BAB III KRITERIA PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

LAPORAN PERENCANAAN INSTALASI SISTEM INSTALASI ARUS KUAT ( LAK )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK PADA GEDUNG TALAVERA SUITE JAKARTA

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB IV ANALISA RENCANA SISTEM DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBUMIAN

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

UTILITAS BANGUNAN. Tjahyani Busono

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DI GEDUNG PT.STRA GRAPHIA TBK

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI TENAGA LISTRIK PADA GEDUNG DINAS TEKNIS - KUNINGAN

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI DAN DESAIN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB IV JATUH TEGANGAN PADA PANEL DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

PEKERJAAN PANEL. INSTALASI P-PLN MCCB 3P, 63 A Accessories & Termination Box Panel PEKERJAAN MDP

BAB II DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN KEBUTUHAN GENSET

Genset Diesel kva. Sub Distribution Panel = Panel utama distribusi listrik suatu zona tertentu, kapasitasdalam ampere.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

Oleh Asep Sodikin 1), Dede Suhendi 2), Evyta Wismiana 3) ABSTRAK

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol

BAB III PERANCANGAN GENSET. Genset yang akan dipasang di PT. Aichitex Indonesia sebagai sumber energi

BAB III PERANCANGAN INSTALASI

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kanagarian Kasang, Padang Pariaman (Sumatera Barat).

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

UTILITAS 02 ELECTRICAL SYSTEM PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR UNIVERSITAS GUNADARMA. Veronika Widi Prabawasari

PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Jwb : Volt Meter

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery

Sistem Listrik Idustri

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE. penulisan ini adalah perencanaan instalasi sebuah Gedung Clubhouse.

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

Distribution of Electrical Energy. Presented by: Diko Harneldo Firman Budiyanto Rengga A. Prasetyo Yudith Irawan

BAB II LANDASAN TEORI

METODE INSTALASI LISTRIK. Trainer Agus Suwardono

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

PERENCANAAN SISTEM ELEKTRIKAL PADA BANGUNAN. Kuliah 9: 2 November 2009

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT

BAB IV PERAKITAN DAN PENGUJIAN PANEL AUTOMATIC TRANSFER SWITCH (ATS) DAN AUTOMATIC MAIN FAILURE (AMF)

BAB IV IMPLEMENTASI. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dari teknik perancangan yang

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

PRAKTIKUM 1: SISTEM PENTANAHAN /GROUNDING -PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN

BAB III. Teori Dasar

BAB III LANDASAN TEORI

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

Tarif dan Koreksi Faktor Daya

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

BAB II LANDASAN TEORI

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd.

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH

BAB IV Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

BAB I PENDAHULUAN. perencana (arsitek, struktur & MEP) dan tim pelaksana (lapangan). Tim perencanaan

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

Kelompok 7 : 1. Herianto A S Purba 2. Winner 3. Elman

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

SISTEM KELISTRIKAN GEDUNG RUANG BELAJAR POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

Transkripsi:

36 BAB III KRITERIA PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 3.1.Pendahuluan Sebagai gambaran untuk sistem listrik, proyek ini direncanakan dengan sistem yang mampu mengatasi segala kemungkinan terputusnya suplai listrik ke distribusi beban. Pada sistem listrik ini akan dijelaskan gambaran secara garis besar mengenai mengenai instalasi listrik serta besarnya beban listrik, suplai listrik, distribusi listrik dan sistem proteksi yang digunakan. 3.2. Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan sistem instalasi listrik sebagai berikut: 1. Sistem instalasi tegangan menengah dan transformator penurun tegangan 2. Sistem instalasi tegangan rendah 3. Sistem instalasi penerangan dan stop kontak 4. Sistem instalasi sumber daya listrik cadangan (Diesel Genset) 5. Sistem instalasi pentanahan 6. Sistem instalasi penyalur petir

