KERAGAMAN GENETIK PANDAN ASAL JAWA BARAT BERDASARKAN PENANDA INTER SIMPLE SEQUENCE REPEAT

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Fauna (CITES), P. pruatjan masuk ke dalam daftar Appendix I yang dinyatakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a)

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) ASAL JAWA BARAT DENGAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

Keragaman Molekuler pada Tanaman Lili Hujan (Zephyranthes spp.) Molecular Variance in Rain Lily (Zephyranthes spp.)

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

II. BAHAN DAN METODE

ANALISIS KERAGAMAN DNA TANAMAN DURIAN SUKUN (Durio zibethinus Murr.) BERDASARKAN PENANDA RAPD

Elektroforesis Hasil Amplifikasi Analisis Segregasi Marka SSR Amplifikasi DNA Kelapa Sawit dengan Primer Mikrosatelit HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

KEMIRIPAN GENETIK KELAPA GENJAH HIJAU JOMBANG dan GENJAH HIJAU NIAS BERDASARKAN PENANDA RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mahoni dan mimba. Hasil seleksi primer yang dilakukan terhadap 13 primer spesifik dari

BAB III METODE PENELITIAN

KERAGAMAN GENETIK POPULASI INDUK ABALONE (Haliotis diversicolor) ASAL SELAT BALI DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD)

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 10. Hasil ekstraksi DNA daun

STUDI KERAGAMAN GENETIK TANAMAN SIRSAK (Annona muricata L.) DI JAWA BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD) Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI OLEH : HERMANYANTO LAIA / PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

I. PEMBAHASAN. Hasil Uji Kuantitatif dan Kualitatif DNA. menggunakan teknik elektroforesis gel agarosa konsentrasi 1% pada tangki berisi

ABSTRAK. KEANEKARAGAMAN GENETIK TANAMAN PISANG (Musa sp.) DI BALI BERDASARKAN PENANDA RAPD (RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA)

KERAGAMAN GENETIK NILAM (Pogostemon cablin Benth) YANG DIBUDIDAYAKAN DI BALI BERDASARKAN MARKA RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK BEBERAPA POPULASI IKAN BATAK (Tor soro) DENGAN METODE RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD) 1

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari tepi laut hingga dataran tinggi. Familia Pandanaceae terdiri dari

SELEKSI PRIMER UNTUK ANALISIS KERAGAMAN GENETIK JENIS BITTI (Vitex coffassus)

BAB III METODE PENELITIAN

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK DENGAN MUTAGEN SINAR GAMMA PADA NENAS SECARA IN VITRO ERNI SUMINAR

BAB. IV. Simulasi Analisis Marka Mikrosatelit Untuk Penduga Heterosis Pada Populasi Inbrida

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI, (PCR) GENOM DNA KOPI (Coffea Sp ) MELALUI PROSES ELEKTROFORESIS GEL POLIAKRILAMID

BIO306. Prinsip Bioteknologi

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki

ABSTRACT. Genetic Relationship offour DwarfCoconut Populations Based on RAPD (Ram/QmA""lijkdPolymoT]Jhic DNA) SALEHA HANNUM

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

METODE PENELITIAN. Tabel 2. Rincian pengambilan contoh uji baik daun maupun kayu jati

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

KERAGAMAN GENETIK AREN ASAL SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN MARKA RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA

ANALISIS POLA PITA ANDALIMAN (Zanthoxylum acanthopodium D.C) BERDASARKAN PRIMER OPC-07, OPD-03, OPD-20, OPM-20, OPN-09

SKRIPSI. Oleh: ROSLINA HULU / AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tropis dan diketahui memiliki level

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Bahan dan Alat Penelitian

STUDI KEKERABATAN KULTIVAR KAMBOJA (Plumeria sp.) DENGAN TEKNIK RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA (RAPD)

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA


MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI SIMILARITAS UNTUK HUBUNGAN KEKERABATAN

KEANEKARAGAMAN GENETIK MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PULAU BENGKALIS MENGGUNAKAN PENANDA ISSR ABSTRAK

