DINAMIKA KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH JAGUNG BERSARI BEBAS

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBENTUKAN PENANGKARAN BENIH UNTUK PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH VARIETAS JAGUNG NASIONAL

Sistem Perbenihan Jagung

SISTEM PRODUKSI JAGUNG DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. Muhammad Aqil dan Bunyamin Z. ABSTRAK

EVALUASI PRODUKSI DAN PERCEPATAN DISTRIBUSI BENIH JAGUNG (Studi Kasus di Desa Nun Kurus, Kabupaten Kupang, Provinsi NTT)

SISTEM PRODUKSI BENIH SUMBER VARIETAS SUKMARAGA DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN RAWA ABSTRAK

Kelembagaan dalam sistem usahatani adalah suatu kesatuan untuk

IDENTIFIKASI POTENSI, MASALAH, DAN PELUANG SUSTAINABILITAS DISTRIBUSI DAN PEMASARAN BENIH SUMBER JAGUNG

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

PRODUKSI DAN PEMASARAN BENIH JAGUNG DI NUSA TENGGARA BARAT MENUNJANG KEMANDIRIAN PANGAN

PENYEBARAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Sumarni Panikkai Balai Penelitian Tanaman Serealia

BENTUK KELEMBAGAAN PERBENIHAN JAGUNG YANG PROSPEKTIF DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros 2)

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

PEMBINAAN PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BENIH SUMBER JAGUNG KOMPOSIT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN BENIH PADI DAN KEDELAI

PELUANG AGRIBISNIS BENIH JAGUNG KOMPOSIT DI JAWA TENGAH

Pemahaman Petani terhadap Mutu Benih Jagung (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Selatan)

IDENTIFIKASI KINERJA USAHATANI DAN PEMASARAN JAGUNG DI NUSA TENGGARA BARAT. Hadijah A.D. Balai Penelitian Tanaman Serealia

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

PERAN UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER DALAM PENGUATAN SISTEM PERBENIHAN DI KALIMANTAN TENGAH

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PENGARUH SORTASI BIJI DAN KADAR AIR SERTA VOLUME KEMASAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH JAGUNG

UPAYA PENYEDIAAN BENIH DASAR JAGUNG KOMPOSIT MELALUI PEMBINAAN PENANGKAR BENIH DI TINGKAT PETANI. Muhammad Yasin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PROSPEK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DAN PENGUATAN SISTEM BENIH SUMBER SEREALIA (Studi Kasus: Provinsi Sulawesi Selatan)

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

Pengembangan Varietas Hibrida Jagung Tahan Penyakit Bulai (Perenosclerospora maydis L.), Umur Genjah(<90 hst), Potensi Hasil Tinggi(11 t/ha)

SISTEM PRODUKSI DAN DISTRIBUSI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR

IDENTIFIKASI PERAN JAGUNG UNGGUL TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Balitsereal Maros 2) BPTP Nusa Teggara Timur ABSTRAK

PEMETAAN PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL JAGUNG DI LAHAN KERING IKLIM KERING

PROSPEK BALAI PENGEMBANGAN BENIH PALAWIJA UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA KEDELAI DAN JAGUNG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

Peranan UPBS BPTP Bali dalam Produksi dan Distribusi Benih Sumber Padi Mendukung Kedaulatan Pangan di Provinsi Bali

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

X.82. Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha. Zubachtirodin

Sinung Rustijarno Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK

KELEMBAGAAN PRODUKSI DAN PASCAPANEN JAGUNG

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

KERAGAAN KINERJA DAN KAPASITAS BALAI BENIH INDUK (BBI) DALAM PENYEDIAAN BENIH PADI DI PROVINSI BANTEN

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

PENDAHULUAN. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Kedelai 1

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2012

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kedelai

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

PRODUKSI BENIH DASAR UNTUK PEMBINAAN JARINGAN KERJA KABUPATEN SOPPENG. M.Sudjak Saenong dan IGP.Sarasutha Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama

PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG. Rahmawati, Yamin Sinuseng dan Sania Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros ABSTRAK

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

PELUANG PENGEMBANGAN PENANGKAR KEDELAI DI BANTEN

[ ] Pengembangan Varietas Jagung Putih untuk Pangan, Berumur Genjah dan Toleran Kekeringan Muhammad Azrai

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2012

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS 2015

SERTIFIKASI BENIH DI SUSUN O L E H NAMA : ELRADHIE NOUR AMBIYA NPM : A

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

PERAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SEREALIA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada :

