PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA DAN ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) DI PROVINSI BALI (Sebuah Analisis Tipologi Daerah)

dokumen-dokumen yang mirip
INVESTASI SWASTA SEKTOR PARIWISATA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI BALI (Sebuah Analisis Tipologi Daerah) Made Dwi Setyadhi Mustika ABSTRACT

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

Regional Revenue. PENDAPATAN REGIONAL Regional Revenue

TIPOLOGI WILAYAH BALI HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB XIII. PERBANDIGAN REGIONAL KARANGASEM GINI RATIO : 0,337 IPM : 64,01 JEMBRANA BANGLI BULELENG TABANAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2011

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2011

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2015

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA. P a r a d i g m a K e m i s k i n a n

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2012

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2015

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2008

HALAMAN PENGESAHAN...

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2016

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2008

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2014

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOVEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2017

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN

Seuntai Kata. Denpasar, November 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Ir. I Gde Suarsa, M.Si.

Tabel 2 Ketimpangangan hasil pembangunan pendidikan antar wilayah masih belum terselesaikan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2016

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 41 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI DESEMBER 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2016

PROFIL PEMBANGUNAN BALI

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOVEMBER 2015

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JANUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI NOPEMBER 2013

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI APRIL 2017

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MEI 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA BERKAT RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG

Perkembangan Pariwisata Bali

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI PEBRUARI 2010

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. GBHN, bahwa penduduk merupakan modal dasar pembangunan yang potensial. kualitas sumber daya manusia yang baik pula.

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN. faktor terpenting bagi kehidupan manusia, karena memiliki tiga fungsi pokok yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan pendudukyang

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2010

Transkripsi:

PIRAMIDA Vol V No. 1 ISSN : 1907-3275 PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA DAN ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) DI PROVINSI BALI Made Dwi Setyadhi Mustika Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, Denpasar ABSTRACT PER CAPITA GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT AND NUMBER OF SCHOOL S PARTICIPATIONT IN BALI PROVINCE (An Analyse of Tipologi Area) This paper discuss about number of school s participationt (APS), and per capita gross regional domestic product (per capita GRDP) in Bali Province, which is analysed using tipologi area. The data used are secondary data, consisted of per capita GRDP, number of students from Elementary School to Senior High School, and number of population ages 7-19 years, in 9 (nine) regencies/city in Bali Province. The data obtained from BPS of Bali Province. The result of the research could be elaborated as follows. Badung Regency, Denpasar City, and Gianyar Regency are owning per capita GRDP dan number of school s participant higher than mean of Bali Province. Bangli, Klungkung, Karangasem, dan Buleleng Regency are owning per capita GRDP dan number of school s participant lower than mean of Bali Province. Key words: per capita GRDP, APS, tipologi area PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan merupakan indikator utama pembangunan dan kualitas SDM suatu bangsa. Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu negara adalah tersedianya cukup sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Upaya peningkatan sumber daya manusia bertitik tolak pada upaya pembangunan bidang pendidikan. Sejarah perkembangan bangsa-bangsa di dunia menunjukkan bahwa keunggulan suatu bangsa dalam berbagai bidang, tidak semata-mata tergantung pada keunggulan sumber daya alam yang dimilikinya, melainkan oleh keunggulan kualitas sumber daya manusianya yang mampu mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang unggul itu. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduknya, diharapkan akan semakin baik kualitas sumber daya manusianya. Bebagai upaya perlu dilakukan untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengaplikasikan keinginan tersebut. Dengan kata lain, pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan sumber daya manusia. Namun demikian pendidikan adalah suatu investasi jangka panjang yang tidak mampu menghasilkan dan berdampak seketika. Proses pendidikan memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang sangat besar. Upaya percepatan peningkatan pendidikan penduduk mulai dilaksanakan pemerintah pada tahun 1973/1974, yaitu dengan menyebarkan pembangunan sekolah dasar (SD) ke seluruh pelosok negeri melalui program SD Inpres (Achmad, 2009). Program wajib belajar 6 tahun dan 9 tahun, gerakan nasional orang tua asuh (GNOTA), dan berbagi program pendukung lainnya adalah bagian dari upaya pemerintah mempercepat peningkatan kualitas SDM, yang pada akhirnya akan menciptakan SDM yang tangguh, yang siap bersaing di era globalisasi. Peningkatan SDM sekarang ini lebih difokuskan pada pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengecap pendidikan, terutama kelompok penduduk usia sekolah (umur 7 24 tahun). Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh BPS Bali, jumlah siswa Sekolah Dasar di provinsi Bali adalah seperti pada Tabel 1. berikut ini.

