ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

TINJAUAN UMUM. Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

1. Tinjauan Umum

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Tinjauan umum TINJAUAN UMUM

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

PENJELASAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI XI DPR RI TANGGAL 20 FEBRUARI 2006

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

Tugas Bank Indonesia. Kebijakan Sistem Pembayaran. Kebijakan Moneter. Pengawasan Makroprudensial

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi dunia pada tahun 1982 dan kebijakan moneter yang kurang

GUBERNUR PADA PENJELASAN. 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PENJELASAN DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IX DPR RI TANGGAL 10 JUNI 2002 MENGENAI ANGGARAN TAHUNAN BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

DAFTAR ISI. ($'nrxrurruhbrunsr,e. I Dnrrnn lsr I. KATA PENGANTAR DAFTAR tst... DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK. vii ix BAB 1. TINJAUAN UMUM...

ANALISIS TRIWULANAN:

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

ANALISIS TRIWULANAN:

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. global dan domestik cenderung bias ke bawah yang disebabkan oleh. pertumbuhan ekonomi dunia berjalan tidak seimbang.

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN. dari pasar modal menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. lalu-lintas modal, dan neraca lalu-lintas moneter. perdagangan dan neraca jasa. Terdapat tiga pokok persoalan dalam neraca

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II-2006

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Juni 2017 RESEARCH TEAM

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pembayaran yang digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

Diskusi Terbuka INFID

PERAN KEBIJAKAN MONETER DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2005

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

Transkripsi:

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1 EVALUASI KINERJA TRIWULAN II - 2005 Selama triwulan II-2005, kinerja perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang membaik. Kestabilan makroekonomi tetap terjaga meskipun terdapat tekanan depresiasi terhadap nilai tukar dan inflasi yang cenderung meningkat. Kegiatan ekonomi meningkat lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya dengan pola ekspansi yang lebih berimbang, ditandai dengan peran investasi yang semakin meningkat. Laju inflasi dalam triwulan II-2005 menunjukkan peningkatan, terutam didorong oleh kenaikan BBM. Dalam kondisi demikian, upaya untuk mempertahankan stabilitas ekonomi makro menjadi penting untuk dilakukan. Terkait dengan hal itu, Bank Indonesia menempuh langkah-langkah untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Pada sisi lain, perkembangan sektor keuangan khususnya perbankan dan pasar modal menunjukkan kinerja yang semakin meningkat sehingga perannya dalam mendukung kegiatan ekonomi semakin besar. Perekonomian Indonesia triwulan II-2005 tumbuh sebesar 5,5-6,0% (yoy) dengan pertumbuhan investasi yang relatif tinggi. Ekspor tumbuh moderat sementara impor masih tumbuh tinggi terkait dengan tingginya kegiatan ekonomi domestik khususnya investasi. Sementara itu, konsumsi khususnya konsumsi swasta masih tetap tumbuh tinggi dengan indikasi kecepatan yang melambat. Di sisi eksternal, sejalan dengan tingginya pertumbuhan impor, kinerja transaksi berjalan diperkirakan akan mengalami defisit lebih cepat dari perkiraan semula. Neraca modal tetap menunjukkan defisit karena tingginya pembayaran utang luar negeri sektor perbankan dan perusahaan. Secara keseluruhan kinerja NPI yang mengalami tekanan tersebut juga tercermin pada meningkatnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Inflasi IHK masih tetap terkendali meskipun cenderung berada pada level yang cukup tinggi yaitu mencapai 7,42% (yoy). Secara fundamental, tingginya inflasi disebabkan oleh masih tingginya ekspektasi inflasi terkait dengan kebijakan kenaikan administered prices dan perkembangan nilai tukar yang cenderung melemah. Faktor eksternal khususnya melemahnya