Peluang dan Kendala Pengembangan Pola Tanam Jagung Tiga Kali Setelah Padi (IP 400)

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

Program peningkatan produksi jagung nasional melalui upaya

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

Fauziah Yulia Andriyani dan Kiswanto: Produktivitas dan Komponen Hasil

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN PANGAN TAHUN

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH MENDUKUNG PROGRAM KEMANDIRIAN BENIH KEDELAI DI DAERAH SENTRA PRODUKSI

Upaya dan Kendala Penyediaan Benih Padi dari Pemerintah dan Petani Penangkar Mendukung Kedaulatan Pangan di Propinsi Bali

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

PENDAHULUAN Latar Belakang

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

PERSEPSI PETANI KOOPERATOR TERHADAP EMPAT VARIETAS JAGUNG KOMPOSIT DI GIYANTI, KABUPATEN BLORA

Peningkatan Pendapatan Usahatani dengan Penangkaran Benih Padi Varietas Unggulan

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Transkripsi:

Margaretha S.L. dan Rahmawati: Dinamika Kelembagaan Penangkar DINAMIKA KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH JAGUNG BERSARI BEBAS Margaretha S. L. dan Rahmawati Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Ketersediaan benih dengan memenuhi 4 t (tepat waktu, tepat jumlah. Tepat mutu dan tepat harga) di tingkat petani memegang peranan yang penting dan hal ini tidak terlepas dari peran penangkar benih. Agar terjadi kesinambungan antara penghasil dan pengguna teknologi, utamanya varietas, maka penyediaan benih sumber yang berkelanjutan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam rangkaian pembentukan kelas benih selanjutnya dan merupakan langkah awal untuk pengembangan suatu varietas. Balitsereal dengan program pembentukan dan pemantapan produksi benih berkualitas mendukung industri benih berbasis komunitas telah menjawab tantangan yang ada melalui pembinaan penangkar-penangkar yang ada di Indonesia kerjasama dengan instansi terkait, sehingga jalur yang ada diperpendek. Jalur perbenihan yang panjang. Kendala dalam penyebaran varietas unggul jagung adalah varietas jagung lokal masih mendominasi pertanaman petani hingga tahun 2003 disebabkan oleh karena harga benih mahal dan tidak tersedia ditempat pada saat musim tanam tiba, lambatnya benih tiba di petani karena melalui sistem/jalur perbenihan yang panjang sehingga pada waktu musim tanam, benih tidak tersedia ditempat, Balitsereal bekerjasama dengan instansi terkait (Diperta, BBU, BPSB) dan penangkar benih di kabupaten untuk memperpendek sistem/jalur perbenihan, dan penangkar binaan dapat mempercepat penyebaran varietas jagung unggul nasional secara 4 t (tepat waktu, jumlah, mutu dan harga). Kata Kunci: kelembagaan, penangkar benih, jagung bersari bebas PENDAHULUAN Salah satu kiat yang merupakan prioritas utama untuk meningkatkan produkstivitas jagung di Indonesia adalah mengembangkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada kondisi lingkungan tertentu. Nugraha dan Subandi (2002) menunjukkan bahwa dari 19 provinsi yang telah disurvei, jumlah varietas unggul yang digunakan petani baru mencapai 75% yang terdiri dari 48% bersari bebas dan 27% hibrida. Penggunaan varietas introduksi telah cukup tinggi tetapi sebagian petani masih melakukan regenerasi benih selama bertahun-tahun dari jagung bersari bebas yang digunakan tanpa pemurnian, manajemen produksi serta pasca panen yang tepat sehingga dikhawatirkan terjadi degenerasi mutu genetisnya terutama jika ditanam berdampingan. 720