Cindy Yohana Siga 1, Juhriah 2, A. Masniawati 2, Muhtadin Asnady S. 2

Profil DNA 10 aksesi tanaman obat sambiloto dari Pulau Kalimantan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dadan Sunandar dan Imron

AMPLIFIKASI GEN CYTOCHROME OXIDASE SUBUNIT I (COI) DARI SAMPEL SIRIP IKAN HIU DENGAN MENGGUNAKAN BEBERAPA PASANGAN PRIMER

Wereng batang coklat (WBC)

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. flora yang dapat ditemukan adalah anggrek. Berdasarkan eksplorasi dan

EFFECTIVENESS OF RAPD AND SSR MARKERS FOR GENETIC ANALYSIS OF NINE PISIFERA OIL PALM (Elaeis guineensis Jacq.) ORIGINATED FROM NIGERIA.

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

Nurul Qalby *, Juhriah a, A. Masniawati a, Sri Suhadiyah a. Universitas Hasanuddin, Makassar

KERAGAMAN GENETIK KEDELAI BERDASARKAN POLA PITA DNA HASIL RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

TOPIK HIDAYAT dan ANA RATNA WULAN ABSTRAK ABSTRACT

Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis

Program Studi Magister Biologi, Program Pascasarjana Universitas Udayana, Jalan PB Sudirman, Denpasar, Bali 2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Penanda Morfologi

KEKERABATAN GENETIK ANTAR JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp.) BERDASARKAN PENANDA RAPD (RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA)

STUDI KERAGAMAN GENETIK NENAS (Ananas comosus (L.) Merr.) HASIL PERSILANGAN BERDASARKAN PENANDA MORFOLOGI DAN RAPD

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

JMHT Vol. XV, (3): , Desember 2009 Artikel Ilmiah ISSN:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

SKRINING ISSR PRIMER STUDI PENDAHULUAN KEKERABATAN ANTAR JAHE MERAH, JAHE EMPRIT DAN JAHE BESAR

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

Profil RAPD Tanaman Kantung Semar Beberapa Koleksi Kebun Raya Baturraden

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

Transkripsi:

