Gambar 4. A=N0K0; B=N0K1; C=N0K2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

LAPORAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Murashige-Skoog dengan penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.)

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Alfalfa termasuk tanaman kelompok leguminose yang berkhasiat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

III. METODE PENELITIAN A.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)

BAB 3 BAHAN DAN METODA

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau-Pekanbaru

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Induk Hortikultura Gedung Johor Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

SKRIPSI KECEPATAN INDUKSI KALUS DAN KANDUNGAN EUGENOL SIRIH MERAH

BAHAN DAN METODE. Histodifferensiasi Embrio Somatik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juli 2014 di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

BAB III BAHAN DAN TATA KERJA. kotiledon dari kecambah sengon berumur 6 hari. Kecambah berasal dari biji yang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) merupakan tumbuhan obat asli

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (HST). Data hari muncul kalus yang telah diperoleh dianalisis dengan analisis

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

3. METODOLOGI PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI. PENGARUH KINETIN DAN ASAM 2,4 DIKLOROFENOKSIASETAT TERHADAP KANDUNGAN METABOLIT SEKUNDER KALUS DAUN POHPOHAN (Pilea trinervia Wight)

I. PENDAHULUAN. sebutan lain seruni atau bunga emas (Golden Flower) yang berasal dari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Umum Kultur Pada Kultivar Jerapah dan Sima

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl.

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Percobaan

tekanan 17,5 psi. Setelah itu, media disimpan selama 3 hari pada suhu ruangan, untuk memastikan ada tidaknya kontaminasi pada media tersebut.

Transkripsi:

V. HASIL DAN PEMAHASAN A. Hasil Penelitian diakhiri saat umur enam minggu dan hasilnya dapat dilihat pada gambargambar dibawah ini: A Gambar 4. A=N0K0; =N0K1; =N0K2 Pada gambar 4 tampak eksplan dengan perlakuan media tanpa zat pengatur tumbuh NAA dengan kombinasi berbagai konsentrasi Kinetin, terlihat tidak terbentuk kalus, kotiledon tetap hijau menebal, melengkung, selain pada perlakuan kontrol eksplan menjadi kering. Pada gambar 5 dan 6 terlihat eksplan dengan perlakuan NAA 0,1 ppm dan 0,2 ppm dengan kombinasi berbagai konsentrasi kinetin, terbentuk kalus yang kompak dengan berbagai bentuk dan variasi warna. 14

A D Gambar 5. A=N1K0; =N1K1; =N1K2 A Gambar 6. A=N2K0; =N2K1; =N2K2 Data yang diperoleh kemudian dianalisis keragaman dan bila terjadi beda nyata diuji lanjut dengan Uji Jarak erganda Duncan taraf 5%. erikut adalah hasil analisis terhadap parameter yang diamati. 15

1. Parameter Kedinian Terbentuknya Kalus (Hst) Hasil dan analisis keragaman terhadap kedinian terbentuknya kalus dengan perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh NAA dan kinetin disajikan pada tabel lampiran 1. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh NAA berpengaruh sangat nyata terhadap kedinian terbentuknya kalus eksplan potongan daun sambiloto dan tidak ada interaksi antar kedua zat pengatur tumbuh yang dicobakan. Rerata kedinian terbentuknya kalus disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis DMRT 5% Rerata Kedianian Kalus (Hst) N0 N1 N2 Rerata K1 0.00i 14.80h 7.60h 7.47d K2 0.00i 7.80h 9.60h 5.80d K3 0.00i 7.40h 8.60h 5.33d Rerata 0.00b 10.1a 8.80a 2. Parameter obot Kalus Segar Hasil dan analisis keragaman terhadap bobot kalus segar dengan perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh asam 2,4-D dan kinetin disajikan pada tabel lampiran 2. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa zat pengatur tumbuh asam 2,4-D berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kalus segar eksplan potongan daun sambiloto dan tidak ada interaksi antar kedua zat pengatur tumbuh yang dicobakan. Rerata bobot kalus segar disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Analisis DMRT 5% Rerata obot Kalus Segar (g) D0 D1 D2 Rerata K1 0.00j 0.33hi 0.23hi 0.19d K2 0.00j 0.19ij 0.29hi 0.16d K3 0.00j 0.19hij 0.22hij 0.14d Rerata 0.00b 0.27a 0.25a. Pembahasan anyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan tehnik kultur jaringan antara lain sumber tanaman yang digunakan sebagai eksplan, genotipe tanaman, lingkungan tumbuh eksplan, unsur-unsur hara yang diperlukan bagi perkembangan eksplan, pelaksanaan 16