3.3. Standar dan Peraturan Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturanperaturan sebagai berikut: a. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan yang dinyatakan berlaku secara nasional : - UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi serta PP terkait. - UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung serta PP terkait. b. Peraturan Daerah DKI Jakarta, dan Peraturan serta Surat Keputusan Lainnya yang dikeluarkan oleh Gubernur DKI yang terkait. c. PERDA (Peraturan Daerah) Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Bangunan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 7 Tahun 1991, atau edisi terakhir. d. PERDA (Peraturan Daerah) Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Penanggulangan Bahaya Kebakaran dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 8 tahun 2008 pengganti Perda DKI Nomor 3 tahun 1992. e. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan yang dinyatakan berlaku secara nasional : - Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006, tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung Terhadap Bahaya Kebakaran. - Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 26/KPTS/2008, tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. 37

f. Standar Nasional Indonesia, pedoman Teknik, dan ketentuan dari instansi yang berwenang mengenai jenis Instalasi yang dirancang. g. SNI No. 04-0255-2000 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000). h. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku dan yang berkaitan dengan tenaga listrik. i. SNI No. 03-7013 tahun 2004 Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung. j. SNI No. 03-6197 tahun 2000 Tentang Konservasi Energi Sistem Pencahayaan pada Bangunan Gedung. k. Panduan Pencahayaan Sisi Luar Bangunan Tinggi dan Penting di Wilayah DKI Jakarta tahun 1999, atau edisi terakhir. l. Standard NEC/2002, atau edisi terakhir. m. Standar NFPA No. 72 / 2007, atau edisi terakhir. n. Standar IEC dan Standar Internasional lainnya bagi hal hal yang belum diatur dalam standar/ peraturan diatas. 3.4. Sumber Daya Listrik Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada gedung ini direncanakan sumber daya listrik dari: - Perusahaan Listrik Negara (PLN) - Diesel Generator Set PLN merupakan sumber daya listrik utama yang akan mensuplai seluruh beban dalam gedung. Sistem suplai daya listrik yang direncanakan adalah dengan 38

berlangganan tegangan menengah 20kV, 3 Phase, 50 Hertz. Sumber daya listrik PLN tersebut dihubungkan dengan Panel Distribusi Tegangan Menengah (PDTM) yang berada di ruang utility lantai basemen 1. Kemudian listrik bertegangan 20 kv ini dihubungkan ke Panel Distribusi Tegangan Rendah (PDTR) dengan melalui transformator penurun tegangan 20kV ke 380/ 220 V. Pada bangunan ini digunakan 2 (dua) transformator dengan kapasitas masing masing 1250 kva. Kemudian dari transformator dihubungkan ke PDTR-1 & PDTR-2. Sebagai sumber daya listrik cadangan digunakan genset yang terletak di lantai Basemen 3. Genset yang digunakan adalah 3 (unit) dengan kapasitas masing masing 800 kva. Dari genset, daya listrik dihubungkan ke Panel Kontrol Genset (PKG), yang kemudian didistribusikan ke semua PDTR. Semua beban diback up 100%. Berdasarkan perhitungan beban listrik pada lampiran, kapasitas Transformator/Trafo dan Diesel Generator Set yang direncanakan adalah: 1. Transformator Step Down a. Transformator 1 - Kapasitas : 1250 kva - Tegangan Kerja : 20 kv/380 V - Jenis : Oil type full hermatic - Frekwensi : 50 Hz b. Transformator 2 - Kapasitas : 1250 kva - Tegangan Kerja : 20 kv/380 V 39

- Jenis : Oil type full hermatic - Frekwensi : 50 Hz 2. Diesel Generator a. Generator Set 1 - Kapasitas : 800 kva Prime rating - Tegangan Kerja : 380V/220V - Jenis : Multi Cilynder 4 Stroke - Frekwensi : 50 Hz - Putaran : 1500 rpm - Kapasitas beban lebih : Max. 10% selama 1 jam dalam 12 jam operasi b. Generator Set 2 - Kapasitas : 800 kva Prime rating - Tegangan Kerja : 380V/220V - Jenis : Multi Cilynder 4 Stroke - Frekwensi : 50 Hz - Putaran : 1500 rpm - Kapasitas beban lebih : Max. 10% selama 1 jam dalam 12 jam operasi c. Generator Set 3 - Kapasitas : 800 kva Prime rating - Tegangan Kerja : 380V/220V - Jenis : Multi Cilynder 4 Stroke - Frekwensi : 50 Hz 40

