BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kematian ibu akibat preeklampsia di Indonesia adalah 9,8-25% (Schobel et al.,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. angka morbilitas dan morbiditas yang masih tinggi. World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. Preeklamsi (PE) merupakan gangguan multiorgan pada kehamilan,

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu. American College Obstetry and Gynecology (ACOG)

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. adanya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan. Hal ini. dapat dijumpai 5-8 % dari semua wanita hamil diseluruh dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

Bab 1 PENDAHULUAN. Preeklampsia-eklampsia sampai saat ini masih merupakan the disease of

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini preeklamsia masih menjadi masalah utama dalam kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK KADAR SOLUBLE FMS-LIKE TYROSINE KINASE-1 (SFLT-1) SERUM YANG TINGGI PADA IBU HAMIL SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA PREEKLAMPSIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu, disamping perdarahan dan infeksi. Dari kelompok hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Preeklamsi adalah kehamilan patologi yang merupakan masalah

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas

BAB I PENDAHULUAN. Millenium development goal (MDG) menargetkan penurunan AKI menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara bermakna setelah 2 minggu (Harper, 2005). 75% di antaranya berada di Asia, Afrika (20%), dan Amerika Latin (5%).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu adalah satu dari delapan program Millenium

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan. mmhg dan Tekanan darah diastolik mmhg), sedang (Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA. Preeklampsia (PE) merupakan gangguan multisistem pada kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Buruknya derajat kesehatan perempuan di Indonesia. di tunjukan dengan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan komplikasi dari 2-8% dari kehamilan di seluruh dunia, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Preeklampsia di dalam kehidupan awam sehari-hari dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Preeklampsia/eklampsia merupakan salah satu penyebab. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi di dunia

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BABt PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 140/90, proteinuria dengan atau tanpa edema. Edema tidak lagi dimasukkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Preeklampsia masih merupakan penyebab kematian maternal dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

BAB I PENDAHULUAN. perdarahan, pereklamsi/eklamsi, dan infeksi ( Saifuddin, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dewasa dengan penyakit jantung bawaan menunjukkan insidensi

Disusun oleh : Intiyaswati. membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein didalam urine

Persalinan Induksi persalinan diindikasikan pada pre-eklampsia dengan kondisi buruk seperti gangguan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa kehamilan, bersalin dan nifas, yaitu berkisar 5-10%. 1. sebagian kasus hipertensi gestasional diikuti oleh tanda dan gejala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang dari 70/ kelahiran hidup. 1. Secara global, Maternal mortality Ratio (MMR) selama 25 tahun terakhir terjadi

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Indonesia dan dapat mengancam keselamatan ibu dan janin. Kondisi. tersebut jelas berperan dalam tingginya AKI dan AKB di Indonesia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB V PEMBAHASAN. dengan preeklamsi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang sesuai kriteria inklusi

ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP ANGKA KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA RUMAH SAKIT SUMBER KASIH CIREBON PERIODE JANUARI 2015 SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ovulasi, migrasi sperma dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA STATUS INDEKS MASSA TUBUH (IMT) SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RSUD KARANGANYAR VIA SABIELA R

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan preeklampsia memperlihatkan edema 9. Jika gejala yang muncul adalah

BAB.I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tertentu dalam waktu tertentu. Sehingga AKI mencerminkan resiko

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan dapat menyebabkan. terhambat di dalam Rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan IL-10 dengan Serum Kreatinin dan Terjadinya Komplikasi pada Preeklampsia Perawatan Konservatif

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kriteria gejala preeklampsia yang diadopsi dari The Working of the

dr. Hydrawati Sari, SpOG

BAB I PENDAHULUAN. Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001 yakni

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu onset baru dari hipertensi dan proteinuria selama waktu paruh

SOLUBLE FMS-LIKE TYROSINE KINASE-1 SEBAGAI FAKTOR RISIKO ABORTUS IMINENS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai salah satu penyulit kehamilan. 1. (AKI) di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di Asia

Transkripsi:

