BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA

PENGELOLAAN OBAT DAN ADMINISTRASI APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara bulan

atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat

Spektrofotometer UV /VIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau kecacatan. Kesehatan dapat terwujud apabila tersedia sumber daya untuk

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obatadalah sediaan atau paduan yang siap digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. HCl. Tablet piridoksin mengandung piridoksin hidroklorida, C 8 H 11 NO 3.HCl tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asetaminofen. Kandungan : tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai. Gambar 2.1 Struktur Teofilin

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2015, No.74 2 Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 T

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Sedangkan ibuprofen berkhasiat

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB FARMAKMIN INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2008

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data ini di lakukan mulai tanggal 6 Januari 2012 sampai 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyembuhkan atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Meskipun

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

Laporan Praktikum Analisis Sediaan Farmasi Penentuan kadar Asam salisilat dalam sediaan Bedak salicyl

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

PENGARUH SUHU TERHADAP STABILITAS BERBAGAI PRODUK TABLET NIFEDIPIN. Elda F. Luawo, Gayatri Citraningtyas, Novel Kojong

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari pembangunan nasional dengan tujuan

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Resep. Penggunaan obat berlabel dan tidak berlabel Aspek legal. Pengertian Unsur resep Macam-macam resep obat

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014).

4 Hasil dan Pembahasan

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

EVALUASI KESESUAIAN PENGELOLAAN OBAT PADA PUSKESMAS DENGAN STANDAR PENGELOLAAN OBAT YANG ADA DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KESESUAIAN PENYIMPANAN SEDIAAN OBAT PADA DUA PUSKESMAS YANG BERADA DI KOTA PALANGKA RAYA. Christine Anggraini Farmasi

Zat Urine Rambut Darah. Alkohol 6-24 jam Hingga 90 hari jam. Amfetamin (kecuali met) 1-3 hari Hingga 90 hari 12 jam

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini, semakin berkembangnya perekonomian telah memunculkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam dosis tertentu dapat digunakan untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama

1. Apakah puskesmas telah memiliki tenaga Apoteker? 2. Apakah Puskesmas juga memiliki tenaga teknisi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat ti

Laporan Praktik Ilmu Resep Kelas XII

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sintetik organik germanium yang dikenal dengan β atau biscarboxyethylgermanium

Penetapan Potensi Antibiotik Secara Mikrobiologi. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dirjen POM (2012) Obat adalah semua sediaan untuk

BAB IV HASIL PENGAMATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Puskesmas Puskesmas adalah pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan.apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/kelurahan atau dusun/rukun warga (RW) (Depkes RI, 2007). 1. Fungsi Puskesmas : a. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat. c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara: a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menunjang dirinya sendiri. b. Memberi petunjuk pada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien(puput, 2005). B. Penyimpanan Obat di Puskesmas Penyimpanan obat merupakan salah satu indikator penting dalam pengelolaan obat. Penyimpanan obat yang tepat dan sesuai dengan standar 4

5 pengamanan yang telah ditetapkan akan sangat membantu dalam menjaga stok obat yang telah dipersiapkan (Mangindara dkk, 2012). Upaya-upaya yang dilakukan pada seluruh rangkaian pengelolaan obat akan sia-sia apabila penyimpanan obat tidak dilakukan dengan baik. Puskesmas dengan segala keterbatasannya seringkali terfokus hanya pada fungsi-fungsi tertentu.salah satu fungsi yang kurang diperhatikan oleh Puskesmas yaitu fungsi penyimpanan obat. 1. Tujuan penyimpanan obat adalah untuk : a. Memelihara mutu obat. b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab. c. Menjaga kelangsungan persediaan. d. Memudahkan pencarian dan pengawasan. 2. Persyaratan gudang Pengaturan tata ruang gudang diperlukan untuk mempermudah dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan obat. Adapun persyaratan gudangnya sebagai berikut : a. Cukup luas minimal 3 x 4 m 2 b. Ruangan kering tidak lembab. c. Ada ventilasi agar aliran udara tidak lembab/panas. d. Perlu cahaya yang cukup namun jendela harus mempunyai pelindung untuk mencegah cahaya langsung dan bertralis. e. Lantai terbuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan (palet). f. Dinding dibuat licin g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam. h. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat. i. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda. j. Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci. k. Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan (Depkes RI, 2004:16).