Pendapatan Domestik Regional Bruto per kapita dan Angka partisipasi Sekolah (APS) di Provinsi Bali Tabel 1. Banyaknya Siswa SD dan SMP menurut Kabupaten/Kota di Bali Tahun 2005/2006 Kabupaten SD SMP Jumlah /Kota Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar 26.650 37.999 49.245 44.405 18.151 22.812 46.472 69.028 72.848 10.380 16.280 17.962 17.959 6.975 7.890 12.012 24.366 27.038 Total 2005/2006 2004/2005 2003/2004 2002/2003 2001/2002 387.610 381.549 373.529 357.592 357.071 140.826 138.160 131.619 128.864 127.773 Sumber: Bali dalam Angka, BPS 2006 37030 54279 67207 62364 25126 30702 58484 93394 99886 528436 519709 505148 486456 484844 Tabel 1. menggambarkan jumlah siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang tercatat pada BPS Provinsi Bali dari tahun ajaran 2001/2002 sampai 2005/2006. Secara umum, jumlah siswa SD dan SMP di provinsi Bali menunjukkan tren yang meningkat. Khusus pada tahun ajaran 2005/2006, jumlah siswa terbanyak ada di kota Denpasar, yaitu sebanyak 72.848 orang untuk siswa SD dan 27.038 orang untuk siswa SMP. Tabel 2 selanjutnya, menunjukkan jumlah siswa Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan di provinsi Bali yang tercatat di BPS provinsi Bali. Tabel 2 Banyaknya Siswa SMU dan SMK menurut Kabupaten/Kota di BaliTahun 2005/2006 Kabupaten/ SMU SMK Jumlah Kota Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar 5561 8006 7313 8737 4527 3167 7307 12790 17566 2278 2801 4044 4509 870 1243 975 3733 9649 Total 2005/2006 2004/2005 2003/2004 2002/2003 2001/2002 74974 74395 72580 72736 68664 30102 30816 32553 33907 32418 Sumber: Bali dalam Angka, BPS 2006 7839 10807 11357 13246 5397 4410 8282 16523 27215 105076 105211 105133 106643 101082 Pada tahun ajaran 2002/2003, jumlah siswa SMU dan SMK di provinsi Bali mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan tahun ajaran sebelumnya, yaitu dari 101.082 orang menjadi 106.643 orang. Namun pada tahun ajaran 2003/2004, mengalami penurunan mencapai 1500 orang. Penurunan juga kembali terjadi pada tahun ajaran 2005/2006. Salah satu indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah adalah angka partisipasi sekolah. Angka partisipasi sekolah ini merupakan salah satu indikator yang biasa digunakan untuk melihat tingkat partisipasi penduduk dalam proses kegiatan pendidikan formal. Dalam upaya melihat pengaruh faktor ekonomi masyarakat terhadap partisipasi sekolah penduduk, maka dilakukan analisis keterkaitan antara angka partisipasi sekolah dengan tingkat pendapatan rumah tangga, yang dalam hal ini diukur melalui PDRB per kapita. Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: belum diketahuinya golongan/klasifikasi kabupaten/kota di Provinsi Bali berdasarkan angka partisipasi sekolah dan PDRB per kapita. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggolongan/ pengklasifikasian kabupaten/kota di provinsi Bali berdasarkan angka partisipasi sekolah dan PDRB per kapita. Sedangkan manfaat dari penelitian ini, diharapkan agar dapat menjadi gambaran bagi masyarakat pada umumnya, dan peneliti lain pada khususnya, terkait dengan kondisi partisipasi penduduk di bidang pendidikan di 9 kabupaten/kota di provinsi Bali. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Pendidikan Secara garis besar pengertian pendidikan dapat dibagi atas tiga bagian, sebagai berikut.: 1. Pendidikan adalah suatu cara untuk meningkatkan pengetahuan dengan menyatukan insting, pikiran, dan pengalaman manusia, sehingga bisa menciptakan sesuatu menjadi lebih sempurna dan berbudaya. Pendidikan seperti ini bersifat natural yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri dan tidak perlu dipelajari terlebih dahulu. Mendidik dapat juga dikatakan membudayakan manusia. PIRAMIDA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Made Dwi Setyadhi Mustika 2. Teori Umum Pendidikan. Konsep ini berawal dari pandangan John Dewey, seorang ahli pendidikan pada abad ke-19 yang berasal dari Amerika Serikat. Dia mengatakan bahwa pendidikan itu adalah The General Theory of Education. Dibagian lain juga dia juga mengatakan bahwa pendidikan adalah Philosophy is General Theory of Education. Disini diketahui bahwa John Dewey tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan artinya dia mengatakan bahwa pendidikan adalah teori umum pendidikan. Teori ini menjelaskan prinsip-prinsip mendidik secara umum, seperti didaktik dan metodik secara khusus, yang pada zaman sekarang dikenal dengan Proses Belajar Mengajar (PBM). Pendidikan ini menitikberatkan agar materi atau pendidikan mudah diamati, dinternalisasi, dihayati dan ditransfer serta dilaksanakan dalam kehidupan nyata. 3. Ilmu Pendidikan. Pandangan ini berasal dari Eropa Barat, khususnya Belanda dengan ahli pendidikannya yang terkenal bernama Langeveld. Di negeri ini pendidikan secara resmi diakui sebagai ilmu pengetahuan. Suatu pengetahuan dapat berubah menjadi suatu ilmu bila memenuhi suatu persyaratan ilmu. Syarat ilmu yang dimaksud adalah : - Memiliki Objek. Objek ada dua macam, yaitu objek materi atau objek formal. Objek materi yaitu materi atau bendanya (peserta didik) dikenai pendidikan, sedangkan objek formal adalah apa yang tampak, dirasakan, dihayati dan diekspresikan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Misalnya : ilmu psikologi, biologi, sosiologi dan sebagainya. - Memiliki metode pendidikan. Metode yang digunakan adalah metode ilmiah maksudnya setelah dikonsep, selanjutnya dikomunikasikan dan dibangun suatu teori tentang objek tersebut dan pada akhirnya membentuk ilmu baru. - Sistematis. Suatu ilmu merupakan suatu kesatuan artinya masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah teori. - Punya tujuan sendiri. Tujuan pendidikan telah dicantumkan dalam dokumen-dokuem perencanaan suatu negara. Secara garis besar tujuan pendidikan adalah untuk membangun individu baik jasmani maupun roahni secara optimal, agar mampu meningkatkan taraf hidup baik untuk diri sendiri maupun keluarga dan masyarakat pada umumnya. Angka Partisipasi Sekolah Angka partisipasi sekolah, secara umum merupakan proporsi jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka partisipasi sekolah digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan (www.bps.bali.go.id). Indikator dari angka partisipasi sekolah ini salah satunya tingkat pendapatan rumah tangga yang diukur melalui PDRB per kapita. Produk Domestik Nasional Bruto (PDRB) Produk Domestik Nasional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi /usaha di dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (BPS Bali, 2006). Untuk mengetahui tingkat perkembangan pendapatan penduduk suatu daerah secara ratarata dapat digunakan angka PDRB per kapita. PDRB perkapita penduduk di suatu daerah dihasilkan dengan membagi pendapatan domestik dengan jumlah penduduk pertengahan tahun di daerah yang bersangkutan. Penelitian Terkait Penelitian yang dilakukan oleh Achmad (2009) menganalisis tingkat partisipasi pendidikan siswa madrasah. Hasilnya adalah status ekonomi rumah tangga sangat berpengaruh terhadap tingginya rendahnya angka partisipasi sekolah (APS).Semakin tinggi status ekonomi rumah tangga, yang direfleksikan dengan kelompok 20 persen golongan pendapatan tertinggi, memperlihatkan angka APS yang tertinggi untuk semua kelompok umur sekolah, setelah itu posisi APS berikutnya