- Putaran : 1500 rpm - Kapasitas beban lebih : Max. 10% selama 1 jam dalam 12 jam operasi 3.5. Koordinasi Sistem Operasi PLN dan Generator Set Pengaturan sistem kerja dari PLN dan diesel generator set dikelompokkan dalam tiga keadaan yaitu: a. Keadaan dimana PLN dapat mensuplai daya listrik dalam keadaan normal tanpa gangguan baik kapasitas, tegangan, phasa, frekuensi selanjutnya disebut Keadaan Normal. b. Keadaan dimana sumber daya PLN mengalami gangguan sehingga PLN tidak dapat mensuplai daya listrik, selanjutnya disebut keadaan PLN padam (Emergensi). c. Keadaan dimana terjadi kebakaran yang menyangkut keselamatan harta dan jiwa manusia, selanjutnya keadaan ini disebut keadaan kebakaran. 3.5.1. Keadaan Normal Pada keadaan normal sumber daya listrik diperoleh dari PLN dengan tegangan menengah 20 kv. Listrik tegangan menengah tersebut diterima pada incoming PDTM 20 kv dan melalui outgoing PDTM 20 kv listrik dihubungkan ke transformator yang mengubah tegangan 20 kv menjadi tegangan rendah 380/220V. Sumber daya listrik dari PLN tersebut yang akan mensuplai seluruh jenis beban yang ada di dalam gedung. 41

3.5.2. Keadaan PLN Padam (Emergensi) Pada keadaan PLN padam, maka digunakan sumber daya listrik cadangan dari generator yang akan hidup secara otomatis. Dengan hidupnya sumber daya listrik cadangan dari generator, maka pemutus beban yang meneruskan energi listrik dari PLN akan membuka secara otomatis. Kemudian untuk pemutus beban yang terhubung dengan generator akan menutup dan sumber daya listrik cadangan dari generator akan mencatu daya ke seluruh jenis beban yang ada di dalam gedung. Proses penggantian sumber daya listrik dari PLN ke generator set direncanakan maksimal kurang lebih 15 detik. 3.5.3. Keadaan Kebakaran Pada keadaan ini sumber daya listrik dapat diperoleh dari PLN (apabila PLN tidak dipadamkan) ataupun dari diesel generator set. Proses pengaturan kerja generator apabila PLN dipadamkan sama seperti pada keadaan PLN padam. Pada saat emergensi ini, beban-beban yang tidak mendukung bagi penanggulangan kebakaran (beban-beban non prioritas) harus dipadamkan sedangkan beban-beban prioritas lain yang berfungsi untuk usaha pemadaman kebakaran ataupun untuk usaha penyelamatan jiwa manusia harus tetap disuplai. Hal diatas diperoleh dari perencanaan sistem distribusi beban di Panel Distribusi Tegangan Rendah (PDTR) yang mana pengelompokan beban-beban prioritas dipisahkan dengan beban-beban lainnya. 42

3.6. Beban-beban Listrik Beban-beban listrik pada bangunan gedung ini direncanakan meliputi penerangan, stop kontak, sistem elektronik (telepon, tata suara, fire alarm, CCTV, BAS), sistem tata udara, pompa distribusi air bersih, pompa hidran, Lift dan juga beban-beban peralatan kontrol dan lain-lain. Menurut derajat pentingnya beban, seluruh beban listrik dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelompok beban sebagai berikut: 3.6.1 Beban Normal Beban normal adalah seluruh beban-beban listrik yang tersambung didalam & diluar gedung hanya dilayani oleh sumber daya listrik utama PLN. 3.6.2. Beban Emergensi Merupakan beban-beban listrik tersambung yang dapat dilayani sumber daya listrik PLN atau sumber daya listrik cadangan diesel generator set. 3.6.3. Beban Prioritas Merupakan sebagian dari beban normal yang harus (mutlak) tetap dilayani, baik oleh sistem pelayanan PLN maupun sistem pembangkit tenaga listrik cadangan (diesel generator set). Beban-beban listrik ini digunakan untuk upaya penyelamatan jiwa serta upaya penanggulangan bahaya kebakaran dapat dilakukan dengan baik. Beban-beban listrik ini antara lain terdiri dari: Lift Kebakaran Pompa hidran kebakaran 43