2 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juni 2005 nilai tukar memberikan tekanan terhadap inflasi namun dengan tingkat yang lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya. Sementara itu inflasi inti relatif stabil pada level 7% (yoy). Nilai tukar rupiah pada triwulan II-2005 mengalami tekanan depresiasi dengan volatilitas yang meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara rata-rata rupiah terdepresiasi sebesar 3,0% menjadi Rp9.556/USD dan disertai dengan peningkatan volatilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara fundamental, tekanan terhadap rupiah tersebut terkait dengan memburuknya kinerja neraca pembayaran disamping adanya faktor sentimen penguatan dolar AS secara global serta terus meningkatnya harga minyak. Kondisi tersebut menyebabkan permintaan valas semakin meningkat baik untuk kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri maupun dalam rangka pembalikan arus modal. Sementara itu, pasokan valas yang lebih sustainable masih terbatas. Kebijakan moneter dan paket kebijakan stabilisasi nilai tukar yang telah ditempuh Bank Indonesia telah dapat menahan pelemahan rupiah secara temporer, namun langkah-langkah untuk menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran nilai tukar masih perlu dilanjutkan untuk menahan pelemahan rupiah lebih lanjut. Untuk mengendalikan laju inflasi agar sesuai dengan sasaran jangka menengahnya, Bank Indonesia menempuh kebijakan moneter untuk mengendalikan faktor-faktor yang menjadi determinan utama inflasi. Secara operasional, stance kebijakan moneter yang cenderung ketat (tight bias) tetap dilanjutkan melalui penyerapan kelebihan likuiditas secara optimal yang memungkinkan kenaikan suku bunga SBI secara gradual dan terukur. Langkah kebijakan moneter tersebut diperkuat dengan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah yang dirumuskan dalam paket stabilisasi Rupiah dan Road map Pengendalian Inflasi yang telah mendapatkan komitmen pemerintah. Sejalan dengan kebijakan moneter yang ketat tersebut, suku bunga SBI secara bertahap naik secara signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Langkah tersebut juga diikuti dengan dan pelaksanaan lelang SBI dengan frekuensi mingguan sejak bulan Mei 2005. Pada akhir triwulan II-2005 rata-rata tertimbang SBI 1 dan 3 bulan mengalami peningkatan hingga menjadi sebesar 8,25% dan 8,05%. Kenaikan instrumen moneter tersebut telah ditransmisikan dengan besaran yang berbeda pada suku bunga PUAB overnight. Di sektor perbankan, stabilitas sistem keuangan tetap terpelihara dengan dukungan stabilitas moneter. Kinerja industri perbankan terus membaik dengan profitabilitas dan pemodalan yang memadai sehingga mampu meningkatkan fungsi intermediasinya. Pada dasarnya risiko-risiko usaha perbankan cukup moderat dengan kecenderungan meningkat. Terdapat potensi peningkatan risiko kredit dan risiko pasar sebagai dampak meningkatnya pemberian kredit dan peningkatan suku bunga. Namun demikian, dalam jangka pendek diperkirakan tidak terdapat gejolak yang membahayakan stabilitas sistem perbankan.

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 3 Tabel I.1. Indikator Ekonomi Makro & Perbankan Indikator Trw II 2004 2005 Trw III Trw IV Trw I Trw II IHK (%) Triwulanan (quarter to quarter) Tahunan (year on year) 2,35 6,83 0,51 5,06 2,51 6,40 3,19 8,81 1.05 7.42 PDB (% pertumbuhan, tahunan) Dari sisi permintaan : Konsumsi Total Investasi Total Ekspor 4,4 5,3 13,1 2,0 5,1 5,1 19,7 17,1 6,7 3,8 18,3 27,1 6,4 3,2 15,0 13,4 5,5 6,0** 3,1 3,6** 14,9 15,4** 10,3 10,8** Sektor eksternal : Ekspor non migas (fob, % pertumbuhan tahunan) Impor non migas (c&f, % pertumbuhan tahunan) Transaksi berjalan (juta USD) Posisi Utang LN (juta USD) 9,2 26,6 666 133.378 23,3 30,7 2.299 132.798 9,8 39,5*** 4,6 13,2**** 197** 2.467** 137.024 134.937*** 1,2*** 23,7*** -8. 25** 138.560*** Suku bunga (%) 1) SBI 1 bulan PUAB (overnight) Deposito 1 bulan Kredit modal kerja Kredit investasi 7,34 4,24 6,23 14,10 14,64 7,39 4,13 6,31 13,80 14,33 7,43 3,76 6,43 13,41 14,05 7,44 5,95 6,50 13,31 13,78 8,18 7,97 6,76**** 13,20**** 13,68**** Kurs (Rp/USD), nominal akhir periode Real Effective Exchange Rate (REER) 2), 2003=100 Kurs rata-rata 9.400 92,12 9.005 8.420 94,74 9.163 9.335 91,19 9.120 9.487 93,84 9.279 9.556 93,03 9.556 DPK (triliun Rp.) Kredit (triliun Rp.) - termasuk channeling ROA (%) CAR (%) 912.8 528.7 2.7 20.9 926.4 555.1 3.0 20.5 963.1 595.1 3.5 19.4 959.3 617.8 3.4 21.7 986.7 650.8 3.3 20.0 650.8 1) Rata-rata tertimbang akhir periode 2) REER adalah indeks nilai tukar rupiah per mata uang negara mitra dagang yang dibobot dengan total ekspor dan impor dari 8 mitra dagang utama Indonesia. * : Perkiraan Bank Indonesia menggunakan tahun dasar 2000 ** : Perkiraan Bank Indonesia *** : Angka Januari 2005 **** : Angka Mei 2005 Sumber : Bank Indonesia dan BPS (diolah) Perkembangan yang relatif membaik tersebut terlihat juga pada kinerja perbankan syariah dan BPR. Dari sisi kebijakan, perbaikan kondisi perbankan yang stabil tersebut sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia yang terus melanjutkan langkah-langkah dalam menjaga dan memperkuat stabilitas sistem perbankan serta terus mengupayakan peningkatan intermediasi. Dalam periode yang sama, Bank Indonesia juga akan terus mendorong pelaksanaan tata kelola yang baik, peningkatan efektivitas manajemen risiko dan pengendalian intern bank untuk meminimalkan risiko-risiko serta mengakselerasikan proses konsolidasi untuk memperkuat struktur industri perbankan.