Pendapatan Domestik Regional Bruto per kapita dan Angka partisipasi Sekolah (APS) di Provinsi Bali ditempati oleh golongan status sosial menengah yaitu kelompok 40 persen rumah tangga yang berpendapatan menengah. Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, dapat tercermin dari angka APS untuk kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun, tidak memperlihatkan beda yang terlalu signifikan untuk semua golongan status ekonomi rumahtangga. Untuk kelompok umur 7-12 tahun APS golongan status ekonomi tertinggi tercatat 98,70 persen, pada status ekonomi menengah sebesar 98,02 persen, dan pada status ekonomi terendah adalah 96,45 persen. Perbedaan APS per status ekonomi rumah tangga sedikit melebar tapi belum terlalu signifikan pada kelompok umur 13-15 tahun, tercatat APS pada status ekonomi tertinggi sebesar 92,17 persen, selanjutnya pada status ekonomi rumahtangga menengah APS nya sebesar 88,15 persen dan pada kelompok status ekonomi terendah menunjukan APS sebesar 77,70 persen. Penelitian lainnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah (2003). Pada tahun 2002/2003 penduduk usia sekolah (7-12 tahun) di Kalimantan Tengah berjumlah 298.058 orang, dan yang bersekolah pada tingkat SD/MI mencapai jumlah 301.796 orang (APK 101,25%, dan APM 98,80%). Jumlah penduduk usia 7-12 tahun pada tahun 2003/2004 meningkat 4,77% atau menjadi 312.279 orang. Dengan pertambahan penduduk ini diperlukan suatu upaya agar Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) pada tahun sebelumnya dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Jenjang SD/MI tahun 2003/2004 ini terjadi peningkatan angka partisipasi belajar yang cukup signifikan. Tahun 2003/2004 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI meningkat sebesar 0,63%, yaitu tahun 2002/203 sebesar 101,25% menjadi 101,88 pada 2003/2004. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI meningkat sebesar 0,29% yaitu pada tahun 2002/2003 sebesar 98,80% menjadi 99,09% pada tahun 2003/2004. Prestasi ini tidak terlepas dari dukungan dana APBD maupun APBN tahun 2003 yang mampu membangun beberapa fasilitas sekolah, antara lain membangun Ruang Kelas Baru 101 ruang, membangun Unit Sekolah Baru 12 unit, membangun laboratorium IPA 12 ruang, dan membuka sekolah terbuka di 14 Kabupaten/Kota. Dan melalui dana APBD dapat di rehabilitasi 3 (tiga) SD dan 1 (satu) SMP. METODE PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di 9 kabupaten/kota di provinsi Bali. Bali dengan luas wilayah 5.636,66 Km 2 atau 0,29% dari luas kepulauan Indonesia, secara geografis terdiri dari beberapa pulau yaitu Pulau Bali yang merupakan pulau terbesar, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Serangan, dan Pulau Menjangan. Secara administratif, Provinsi Bali dibagi menjadi 9 kabupaten/kota (8 kabupaten dan 1 kota madya), 53 kecamatan, 674 desa/kelurahan, 1.404 desa adat, dan 3.943 banjar adat. Jumlah penduduk di Provinsi Bali berdasarkan hasil Registrasi Penduduk tahun 2005, sebanyak 3.247.772 jiwa yang terdiri dari 1.623.426 jiwa penduduk laki-laki atau 49,99%, dan 1.624.346 jiwa penduduk perempuan atau 50,01%. Jumlah penduduk tahun 2005 ini naik 2,13% dari sebelumnya sebesar 3.179.918 jiwa. Dengan luas wilayah 5.636,66 km 2, maka kepadatan penduduk di Bali telah mencapai 576 jiwa/km 2. Definisi Operasional Variabel Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan variabel yang dianalisis, berikut ini dijelaskan definisi operasional variabel dari masing-masing variabel sebagai berikut. 1. Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah proporsi jumlah penduduk yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Cara menghitungnya adalah dengan membagi jumlah siswa jenjang SD sampai dengan SMU/SMK, dengan jumlah penduduk usia sekolah (7-19 tahun), di 9 kabupaten/kota di provinsi Bali tahun 2007. 