MAKARA, SAINS, VOL. 14, NO. 2, NOVEMBER 2010: 158-162 KERAGAMAN GENETIK PANDAN ASAL JAWA BARAT BERDASARKAN PENANDA INTER SIMPLE SEQUENCE REPEAT Sri Endarti Rahayu *) dan Sri Handayani Jurusan Biologi, Fakultas Biologi, Universitas Nasional, Jakarta 12520, Indonesia *) E-mail: endarti2004@yahoo.com Abstrak Keragaman genetik sepuluh jenis Pandanus yang berasal dari Jawa Barat diuji dengan menggunakan teknik inter simple sequence repeat (ISSR). Sampel dikoleksi dari beberapa lokasi yang berbeda di Jawa Barat. Primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua primer yang paling polimorfis hasil seleksi beberapa primer, yaitu ISSR2 ((AC)8TT) dan ISSR7 ((GA)9A). Dalam analisis ISSR ini diperoleh 19 pita DNA yang terdiri atas 17 (91,5%) pita polimorfik dan 2 pita monomorfik dengan ukuran fragmen berkisar antara 200 bp sampai 1500 bp. Jarak genetik untuk seluruh sampel berkisar antara 0,267 sampai 0,957. Jarak genetik tertinggi (0,957) terdapat antara P. pseudolais dan P. spinistigmaticus, dan antara P. kurzii dan P. pseudolais, sedangkan jarak genetik terendah (0,267) terdapat antara P. scabrifolius dan P. bidur. Abstract Genetic Diversity of Pandanus from West Java based on ISSR Markers. The genetic diversity of 10 species of Pandanus from West Java was examined using inter simple sequence repeat (ISSR) technique. Samples were collected from different localities in West Java. Two primers (ISSR2 and ISSR7) were selected as reliable amplifying ISSR markers. The two primers amplified 19 band position, with amplification size ranged from 200 to 1500 bp. Genetic distance for samples ranged from 0.267 to 0.957. Genetic distance was high (0.957) between P. pseudolais and P. spinistigmaticus, and between P. kurzii and P. pseudolais, where as genetic distance was low (0.267) between P. scabrifolius and P. bidur. Keywords: genetic diversity, ISSR, Pandanus, West Java 1. Pendahuluan Pandan (Pandanus spp.) adalah jenis tumbuhan yang telah lama dimanfaatkan masyarakat Indonesia untuk berbagai macam keperluan, mulai dari bumbu masak, bahan obat, hingga keperluan keagamaan [1]. Di daerah Tasikmalaya dan Kebumen, pandan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Mereka memanfaatkan daun pandan sebagai bahan baku tikar, dan kerajinan lain seperti topi dan tas. Jenis yang paling sering digunakan untuk bahan baku tikar adalah Pandanus tectorius, P. odoratissimus, P. dubius dan P. furcatus. Meski sepanjang tepi daunnya berduri, tetapi jenis ini memiliki tekstur lentur dan tidak mudah patah karena serat trakeidnya panjang [2]. Pandan wangi (P. amaryllifolius) merupakan satu-satunya pandan yang memiliki daun yang harum dan memiliki khasiat sebagai obat. Pandanin, senyawa yang diekstrak dari pandan wangi ini memiliki khasiat sebagai antivirus terhadap virus yang menyerang manusia, virus herpes dan virus influenza [3]. Beberapa jenis pandan telah digunakan sebagai tanaman hias karena memiliki bentuk arsitektur tumbuhan yang unik, diantaranya P. dubius, P. tectorius cv sanderi, P. spurius cv putat, dan P. utilis [4]. Perubahan tata kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan yang semakin pesat dewasa ini tentu akan berdampak pada budaya pola hidup, dan kelestarian sumberdaya alam hayati, termasuk pandan. Pengetahuan tradisional tentang tata cara pemanfaatan pandan yang telah diturunkan dari generasi ke generasi akan mengalami erosi dengan masuknya teknologi modern. Di sisi lain, eksploitasi sumberdaya alam akan meningkat seiring dengan perkembangan industri yang semakin maju. Hasil pengkajian lapangan mengemukakan bahwa usaha pelestarian pandan melalui pola budidaya belum banyak dilakukan oleh masyarakat di Indonesia. Selain itu, hingga saat ini belum ada penelitian genetik yang dapat mendukung upaya konservasinya. 158

