ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

Pengantar Psikodiagnostik

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005).

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

THE COUNSELING INTERVIEW

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

Oleh Nandang Rusmana, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

UJIAN AKHIR SEMESTER. Mata Kuliah Pengembangan Bimbingan dan Konseling Belajar Dosen Pengampu: Dr. Muh Farozin, M.Pd & Dr. Muh Nur Wangid, M.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)

The problem is not the problem. The problem is your attitude about the problem. Do you understand?

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

RANCANGAN KONSELING UNTUK MENDORONG MUNCULNYA EMOSI POSITIF DAN MENEKAN MUNCULNYA EMOSI NEGATIF PADA MAHASISWA YANG MENGERJAKAN SKRIPSI

Self Esteem. it can help or destruct you

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

A. Konsep Dasar. B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

KOGNISI SOSIAL. Pengertian, sumber kesalahan dalam kognisi sosial; Skema, jalan pintas mental; Afek dan kognisi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi.

Sebagai pengalaman baru

BAB I PENDAHULUAN. sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Untuk memajukan

BAB III METODE PENELITIAN. One Group Pretest-Posttest Design O 1 XO 2. Gambar 3.1

Kuisioner Kompetensi Kepribadian. Skor Diskripsi Selalu Seringkali Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

PERSONAL CONSTRUCT THEORY GEORGE KELLY

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

TEORI SOSIAL KOGNITIF BANDURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna

MENGURANGI PERSEPSI NEGATIF SISWA TENTANG KONSELOR SEKOLAH DENGAN STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR (COGNITIVE RESTRUCTURING)

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi

BAB II LANDASAN TEORI

Panduan Konseling. Untuk Peningkatan Kapasitas Kesiapan Kerja Siswa

MENGATASI MASALAH DISTORSI KOGNITIF PADA KLIEN USIA REMAJA DENGAN METODE COGNITIVE RESTRUCTRING FORM

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

Sigit Sanyata

KONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI. dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

Psikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama HUBUNGAN INTERPERSONAL

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

KONSELING. Oleh: Muna Erawati

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks. Hal ini disebabkan aspek-aspek dalam dunia pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

Terapi Kognitif dan Perilaku Untuk Penderita Depresi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB III METODE PENELITIAN

Sigit Sanyata

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB IV ANALISIS DATA. yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

MATERI DAN PROSEDUR. Pertemuan I : Pre-Session

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo

PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.

MEMAHAMI INDIVIDU DENGAN TEKNIK NON TES (Observasi dan Wawancara)

BAB II LANDASAN TEORI

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh

REVITALISASI USAHA PEDAGANG KLITHIKAN PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 di DIY (Tinjauan Aspek psikologis)

Transkripsi:

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY Zakki Nurul Amin, S.Pd. Guidance and Counseling Departement Program Universitas Negeri Semarang zakki.nurul.amin@mail.unnes.ac.id

Refleksi... Apakah saudara pernah mengalami (merasa) frustasi/ terpuruk/tak berharga/gagal? Apa yang anda pikirkan ketika anda merasa demikian? Ataukah anda pernah mengatakan wah setiap saya memakai baju ini saya seringkali sial...? Apakah anda sering berfikir sesuatu kecemasan/ketakutan, dan hal itu benar-benar terjadi?

Tidak ada yang baik buruk, namun pikirankanlah hal yang membuat demikian... Karena sejatinya bukanlah peristiwa yang menjadi masalah, namun bagaimana diri memandang/ memikirkan hal tersebut

Aaron Temkin Tim Beck

Pengembang Utama CBT Aaron Temkin Tim Beck (18 Juli 1921) seorang doktor dari University of Pennsylvania Anak keempat, pada usia 7 tahun mengalami penyakit yang hampir merenggut nyawa, memperkuat sifat overprotektif ibunya Tumbuh dewasa dengan banyak kecemasan dan fobia, takut ditinggalkan, takut mati, takut berbicara didepan umum, dan takut ketinggian. Periode 1960-1963 menjadi periode awal berkembangnya terapi kognitif. Landasan terapi ini datang dari tiga sumber, (1) pendeketan fenomenologis psikologi, (2) teori struktural dan psikologi dalam, (3) karya psikologi kognitif. Sampai pada era sekarang CBT dikembangkan berdasarkan riset baru. Mengembangkan tes-tes dan pengukuran seperti Beck Depression theory, Beck hopelessness Scale, beck self-concept test, dll.