2. PDRB per kapita, merupakan pendapatan yang diterima oleh masing-masing kepala penduduk. Pendapatan perkapita tersebut dihasilkan dengan membagi pendapatan domestik dengan jumlah penduduk pertengahan tahun di 9 kabupaten/kota di provinsi Bali tahun 2007. Jenis dan Sumber Data PIRAMIDA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Made Dwi Setyadhi Mustika Jenis data yang dipergunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa data yang terdiri dari angka-angka yang berkaitan dengan jumlah siswa SD sampai dengan SMU/SMK, jumlah penduduk usia sekolah antara 7-19 tahun, dan PDRB per kapita di 9 kabupaten/kota di provinsi Bali pada tahun 2007. Sedangkan data kualitatif berupa penjelasan-penjelasan dan berbagai gambaran yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang bukan diusahakan pengumpulannya oleh peneliti, namun diperoleh dari sumber-sumber luar, baik yang diterbitkan (dipublikasikan) maupun yang tidak diterbitkan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan mengambil dari berbagai dokumentasi atau publikasi dari berbagai pihak yang berwenang dan instansi terkait. Penelitian yang dilakukan mengenai angka partisipasi sekolah (APS) di provinsi Bali memberi gambaran umum bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi sekolah adalah pendapatan rumah tangga yang tercermin dari besarnya PDRB per kapita. Adapun data yang akan digunakan sebagai dasar pengujian adalah data jumlah siswa SD sampai dengan SMU/SMK, jumlah penduduk usia sekolah (7-19 tahun), serta PDRB per kapita di 9 kabupaten/kota di provinsi Bali tahun 2007. Analisis deskriptif Analisis deskriptif yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis tipologi Klassen. Analisis ini digunakan untuk mengetahui klasifikasi daerah, dilakukan dengan menentukan rata-rata PDRB per kapita provinsi Bali sebagai sumbu vertikal, dan angka partisipasi sekolah (APK) sebagai sumbu horisontal. Hasilnya adalah sebagai berikut. Alat Analisis Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu analisis tipologi Klassen. Analisis ini digunakan untuk mengetahui klasifikasi daerah, dilakukan dengan menentukan rata-rata PDRB per kapita provinsi Bali sebagai sumbu vertikal, dan angka partisipasi sekolah (APS) sebagai sumbu horisontal. Daerah yang diamati, dalam hal ini adalah 9 kabupaten/kota di Bali, dapat dibagi menjadi empat klasifikasi/golongan, yaitu: 1. daerah 1, yaitu dengan PDRB per kapita tinggi dan angka partisipasi sekolah (APS) tinggi; 2. daerah 2, yaitu dengan PDRB per kapita tinggi dan angka partisipasi sekolah (APS) rendah; 3. daerah 3, yaitu dengan PDRB per kapita rendah dan angka partisipasi sekolah (APS) tinggi; 4. daerah 4, yaitu dengan PDRB per kapita rendah dan angka partisipasi sekolah (APS) rendah. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapatan Domestik Regional Bruto per kapita dan Angka partisipasi Sekolah (APS) di Provinsi Bali 12000000 bdng PDRB per Kapita (rupiah) 10000000 8000000 6000000 4000000 2000000 DAERAH 2 DAERAH 4 klk bngli bllng krsem DAERAH 1 dps gnyr jemb tab DAERAH 3 Keterangan simbol: 0 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 Angka Partisipasi Sekolah (%) Simbol Kabupaten Keterangan Bdng Badung Daerah 1 Dps Denpasar Daerah 1 Gnyr Gianyar Daerah 1 Tab Tabanan Daerah 3 Jemb Jembrana Daerah 3 Bngli Bangli Daerah 4 Klk Klungkung Daerah 4 Krsem Karangasem Daerah 4 Bllng Buleleng Daerah 4 Dengan analisis tipologi daerah tersebut, kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali terbagi ke dalam empat klasifikasi/golongan daerah, yaitu. 1. Daerah 1, yaitu daerah yang memiliki PDRB per kapita dan angka partisipasi sekolah (APS) lebih tinggi daripada rata-rata Provinsi Bali, terdiri dari Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Gianyar. 2. Daerah 2, yaitu daerah yang memiliki PDRB per kapita lebih tinggi, tetapi angka partisipasi sekolah (APS) lebih rendah daripada rata-rata Provinsi Bali. Pada kasus ini, tidak ada kabupaten/kota di provinsi Bali yang masuk daerah 2. 