MAKARA, SAINS, VOL. 14, NO. 2, NOVEMBER 2010: 158-162 159 Informasi keragaman genetik sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan konservasi dan pemuliaan tanaman. Untuk kegiatan konservasi, besarnya keragaman genetik mencerminkan sumber genetik yang diperlukan untuk adaptasi ekologi dalam jangka waktu pendek dan evolusi dalam jangka panjang, sedangkan untuk pemuliaan, keragaman genetik yang luas diperlukan dalam kegiatan seleksi [5]. Program pemuliaan jangka panjang yang memanfaatkan plasma nutfah untuk memperbaiki sifat-sifat agronomi dari aksesi/jenis terpilih harus didasarkan pada perkiraan determinasi genetik yang lebih akurat, sehingga penentuan individu tanaman sebagai bahan dalam perbaikan genetik dapat dilakukan dengan tepat [6]. Penanda molekuler merupakan teknik yang efektif dalam analisis genetik dan telah diaplikasikan secara luas dalam program pemuliaan tanaman. Penanda molekuler inter simple sequence repeat (ISSR) merupakan penanda yang berkembang lebih akhir dibanding RAPD dan RFLP. ISSR memiliki reproducibility yang tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena digunakannya primer yang lebih panjang (16-25 mers) bila dibanding dengan RAPD yang reproducibility-nya rendah. Penanda ISSR itu lebih cepat, lebih murah, memerlukan jumlah DNA yang sedikit [7] mampu melakukan pendeteksian genetik polimorfisme tanpa perlu lebih dahulu mengetahui susunan basa (sekuens) dari genomik tumbuhan diantara susunan basa yang berulang sepanjang susunan basa berulang tersebut mewakili secara luas dan menyebar di seluruh genom [8] serta memiliki polimorfisme yang tinggi [1], dan penanda ISSR ini telah berhasil digunakan untuk mempelajari keragaman genetik pada teh [9]. Sampai saat ini, evaluasi keragaman genetik pandan di Indonesia belum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui keragaman genetik pandan asal Jawa Barat. 2. Metode Penelitian Bahan tanaman yang digunakan adalah daun muda dari sepuluh aksesi/jenis pandan hasil koleksi dari berbagai lokasi di Jawa Barat (Tabel 1). Seluruh material DNA ini dikeringkan dengan gel silika. DNA genom tanaman diisolasi dengan metode CTAB yang dimodifikasi [5]. Untuk amplifikasi ISSR, total campuran yang digunakan adalah sebanyak 25µl, terdiri atas 50 ng genomic DNA, 10 pmol primer, 1X PCR buffer, 0,2 Mm dntps, 1,5 Mm MgCl 2 dan 0,5 unit Taq polymorase. Diusahakan pencampuran larutan sampai menjadi homogen. Amplifikasi dilakukan menggunakan thermocycle dengan tahapan program sebagai berikut: denaturasi awal pada kondisi 94 C selama 2 menit dilanjutkan dengan 35 putaran yang terdiri atas denaturasi pada 94 C selama 1 menit, amplifikasi 53 C selama 1 menit, dan ekstensi pada 72 C selama 2 menit. Setelah selesai 35 putaran, proses ini diakhiri dengan ekstensi akhir Tabel 1. Daftar Koleksi Pandanus yang Digunakan untuk Analisis ISSR Nama jenis Lokasi No. Sampel P. bidur P. spinistigmaticus P. pseudolais P. multifurcatus P. nitidus P. amarillyfolius P. polycephalus P. kurzii P. scabrifolius P. dubius Ujung Kulon Bodogol Bodogol Depok Cibodas Jakarta S 1 S 2 S 3 S 4 S 5 S 6 S 7 S 8 S 9 S 10 pada 72 C selama 7 menit. Hasil dari reaksi kemudian dielektro-foresis pada agarose gel pada konsentrasi 1%. Gel kemudian diwarnai dengan ethidium bromide dan diamati dibawah UV transiluminator untuk melihat pola pita yang dihasilkan, setelah itu didokumentasikan dengan foto. Analisis Data. Data yang diperoleh dari pemotretan gel hasil ISSR berupa pita-pita diskrit dengan ukuran tertentu dari masing-masing koleksi pandan. Jarak pita diukur dari batas bawah sumur sampai batas bawah pita yang masih tampak. Nomor pita diurutkan dari jarak pita terdekat dengan batas bawah sumur. Pengukuran potongan DNA genom dilakukan dengan membandingkannya dengan berat molekul standar 1 kb DNA ladder. Perbedaan antar nomor koleksi pandan ditunjukkan oleh jumlah pita dan jarak migrasinya. Analisis data didasarkan pada ada atau tidaknya pita. Profil pita DNA diterjemahkan kedalam data biner dengan ketentuan nilai 0 untuk tidak ada pita dan 1 untuk adanya pita DNA pada satu posisi yang sama dari aksesi/jenis yang dibandingkan. Berdasar pola pita tersebut, dihitung kesamaan antar aksesi/jenis yang dihitung berdasarkan metode Nei dan Li [10], program NTSYS-pc (exeter software). Pengelompokkan data matrik (cluster analyses) dan pembuatan dendrogram dilakukan dengan metode unweighted pair group method arithmetic (UPGMA) menggunakan program Numerical Taxonomy and Multivariate System (NTSYS) versi 2.0. 3. Hasil dan Pembahasan Seleksi Primer. Dua primer digunakan pada sepuluh aksesi/jenis Pandanus asal Jawa Barat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa primer yang berbeda menghasilkan pita DNA yang berbeda seperti pada Tabel 2. Dua primer menghasilkan 19 fragmen DNA dan 17 (91,5%) diantaranya merupakan pitapolimorfik. Jumlah pita yang dihasilkan oleh setiap primer berkisar antara 7-12. Hasil analisis ISSR dari dua primer yang digunakan ditampilkan pada Gambar 1.