6 3. Pengaturan tata ruang dan penyusunan stok obat A. Pengaturan Penyimpanan Obat Pengaturan dikelompokan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun secara alfabetis berdasarkan nama generiknya, contoh: kelompok sediaan tablet, kelompok sediaan sirup dan lain-lain. B. Penerapan Sistem FEFO dan FIFO Penyusunan dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian, dan First Expired First Out (FEFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang lebih awal kadaluarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang kadaluarsa kemudian, hal ini sangat penting karena : a) Obat yang sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau potensinya berkurang. b) Beberapa obat seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian artinya batas waktu dimana obat mulai berkurang efektifitasnya (Depkes RI,2004:22). C. Penyimpanan Narkotika Narkotika berdasarkan UU Kesehatan No. 35 tahun 2009 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Cara penyimpanan Narkotika adalah sebagai berikut : a) Lemari harus dibuat seluruhnya dari kayu atau dari bahan lain yang kuat. b) Harus mempunyai kunci yang kuat. Pintu rangkap 2 masingmasing dengan kunci yang berbeda. c) Dibagi 2 rak dengan kunci yang berlainan. Rak pertama digunakan untuk morfin, petidin dan garamnyaserta persediaan narkotika. Sedangkan rak kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotik yang dipakai sehari-hari.

7 d) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari maka ukurannya kurang lebih 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus. C. Obat Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan.salah satu yang mengherankan ialah mempunyai beraneka ragam kerja dan efek pada tubuh (Ansel, 2008). Untuk membantu pemakaian obat maka disiapkan suatu bentuk sediaan yang sesuai seperti tablet, kapsul, injeksi, suppositoria, ointment, aerosol dan lain-lain. Suatu bentuk sediaan harus diformulasikan dengan maksud untuk memberikan 100 persen kadar setiap bahan yang dinyatakan pada etiket. Jika diketahui kandungan bahan akan berkurang sesuai dengan waktu, suatu jumlah yang berlebih dari yang tertera pada etiket dapat dimasukkan ke dalam bentuk sediaan pada waktu pembuatan untuk menjamin kesesuaian dengan persyaratan kandungan dari monografi selama periode daluarsa (Depkes RI, 1995). Obat dibagi menjadi 4 golongan : 1. Obat bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas dipasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter.tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.contoh : Parasetamol. 2. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual dan dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan.tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.contoh : CTM

8 3. Obat Keras dan Psikotropika Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter.tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.contoh : asam mefenamat. Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintesis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. 4. Obat Narkotika Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.contoh : morfin, Petidin (Depkes, 2006:3). D. Stabilitas dan Mutu Obat Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. Terdapat enam kriteria untuk tingkat penerimaan stabilitas, yaitu : 1. Jenis stabilitas Kondisi yang dipertahankan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan obat. 2. Kimia Tiap zat aktif mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensi yang tertera pada etiket dalam batas yang dinyatakan. 3. Fisika Mempertahankan sifat fisika awal, termasuk penampilan, kesesuaian, keseragaman, disolusi dan kemampuan untuk disuspensikan.