Peralatan Elektronik (Fire Alarm, Sound Sistem) Penerangan Ruang Utilitas, Penerangan Luar Pressurized fan 3.7. Sistem Distribusi Listrik Sistem distribusi listrik menggunakan sistem radial yang terdiri dari: Sistem Instalasi Tegangan Menengah Sistem Instalasi Tegangan Rendah 3.7.1. Sistem Instalasi Tegangan Menengah Tegangan Menengah 20 kv dari PLN diterima pada incoming PDTM 20 kv dan melalui outgoing PDTM 20 kv listrik didistribusikan ke transformator yang merubah tegangan 20 kv menjadi tegangan rendah 380/220V. a. Panel Distribusi Tegangan Menengah (PDTM) 20 KV - Standard : IEC 298/VDE 0670 - Rated Current : 630 A - Type Protection : CB untuk Incoming LBS + HRC Fuse untuk outgoing - Rated Voltage : 24 kv - Frekwensi : 50 Hz - Breaking capacity : 14,5 ka - Incoming : 1 set - Lightning Arrester : 1 set - Metering : 1 set (KWHmeter double tarif) 44

- Outgoing : 2 set - Gas : SF6 b. Incoming Cable dari PLN: 20 kv - Kabel yang dipakai XLPE insulated (type N2XSEbY) - Conductor : Tembaga c. Outgoing Cable ke transformator ; 20 kv/380 V - Kabel yang dipakai Kabel XLPE, tipe N2XSY - Conductor : Tembaga 3.7.2. Sistem Instalasi Tegangan Rendah Sumber daya listrik dari sisi sekunder tranformator yang bertegangan 380/220 volt tersebut kemudian disalurkan ke PDTR-1 dan PDTR-2 yang terletak di ruang utility lantai basemen 1. Melalui PDTR, Sumber daya listrik didistribusikan secara radial ke panelpanel listrik di tiap-tiap lantai, antara lain untuk beban beban: Penerangan. Pompa Air Bersih. Pompa Kebakaran. PABX, Fire alarm, Tata Suara. Tata udara (AC). Kotak-kontak Lift Penumpang dan lain-lain. 45

3.8. Kabel Feeder - Tipe dan Diameter Kabel Feeder Tipe kabel yang dipakai adalah kabel daya baik yang berinti tunggal maupun yang berinti banyak, ukuran kabel disesuaikan dengan beban yang ada. - Jatuh Tegangan (Voltage Drop) Untuk instalasi, diameter kabel dipilih sesuai dengan beban yang ada dan memberikan maksimal jatuh tegangan pada ujung beban tidak lebih dari 5 % untuk penerangan motor-motor (PUIL 2000 Bag. 4.2.3). - Cara Pemasangan Kabel Pemasangan kabel-kabel daya dari panel utama ataupun dari sub-sub panel menggunakan rak kabel yang dipasang secara horizontal maupun vertikal. - Contoh Perhitungan Jatuh Tegangan a. Referensi: 1) IEC Standard 2) Electrical Installation Guide Merlin Gerin 2005 b. Dasar Perhitungan 1) Jatuh Tegangan (Satu Phasa) V drop = 2.I ( R. Cos Q + X Sin Q ). L... (3.1) Dimana: V drop = Jatuh Tegangan dalam Volt I = Arus dalam Ampere 46

R = Resistansi dalam ohm / km L = Panjang kabel dalam meter Cos Q = Faktor daya X = Reaktansi dalam ohm / km 2) Jatuh Tegangan (tiga phasa) V drop = 1,73.I ( R. Cos Q + X Sin Q ). L... (3.2) Dimana: V drop = Jatuh Tegangan dalam Volt I = Arus dalam Ampere R = Resistansi dalam ohm / km L = Panjang kabel dalam meter Cos Q = Faktor Daya X = Reaktansi dalam ohm / km 3.9. Panel Listrik - Pengaman Rangkaian Listrik Pengaman dari panel listrik dipergunakan jenis Air Circuit Breaker (ACB), Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) dan Miniature Circuit Breaker (MCB). - Tebal Plat Kabinet Panel Listrik 47