4 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juni 2005 Perkembangan sistem pembayaran nasional, baik tunai dan non tunai menunjukkan kinerja yang tetap aman dan terjaga stabilitasnya. Hal ini sejalan dengan kebijakan sistem pembayaran tunai selama triwulan II-2005 yang diarahkan pada upaya untuk memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi yang layak edar. Kebijakan tersebut ditempuh antara lain melalui peningkatan efektivitas distribusi uang, pelaksanaan program kerjasama penukaran uang pecahan kecil (PPUK), penanggulangan meluasnya uang palsu melalui upaya peningkatan pemahaman terhadap ciri-ciri keaslian uang, pengedaran uang rupiah khusus, pengeluaran uang emisi baru serta pengembangan Sistem Informasi Pengedaran Uang (SIPU). Di sisi pembayaran non tunai, selama triwulan II-2005 kebijakan diarahkan pada upaya pengurangan risiko, peningkatan efisiensi sistem pembayaran serta perlindungan konsumen di Indonesia. Kebijakan tersebut dituangkan dalam berbagai kegiatan antara lain pengawasan sistem pembayaran, pengembangan Failure to Settle Scheme (FtS) yakni skema/mekanisme mengatasi kegagalan peserta kliring dalam memenuhi kewajiban settlement, penerapan Sistem Kliring Nasional, serta penyelenggaraan bulan pengaduan konsumen pengguna alat pembayaran berbasis kartu (APMK) yang merupakan kerja sama BI dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). I.2 PROSPEK SERTA ARAH KEBIJAKAN KE DEPAN Kedepan, prospek ekonomi makro dalam triwulan III-2005 dan keseluruhan tahun 2005 diperkirakan masih akan membaik. Pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2005 diprakirakan akan menuju batas atas kisaran 5,5-6% (yoy) dengan pola ekspansi yang semakin berimbang dengan komponen investasi dan ekspor menjadi tumpuan akselerasi pertumbuhan, sementara konsumsi relatif stabil. Namun demikian, membaiknya perkiraan kinerja perekonomian ini masih akan menghadapi sejumlah risiko baik yang datang dari internal maupun eksternal sehingga memerlukan langkah-langkah antisipatif. Kinerja neraca pembayaran diperkirakan mengalami tekanan meskipun transaksi berjalan dan transaksi lalu lintas modal (LLM) masih menunjukkan surplus. Kondisi NPI tersebut mencerminkan masih terdapatnya potensi tekanan terhadap nilai tukar rupiah pada tahun 2005. Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan masih tetap tinggi terutama disebabkan oleh meningkatnya berbagai kebijakan administered dan pola inflasi makanan yang sedikit lebih tinggi dari pola tahun sebelumnya. Inflasi IHK tahun 2005 diperkirakan akan berada pada level di atas sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara itu inflasi inti diperkirakan relatif stabil sejalan dengan asumsi nilai tukar yang sedikit melemah dan pertumbuhan ekonomi yang

