Sepatu Formal. Penunjang penampilan. Faktor Ergonomis Pengguna

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KANSEI ENGINEERING. Dr. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc

TUGAS AKHIR. Disusun Oleh: : Tri Hastomo Nim : D

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisa Kebutuhan Konsumen Desain Sepatu Casual Pria Lama

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya tingkat persaingan dunia industri akhir-akhir ini menuntut

Bab VI Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hiburan. Laptop juga sudah menjadi barang pribadi yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. cara-cara baru dalam mempertahankan pelanggan atau mencari pembeli-pembeli

BAB I PENDAHULUAN UKDW. harus mampu untuk bersaing dengan perusahaan lain dalam bidang

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk selalu menghasilkan produk-produk yang baru dan

BAB I PENDAHULUAN. Produk merupakan suatu perwujudan dari hasil perancangan desainer dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan ide-ide yang kreatif dan inovatif. Industri barang dan jasa pun semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya kebutuhan konsumen terhadap pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan berdasarkan kepentingan pelanggan (customer oriented) sebaiknya dilakukan secara lebih sistematis dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. dengan para kompetitornya dengan menerapkan strategi atau metode pemasaran

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana model bisnis Distro balita

BAB I PENDAHULUAN. dan perusahaan harus cepat tanggap terhadap perubahan pasar. Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. pasar semakin kompetitif dan tidak mungkin terhindarkan lagi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses produksi merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antara perusahaan spring bed memaksa perusahaan harus melakukan inovasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Peralatan canggih dan ditunjang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin dinamis menuntut perusahaan. maupun wirausahawan untuk bergerak mengikuti selera konsumen dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis di sektor jasa telah memasuki era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. meja. Masing-masing jenis kursi lipat ini mempunyai manfaat dan. aspek-aspek yang sesuai dengan keinginan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumen adalah faktor penentu keberhasilan suatu produk, oleh karena itu perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan pangan, papan dan sandang. Kebutuhan tersebut tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia dan keturunannya. Bukti-bukti yang ditunjukan

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah

BAB I PENDAHULUAN. selektif dalam melakukan proses pembelian atas suatu produk. Pada sisi yang lain

meja dan kursi pada proses memahat untuk memperbaiki postur kerja di Java Art Stone Yogyakarta adalah Problem-Solving Research.

PERANCANGAN TAS PUNGGUNG LAPTOP MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PADA HOME INDUSTRI LANGON KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan industri otomotif khususnya sepeda motor di Indonesia saat ini begitu

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

BATIK KULIT DAN PRODUK BARANG-BARANG BATIK KULIT SEBAGAI PRODUK BERCIRI INDONESIA

PERANCANGAN PRODUK PISPOT DUA BAGIAN DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DAN ANALISIS SWOT

sedangkan industry, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

#### Selamat Mengerjakan ####

BAB II LANDASAN TEORI. adalah Manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, implementasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan kosumen, menyebabkan setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi berubahnya gaya hidup yang mereka jalani. Perubahan gaya hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan pergerakan utama ekonomi suatu negara. Selain menjadi

BAB III LANDASAN TEORI

2015 PENGARUH BRAND PERSONALITY TERHADAP PURCHASE DECISION U

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produkproduk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat bersaing guna meningkatkan penjualan sekaligus mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. terhadap dunia investasi di Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga. internasional adalah Cina dan Mexico (Deperindag, 2002).

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai macam alat komunikasi yang semakin memudahkan penggunanya

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh adanya perkembangan ekonomi global yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dan persaingan dalam era globalisasi pasar

BAB IV ANALISI STRATEGI PENINGKATAN MUTU PRODUK USAHA SANDAL KULIT DALAM PENINGKATAN JUMLAH PRODUKSI DI KELURAHAN MIJI

BAB I PENDAHULUAN. dan efesien, selalu dihadapkan pada situasi yang berubah-ubah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di gunakan sebagai alat komunikasi saja (telepon / sms), tetapi juga

Desain Gelas Ergonomis untuk Orang Tua dengan Menggunakan Quality Function Deployment

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman budaya dan suku di Indonesia ini memberikan warna tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan adalah tindakan mewujudkan sebuah gagasan atau konsep

BAB I PENDAHULUAN. di setiap tahunnya. Pada tahun 2013, pertumbuhan di industri otomotif semakin

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk lebih cermat dalam menentukan strategi memenangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. terus mengenalkan produknya kepada masyarakat seluas mungkin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pelanggan. Para penyedia produk berupaya memenangkan. persaingan dari para kompetitornya dengan mengimplementasikan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat diketahui secara cepat. Informasi global, pengiriman berita dan data

ANALISIS KINERJA KUALITAS PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. pewarna alami tekstil umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan, dan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta. Sebagai ibukota dari provinsi Jawa Timur, kota Surabaya juga

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks dalam kegiatan pemasaran, sebab dengan perilaku

BAB II LANDASAN TEORI. skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan adanya perusahaan-perusahaan yang mampu menawarkan produk

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.