Ketebalan plat panel listrik untuk wall mounted minimum 1,6 mm dan untuk free standing adalah 2 mm. - Pembuatan Panel Cara pembuatan dan ukuran dari panel disesuaikan dengan standard yang ada. - Sistem Proteksi Sistem proteksi direncanakan dengan sistem proteksi bertingkat pada panel-panel penerangan, panel daya dan panel sub-distribusi serta panel distribusi utama. Jenis proteksi yang dipergunakan: a. Sistem proteksi terhadap gangguan hubung singkat (short circuit). b. Sistem proteksi terhadap arus lebih (Over Current). c. Sistem proteksi terhadap gangguan tanah (Ground Fault Current). d. Sistem proteksi terhadap tegangan lebih (Over Voltage) e. Sistem proteksi terhadap tegangan turun (Under Voltage) Dengan adanya sistem proteksi diatas, apabila terjadi gangguan seperti hubung singkat, arus lebih dan lain-lain, circuit breaker secara otomatis akan membuka (Trip) sehingga gangguan tersebut tidak akan merusak komponen listrik lainnya. Seluruh batasan (rating) dan tingkat kemampuan dan kepekaan dari komponen proteksi dipilih sedemikian rupa, sehingga karakteristik proteksinya mempunyai selektivitas pengaman yang diinginkan dan akan memback-up sistem lainnya. 3.10. Perhitungan Arus Hubung Singkat Di bawah ini diberikan rumus untuk perhitungan arus hubung singkat pada panel distribusi utama tegangan rendah. Sebagai basis perhitungan diambil 48

kapasitas trafo terbesar. Rumus perhitungan arus hubung singkat adalah sebagai berikut: Arus Hubung Singkat Isc = V 2 3. RT + XT 2 ka... (3.3) Dimana: Isc = Arus Hubung Singkat (Kilo Ampere) V = Tegangan phasa ke phasa (Volt) RT = Resistansi (m ohm) XT = Reaktansi (m ohm) 3.11. Sistem Penerangan Tingkat intensitas penerangan untuk ruangan disesuaikan dengan kefungsian dari pada ruangan tersebut, sehingga didapat level intensitas penerangan yang cukup dan sesuai dengan pekerjaan tertentu. 3.11.1. Standar Intensitas Penerangan Standar intensitas penerangan yang direncanakan menggunakan standar penerangan bangunan di Indonesia. 49

Tabel 3.1 Standar Intensitas Penerangan Kantor (Office) Nama Ruangan Intensitas Penerangan (Lux) Office Ruang Kerja 400-500 Ruang Komputer 350 Ruang Rapat 300 Ruang Arsip 150 Ruang Arsip Aktif 300 Ruang Data Center 400-500 3.11.2. Jenis-jenis Lampu Penerangan Jenis lampu penerangan yang digunakan secara umum: Ruang Kantor / Ruang Kerja. Lampu yang digunakan adalah lampu TL 3 x 18 W, dan sebagian dari lampu tersebut akan di back up oleh baterai. Jenis armaturnya akan dikoordinasikan dengan arsitek. 50

Ruang Rapat Lampu yang digunakan adalah lampu TL 3 x 18 W dan dikombinasikan dengan lampu Down Light. Jenis armature lampu yang akan digunakan akan dikoordinasikan dengan arsitek. Toilet Untuk ruangan ini digunakan lampu tipe Down Light. Power House Untuk ruangan ini digunakan tipe lampu TL Balk atau Metal Reflektor Sebagian dari lampu TL diback-up oleh battery. Taman, Parkir dan Luar Gedung Untuk penerangan taman, parkir dan jalan dipakai lampu dengan jenis armature yang disesuaikan dengan exterior dan lansdscape. Bangunan / Lampu Gedung Lampu sorot gedung akan didesain bersama dengan arsitek sehingga didapatkan efek pencahayaan yang diinginkan. Lampu Emergensi Lampu ini harus dilengkapi dengan baterai NiCad sebagai sumber listrik cadangan. 3.11.3. Saklar-saklar Lampu Penerangan - Ruang Peralatan, pantri, koridor, toilet, gudang, ruang mesin dan ruang sejenis. Untuk ruangan-ruangan ini dipergunakan saklar yang dipasang setempat untuk memudahkan operasinya. 51