Pengantar 1. Hal yang harus diubah harus pikirannya (mengutamakan peran kognitif dan keyakinan dalam pengubahan perilaku) 2. Menekankan perubahan pikiran negative (negative thoughts) dan keyakinan-keyakinan maladaptive (maladaptive belief). 3. Manusia menggunakan wicara diri (self talk) sebagai cara instropeksi diri. 4. Keyakinan-keyakinan individu memiliki makna personal tinggi, sehingga masing-masing manusia memiliki core belief dan sisi subyektifitas. 5. Makna-makna tersebut dapat ditemukan oleh konseli daripada diajarkan/ditafsirkan oleh konselor/terapis.

Kajian kepribadian dalam perspektif CBT CBT emotions and behaviours result from cognitive processes Menekankan pada pengaruh pikiran pada kepribadian seseorang. Belief seseorang menentukan bagaimana individu mengambil keputusan dan memandang dunianya. Tekanan psikologis dapat disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, lingkungan, dan sosial (biopsikososial) yang saling berinteraksi jarang disebabkan oleh satu faktor. Terkadang peristiwa di masa kanak-kanak dapat mengarahkan individu pada kekaburan kognitif (cognitive distortion) Kurangnya pengalaman/ketrampilan memungkinkan individu pada ketidakefektifan cara berpikir. (Merumuskan tujuan yang tidak realistik/membuat asumsi yang tidak tepat. Apa lagi ketika individu mengantisipasi situasi yang mengancam dirinya) Pikiran-pikiran spontan (automatic thoughts) Memainkan peran penting terhadap tekanan psikologis (apalagi ketika mengalami sesuatu hal yang besar).

Automatic Thoughts (AT) dan Perkembangan sistem keyakinan (Schema) AT adalah Pikiran-pikiran yang biasanya terjadi spontan tanpa ada usaha/pilihan. Orang yang mengalami gangungan psikologis, pikiran tersebut (AT) sering didistorsi/tidak akurat. Dalam AT terdapat satu set inti keyakinan-keyakinan (belief) disebut Schema. CBT Keyakinan individu berawal ketika perkembangan masa kanak-kanak dan dikembangkan dalam keseluruhan kehidupan. Pada pengalaman masa awal kanak-kanak terbentuk keyakinan yang banyak dipengaruhi dari orang tua. Jika dimasa kanak-kanak dikembangkan keyakinan positif (saya adalah orang yang mampu) maka akan mengarahkan individu pada cara pandang positif pula. Setiap orang mengembangkan schema, basic belief, dan conditional belief masing-masing

Model Perkembangan Kognitif

Cognitive Schema in Therapy Bagaimana individu berfikir tentang dunianya, keyakinan-keyakinan yang terpenting dalam hidupnya dan asumsi ttg individu lain, peristiwa, dan lingkungannya. Schema berkembang dari pengalaman personal dan interaksi dengan orang lain. Terdapat dua tipe schema cognitive, positive (adaptive) dan negative (maladaptive) Everybido can be adaptive schema in one situation and may be maladaptive in another. Maladaptive schema (Ms) mengarahkan individu untuk menyusun kebenaran-kebenaran ttg diri dan lingkungannya. MS sulit untuk diubah dan dianggap sebagai penyebab kesulitan yang ada pada diri individu. MS dipicu/diaktivasi oleh perubahan yang terjadi dalam sebuah kondisi traumatis (ex: kehilangan pekerjaan, putus cinta) Ketika hal itu terjadi seringkali individu bereaksi dgn emosi negatif.

Lima ranah dalam Maladaptive Schema Disconection and rejection keyakinan individu bahwa kebutuhan rasa aman, peduli, penerimaan tidak didapatkannya. Impaired autonomy and performance schema yang mensugestikan diri anda untuk tidak dapat mandiri, tidak dapat bertanggung jawab, kegagalan yang terus menerus. Impaired Limits tidak dapat kerjasama, tidak dapat menghargai hak orang lain. Other directedness meletakkan kebutuhan untuk selalu dicintai. Over-vigliance and hibitions meyakini bahwa setiap apa yang ia pilih harus sempurna/ideal (perfecsionis)