9 4. Mikrobiologi Sterilisasi atau resistensi terhadap pertumbuhan mikroba dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang dinyatakan.zat antimikroba yang ada mempertahankan efektifitas dalam batas yang ditetapkan. 5. Terapi Efek terapi tidak berubah. 6. Toksikologi Tidak terjadi peningkatan dbermakna dalm toksisitas (Depkes RI, 1995:1107). Tiap bahan didalam suatu bentuk sediaan, baik yang berkhasiat terapi aktif atau inaktif dapat mempengaruhi stabilitas.faktor lingkungan seperti suhu, radiasi, cahaya, udara (terutama oksigen, karbon dioksidasi dan uap air) dan kelembaban juga dapat mempengaruhi stabilitas. Demikian juga, factor seperti ukuran partikel, ph, sifat air dan pelarut dan pelarut lain yang digunakan, sifat wadah dan adanya bahan kimia lain yang berasal dari kontaminasi atau dari pencampuran produk berbeda yang disengaja dapat mempengaruhi stabilitas (Depkes RI, 1995:1107). Ketidakstabilan formulasi obat dapat dideteksi dalam beberapa hal dengan suatu perubahan dalam penampilan fisik, warna, bau, rasa dan tekstur dari formulasi tersebut, sedangkan dalam hal lain perubahan kimia dapat terjadi yang tidak dibuktikan sendiri dan hanya dapat dipastikan melalui analisis kimia. Data ilmiah yang menyinggung kestabilan dari suatu formulasi menghasilkan ramalan self-life yang diharapkan dari produk yang diteliti tersebut dan bila perlu, untuk merancang kembali obat tersebut (misalnya menjadi bentuk ester atau garam yang lebih stabil) dan untuk formulasi kembali bentuk sediaan tersebut (Ansel, 2008:162). Potensi kimia zat aktif harus tetap terletak dalam batas yang tertera dalam monografi. Potensi ditetapkan menggunakan prosedur penetapan kadar yang dapat membedakan molekul utuh dan hasil uraiannya, dan data stabilitas kimia. Degradasi kimia yang berlebihan terkadang disertai dengan perubahan

10 fisika.perubahan fisika tersebut seperti perubahan warna, bau, atau terbentuknya endapan atau timbulnya kekeruhan yang dapat menjadi petunjuk terhadap kemungkinan masalah stabilitas.perubahan besar dalam karakterisktik fisik seperti warna atau bau adalah tanda ketidakstabilan setiap produk yang manapun, dan produk seperti itu tidak boleh diserahkan kepada pasien (Depkes RI, 1995:1108). E. Tablet Papaverin Hcl Papaverin berupa hablur putih atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa agak pahit. Melebur pada suhu lebih kurang 220 o disertai peruraian, dan mempunyai kelarutan sebagai berikut : larut dalam air dan dalam kloroform; sukar larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam eter (DepKes RI, 1995:647). Gambar 1. Struktur papaverin Tablet Papaverin Hidroklorida mengandung Papaverin Hidroklorida, C 20 H 21 NO 4.HCl; tidak kurang dari 93% dan tidak lebih dari 107% dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995:647).Toleransi dalam waktu 30 menit, harus larut tidak kurang dari 80% C 20 H 21 NO 4.HCl, dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995:648) Alkaloid papaverine mempunyai nilai pharmaceutical yang tinggi karena dapat mengobati berbagai macam penyakit.papaverine merupakan senyawa bahan alam yang mempunyai aktifitas fisiologi yang cukup luas. Papaverine bersifat sebagai antimikrobial, anti leukemik dan anti neoplastik (Sudarma, I.M, & Bremner John, 2007)

11 F. Tablet Vitamin C Tablet vitamin C mengandung Asam Askorbat C 6 H 8 O 6, tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.pemerian hablur atau serbuk putih atau agak kuning.oleh pengaruhcahaya lambat laun menjadi berwarna gelap.dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi.melebur pada suhu lebih kurang 190 o.vitamin C mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzena (Depkes RI, 1995:39). Gambar 2.Struktur vitamin C Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan.vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan electron ke enzim yang membutuhkan ion-ion logam tereduksi, dan bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil hidroksilase dalam biosintesis kolagen (Anonim, 2007:777). G. Spektrofotometri Uv-vis Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau serapan suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.alat ini terdiri dari spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur itensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi.sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-750 nm (sirait, 2009).

12 Pada umumnya konfigurasi dasar dari spektrofotometer UV-Vis berupa susunan peralatan sebagai berikut: Sumber Radiasi Monokromator Wadah Sampel Detektor recorder Gambar 3. Bagan instrumen spektrofotometer UV-Vis. Adapun penjelasan dari komponen-komponen spektrofotometer di atas adalah sebagai berikut: 1. Sumber radiasi, merupakan sumber listrik bertegangan tinggi atau oleh pemanasan listrik yang dapat mengeksitasi benda hingga ke tingkat yang tinggi. 2. Monokromator digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. 3. Wadah sampel/ kuvet terdapat pada pengukuran di daerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. 4. Detektor, peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang. Fungsinya yaitu mengubah signal radiasi yang diterima menjadi signal elektronik. 5. Rekorder berfungsi mencatat hasil analisis dari detektor (Sirait, 2009).