1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia preeklampsia masih merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal setelah perdarahan dan infeksi. Angka kejadian preeklampsia sekitar 5-10% dan pada beberapa laporan sangat bervariasi dan di beberapa rumah sakit cenderung meningkat, yaitu 1% - 1,5% pada tahun 1970-1980 dan meningkat menjadi 4,1% - 14,3% pada tahun 1999-2000. Angka kematian ibu akibat preeklampsia di Indonesia adalah 9,8-25% (Schobel et al., 1996; Cunningham et al., 1997; Sofoewan, 2003). Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi di Surakarta kematian ibu hamil yang disebabkan oleh preeklampsia adalah 25 ibu hamil dari 37 ibu hamil yang meninggal dari 1956 persalinan pada tahun 2008 (Sulistyowati, 2010). Preeklampsia adalah suatu sindrom khas pada kehamilan berupa penurunan perfusi organ akibat vasospasme dari pengaktifan endotel. Sindrom ini ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema setelah 20 minggu kehamilan. Sebagai komplikasinya, preeklampsia dapat berakibat pada kejadian gagal ginjal, edema paru dan koagulopati. Preeklampsia juga dapat berkembang menjadi sindrom HELLP (hemolytic anemia, elevated liver enzyme,and low platelet count) dan kejang (eklampsia). Preeklampsia hanya muncul dalam keadaan plasenta masih ada, dengan ataupun tanpa janin seperti pada kasus mola hidatidosa. Sebagai konsekuensinya, salah satu pengobatannya adalah dengan mengeluarkan plasenta (terminasi kehamilan) yang dapat menurunkan morbiditas secara signifikan (Roberts et al., 2001; Lam et al., 2005; Sanchez et al., 2005; Chandiramani et al.,

2 2010). Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi (tekanan darah sistolik 140 mmhg dan diastolik 90 mmhg) disertai proteinuria ( 300 mg/24 jam) yang didapatkan setelah umur kehamilan 20 minggu (Chandiramani et al., 2010; George & Granger, 2011; Shaker & Sadik, 2013). Walaupun penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti, namun terdapat beberapa teori terjadinya preeklampsia yaitu 1). Faktor maladaptasi imunologi, terjadinya maladaptasi imunologi dapat menyebabkan dangkalnya invasi sel trofoblas pada arteri spiralis dan terjadinya disfungsi endotel dipicu oleh pembentukan sitokin, enzim proteolitik dan radikal bebas. 2). Iskemia plasenta, peningkatan deportasi sel trofoblas akan menyebabkan kegagalan invasi ke arteri spiralis dan menyebabkan iskemia pada plasenta. 3). Very low density lipoprotein (VLDL) versus toxicity-preventing activity. 4). Genetic imprinting, mungkin didasarkan pada gen resesif tunggal atau dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna (Dekker & Sibai, 1998). Keadaan ini menyebabkan ketidakseimbangan antar faktor proangiogenik yaitu vascular endothelial growth factor (VEGF), placental growth factor (PlGF), tissue growth factor beta -1 (TGF -1) dan antiangiogenik (Soluble fms-like tyrosine kinase-1/sflt-1) dan soluble Endoglin (seng) merupakan inhibitor endogen VEGF yang akan meningkat sebelum onset preeklampsia (Lam et al., 2005). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penumpukan sekresi molekul antiangiogenik yang dihasilkan plasenta, yang dikenal sebagai sflt-1 (disebut juga soluble vascular endothelial growth factor receptor -1/ svegfr-1) berperan terhadap patogenesis preeklampsia. Soluble fms-like tyrosine kinase-1 beraksi

3 dengan antagonis terhadap reseptor VEGF dan PlGF (VEGFR-1) karena protein ini mempunyai daya ikat yang lebih erat terhadap VEGF dan PlGF dibandingkan dengan VEGFR-1 yang terdapat pada membran sel trofoblas atau endotel. Pada preeklampsia akan ditemukan peningkatan kadar sflt-1 dan penurunan kadar VEGF dan PlGF. Keadaan ini menyebabkan gangguan vaskulogenesis dan angiogenesis pada sirkulasi fetomaternal yang pada akhirnya akan menimbulkan sindrom preeklampsia seperti proteinuria, hipertensi dan disfungsi endotel (Bdolah et al., 2005; Lam et al., 2005; Andersen et al., 2015). Pada kehamilan normal terjadi perubahan hemodinamik ginjal termasuk peningkatan aliran darah ke ginjal dan laju filrasi glomerulus (LFG). Pada preeklampsia terjadi sebaliknya yaitu penurunan aliran darah ke ginjal dan LFG sehingga diperlukan pengukuran LFG yang akurat dan noninvasif. Pengukuran LFG merupakan suatu upaya untuk mengukur jumlah filtrasi dari semua nefron yang berfungsi, dan menjadi salah satu pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui fungsi ginjal serta menentukan derajat penurunan fungsi ginjal, dan ini juga merupakan indikator terbaik untuk menilai fungsi ginjal secara keseluruhan. Penentuan LFG yang akurat diperlukan untuk memeperkirakan fungsi ginjal karena apabila terjadi perubahan fungsi ginjal yang signifikan dapat menyebabkan persalinan prematur, dan berfungsi untuk menentukan dosis obat yang tepat. Pengukuran LFG dapat dilakukan secara tidak langsung dengan mengukur estimasi LFG (elfg) yaitu dengan metode yang terbaik pengukuran LFG menggunakan inulin clearance atau radionuclide clearance dengan iothalamate