Cognitive Distortions Distorsi kognitif muncul karena pemrosesan informasi yang tidak akurat/tidak efektif. Distorsi kognitif berperan penting dalam psychological stress and disorder (1) all-or-nothing thinking Pikiran ini membuat tuntutan yang ekstrim pada diri anda, dan jika tidak terpenuhi anda mengutuk dan menyalahkan diri anda sendiri. Ex jika aku tidak dapat nilai A, maka aku akan gagal (2) Selective abstraction Terkadang individu memilih sebuah gagasan atau fakta dari sebuah kejadian untuk mendukung pemikiran negatif. Ex memuji anak yang tidak PD, pujiannya tidak diterima, wah pasti ada maunya (3) Mind Reading Menggangap bahwa orang lain berpikir dengan cara tertentu. Ex kita berfikir bahwa teman kita tidak suka pada kita lagi karena tidak mau diajak jalan. Faktanya barangkali ada alasan lain

Cognitive Distortion (2) (4) Negative prediction Ketika seorang individu percaya bahwa sesuatu yang buruk yang akan terjadi, dan tidak ada bukti yang mendukung. Ex Wah mau bimbingan, jangan-jangan judulku jelek (5) Catastrophizing Memfokuskan pada kejadian terburuk yang terjadi sehingga individu menjadi takut. (6) Overgeneralization membesarkan-besarkan sesuatu yang terjadi dan berfikir secara general. Ex karena saya tidak pintar di matematika, maka saya adalah siswa yang bodoh

Cognitive Distortion (3) (7) Labelling and mislabelling Pandangan negatif diri dibuat oleh diri berdasarkan beberapa kesalahan. (8) Magnification or minimization individu membesarkan ketidaksempurnaan atau meminimalkan hal baik. (9) Personalization Mengambil sebuah peristiwa yang berkaitan dengan individu dan membuat makna personalisasi diri yang kadang tidak berhubungan. Ex kejatuhan cicak ada sesuatu terjadi

Tujuan konseling CBT Membuka pikiran dan memfokuskan pada pikiran. Mengubah kerangka pandang. Menekankan pada Pikiran otomatis (AT) dan kesalahan berfikir (distorsi kognitif) agar individu dapat berfungsi secara efektif. Konseli ditantang dan diajak berdiskusi untuk membawa perasaan, perilaku, dan pikiran yang positif Dalam merumuskan tujuan perlu dikembangkan secara spesifik, dibuat prioritas, dan berkerja secara kolaborasi dengan konseli. Tujuan yang jelas dan spesifik akan memudahkan konselor untuk memilih metode dan teknik untuk mengubah skema kognitif.

Merubah schema cognitive dapat dilakukan merujuk pada tiga level: Schema reinterpretation Here an individual recognizes the schema but avoids or works around it. Schema modification individual makes some but not total changes in the schema Schema restructuring would have restructured his significant cognitive schema

Hubungan Konseling Menekankan pada hubungan kolaborasi antara konselor dan konseli untuk bekerja bersama dalam merubah pola berfikir, dan sejalan dengan merubah perilaku konseli yang menjadi tujuannya. Caring Therapeutic menjadi hal yang sangat esensial. Konselor bertindak sebagai guide, co-investigator dan collaborative therapist Konselor terampil menangani dan menganalisa kasus.

Tahapan konseling CBT 1. Rapport, Mengembangkan hubungan baik 2. Assesment problem (Interviews, Self monitoring, Thought sampling/record, scale and kuisioner) 3. Memandu konseli untuk menemukan pikiran yang tidak akurat, maladaptive schema, dan cognitive distortion. 4. Menggunakan dialog socrates dan teknik-teknik konseling untuk membantu konseli merevisi negative thinking. a. Apa yang menyebakan perilaku itu muncul? b. Bagaimana anda menginterpretasikan hal itu? c. Jika itu benar, apa implikasinya bagi anda? 5. Menspesifikkan pikiran-pikiran otomatis yang muncul 6. Treatment 6. Homework assigment, 7. Menggali Feedback dari konseli. 8. Termination.