BAB I PENDAHULUAN. titik awal dan titik akhir kesuksesan dalam industri manufaktur. Oleh karena

Sejarah Quality Function Deployment

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi muncul banyak nya usaha jasa baru.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sepatu sebagai alas kaki memiliki tujuan tersendiri dari para penggunanya, berbagai jenis sepatu dengan model desain yang berbeda telah banyak di kembangkan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan performa saat berktivitas, sebagai alat keselamatan, maupun menunjang penampilan penggunanya, yang tetap memasukan unsur ergonomis bagi kaki penggunanya, ada beberapa macam sepatu menurut fungsinya seperti tergambar dalam Gambar 1.1. Sepatu olahraga Sepatu Formal Sepatu Kerja Sepatu santai Meningkatkan kinerja saat berolahraga Penunjang penampilan Menghindari cedera Penunjang penampilan Menghidari cedera Menghidari paparan Faktor Ergonomis Pengguna Gambar 1.1. Jenis Sepatu Berdasarakan Fungsinya (Basuki, 2003) Sekarang ini, bagaimanapun setiap konsumen tidak hanya menggunakan jenis sepatu tertentu berdasarkan tujuan penggunaannya. seperti sepatu olahraga tidak selalu hanya dipakai pada saat olahraga, ataupun safety shoe tidak hanya dipakai pada saat seseorang sedang dalam pekerjaan. Menurut Jhonson dan Jhon (2001) dalam Shieh dan Yeh (2013), sebaliknya konsumen mencoba untuk memproyeksikan kepribadian individu saat menggunaan produk sehingg terjadi perbedaan kesan pada saat membeli produk dengan tampilan estetika atau eksternal yang unik bukan pada tujuan desain. Perbedaan ini akan sangat bergantung pada penawaran yang diberikan, saat ekspresi dan kesan produk juga mencakup layanan, pengembangan metode untuk mengukur kebutuhan konsumen bukan hanya pada bentuk fisik tetapi, dengan adanya layanan membuktikan bahwa penerapan metode pengukuran suatu 1

2 produk ternyata lebih luas. Menurut Röstlinger dan Goldkhul (1999) suatu desain bentuk dapat dihubungkan dengan layanan tertentu dengan tujuan tertentu misalnya pengiriman dan pemasangan mesin, jasa penyewaan mobil ataupun layanan telepon seluler. Karena itu suatu produk yang berasal dari penggabungan produk dan jasa akan sangat meningkat di masa depan (Schutte, 2002),dan menjadi metode yang cocok untuk menetukan kebutuhan pelanggan untuk memeriksa kedua bagian baik yang nyata dan yang tidak nyata dari suatu produk yang ditawarkan. Produk Benda Benda + Layanan Layanan Gambar 1.2. Definisi Penggunaan Produk (Schutte, 2002) Gambar 1.2 menggambarkan tiga macam produk, yang merupakan metode yang sangat potensial mendapatkan informasi akan kebutuhan yang ideal dan seharusnya mampu dievaluasi di masa depan. Setiap produk memiliki sejumlah properti yang memungkinkan menjadikannya dasar atau awal rancangan baik dalam suatu produk baik bentuk benda ataupun layanan, yang kemudian menjadi acuan pada evaluasi. Menurut Schutte (2002), produk memiliki sifat-sifat yang dibagi menjadi dua yaitu : 1. Memiliki fungsi tambahan berupa parameter desain properti yang dengan sengaja dirancang untuk produk tertentu. 2. Sifat dasar produk merupakan properti produk yang tidak dimaksudkan oleh desainer tetapi tetap dimiliki oleh suatu produk. Contohnya : ketika merancang sebuah ponsel, casing dari ponsel biasanya terbuat dari plastik, karena cukup murah, ringan, tidak mudah retak akibat goncagan dan memiliki permukaan yang halus. Di sisi lain material plastik memiliki sejumlah ciri-ciri yang tidak diinginkan, seperti penyerap getaran, konduksi termal dan lain-lain, ciri-ciri negatif ini tidak termasuk