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 5 masih di bawah tingkat potensialnya. Namun demikian, ekspektasi inflasi diperkirakan masih berpotensi untuk meningkat dan berada pada level yang tinggi. Mempertimbangkan perkiraan ekonomi makro dan inflasi ke depan, kebijakan Bank Indonesia akan tetap diarahkan untuk mempertahankan kestabilan ekonomi makro guna memelihara momentum pertumbuhan ekonomi yang ada. Sejalan dengan itu, kebijakan moneter yang cenderung ketat (tight bias) akan tetap dilanjutkan guna mengendalikan pencapaian sasaran inflasi pada jangka menengah. Secara operasional, kebijakan tersebut ditempuh dengan cara menetapkan reference rate (BI Rate) sebesar 8,5% selama triwulan III-2005. Penyesuaian terhadap reference rate tersebut dapat dilakukan apabila diperlukan. Stance kebijakan tersebut dilakukan dengan melakukan penyerapan ekses likuiditas perbankan secara optimal melalui instrumen moneter yang ada. Selain itu, dari sisi kebijakan stabilitasi rupiah, disamping upaya mempercepat implementasi opsi kebijakan manajemen permintaan dan penawaran valas, Bank Indonesia juga terus melakukan upaya untuk mengatasi masalah fundamental terkait dengan upaya meningkatkan pasokan valas yang sustainable dari ekspor dan FDI dan meningkatkan koordinasi dengan pemerintah baik melalui koordinasi kebijakan makro maupun dalam kerangka pengendalian inflasi sebagaimana yang telah disepakati bersama. Di bidang perbankan, kebijakan pada triwulan mendatang akan tetap diarahkan pada upaya memelihara dan memperkuat stabilitas sistem perbankan dan mendorong peran intermediasi perbankan dalam perekonomian. Sasaran pokok tersebut akan terus diupayakan melalui rangkaian kebijakan peningkatan efektivitas pengawasan bank, perbaikan manajemen dan infrastruktur perbankan dan akselerasi konsolidasi perbankan. Guna meminimalkan risikorisiko usaha yang dihadapi, Bank Indonesia terus akan mengarahkan perbankan untuk membenahi tata kelola termasuk meningkatkan efektivitas manajemen risiko dan pengendalian internal. Selanjutnya, untuk memperkuat struktur industri perbankan, Bank Indonesia akan mengakselerasikan proses konsolidasi perbankan. Sementara itu, Pemerintah dan Bank Indonesia bekerjasama untuk menyiapkan jaring pengaman keuangan dalam rangka memelihara stabilitas sistem keuangan. Hal tersebut terutama diupayakan melalui penyiapan pendirian Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) khususnya dalam penyiapan peraturan pelaksanaan dan sosialisasi kepada perbankan dan masyarakat dan penyusunan Rancangan Undang-Undang Jaring Pengaman Keuangan yang akan memuat mengenai peran dan tanggung-jawab serta mekanisme koordinasi lembaga terkait dalam memelihara stabilitas sistem keuangan. Di bidang sistem pembayaran tunai, kebijakan triwulan mendatang tetap diarahkan pada upaya untuk memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat dalam jumlah nominal yang

6 Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Juni 2005 cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi yang layak edar. Terkait dengan hal tersebut, Bank Indonesia akan melakukan perencanaan kebutuhan masyarakat atas uang kartal serta pemantauan distribusi dan kecukupan persediaan kas. Di samping itu, langkah-langkah penanggulangan uang palsu tetap dilanjutkan antara lain melalui perluasan jejaring dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait serta meningkatkan publikasi dalam rangka pengenalan masyarakat atas ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui media elektronik dan media cetak. Di bidang sistem pembayaran non tunai, kebijakan triwulan mendatang tetap diarahkan untuk melanjutkan upaya-upaya mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran demi terciptanya sistem pembayaran nasional yang efisien, cepat, aman, dan handal guna mendukung kestabilan sistem moneter dan sistem keuangan. Hal tersebut dilakukan melalui langkah-langkah lanjutan dalam upaya meminimalkan risiko, meningkatkan efisiensi serta kehandalan sistem pembayaran dan perlindungan konsumen bagi pengguna jasa sistem pembayaran. Dalam periode ke depan, Bank Indonesia akan melanjutkan implementasi beberapa program yang telah disusun pada tahun 2004 dan penyusunan ketentuan antara lain pelaksanaan Failure to Settle (FtS), Sistem Kliring Nasional (SKN), pelaksanaan pengawasan sistem pembayaran dengan menggunakan kartu dan sosialisasi untuk memperlancar implementasi Daftar Hitam Nasional.