BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bagi banyak perusahaan manufaktur, salah satu sumber yang memerlukan perencanaan yang seksama adalah persediaan. Hal ini dikarenakan pada umumnya persediaan merupakan bagian terbesar dalam penggunaan modal perusahaan serta pengaruhnya terhadap jalannya perusahaan dirasakan cukup besar. Karenanya dalam proses produksi memerlukan bahan baku yang cukup, tidak lebih atau kurang yang disesuaikan dengan rencana penjualan yang telah ditentukan sebelumnya. PT. Asahimas Glass Flat, Tbk adalah sebuah perusahaan produsen kaca pelindung yang sering digunakan untuk menjadi kaca mobil. Setiap bulannya mereka menerima ribuan pesanan kaca dari distributor mobil dan mengeluarkan biaya ratusan juta rupiah untuk mengelola persediaan bahan bakunya. Sehingga manajemen persediaan dalam perusahaan haruslah diperhatikan dengan baik agar dapat mengoptimalkan perputaran modal usaha yang ada. Perusahaan pada saat ini membagi persediaan kedalam tiga jenis persediaan, yaitu: bahan baku mentah, bahan baku setengah jadi, bahan baku jadi. Pada penelitian ini lebih diperhatikan pada persediaan bahan baku mentah karena perusahaan merupakan perusahaan dengan jenis usaha manufaktur yang melakukan pembelian untuk bahan baku mentah dari supplier. Perusahaan melakukan pengelolaan persediaannya diawali pada perhitungan jumlah produk yang diminta oleh para distributor mobil pada akhir bulan sebelumnya untuk produksi
bulan berikutnya sehingga setiap bulannya departemen produksi sudah memiliki rencana produksi yang pasti. Dari rencana produksi tersebut, bagian produksi menghitung berapa jumlah bahan baku yang diperlukan untuk memenuhi target produksi yang diperlukan. Sehingga perusahaan dapat menentukan perusahaan dengan pasti bahan baku mentah yang akan dibeli dari supplier. Pada saat ini perusahaan melakukan perencanaan persediaan dengan jenis persediaan tradisional, tanpa perencanaan sebelumnya. Hal ini tentu menghasilkan biaya yang tidak efektif bagi perusahaan karena perputaran modal perusahaan berjalan lama. Bila dilihat dari proses operasional perusahaan, perusahaan dapat menerapkan sistem persediaan just in time. Metode persediaan just in time yang dikembangkan oleh perusahaan Toyota sejak tahun 1978 merupakan metode persediaan yang paling baru diperkenalkan dan dianggap metode paling efisien karena perusahaan tidak perlu melakukan persediaan bahan baku (zero inventory) dan perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk mendirikan gudang sebagai tempat menyimpan bahan baku sehingga perusahaan dapat melakukan efisiensi biaya dari bidang persediaan bahan baku. Dari hal inilah karya tulis Penerapan Persediaan Just In Time pada PT. Asahimas Glass Flat, Tbk dibuat untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan. 1.2 Identifikasi Masalah Pengadaan bahan yang tidak tepat pada perusahaan manufaktur khususnya dapat berakibat tidak baik bagi kelancaran proses produksi yang tentunya dapat berakibat buruk pada kualitas dan kuantitas produksi. Maka permasalahan dalam penelitian adalah:
1. Bagaimana perencanaan dan pengendalian persediaan yang dilakukan PT. Asahimas Glass Flat Company, Tbk? 2. Bagaimana penerapan sistem just in time yang dapat dilakukan PT. Asahimas Glass Flat Company, Tbk? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penelitian ini adalah: 1. Untuk mempelajari perencanaan dan pengendalian persediaan yang dilakukan PT. Asahimas Glass Flat Company, Tbk 2. Untuk mempelajari bagaimana penerapan sistem just in time yang dapat dilakukan PT. Asahimas Glass Flat Company, Tbk 1.4 Kegunaan Penelitian Dari penelitian diharapkan akan diperoleh informasi yang dapat digunakan oleh: 1. Penulis Agar dapat memahami masalah dalam manajemen operasi khususnya mengenai pengendalian persediaan dan hubungannya dengan tren 2. Perusahaan Sebagai masukan dalam memperbaiki kinerja perusahaan terutama dalam hal pengendalian persediaan
