansi Strategis di lingkup internasional pemantau gerakan dan penanganan isu sawit sebelum dan sesudah adanya lembaga pemantau 14 SHI Gerakan sosial di Kalimantan Antisawit 15 JKPP Jaringan Kerja untuk pemetaan partisipatif dengan pendekatannya dalam penyelesaian masalah/konflik 16 CAO Konflik di Kabupaten Sambas Source: Pengamatan penulis, sebagai langkah awal untuk mendapatkan informan-informan lainnya 3.4.3 Prosedur Analisis Data Secara umum perspektif yang berbeda dari informan-informan kunci akan memberikan data dan informasi dan mengkonstruksi fenomena yang sedang diteliti, melalui sudut pandang anggota gerakan dan aliansi strategisnya; konstruksi dilakukan melalui kasus-kasus yang sama yang dipilih oleh penulis dari informan yang akan dianalisa dengan informasi dari informan yang berbeda. Realitas yang dapat digali dari para informan, adalah realitas yang dikonstruksi oleh aktor-aktor yang terlibat dan menjadi hasil dan temuan terkonstruksi. Teks yang dihasilkan adalah material empirik yang didapatkan dari penelitian (Flick, 2005:27). Validitas informasi dan data yang didapatkan tentang faktor-faktor dalam gerakan sosial perlu dicek dan diuji dengan melakukan triangulasi teknik pengumpulan data dan dalam penggalian data dan informasi, penulis juga mengecek dokumen-dokumen internal jejaring yang dapat dikumpulkan sebagai cara mengecek keabsahan informasi. Informasi-informasi yang tidak dapat digali secara langsung juga akan didapatkan melalui aliansi strategis dari gerakan sosial. Dan dengan cara yang sama bertujuan untuk memvalidasi informasi dan data yang dikumpulkan oleh peneliti.

38 3.4. Sistematika Penulisan Penelitian ini akan disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut yaitu Bab I Tesis berisi pendahuluan, dengan subbab latar belakang yang menyebabkan perhatian pada industri sawit, kemudian dilanjutkan dengan perumusan masalah dimana dijelaskan tentang gerakan lingkungan yang mulai memberikan perhatian pada isu sawit. Pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan fokus dan batasan penelitian, dan subbab terakhir adalah tahapan operasional penelitian. Dalam Bab II berisikan tinjauan pustaka, dengan bagian subbab ulasan studi-studi terdahulu, bagian subbab teori-teori gerakan sosial dan resistensi terhadap pembangunan merusak, dan terakhir adalah bagian subbab kerangka pemikiran. Bab III Tesis berisikan metodologi penelitian, berisikan Subbab pendekatan penelitian, bagaimana peran peneliti dalam penelitian ini, tempat dan waktu penelitian, data penelitian, prosedur pengumpulan data,, informan, prosedur analisis data, dan sistematika penulisan dalam tesis. Ketiga Bab mulai Bab I, Bab II dan Bab III ini tercakup dalam proposal penelitian tesis. Bab IV tesis menjelaskan tentang pertanyaan penelitian pertama yaitu mengapa dan bagaimana gerakan sosial terbentuk dan faktor-faktor ideologis yang mendorong kemunculan dan perkembangan dari gerakan sosial dan topik-topik yang dibahasnya. Sementara itu subbab-subbabnya adalah kronologis pembentukan Sawit Watch, dan organisasi gerakan sosial lainnya, serta pendekatan penyelesaian masalah. Sedangkan Bab V menjelaskan tentang pertanyaan penelitian kedua yaitu prosesproses makro yang mikro yang bekerja dalam gerakan sosial. Dalam subbab-subbabnya disampaikan hasil penelitian atas faktor-faktor diskontinuitas, kontinuitas, organisasi dan kepemimpinan, mobilisasi sumberdaya dan analisisnya. Dalam Bab VI tesis disampaikan kesimpulan dan rekomendasi yang didapatkan sebagai hasil dari penelitian tesis ini.