160 MAKARA, SAINS, VOL. 14, NO. 2, NOVEMBER 2010: 158-162 Analisis profil ISSR. Hasil amplifikasi DNA dengan PCR menggunakan dua primer menunjukkan 10 jenis Pandanus menghasilkan produk PCR yang dapat dibaca dan diberi nilai sehingga hasilnya dapat dianalisis (Gambar 1). Pengamatan terhadap pola pita DNA setelah gel elektroforesis menunjukkan bahwa setiap jenis primer menghasilkan pita DNA yang berbeda. Jumlah pita yang dihasilkan sangat bergantung pada bagaimana primer mengenal homolognya pada cetakan DNA yang diinginkan [11]. Semakin banyak situs penempelan dari primer yang digunakan, semakin banyak jumlah pita DNA yang dihasilkan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa diperoleh 19 fragmen DNA yang berukuran dari 200 bp hingga 1.5 kb dimana 17 (91,5%) diantaranya merupakan pita polimorfik. Tingkat polimorfisme yang relatif tinggi dengan penanda ISSR menunjukkan indeks penanda yang tinggi. Ratarata setiap primer menghasilkan 9,5 pita yang dapat dideteksi dan diberi nilai. Jumlah pita polimorfik tertinggi (11) terdapat pada primer ISSR 2 dan jumlah pita polimorfik terendah (2) terdapat pada primer ISSR 7 (Tabel 2). Hasil ini sesuai dengan hasil seleksi primer sebelumnya. Kedua primer ini merupakan primer yang menghasilkan pola pita polimorfik untuk 10 jenis Pandanus. Hasil pengamatan menunjukkan tidak adanya fragmen DNA unik yang dideteksi pada dua primer. Analisis ketidaksamaan genetik. Data ISSR digunakan untuk membuat pair-wise comparison 10 jenis Pandanus berdasarkan produk amplifikasi DNA. Nilai ketidaksamaan genetik untuk 10 jenis Pandanus berkisar antara 0,267-0,957 dengan yang tertinggi (0,957) terdapat antara P. pseudolais dan P. spinistigmaticus, dan antara P. kurzii dan P. pseudolais sedangkan nilai ketidaksamaan genetik terendah 0,267 terdapat antara P. scabrifolius dan P. bidur (Tabel 3). Jenis yang memiliki nilai ketidaksamaan genetik tertinggi menunjukkan kedua jenis ini sangat berbeda secara genetik satu dengan yang lain sedangkan jenis yang memiliki ketidaksamaan genetik terendah menunjukkan bahwa kedua jenis ini memiliki properti genetika sangat mirip satu dengan yang lain. Analisis klaster. Berdasarkan profil pita DNA setelah diinterpretasi dan diterjemahkan ke data biner, dilakukan analisis klaster. Analisis klaster pada 10 jenis Pandanus menghasilkan dendrogram pada Gambar 2. Kb s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9 s10 Pengelompokan terbentuk pada jarak genetik 0,46-0,96 (tingkat kemiripan 4-54% Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa ke 10 jenis Pandanus memiliki keragaman genetik yang tinggi. 750 500 250 ISSR 7 Gambar 1. Pola Pita ISSR pada Pandanus spp. dengan Primer ISSR Tabel 2. Primer yang Digunakan dan Jumlah Pita DNA Hasil Amplifikasi pada 10 Jenis Pandanus Primer Susunan basa (5 3 ) Ukuran Fragmen (bp) Jumlah Fragmen Jumlah pita polimorfik Persentase Polimorfik (%) ISSR2 (AC)8T 250 1500 12 10 83 ISSR7 T(GA) 9A 200 700 7 7 100 Total 19 17 Rataan 91,5 Tabel 3. Nilai Ketidaksamaan Genetik antar 10 Jenis Pandanus Sp s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9 s10 s1 1,000 s2 0,444 1,000 s3 0,421 0,957 1,000 s4 0,571 0,556 0,632 1,000 s5 0,421 0,870 0,917 0,632 1,000 s6 0,316 0,522 0,583 0,421 0,667 1,000 s7 0,750 0,500 0,571 0,625 0,476 0,476 1,000 s8 0,333 0,909 0,957 0,556 0,870 0,609 0,600 1,000 s9 0,267 0,737 0,800 0,533 0,800 0,600 0,353 0,842 1,000 6s10 0,714 0,333 0,421 0,714 0,421 0,526 0,625 0,333 0,400 1,000