4 atau diethyllenetriamine pentaacetate, tetapi metode ini sulit diterapkan dan bersifat invasif sehingga jarang digunakan pada pasien hamil. Sampai saat ini pengukuran LFG menggunakan kreatinin klirens dan telah menjadi pemeriksaan yang standar untuk mengevaluasi fungsi ginjal dalam kehamilan. National kidney foundation/kidney disease outcome quality initiative (NFK/KDOQI) merekomendasikan pengukuran LFG dengan menggunakan formula cockroft gault (CG), modification of diet in renal disease (MDRD) dan chronic kidney disease-epidemiology collaboration (CKD-EPI). Pengukuran LFG dengan formula CKD-EPI memberikan hasil yang terbaik dalam memperkirakan LFG dan akurasinya hampir sama dengan formula MDRD (Effendi & Markum, 2009; Alper et al., 2011). Molekul antiangiogenik di sirkulasi maternal memiliki efek tidak baik terhadap endotel glomerulus padahal VEGF diperlukan untuk menjaga integritas endotel glomerulus. Gangguan glomerulus pada preeklampsia diketahui sebagai glomerular endotheliosis dengan gambaran pembengkakan pada sel-sel endotel dan sel mesangial. Perubahan ini menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan terjadi penurunan LFG. Hal ini terlihat adanya peningkatan kadar kreatinin dan ureum pada preeklampsia (Kandi et al., 2014; Sonagra et al., 2015). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sflt-1 terhadap LFG dengan formula CKD-EPI pada pasien preeklampsia. B. Rumusan Masalah Faktor utama patofisiologi preeklampsia yaitu adanya iskemia plasenta/ hipoksia plasenta akibat tidak adekuatnya invasi trofoblas sehingga tidak terjadi

5 remodeling arteri spiralis uterus. Dengan adanya perfusi yang buruk dan hipoksia plasenta terjadi peningkatan faktor vasoaktif yaitu sflt-1 yang mengakibatkan disfungsi endotel maternal terutama ginjal dan organ lainnya. Apakah terdapat hubungan peningkatan sflt-1 dengan terjadinya penurunan laju filtrasi glomerulus pada preeklampsia? C. Tujuan Penelitian Membuktikan dan menganalisis adanya hubungan peningkatan sflt-1 yang merupakan indikator terjadinya disfungsi endotel terhadap laju flitrasi glomerulus dengan formula CKD-EPI yang merupakan indikator fungsi ginjal pada pasien preeklampsia. D. Manfaat Penelitian Klinik: Bila terbukti adanya hubungan peningkatan sflt-1 terhadap laju filtrsi glomerulus pada pasien preeklampsia maka pemeriksaan CKD-EPI dapat bermanfaat sebagai marker dalam mendiagnosis preeklampsia lebih awal sebelum terjadinya sindrom preeklampsia dan juga sebagai menilai fungsi ginjal yang tepat, apabila terjadi penurunan fungsi ginjal dapat dilakukan terminasi janin lebih awal. Akademik: 1. Memberikan tambahan informasi dan pemahaman mengenai hubungan sflt-1 terhadap LFG pada pasien preeklampsia 2. Dapat sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut mengenai sflt-1dan LFG pada pasien preeklampsia.

6 E. Keaslian Penelitian Mc Mahon et al. (2014) mempunyai hipotesis bahwa sflt-1 berkaitan dengan inavasi sitotrofoblas plasenta. Rancangan penelitian retrospective case-control study, dengan melakukan perbandingan sflt-1 pada invasi plasenta yang dangkal dengan invasi plasenta yang normal. Hasil penelitian ini didapatkan ada perbedaan signifikan (p = 0,01) kadar sflt-1 antara invasi plasenta yang dangkal dengan invasi plasenta yang normal. Dari penelitian dijelaskan bahwa invasi plasenta berkaitan dengan kadar sflt-1. Leanos-Miranda et al. (2012) melakukan penelitian dengan tujuan hubungan sflt-1 dan PlGF dengan terjadinya preeklampsia. Rancangan penelitian cohort case control study. Hasil penelitian ini didapatkan kadar yang tinggi sflt-1 dan kadar yang rendah PlGF pada preeklampsia, dan pada wanita hamil dengan kadar sflt-1 yang tinggi memiliki faktor risiko 6,3 kali lipat terjadinya preeklampsia. Sepengetahuan penulis, penelitian tentang hubungan sflt-1 terhadap penurunan fungsi ginjal dengan CKD-EPI belum pernah dilakukan di Indonesia. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mc Mahon et al. (2014) dan Leanos-Miranda et al. (2012) yang membandingkan kadar sflt-1 pada invasi plasenta dangkal dan menilai faktor risiko sflt-1 dengan terjadinya preeklampsia. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan kadar sflt-1 dihubungkan dengan LFG pada pasien preeklampsia.