Seminar Nasional Serealia, 2013 Hasil penelitian Saenong et al. (2003) di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa penggunaan benih jagung varietas bersari bebas umumnya diperoleh dari pertanaman sebelumnya, bahkan ada benih yang dimulai sejak tahun 1991. Hal ini disebabkan karena harga benih jagung varietas hibrida tergolong mahal. Hal ini merupakan peluang yang besar bagi penangkar benih jagung varietas unggul bersari bebas. Balitsereal sejak tahun 2004 2008 telah membina kelompok tani sebagai penangkar benih jagung bersari bebas kelas foundation seed (FS) dan stock seed (SS) di berbagai provinsi di Indonesia seperti Sulsel, NTB, NTT, Lampung, Jateng, Kalsel, Kalteng, Gorontalo, Sumbar dan Sumut. Dengan demikian varietas jagung unggul yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian yang dikerjasamakan dengan instansi terkait dapat mempercepat distribusi (adopsi) suatu varietas jagung unggul baru. Bahasan berikut ini adalah untuk membahas permasalahan dan dinamika kelembagaan benih jagung bersari bebas hasil penangkar binaan Balitseral. SISTEM KEMITRAAN PENANGKARAN BENIH Sistem distribusi benih jagung sebelum ada penangkar binaan Balitsereal dapat digambarkan sebagai berikut: (KELAS BENIH SUMBER/BS) DIREKTORAT PERBENIHAN DI JAKARTA PUSAT (KELAS BENIH PENJENIS/BP) BALAI BENIH INDUK, DISETIAP PROVINSI (KELAS BENI DASAR/BD) BALAI BENIH UTAMA DISETIAP KABUPATEN (KELAS BENIH SEBAR/BR) PETANI/ PENGGUNA Gambar 1. Sistem Distribusi Benih di Indonesia, 2006 721

Margaretha S.L. dan Rahmawati: Dinamika Kelembagaan Penangkar Gambar 1 di atas, terlihat bahwa Benih Sumber (BS) yang dihasilkan oleh pemulia-pemulia Balitsereal, dikirim ke Direktorat Perbenihan di Jakarta Pusat sebagai kelas benih penjenis (BP), dari Ditjen perbenihan diteruskan ke Balai Benih Induk (BBI) yang ada disetiap provinsi dan menghasilkan benih dasar (BD). Benih-benih tersebut kemudian dikirim ke setiap kabupaten, menghasilkan kelas benih sebar (BR) untuk akhirnya didistribusikan ke petani/pengguna. Hasil wawancara dengan informan kunci (BBU-Batukaropa), sistem penangkar benih di Sulsel adalah sebagai berikut: Balitsereal menghasilkan benih dasar yang kemudian diserahkan ke Balai Benih Induk (BBI) ditingkat provinsi. Dari BBI, benih dikirim ke Balai Benih Utama (BBU) ditingkat kabupaten dan selanjutnya ke penangkar benih. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini: BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA BALAI BENIH INDUK (BBI) BALAI BENIH UTAMA (BBU) PENANGKAR BENIH JAGUNG PETANI/PENGGUNA Gambar 2. Sistem penangkar benih jagung di Sulawesi Selatan. 2003. (Saenong et al. 2003) Untuk menjaga mutu benih, maka benih-benih yang dihasilkan penangkar dipantau terus oleh BBI, BPSP, selanjutnya Dinas Pertanian (Diperta) mengawasi usaha/penyebaran benih. Di Provinsi Gorontalo, sistem penangkar benih jagung tersebar di Kabupaten Bolango, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo dan Seed Center. Pihak swasta melalui tim pengembangan jagung yang terdiri dari pemerintah (Balitsereal dan Diperta), bekerjasama dengan pihak kecamatan dan desa menyediakan bantuan dalam bentuk sarana produksi (benih + pupuk + pestisida) kepada kelompok tani. Petani yang menerima bantuan didampingi oleh pembina pihak pertanian (PPL) dan swasta ditingkat desa/kecamatan yang bergerak sebagai penyalur sarana produksi dan pembeli jagung (pedagang perantara) dan dijual ke pedagang besar swasta dan berakhir ke petani/pengguna. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 3. 722

Seminar Nasional Serealia, 2013 SWASTA/ BUMN DIPERTA PETANI/ PENGGUNA KECAMATAN DESA KELOMPOK TANI A, B, C,., dst Gambar 3. Sistem kemitraan penangkar benih jagung di Provinsi Gorontalo. (Saenong et al. 2004) Dari Gambar 1, 2, dan 3, terlihat bahwa benih yang sampai ke petani melalui jalur yang panjang, Di Sulawesi Selatan benih melalui proses administrasi yang panjang (Balitsereal-BBI-BBU-Penagkar-Petani), sedang di Gorontalo, benih dimonopoli oleh Swasta. Tahun 2004 sampai 2009, Baliteseral membina penangkarpenangkar benih di berbagai provinsi dengan maksud mempercepat penyebaran benih ditingkat petani guna memenuhi 4 T (tepat waktu, jumlah, mutu dan harga). SISTEM PENANGKARAN BENIH JAGUNG BERSARI BEBAS BINAAN Penangkar Binaan di Sulsel Pada kelompok tani Al Qamar, Desa Bajeng, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan, pengadaan sarana produksi (benih + pupuk + pestisida), disiapkan oleh kelompok untuk didistribusikan ke anggota dengan sistem yarnen (bayar setelah panen), dengan syarat semua hasil panen dijual ke ketua kelompok, tetapi bila ketua kelompok tidak dapat menampung lagi, maka hasil panen tersebut boleh dijual ke pedagang lain. Harga calon benih Rp 1.500/kg pipilan kotor (k.a 17-18%), setelah diproses (dijemur hingga ka mencapai 11%, disortasi hingga memenuhi syarat mutu benih), maka benih yang telah lulus dan memperoleh sertifikat dijual dengan harga Rp 3.000/kg, dengan demikian sistem kelembagaannya dapat digambarkan sebagai berikut: 723