MAKARA, SAINS, VOL. 14, NO. 2, NOVEMBER 2010: 158-162 161 P. bidur P. polycephalus P. multifurcatus P. dubius P. spinistigmaticus P. pseudolais P. kurzii P. nitidus P.scabrifolius P. amaryllifolius 0,46 0,58 0,71 0.83 0,96 Jarak Genetik Gambar 2. Dendrogram 10 Jenis Pandanus berdasarkan Profil Pola Pita DNA dengan Teknik ISSR Pada jarak genetik 0,60 (tingkat kemiripan 40%) didapatkan tiga kelompok. Empat jenis Pandanus, yaitu P. bidur, P. polycephalus, P. multifurcatus dan P. dubius menyebar pada kelompok I, lima jenis lain Pandanus lainnya, yaitu P. spinistigmaticus, P. pseudolais, P. kurzii, P. nitidus dan P. scabrifolius pada kelompok II, dan satu jenis, yaitu P. amaryullifolius memencil sendiri pada kelompok III. Nilai ketidaksamaan genetik ke 10 jenis Pandanus berkisar antara 0,267 hingga 0,957 menunjukkan keragaman genetik yang tinggi. Nilai ketidaksamaan genetika tertinggi (0,957) tercatat antara P. pseudolais dan P. spinistigmaticus, juga antara P. kurzii dan P. pseudolais, sedangkan ketidaksamaan genetik terendah (0,267) tercatat antara P. scabrifolius dan P. bidur. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa Pandanus memiliki variasi genetik yang luas sehingga diduga semua jenis Pandanus yang ada di Jawa Barat semuanya bervariasi secara genetik. Hal ini mendukung beberapa pendapat bahwa tanaman pandan yang umumnya berumah dua termasuk tanaman menyerbuk silang. Populasi tanaman menyerbuk silang umumnya akan mempunyai variasi genetik yang luas [12]. Hasil penelitian Stone [13] tentang sistem polinasi pada tanaman pandan menyatakan bahwa tanaman pandan mempunyai jumlah polen per bunga yang sangat banyak. Menurut Darjanto dan Satifah [14], bahwa tanaman yang memiliki polen yang banyak merupakan ciri dari tumbuhan menyerbuk silang. Dengan adanya variasi ini, untuk selanjutnya kegiatan seleksi dapat dilakukan. Baihaki [15] menyatakan bahwa seleksi akan berhasil apabila tanaman yang akan diseleksi memiliki variasi. Informasi jarak genetik dapat dijadikan dasar untuk menentukan aksesi yang akan dipilih sebagai materi persilangan untuk merakit pandan hibrida. Semakin jauh jarak genetik antar aksesi, maka akan memiliki efek heterosis yang tinggi apabila disilangkan. Walaupun demikian, dalam seleksi materi untuk persilangan, tidak hanya faktor jarak genetik yang diperhitungkan, tapi karakter-karakter lain yang menarik dan menonjol perlu diikutsertakan untuk menghasilkan rekombinan yang baik. Untuk itu perlu diketahui korelasi antara karakter vegetatif dan generatif, sehingga lebih terarah dan efektif [16]. 4. Simpulan Keragaman genetik 10 jenis Pandanus asal Jawa Barat dapat dideteksi menggunakan penanda ISSR. Hasil ini memperkuat laporan sebelumnya bahwa penanda ISSR dapat digunakan secara efektif untuk menduga keragaman genetik pada tingkat jenis. Dari dua primer ISSR diperoleh 19 pita DNA, dan 17 pita (91,5%) diantaranya merupakan pita polimorfik. Hasil dendrogram menunjukkan pada jarak genetik 0,60 terdapat tiga kelompok utama, kelompok pertama terdiri atas empat jenis Pandanus, yaitu P. bidur, P. polycephalus, P. multifurcatus dan P. dubius, kelompok kedua terdiri atas lima jenis, yaitu P. spinistigmaticus, P. pseudolais, P. kurzii, P. nitidus, dan P. scabrifolius, dan kelompok ketiga terdiri atas satu jenis, yaitu P. amaryllifolius. Untuk memperoleh gambaran yang lebih menyeluruh mengenai kondisi keragaman genetika Pandanus, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan berbagai jenis yang ada di Jawa menggunakan lebih banyak primer ISSR dan/atau menggunakan marka