Theory of Causation CBT emotions and behaviours result from cognitive processes CBT tidak hanya seperangkat set teknik-teknik, melainkan teori yang komprehensif tentang perilaku individu. CBT menjelaskan bahwa perilaku individu merupakan kombinasi dari faktor biologis, psikis, dan social factor (biopsychosocial). Prinsip dasarnya adalah emosi dan perilaku seseorang adalah hasil dari pikiran dan belief individu (bagaiman ia berpikir tentang dirinya, orang lain, dan dunia secara keseluruhan). Untuk mengilustrasikan prinsip diatas, dapat dipahami dengan konsep Model ABC A : Activate (Merepresentasikan kejadian atau pengalaman) B : Belief ( Merepresentasikan belief/keyakinan seseorang tentang A) C: Consequence ( Merepresentasikan emosi dan perilaku yang muncul karena B)

Prinsip ABC, bukan A yang menyebabkan C. Namun A adalah trigger dari B, dan B mengakibatkan C. Episode ABC tidak berdiri sendiri, namun seringkali konseli yang datang ke konselor seringkali awalnya menceritakan/mengeluhkan C terlebih dahulu. Belief/keyakinan seringkali diluar kesadaran, dan datang karena kebiasaan atau otomatis. Keyakinan yang maladaptive dan disfungsional dapat mengakibatkan: (1) Menghambat seseorang untuk mencapai tujuannya (2) Mendistorsi realitas (3) Berpikir yang tidak logis dalam menilai diri, orang lain, dan dunia Dengan belajar memahami Belief/keyaninan diri, individu dapat secara adaptif menghadapi berbagai pengalaman hidup.

Dysfunctional Thought Record A = Activate Event B = Belief C = Consequence Date/time Situasi Pikiran otomatis Emotion Respon Alternatif Outcome Yudisium, 28 Januari 2016 Mendapat nilai AB untuk makul Model-model Konseling 1. Saya harus mendapat nilai A 2. Saya menda pat nilai AB, maka saya gagal di semester ini 3. Dosen saya tidak menkoreksi secara benar dan serius Sedih (90%) Marah-marah (80%) Tidak terima(80%)

Tahapan Konseling CBT Membina hubungan baik dan mengupayakan kenyaman konseli Melakukan assestment terhadap masalah, person, dan situasi Menyiapkan konseli untuk proses konseling Mengimplemetasikan program dan teknik konseling Mengevaluasi proses konseling Terminasi/pengakhiran

(1) Membina hubungan baik dan mengupayakan kenyaman konseli Menekankan pada hubungan kolaborasi antara konselor dan konseli untuk bekerja bersama dalam merubah pola berfikir, dan sejalan dengan merubah perilaku konseli yang menjadi tujuannya. Caring Therapeutic menjadi hal yang sangat esensial. Condisi empati, hangat, dan respect. Dapat mengatasi ketakutan, keraguan, dan kecemasan konseli pada saat awal proses konseling

(2) Melakukan assestment terhadap masalah, pribadi, dan situasi Akan bervariasi antara konseli satu dan yang lain. Interviews, Self monitoring, Thought sampling/record, scale and kuisioner Dimulai dengan pandangan konseli tentang sesuatu yang salah pada kehidupannya. Mengecek pula adakah relasi dengan hal-hal klinis. Menanyakan personal dan sejarah permasalahannya Mengases masalah yang paling menggangu kehidupan Mencari relevansi dengan faktor kepribadian Mengecek bagaiman perasaan ketika mempunyai masalah Mengecek hal-hal lain diluar faktor psikis seperti kecanduanobat, gaya hidup, dan lingkungan

(3) Menyiapkan konseli untuk proses konseling Menklarifikasi tujuan konseling Memastikan motivsi konseli untuk berubah Mengajarkan konselo prinsip dasar CBT, termasuk model ABC Mendiskusikan pendekatan dan teknik yang akan diterapkan Mengembangkan kontrak dengan konseli

(4) Mengimplemetasikan program dan teknik konseling Menganalisa ABC yang menjadi target masalah. Memahami belief yang berkembang pada diri individu. Merubah belief yang maladaptive dan disfungsional Memberikan home work assigment Mengimplemengtasikan teknik CBT

(5) Mengevaluasi proses konseling Mengecek dan memastikan kemajuan yang ada pada konseli, terkait perubahan cara berpikir dan memahami belief individu Dapat dikroscek dengan tujuan yang telah ditentukan. Buat kriteria yang spesifik pula tentang keberhasilan proses konseling.

(6) Terminasi Membuat akhir yang menenangkan. Apabila tujuan telah tercapai maka proses konseling dapat dihentikan, namun apabila tujuan belum tercapai dapat menegosiasikan kontrak ulang, Memberikan penguatan kepada konseli