Margaretha S.L. dan Rahmawati: Dinamika Kelembagaan Penangkar 3 1 Penangkar Calon Benih. Kelompok Tani Al Qamar. Benih Kelas BP. BPSB 4 2 5 Pedagang Pengumpul jagung/pemroses benih dan distributor/ketua kelompok tani BBU Pengguna: Kegiatan proyek instansi di luar provinsi Petani/Kelompok Tani 6 Gambar 4. Sistem kelembagaan pada penangkar benih berbasis komunal hasil binaan Balitsereal di Sulawesi Selatan, 2004 (Saenong et al. 2004) Keterangan Gambar: 1. Pemroses benih memberikan pinjaman sarana produksi ke kelompok tani penangkar dan dikembalikan setelah panen 2. Kelompok tani penangkar menjual hasil ke pemroses benih 3. Balitsereal memberikan bimbingan teknologi cara budidaya jagung untuk produksi benih, cara prosessing, pengemasan dan pemasaran kepada pemroses benih/penangkar 4. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih melakukan evaluasi dan pengawasan pelaksaan produksi benih di lapangan, evaluasi dan pengawasan pelaksanaan prosessing benih serta pemberian sertifikasi ke penangkar/pemroses benih 5. Balai Benih Utama menyediakan/menjual benih pokok ke pemroses benih untuk selanjutnya disalurkan/dipinjamkan keanggota kelompoknya. 6. Pemroses benih/penangkar benih menjual benih bersertifikat langsung kepada petani atau kelompok tani di luar wilayah kerjanya dan instansi-instansi/lembaga masyarakat yang memesan benih. Penangkar Binaan Di NTB Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), pembinaan penangkaran benih jagung varietas bersari bebas, selain di BBU juga di lahan petani Desa Sambelia (Gambar 5). 724

Seminar Nasional Serealia, 2013 Balitsereal, BPTP Distan, BPSB Penangkar benih (BBU dan Petani di Desa Sambelia). Kelas Benih BP Benih+sarana produksi lainnya Hasil (benih label FS + ES) ditampung Prosessor/PPL di distribusikan ke pengguna Pengguna: Anggota Keltan, Instansi Terkait dan Penyalur/kios Gambar 5. Sistem kelembagaan pada penangkar benih berbasis komunal hasil binaan Balitsereal di Nusa Tenggara Barat. 2004. (Saenong et al. 2004) Keterangan Gambar 5: 1. Para petani penangkar, mendapat binaan dan evaluasi langsung dari Balitsereal, BPSB, Disperta dan BPTP. Hasil yang diperoleh (calon benih) dijual langsung ke prosessor/ppl 2. Prosessor selanjutnya memproses calon benih menjadi benih. Seluruh rangkaian biaya (pupuk dan pestisida) dan sertifikasi benih juga ditanggung prosessor 3. Benih yang dihasilkan, dijual ke pengguna (Anggota kelompok tani, instansi terkait dan penyalur/kios Penangkar Binaan di NTT Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdapat beberapa LSM yang bergerak dalam pemberdayaan masyarakat, dan salah satu kegiatannya adalah memasok benih ke petani, antara lain Care International, GT set, CWS dan Plant International, dan tidak melaksanakan penangkaran benih. Adapun sistem penangkaran benih di NTT, dapat dilihat pada Gambar 6. 725