162 MAKARA, SAINS, VOL. 14, NO. 2, NOVEMBER 2010: 158-162 molekuler selain ISSR, seperti AFLP dan SSR untuk mendeteksi keragaman genetik yang lebih akurat. Daftar Acuan [1] R. Manimekalai, P. Nagarajan, M. Bharathi, S.N. Kumar, J. Plant Crop. 32 (2004) 117. [2] Y. Purwanto, Majalah Trubus XXXVIII 455 (2007) 100. [3] S. Linda, M. Oui, S. Samuel, M. Sun, V.E.C. Oui, Int J. Biochem & Cell Biol 36 (2004) 1440. [4] E.N. Dahlan, Tanaman Hias, Balikpapan Ijo Nursery, http//www.dephut.go.id/informasi/hutko T/tabel1.html. 2009. [5] T.J. Santoso, D.W. Utami, E.M. Septiningsih, J. AgroBiogen. 21/1 (2006) 1. [6] Karsinah, Sudarsono, L. Setyobudi, H. Aswidinnoor, J. Bioteknologi Pertanian 7 (2002) 8. [7] E. Nalini, N. Jawali, S.G. Bhagwat, BARC Newsletter 249 (2003) 208. [8] S. Wahyuni, D.H. Xu, N. Bermawie, H. Tsunematsu, T. Ban, Buletin TRO XV/1 (2004) 33. [9] T.K. Mondal, Euphytica 128 (2002) 307. [10] M. Nei, W.H. Li, Proceeding of National Academy of Science USA 7 (1979) 5269. [11] S.V. Tingey, J.A. Rafalski, M.K. Hanafey, Genetic Analysis with RAPD Markers, In: C. Coruzzi, P. Puidomenech (Ed.), Plant Molecular Biology, Springer Verlag, Berlin, 1994. [12] Carlquist, Evolution 20/4 (1966) 433. [13] P.A. Cox, K.L. Huynh, B.C. Stone, Evolution and Systematics of Pandanaceae, In: P.J. Rudall, D.F. Cutle, C.J Humphries (Ed.), Monocotyledon, Systematics and Evolution, Royal Botanic Gardens, Kew, 1995. [14] Darjanto, S. Satifah, Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan, PT Gramedia, Jakarta, 1990, p.143. [15] A. Baihaki, Teknik Rancang dan Analisis Penelitian Pemuliaan, Program Pengembangan Kemampuan Peneliti Tingkat S1 Non Pemuliaan dalam Ilmu dan Teknologi Pemuliaan, Bandung, 23 Pebruari-21 Agustus 1999. [16] Miftahorrachman, J. Penelitian Tanaman Industri 12/1 (2006) 27.