3 dalam perencanaan produk dan kemudian menjadi salah satu sifat dari posel sekarang ini. Gambar 1.3. Definisi Properti Produk (Nagamachi, 1992) Semua properties yang dievaluasi memiliki dampak potensial pada pengguna produk, akan tetapi properties dari produk tidaklah secara keseluran bisa digunakan pada metode evaluasian untuk kebutuhan pelanggan. Untuk membuat hal ini, sifat eksplisit yang dipilih desebut sebagai item (Nishino dan Nagamachi, 2001). Sebuah item dapat mencakup beberapa kategori yang melengkapi informasi item tersebut, seperti Warna yang pada penyelesaiannya berupa Hijau, Biru, dll dapat dilihat pada Gambar 1.3. Perkembangan dalam bidang desain produk telah menyebabkan banyak penemuan yang mengacu pada item sebagai dasar evaluasi, sehingga memunculkan berbagai jenis produk yang baru dipasar. Berbagai kemajuan produk pun muncul, ada beberapa produk yang kemudian menjadi lebih unggul dari produk lainnya sehingga terjadi persaingan yang ketat antara produsenprodusen terkait. Industri sepatu indonesia merupakan industri yang mempunyai peluang dan prospek yang baik sebagai sumber devisa negara non migas yang tidak hanya bertujuan untuk permintaan dalam negeri, tetapi juga dikembangkan untuk pasar ekspor. Hal ini disebabkan oleh daya beli masyarakat berbeda terhadap produk nasional dan produk luar negeri. Sebagai contoh dari segi kegiatan pasar,

4 masuknya produk Cina kepasaran sepatu dunia,sangat mempengaruhi persaingan harga produk di Indonesia baik secara legal maupun ilegal yang disebabkan oleh bahan baku yang masi bergantung pada impor dan juga dari segi teknologi yang di kembangkan Indonesia masih tertinggal baik dalam desain produk dan juga kegiatan produksi masal. Gambar 1.4. Industri Kerajinan Kulit Manding, Yogyakarta, Indonesia Gambar 1.4 menunjukan salah satu industri kerajinan kulit di indonesia adalah kerajinan kulit Manding yang bertempat di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbagai kerajinan kulit di produksi dengan skala industri menengah seperti sepatu kulit, tas kulit, jaket kulit, ikat pinggang dan lain lain. Bahan baku yang digunakan dalam kerajinan ini berupa kulit sapi yang bahannya sudah di produksi di Yogyakarta dan ada pun kulit sintetis yang masih diimpor dari luar negeri. Dalam perkembangannya kerajinan yang dihasilkan, bukan saja berbahan baku kulit tetapi kerajinan berbahan baku katun dan jins telah mulai diproduksi.

5 Tabel 1.1 Perkembangan Industri Kerajinan Kulit di Indonesia (Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2013) Indikator 2006 2007 2008 2009 2010 Tren Jumlah Unit Usaha (Unit) Nilai Produksi (Ribuan Rp.) Jumlah Tenaga Kerja (Orang) 164 150 129 128 128-6,33% 694.797.392 714.706.316 768.013.107 702.524.517 659.325.694-1,21% 15.895 15.11 13.716 12.903 12.184-6,66% Data perkembangan kerajinan kulit industri kerajinan kulit di Indonesia pada Tabel 1.1 terlihat mengalami penurunan trend dari tahun 2006 sampai tahun 2010 meskipun beberapa aspek pada tahun 2007 mengalami peningkatan tetapi pada tahun selanjutnya mengalami trend penurunan. Kegiatan perusahaan memiliki hubungan erat baik antara kegiatan produksi dan juga kegiatan pemasarannya, aktivitas pemasaran di Manding mempunyai dua model yang dapat dilihat pada Gambar 1.5 yaitu model direct purchase atau pembelian langsung merupakan aktivitas yang biasa di lakukan di berbagai toko-toko dimana konsumen membeli produk sesuai dengan desain display di toko oleh para pengrajin dengan harga yang sudah tertera pada produk, sedangkan untuk kegiatan pemasaran dengan model own desain purchase aktivitasnya berkaitan langsung dengan bagian produksi dimana harga suatu produk tersebut disesuaikan dengan desain produknya yang dilihat dari bahan, dan tingkat kesulitan model. Direct Purchase Model Design Purchase by own design Upper Design Sole Model Material Purchase Made Gambar 1.5. Model Aktivitas Pemasaran Sepatu di Manding