3. Pihak-pihak lain Sebagai tambahan informasi serta pengetahuan mengenai sistem pengendalian persediaan dalam perusahaan 1.5 Kerangka Pemikiran Lingkungan manufaktur bagi perusahaan tradisional, berbatch besar dan biaya persiapan yang tinggi telah berubah secara dramatis dalam 10-20tahun terakhir. Kemajuan dalam transportasi dan komunikasi telah banyak berperan dalam sistem dan penciptaan kompetisi global. Kemajuan teknologi telah menyebabkan siklus hidup produksi menjadi lebih singkat dan keragaman produk semakin meningkat pula. Sebab penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan mempunyai efek langsung terhadap perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam persediaan akan menekan keuntungan perusahaan. Adanya investasi dalam inventory yang terlalu besar akan memperbesar beban bunga, biaya penyimpanan dan pemeliharaan gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena perusahaan, turunnya kualitas, keusangan sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahaan. Sejak awal tahun 1980-an perusahaan telah melakukan serangkaian tahap program perbaikan yang berkenaan dengan pengelolaan persediaan. Suatu sistem yang banyak mendapat perhatian pada dua dekade terakhir ini adalah metode Just In Time. Metode ini dikembangkan oleh Taichi Ohno dan kawan-kawannya di Toyota Motor Company Jepang dan mulai dikenal secara meluas mulai tahun 1978. Metode ini menekankan semua material harus menjadi bagian yang aktif dalam sistem produksi dan tidak menimbulkan masalah yang pada akhirnya
menimbulkan biaya persediaan. Dalam just in time, persediaan diusahakan dibuat seminimum mungkin bahkan tidak menggunakan persediaan agar menjaga berlangsungnya produksi. Bahan baku yang tersedia dalam waktu yang tepat dengan spesifikasi/mutu yang tepat sesuai dengan permintaan. Seperti yang dikatakan Supriono, produksi berdasarkan just in time merupakan perwujudan konsep penyederhanaan dan pengeliminasian pemborosan pabrik. Produksi tersebut menggunakan sel-sel pemanufakturan yang didukung oleh manajemen pemasok dan perbaikan sistem logistik sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan modal dalam produksi. Sedangkan Jay Haizer dan Barry Render dalam bukunya Operational Management nineth edition menyatakan bahwa taktik just in time sedang diterapkan pada perusahaan manufaktur untuk meningkatkan kualitas, menekan investasi inventori dan menekan biaya-biaya lainnya. Persediaan just in time adalah metode persediaan yang memberikan jumlah persediaan minimum dengan sistem operasional usaha yang tetap dapat berjalan dengan sempurna. Untuk mempermudah perhitungan pembelian bahan baku dapat mengunakan alat bantuan seperti Material Requirement Planning (MRP) pada proses produksi. MRP yang digunakan disesuaikan dengan sistem just in time yang akan dipakai. Dengan menggunkan MRP, perusahaan dapat dengan mudah menentukan kapan dan berapa jumlah bahan baku yang akan dipesan kepada supplier. Menurut Alan Harrison dan Remko van Hoek Material Requirement Planning (MRP) merupakan alat penyusun pertanyaan berapa banyak dan kapan melakukan pemesanan material yang tepat. MRP merupakan alat yang baik untuk perencanaan tetapi lemah dalam melakukan kontrol sedangkan JIT baik dalam kontrol tetapi lemah dalam perencanaan. Adalah hal yang baik
bila keduanya digunakan bersamaan untuk menutupi kelemahan sistem yang satu dengan kekuatan sistem yang lainnya. Berdasarkan kerangka diatas maka penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Penerapan Metode Persediaan Just In Time pada perusahaan manufaktur PT. Asahimas Glass Flat, Tbk. 1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penelitian adalah metode deskriptif, yaitu metode yang dilakukan dengan cara menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya dan mengumpulkan data-data berdasarkan fakta-fakta yang ada dalam perusahaan. Berdasarkan datadata yang diperoleh, dibuat suatu analisa untuk mendapatkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang dibahas Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) a. Peninjauan atau pengamatan (Observation) Penelitian observation yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara meninjau atau mengunjungi perusahaan yang bersangkutan dan penulis melakukan pengamatan secara langsung untuk mencatat data maupun informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas.
b. Wawancara (Interview) Penelitian interview yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menghubungi dan mengadakan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang dapat dipercaya untuk memberikan informasi yang diperlukan selama penelitian. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan cara menggunakan informasi dari buku-buku ataupun sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. 1.7 Lokasi Penelitian Pada penelitian ini objek penelitian yang diambil adalah perusahaan manufaktur PT. Asahimas Glass Flat Company, Tbk (Asahi Group Company) yang berada di Jl. Kota Bukit Indah sektor 1A blok J-L, Cikampek.