3. Daerah 3, yaitu daerah yang memiliki PDRB per kapita lebih rendah, tetapi angka partisipasi sekolah (APS) lebih tinggi daripada rata-rata Provinsi Bali, terdiri dari Kabupaten Jembrana, dan Kabupaten Tabanan. 4. Daerah 4, yaitu daerah yang memiliki PDRB per kapita dan angka partisipasi sekolah (APS) lebih rendah daripada rata-rata Provinsi Bali, terdiri dari Kabupaten Bangli, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng. Berdasarkan analisis tipologi daerah tersebut, dapat kita lihat bahwa ada empat PIRAMIDA Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Made Dwi Setyadhi Mustika kabupaten yang angka partisipasi sekolahnya masih rendah, yaitu Kabupaten Bangli, Klungkung, Karangasem, dan Buleleng. Sesuai dengan konsep pembangunan, bahwa salah satu unsur penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi salah satunya dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusiaya. Sehingga diharapkan agar kebijakan yang dapat diambil adalah kebijakan yang mampu mendorong peningkatan partisipasi masyarakat untuk menjalani proses pendidikan, salah satunya melalui program beasiswa yang dicanangkan oleh pemerintah. Untuk di Kabupaten Jembrana dan Tabanan, walaupun PDRB per kapita yang dimiliki lebih rendah daripada rata-rata provinsi Bali, namun angka partisipasi sekolah (APS) di kedua kabupaten ini, menunjukkan persentase yang cukup besar (lebih besar daripada rata-rata provinsi Bali). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kebijakan yang diambil oleh pemerintah kabupaten, kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat untuk mengenyam pendidikan dasar. Contohnya, kabupaten Jembrana mempunyai program beasiswa, tidak hanya untuk pendidikan dasar 9 tahun, namun juga untuk pendidikan dasar 12 tahun. Hal inilah yang dapat mendorong peningkatan partisipasi dari masyarakat usia sekolah untuk dapat mengenyam pendidikan yang layak. Walaupun mereka kurang mampu untuk membiayai pendidikannya, tapi pemerintah daerah telah memberikan bantuan pendidikan kepada mereka. Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Gianyar merupakan daerah yang memiliki PDRB per kapita dan angka partisipasi sekolah (APS) lebih tinggi daripada rata-rata Provinsi Bali. Hal ini menunjukkan suatu keterkaitan antara PDRB per kapita dengan APS, dimana semakin tinggi PDRB per kapitanya, maka akan semakin tinggi angka partisipasi sekolah di kabupaten tersebut. Suatu hal yang patut menjadi perhatian adalah bahwa di provinsi Bali tidak ada satu kabupaten/kota pun yang masuk ke Daerah 2, dimana PDRB per kapita lebih tinggi, namun angka partisipasi sekolah (APS) lebih rendah dari rata-rata provinsi Bali. Hal ini menunjukkan bahwa PDRB per kapita masih menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi angka partisipasi sekolah (APS), khususnya di provinsi Bali. SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Kabupaten Bangli, Klungkung, Karangasem, dan Buleleng merupakan daerah yang memiliki PDRB per kapita dan angka partisipasi sekolah (APS) lebih rendah daripada rata-rata Provinsi Bali. Sedangkan Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Gianyar merupakan daerah yang memiliki PDRB per kapita dan angka partisipasi sekolah (APS) lebih tinggi daripada rata-rata Provinsi Bali. 2. Kabupaten Jembrana dan Tabanan, walaupun PDRB per kapita yang dimiliki lebih rendah daripada rata-rata provinsi Bali, namun angka partisipasi sekolah (APS) di kedua kabupaten ini, menunjukkan persentase yang lebih besar daripada rata-rata provinsi Bali. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS) Bali. 2006. Bali Dalam Angka. Denpasar: BPS. 2007. Bali Dalam Angka. Denpasar: BPS. Achmad, Ir. Zainal, M.si. 2009. Analisis Tingkat Partisipasi Pendidikan Siswa Madrasah. www.pendis.depag.go.id Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. 2003. Jurnal Pendidikan Kalimantan Tenggara. www.kalteng.go.id www.bps.bali.go.id