- Ruang kerja, ruang rapat, lobby, jika jumlah grup lampu tidak lebih dari 4, digunakan jenis saklar ganda, tetapi jika jumlah grup lampu lebih dari 4, digunakan jenis Grid Switch. Jumlah grup lampu berdasarkan luas satu ruangan. Posisi saklar / grid switch, diletakkan disetiap pintu masuk sisi dalam ruangan. - Tangga Darurat Untuk ruangan tangga darurat lampu-lampu penerangan tangga direncanakan sistem penyalaannya menggunakan sakelar hotel dan lampu-lampu tersebut dilengkapi dengan batere nicad. - Luar Gedung Untuk penerangan luar gedung dipergunakan Timer Switch, sehingga lampu dapat menyala dan padam pada waktu diprogram (tertentu) secara otomatis. - Ketinggian Saklar Lampu Saklar lampu dipasang pada ketinggian 150 cm dari lantai. 3.11.4. Pengabelan Saklar Lampu Jenis kabel yang dipakai untuk instalasi penerangan dalam gedung adalah NYM dengan diameter 2,5 mm² dengan conduit PVC. Pemasangan instalasi kabel diatas ceiling dipergunakan sistem kabel Trunking dan di klem pada slab pada setiap jarak 1,5 m. Semua body dari lampu dihubung-tanahkan dengan kabel yang dihubungkan ke terminal grounding dari panel. Untuk instalasi penerangan luar gedung dipakai kabel NYFGbY, dimana pemasangan dalam tanah dilindungi dengan pipa Galvanized, jika terkena tekanan mekanis dan ditanam sedalam 80 cm dari permukaan tanah. 52

3.11.5. Proteksi dari Miniature Circuit Breaker untuk Lampu Penerangan Banyaknya lampu-lampu per group (per-circuit) diatur, sehingga dapat di proteksi dengan Miniature Circuit Breaker. 3.12. Sistem Instalasi Stop Kontak - Stop Kontak pada Kolom/Dinding Untuk seluruh lantai dan ruang-ruang mekanikal, toilet, gudang dan ruang sejenisnya, dipasang stop kontak pada kolom atau dinding bata dengan ketinggian 30 cm dari lantai dan khusus ruang pantry dan ruang sejenisnya dipasang dengan ketinggian sesuai dengan penempatan peralatan-peralatan pantry. - Pengabelan Instalasi Stop Kontak Pengkabelan instalasi stop kontak dengan kabel NYM 3 x 2.5 mm2, dengan conduit PVC semua stop kontak dihubung-tanahkan melalui kabel yang dihubungkan ke grounding pada panel untuk stop kontak. - Proteksi Instalasi Stop Kontak Banyaknya stop kontak per group diatur sedemikian rupa,sehingga dapat diproteksi dengan Miniature Circuit Breaker dengan kapasitas 10 ampere. 3.13. Sistem Instalasi Hubungan Pentanahan Sistem pentanahan yang direncanakan adalah dengan sistem PEMBUMI PENGAMAN (PP), yaitu sistem yang mempunyai titik netral yang dibumikan langsung dan BKT (Bagian Konduktif Terbuka) instalasi dihubungkan ke 53