6 Sepatutnya sebagai konsumen berhak mendapatkan suatu produk yang sesuai dengan apa yang diharapkan, akan tetapi disisi lain sebagai desainer ini merupakan suatu tantangan agar supaya desain yang bersumber dari konsumen bisa ditanggapi oleh konsumen sendiri. Hal ini menuntut para produsen berusaha untuk mengembangkan dan merancang produk yang menonjol dan juga menarik konsumen. Ada dua aspek yang harus di perhatikan dalam pengembangan produk (1) aspek teoritis, yang diperhatikan adalah kepuasan pelanggan dan (2) aspek teknis produk (misalnya, fungsi, ergonomis dan kenyamanan). Keduanya sama peting dalam menetukan keberhasilan suatu produk desain yang ditawarkan (Akao, 1990 dan Nagamachi, 1992). Oleh karena itu, produsen berusaha untuk memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kepuasan pelanggan dalam produk mereka. Beberapa metode telah banyak dikembangkan untuk mendukung penilaian kepuasan pelanggan seperti Quality Function Deployment (QFD) (Akao, 1990), Analisis Conjoint (Green dan Srinivasan, 1990) Voice of Customer (VoC) (Griffin dan Hauser, 1993) dan Kansei Engineering (Nagamachi, 1992). Dimana kesemua metode ini memiliki tujuan yang sama, yaitu mengembangkan produk yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Tetapi disatu sisi Kansei Engineering memiliki perbedaan yang signifikan. VoC, QFD dan Conjoint Analysis berfokus pada kebutuhan eksplisit dari konsmen dan mengembangkan syarat desain yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Sedangkan Kansei engineering memiliki metode khusus yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan implisit konsumen dan mengasosiasi kebutuhan tersebut dengan karakteristik desain produk, sehingga panduan untuk merancang sebuah konsep baru ataupun perbaikan konsep produk (Lokman, 2010). Kansei Engineering merupakan suatu teknologi yang menyatukan Kansei ke ranah rekayasa dalam rangka mewujudkan suatu produk yang cocok dengan konsumen sesuai kebutuhan dan keinginan mereka. Ini adalah disiplin ilmu dimana pengembangan produk yang menyenangkan dan memuaskan konsumen dilakukan dalam teknologi ini (Nagamachi, 1999). Kansei adalah kata dari bahasa Jepang yang menyatakan tetang perasaan atau kesan dari konsumen suatu produk,

7 dimana Kansei Enginering sebagai alat pendukung untuk menghubungkan para desainer dengan perasaan dan desain yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Hal ini bertujuan untuk menganalisa perilaku konsumen dan kemudian menerjemahkan kedalam bentuk desain produk dari Kansei juga menargetkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dengan melihat aspek fisiologis dan psikologis yang memberikan kontribusi besar terhadap kepuasan pelanggan. 1.2. Perumusan Masalah. Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang berkembang saat ini, bagaimana mengembangkan model perancangan untuk menunjang kreatifitas desainer atau pengrajin sepatu di Manding, dalam menerjemahkan persepsi konsumen yang abstrak ke dalam desain produk yang diinginkan berdasarkan makna kata. 1.3. Batasan permasalahan Untuk lebih menfokuskan penelitian ini maka diambil batasan-batasan permasalahan terhadap penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut, 1. Obyek yang diteliti adalah produk sepatu formal pria yang difokuskan pada eksteriornya 2. Model pengembangan perancangan berdasarkan struktur makna kata menggunakan database WordNet. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah memperoleh rancangan produk sepatu formal pria denga perincian sebagai berikut: 1. Mengembangkan makna kata/ kesan konsumen terhadap produk sepatu yang diterjemahkan kedalam suatu desain eksterior sepatu 2. Mendapatkan model perancangan sepatu formal pria berdasarkan struktur makna yang sesuai dengan persepsi konsumen.

8 1.5.Manfaat penelitian Pada hakekatnya penelitian ini bermanfaat sebagai alat menerjemahkan kesan konsumen dalam bentuk kata atau kalimat kedalam sebuah bentuk desain untuk membantu para desainer dan produsen membangun sebuah desain sesuai dengan keinginan dari pelanggan yang dianggap selama ini bersifat abstrak. 1.6. Keaslian Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka, maka tesis serta penelitian yang didalamnya adalah asli dan bukan jiplakan dari hasil karya orang lain, kecuali sumber-sumber yang tertera pada daftar pustaka.