Margaretha S.L. dan Rahmawati: Dinamika Kelembagaan Penangkar BPSB Kios Saproddi 1 Penangkar Benih. 3 Kelompok Tani Tirosa, NTT. 2 Kelas Benih BD & BP Diperta Pengguna melalui DIPERTA: Kodya Kupang Kabupaten Alor, TTU Diperta Provinsi NTT Petani di Kec. Kupang Timur 4 Gambar 6. Sistem kelembagaan pada penangkar benih berbasis komunal hasil binaan Balitsereal di NTT. 2006 (Saenong et al. 2006 dan 2007) Keterangan Gambar: 1. Balitsereal memberikan bimbingan teknologi cara budidaya jagung untuk produksi benih, cara prosessing, pengemasan dan pemasaran kepada pemroses benih/penangkar/kelompok tani 2. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih melakukan evaluasi dan pengawasan pelaksaan produksi benih di lapangan, evaluasi dan pengawasan pelaksanaan prosessing benih serta pemberian sertifikasi ke penangkar/pemroses benih 3. Balai Benih Utama menyediakan/menjual benih pokok ke pemroses benih untuk selanjutnya disalurkan/dipinjamkan keanggota kelompoknya. 4. Pemroses benih/penangkar benih/kelompok tani menjual benih bersertifikat langsung kepada petani, Diperta Provinsi NTT, Kabupaten Alor dan TTU serta Kodya Kupang. Pembinaan Penangkar Benih di Sulteng Penangkaran benih bersari bebas di provinsi Sulawesi Tengah dilaksanakan selama 2 tahun (2007dan 2008), di Desa Toposo, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, yang diawali dengan kelas benih dasar (BD) untuk menghasilkan kelas benih pokok (BP) yang dikembangkan lagi menjadi benih sebar (BR) oleh penangkar binaan atau kelompok penangkar lainnya pada musim berikutnya. Di Kecamatan Labuan, telah ada 2 kelompok penangkar binaan Diperta yaitu kelompok tani Bina Mandiri dan Mekar Bersama sehingga keterkaitan langsung dengan BBI-BBU-BPSB terjalin dengan sendirinya, dimana benih yang dihasilkan disalurkan ke Diperta. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7. 726

Seminar Nasional Serealia, 2013 3 BPSB PENANGKAR BENIH: Keltan Bina Mandiri Keltan Mekar Bersama Kelasn benih: BD dan BP 4 1 2 DIPERTA PROVINSI SULTENG 5 PETANI/ PENGGUNA Gambar 7. Sistem kelembagaan pada penangkar benih berbasis komunal hasil binaan Balitsereal di Sultengah. 2007, 2008. (Saenong et al. 2007) Keterangan Gambar: 1. Balitsereal sebagai pemulia, pemilik benih sumber (BS) dan membina/mengkawal penangkar dalam teknologi budidaya produksi benih jagung bersari bebas. 2. Kelompok tani yang dibina Balitseral sebagai Penangkar dan pemroses Benih Bersari Bebas. 3. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih melakukan evaluasi dan pengawasan pelaksaan produksi benih di lapangan, evaluasi dan pengawasan pelaksanaan prosessing benih serta pemberian sertifikasi ke penangkar/pemroses benih 4. Diperta sebagai pembina kelompok tani sekaligus mendistribusikan benih yang dihasilkan ke pengguna. DINAMIKA KELEMBAGAAN PENANGKAR BENIH Dinamika kelembagaan penangkar benih, khususnya jagung sejak tahun 2003 bergerak dengan cepat, ini terjadi karena terjalinnya kerjasama yang baik antar instansi pemerintah (Balitsereal, BBI, BBU, BPSB dan Diperta) dalam mempercepat pengadopsian suatu varietas unggul baru. Tahun 2003, Balitsereal mengidentifikasi varietas-varietas yang ada di petani dan ditemukan bahwa benih yang digunakan petani sebagian besar varietas lokal dan benih varietas unggul yang berasal dari pertanaman terdahulu bahkan masih ada petani yang menanam benih tahun 1991 (Saenong et al. 2003) dengan alasan benih 727

