Analisis Butir/Item Uji Validitas Uji Reliabilitas tedi last 10/16
LATAR BELAKANG Scaling yang dibuat sering tidak sempurna, dan kesalahan mungkin terjadi dalam pengukuran variabelvariabel yang bersifat abstrak/latent yang tidak dapat diukur secara langsung (persepsi, sikap, perilaku). Oleh karena itu sebelum instrumen pengumpul data (kuesioner) secara final digunakan, perlu dilakukan : 1. Analisis Butir (Analisis Item) 2. Uji Validitas 3. Uji Reliabilitas
ANALISIS BUTIR Analisis item (Analisis butir) digunakan untuk mengetahui apakah item-item dalam instrumen pengumpul data tersebut perlu disertakan atau tidak. Dalam hal ini, setiap item pertanyaan/pernyataan diuji kemampuannya dalam membedakan diantara subjek dengan skor tinggi dan subjek dengan skor rendah terhadap total skornya *. Nilai rata-rata skor diuji untuk mendeteksi perbedaan signifikansi melalui t-value, dimana item yang memiliki t-value tinggi disertakan dalam instrumen, sementara yang memiliki t-value rendah - tidak disertakan. Catatan : * = analisis butir dalam terminologi validitas termasuk dalam teknik pengujian validitas internal.
UJI VALIDITAS Uji validitas digunakan untuk memastikan kemampuan instrumen (yang dipilih peneliti) dalam mengukur konsep tertentu yang bersifat abstrak. Terminolodi validitas dalam desain eksperimen terbagi menjadi 2 bagian yaitu : 1. Validitas Internal (berkenaan dengan keterkaitan sebab-akibat). Suatu instrumen dikatakan valid secara internal bila terdapat kesesuian antara bagian-bagian instrumen dengan instrument secara keseluruhan. 2. Validitas Eksternal (berkenaan dengan kekuatan generalisasi pada lingkungan eksternal). Suatu instrument dikatakan valid secara eksternal jika data yang diperoleh sesuai dengan informasi lain mengenai variabel yang dimaksud. Tipe validitas yang digunakan dalam Uji kesesuaian pengukuran secara statistik adalah : 1. Content Validity, atau Face Validity 2. Criterion-related Validity 3. Construct Validity, atau Unidimensionality Validity
lanjutan : uji validitas Content Validity : validitas isi digunakan untuk memastikan bahwa pengukuran atas satu set item (unsur indikator/ dimensi) telah memadai dan representatif sesuai dengan konsep/teori. Pengujian validitas isi dapat dilakukan melalui pertimbangan para pakar (sebagai panelis). Criterion-related Validity : Validitas ini digunakan untuk mengukur perbedaan individual terhadap kriterianya, dengan cara menghitung korelasi antara skor masing-masing item dengan skor total menggunakan teknik korelasi product moment (metode interkorelasi dengan kaidah keputusan r > 0,3 = valid). Construct Validity : diukur dengan Goodness of Fit Index (GFI), bilamana GFI > 0.90 maka instrumen bersangkutan dikatakan valid (Hair et. al., 1992) (software LISREL 8.30 atau AMOS Rel. 4.01) ; Atau dapat diukur dengan analsis faktor konfirmatori, yaitu F1 (satu) faktor yang bermakna bila eigen value > 1 atau keragaman komulatif sekitar 75 %.
Contoh : Validitas Eksternal. Faktor-faktor yang digunakan untuk mengukur kecakapan auditor : 1. Tingkat Pendidikan Formal 2. Pendidikan Dan Pelatihan 3. Pengalaman Kerja sebagai Auditor Bila selama ini kecakapan auditor dinilai berdasarkan sertifikasi, maka faktor yang memiliki validitas tertinggi dapat di ukur sbb :
Output SPSS : H10 fx A B C D E 1 SERTIFIKASI PENDIDIKAN DIKLAT PENGALAMAN 2 SERTIFIKASI 1.00 3 PENDIDIKAN 0.803 1.00 4 DIKLAT 0.392 0.504 1.00 5 PENGALAMAN 0.560 0.363 0.056 1.00 6 Ternyata nilai koefisien korelasi tertinggi adalah antara Sertifikasi dengan Tingkat Pendidikan Formal (r sertifikasi pendidikan = 0.803) jadi faktor yang valid untuk mengukur kecakapan auditor adalah Tingkat Pendidikan Formal dibanding Diklat dan Pengalaman.