elektrode bumi yang secara listrik terpisah dari elektrode bumi sistem tenaga listrik (Grounding System, Lihat SNI hal. 17) 3.13.1. Standar dan Peraturan Instalasi Luas penampang hantaran pengaman untuk sistem pentanahan dan cara instalasinya secara keseluruhan disesuaikan dengan peraturan yang ada pada PUIL 2000 (hal 33 s/d 97 Bab 3 Pengamanan ). 3.13.2. Hubungan Pentanahan Sumber-sumber Listrik Sumber-sumber listrik yaitu trafo 20 kv-400/230 V dan genset 380/220 V titik netralnya diketanahkan secara terpisah. Selain itu casing/housingnya yang pada keadaan normal tidak bertegangan di ketanahkan pula secara terpisah. 3.13.3. Hubungan Pentanahan Antar Panel Sistem pentanahan ditarik satu kawat utama (feeder/riser), kemudian pada tiap-tiap lantai diberikan satu terminal box dan untuk selanjutnya didistribusikan ke tiap panel dan peralatan-peralatan listrik lainnya. 3.13.4. Bak Kontrol Pentanahan Bak kontrol pentanahan untuk titik netral, casing/ housing Transformator dan genset dibuat secara terpisah. Besar tahanan tanah didapat dengan menancapkan elektroda pentanahan ke dalam tanah sedalam minimum 12 meter dan harus mencapai permukaan air sehingga dapat diperoleh nilai tahanan listrik yang diinginkan sebagai berikut : - Instalasi listrik 2 Ω 54

- Instalasi penyalur petir 5 Ω - Instalasi elektronik 1 Ω 3.14. Perbaikan Faktor Daya Cos Q Pada suatu instalasi listrik gedung bertingkat dimana banyak terdapat beban-beban antara lain, motor-motor, lampu flourescent / TL dengan ballast electronic, peralatan elektronik lainnya (seperti Komputer dll) maka akan menimbulkan beban induktif yang akan menyebabkan arus terbelakang (lagging) terhadap tegangan dengan sudut yang besar, sehingga nilai cos φ menjadi kecil, dan akan menyebabkan besarnya daya kvar yang merugikan. Dalam Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 03.P/451/M.PE/ 1991, tentang Persyaratan Penyambungan Tenaga Listrik, disebutkan pada pasal 5 sebagai berikut : 1) Tarif dasar listrik sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 berlaku untuk pemakaian tenaga listrik dengan factor daya rata-rata setiap bulan sekurang-kurangnya 0,85 (delapan puluh lima per seratus). 2) Dalam hal factor daya rata-rata setiap bulan kurang dari 0,85 (delapan puluh lima per seratus), maka terhadap beberapa golongan tariff tersebut dikenakan biaya kelebihan pemakaian daya reaktif (kvarh) Untuk memperbaiki faktor daya cos φ direncanakan menggunakan kapasitor bank. Kapasitor-kapasitor yang digunakan untuk memperbaiki faktor 55

daya ini menyebabkan sudut pergeseran fasa antara arus dan tegangan pada fasa - fasa beban menjadi lebih kecil sehingga faktor daya cos φ menjadi lebih besar. Untuk menghindari terjadinya Beban Kapasitif dari Kapasitor Bank diatas, direncanakan sedemikian rupa: 1. Besarnya kapasitor yang dipasang sebaiknya terdiri dari beberapa kapasitas yang kecil, sehingga bila terjadi beban kapasitif dapat dihindari. 2. Kerja Kapasitor Bank direncanakan secara otomatis dengan menggunakan Automatic Power Factor Regulator (APFR) lengkap dengan display harmonic THD I dan THD V. 3. Kapasitor yang dipakai harus dilengkapi dengan reaktor. 3.15. Sistem Instalasi Penyalur Petir Sistem penyalur petir untuk bangunan gedung ini direncanakan menggunakan sistem electrostatic type non radioaktif. Pada air terminal mengeluarkan muatan positif dan akan menangkap muatan negatif dari awan, sehingga akan mengundang terjadinya petir untuk menyambar titik terminal atau biasa disebut spitzen. Dengan demikian sambaran petir pada gedung tersebut dapat dikontrol/dikendalikan, sehingga tidak merusak baik gedung ataupun peralatan yang terdapat pada gedung tersebut. Besarnya Tahanan dari sistem proteksi petir ini adalah maksimum 5 ohm. 56