Margaretha S.L. dan Rahmawati: Dinamika Kelembagaan Penangkar tidak ada pada saat tanam dan harganya mahal, sehingga produksi rata-rata rendah yakni 2-3 t/ha. Salah satu penyebab terlambatnya benih sampai ke petani, antara lain karena jalur pembentukannya yang sangat panjang, dimana benih yang dihasilkan oleh Balitsereal dikirim ke Direktorat Jendral (Ditjen) perbenihan di Jakarta, untuk selanjutnya dikirim ke Balai Benih Induk (BBI) di setiap provinsi, untuk dilanjutkan ke Balai Benih Utama (BBU) di setiap kabupaten, BBU dengan kawalan BPSB, menangkarkan benih tersebut untuk selanjutnya didistribusikan ke petani (BPBB-TPH Wilayah III, Jawa Timur 1994). Balitseral dalam salah satu program penelitian berjudul Sistem Perbenihan untuk Mendukung Penyebarluasan Varietas Jagung Unggul Nasional memperpendek jalur/mata rantai perbenihan dengan cara membina penangkar-penangkar benih jagung bersari bebas ditingkat kabupaten. Dari ke 5 gambar alur/sistem panangkaran (Gambar 3-7) terlihat memiliki perbedaan masing-masing yakni ada yang langsung di tangkarkan di lokasi BBU (NTB), ada di Kelompok Tani Binaan Diperta (NTT), ada di kelompok tani andalan (NTB, NTT, Sulsel dan Sulteng), namun demikian tetap bekerjasama dengan Dirjen perbenihan (Diwakili oleh BBU), Diperta, dan BPSB sebagai mitra kerja dalam kelangsungan suatu penangkar dan percepatan penyebarluasan varietas unggul nasional. Kelembagaan/instansi yang berkaitan langsung dengan penangkar adalah Balitsereal sebagai sumber benih dan teknologi budidaya jagung, BPSB sebagai lembaga pemberi sertifikasi dan Diperta yang diwakili oleh kelompok tani sebagai perpanjangan Diperta ditingkat petani sekaligus mendistribusikan hasil tangkaran. KESIMPULAN 1. Varietas jagung lokal masih mendominasi pertanaman petani hingga tahun 2003 disebabkan oleh karena harga benih mahal dan tidak tersedia ditempat pada saat musim tanam tiba. 2. Lambatnya benih tiba di petani karena melalui sistem/jalur perbenihan yang panjang sehingga pada waktu musim tanam, benih tidak tersedia ditempat. 3. Balitsereal bekerjasama dengan instansi terkait (Diperta, BBU, BPSB) dan penangkar benih di kabupaten untuk memperpendek sistem/jalur perbenihan. 4. Penangkar binaan dapat mempercepat penyebaran varietas jagung unggul nasional secara 4 t (tepat waktu, jumlah, mutu dan harga). 728

Seminar Nasional Serealia, 2013 DAFTAR PUSTAKA Nugraha, U. S. dan Subandi. 2002. Perkembangan Teknologi Budidaya dan Industri Benih. Diskusi Nasional Agribisnis Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor, 24 Juni 2002. Saenong, S., Margaretha, S.L., J. Tandiabang, Syafruddin, Y. Sinuseng, dan Rahmawaty. 2003. Laporan Akhir Tahun. Sistem Perbenihan untuk Mendukung Penyebarluasan Varietas Jagung Nasional. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departeman Pertanian kerjasama dengan Proyek/Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif (PAATP) Saenong, S., R. Arief, Y. Sinuseng, Rahmawati, W. Wakman, F. Koes, Margaretha S.L., dan Suwardi. 2004. Laporan Akhir Sistem Perbenihan untuk Mendukung Penyebarluasan Varietas Jagung Unggul Nasional. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departeman Pertanian, kerjasama dengan Proyek/Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif (PAATP) Saenong, S., Margaretha, R. Arief, Rahmawati, Sudjak S., Syafruddin, A. Burhanuddin, Y. Sinuseng, F. Koes, Suwardi dan O. Kumalasari. 2006. Laporan Akhir Tahun Pembentukan dan Pemantapan Produksi Benih Berkualitas Mendukung Industri Benih Berbasis Komunal. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departeman Pertanian Saenong, S., Zubachtirodin, Adnan, N. Argosubekti, A. Buntan, A. Takdir, M. Yasin HG., Sumarni, Muslimah, Margaretha, R. Arief, Y. Sinuseng, Rahmawati, Sudjak S., Syafruddin, A. Burhanudin, Bahrun, A., F. Koes, Suwardi, Oom Kumalasari, Faesal dan Asrul. 2006. Laporan Akhir Sistem Perbenihan untuk Mendukung Penyebarluasan Varietas Jagung Unggul Nasional. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departeman Pertanian, kerjasama dengan Proyek/Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif (PAATP) Saenong, S., Bahtiar, Syahrir, Margaretha, I. U. Firmansyah, IGP. Sarasutha, Rahmawati, N. Riani, Sudjak S, Y. Sinuseng, F. Koes, Suwardi dan O. Kumalasari. 2007. Laporan Akhir Tahun Pembentukan dan Pemantapan Produksi Benih Berkualitas Mendukung Industri Benih Berbasis Komunal. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departeman Pertanian 729