Contoh : Uji Validitas Internal. Data di bawah ini skor dari 5 pertanyaan ttg Variabel X1 :
Output SPSS : Correlations X1_1 X1_2 X1_3 X1_4 X1_5 TOTX1 X1_1 Pearson Correlation 1.000.243.382*.177 -.259.517** Sig. (1-tailed)..098.019.175.084.002 N 30 30 30 30 30 30 X1_2 Pearson Correlation.243 1.000.411*.184 -.262.440** Sig. (1-tailed).098..012.165.081.008 N 30 30 30 30 30 30 X1_3 Pearson Correlation.382*.411* 1.000.464** -.302.631** Sig. (1-tailed).019.012..005.053.000 N 30 30 30 30 30 30 X1_4 Pearson Correlation.177.184.464** 1.000 -.093.627** Sig. (1-tailed).175.165.005..313.000 N 30 30 30 30 30 30 X1_5 Pearson Correlation -.259 -.262 -.302 -.093 1.000.302 Sig. (1-tailed).084.081.053.313..052 N 30 30 30 30 30 30 TOTX1 Pearson Correlation.517**.440**.631**.627**.302 1.000 Sig. (1-tailed).002.008.000.000.052. N 30 30 30 30 30 30 *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Bila diketahui r tabel (df : n-2) = 0,374, maka Interpretasi : r X1-1 : tot = 0,517 > 0,374 r X1-2 : tot = 0,440 > 0,374 r X1-3 : tot = 0,631 > 0,374 r X1-4 : tot = 0,627 > 0,374 r X1-5 : tot = 0,302 < 0,374 : Valid : Valid : Valid : Valid : Tidak Valid. Atau: X1-1 : tot = 0,002 < 0,05 X1-1 : tot = 0,008 < 0,05 X1-1 : tot = 0,000 < 0,05 X1-1 : tot = 0,000 < 0,05 X1-1 : tot = 0,052 > 0,05 : Valid : Valid : Valid : Valid : Tidak Valid. Adaptasi contoh dari : Suliyanto (2015)
UJI RELIABILITAS Reliabilitas pengukuran mengindikasikan stabilitas dan konsistensi instrumen dalam mengukur konsep. Dalam hal ini pengukuran yang dilakukan secara berulang dan menghasilkan hasil yang relatif sama (konsisten) maka instrumen pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Uji Reliabilitas dapat dikelompokan : 1. Stabilitas pengukuran : Test re test, Alternative-forms 2. Konsistensi Internal pengukuran
lanjutan : uji reliabilitas Test-Retest Reliability : Koefisien reliabilitas diperoleh dengan mengulang pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda (across time). Korelasi diantara skor-skor yang diperoleh pada dua waktu yang berbeda merupakan koefisien test-retest. Misalnya: Pada Hari Ke-1 ditanyakan: Bagaimana tanggapan bapak/ibu mengenai pembagian wewenang dan tanggungjawab di perusahaan ini? Pada hari ke 28 pertanyaan yang sama ditanyakan kembali kepada responden yang sama. Bila jawabannya sama, maka reliabilitas instrumen pengukuran semakin baik dari faktor stabilitasnya.
lanjutan : uji reliabilitas Parallel form Reliability : Reliabilitas instrumen diperoleh melalui respon yang stabil atas suatu construct yang ditanyakan dengan bentuk (form) biasanya kalimat - yang berbeda. Misalnya: Menurut pandangan bapak/ibu, pembagian tugas dan tanggungjawab di perusahaan ini seimbang. Pada form yang lain (bisa juga urutan nomor yang berbeda) ditanyakan kembali construct yang sama dengan kalimat yang berbeda, Apakah di perusahaan bapak/ibu, ditemukan adanya bagian/unit yang beban tugas dan tanggungjawabnya lebih berat dari bagian/unit yang lainnya? Bila jawabannya mengarah kepada construct yang sama berarti reliabilitasnya semakin tinggi.
lanjutan : uji reliabilitas Internal Consistency Reliability : Konsistensi internal suatu pengukuran mengindikasikan adanya homogenitas dari item-item dalam suatu pengukuran yang sesuai dengan construct-nya. Reliabilitas ditunjukan bila item dan subset item dalam suatu pengukuran memiliki korelasi yang tinggi. Pengujian internal consistency reliability yang umum digunakan adalah Koefisien Cronbach s Alpha, dengan langkah kerja : 1. Menyajikan data dalam Tabel Analisis Butir, lengkap dengan nilai total skor dan nilai varians. 2. Hitung Statistik Uji Cronbach s Alpha Coefficient : 2 k b ( )(1 ) 3. Gunakan Kaidah Keputusan : 2 k 1 ( t) Bila ά > r table (df : n-2) maka instrument adalah Reliabel
Contoh : Uji Reliabilitas menggunakan Cronbach s Alpha. Data dibawah ini Tabel Analisis Butir dari 4 pertanyaan ttg X1 :
Hasil perhitungan secara manual : 2 k b 4 1,525 ( )(1 ) ( )(1 ) 0, 637 2 k 1 ( t) 4 1 2,921 Atau : Output SPSS : Bila diketahui r tabel (df : n-2) = 0,374, berarti ά > r table (df : n-2) Dengan demikian, instrument tersebut Reliabel. Adaptasi contoh dari : Suliyanto (2015)
. tedi.doc