kerja dan faktor lainnya. Tidak semua jenis tanaman sesuai dengan sesuatu jenis media dan unsur hara yang sama, begitu juga dengan penggunaan zat pengatur tumbuh yang ditambahkan dalam media. Pada penelitian ini tidak terlepas dari terjadinya kontaminasi. Jumlah botol yang terkontaminasi adalah sebanyak 33,33%. Eksplan atau kultur terkontaminasi oleh berbagai mikroorganisme seperti jamur dan bakteri yang terjadi pada saat pemeliharaan kultur. Pencegahan kontaminasi telah dilakukan dengan cara sterilisasi lingkungan kerja, yaitu penyemprotan menggunakan formalin 30% dan alkohol 70%. Pembentukan kalus pada kultur jaringan dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh. Pada penelitian ini digunakan media Murashige-Skoog (MS) dengan penambahan dua macam zat pengatur tumbuh, yaitu asam NAA dari golongan auksin dan Kinetin dari golongan sitokinin. Menurut berbagai pustaka, NAA merupakan hormon auksin sintesis yang paling efektif untuk pembentukan kalus sehingga disebut dengan hormon dediferensiasi (Endress, 1994). Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk membentuk kalus adalah kinetin yang merupakan hormon golongan sitokinin. Respon pertumbuhan awal dari potongan kotiledon Andrographis paniculata Nees. yang ditanam dalam media MS padat mulai tampak pada hari ke-6 yang ditandai dengan melengkungnya eksplan kotiledon. Kalus mulai muncul pada hari ke-10, dimulai dari pinggiran eksplan yang dilukai/bekas potongan kemudian pada bagian pinggir kotiledon dan kalus akhirnya menutupi hampir seluruh permukaan kotiledon pada akhir minggu ke-4. Hal ini sesuai dengan pendapat George Sherrington (1984) yang mengatakan bahwa pelukaan jaringan tumbuhan dapat merangsang pembentukan sel yang berperan dalam inisiasi pembentukan kalus. Sedangkan pembentukan kalus pada pinggir kotiledon dikarenakan adanya jaringan parenkhim (kambium) yang bersifat maristematis, sehingga sel-selnya masih aktif melakukan pembelahan. Penelitian tentang pembentukan kalus ini lebih lanjut dijelaskan oleh Martin (2004) bahwa kalus dengan mudah dapat diinduksi dngan menempatkan potongan kecil dari eksplan ke dalam media steril. Dengan adanya stimulus dari substansi pertumbuhan endogen dan zat pengatur tumbuh yang ditambahkan dalam media, metabolisme sel berubah dari metabolisme pasif menjadi metabolisme aktif. Hasil pengamatan secara visual pada kalus menunjukkan tekstur kalus yang kompak, sehingga jika ditekan kalus terasa keras. Pada kalus kompak ini ikatan sel satu dan yang lainnya rapat dan kompak. Pengamatan pada warna kalus pada penelitian ini ada sedikit variasi perbedaan warna, menurut George Sherrington (1984) variasi warna 17

sangat mungkin muncul dalam kultur kalus sebagai akibat metabolisme sel fungsi genetik pada bagian tertentu dari eksplan yang ditanam. 18