ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR Helena Da Silva dan Bambang Murdolelono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Pengembangan jagung hibrida di NTT terkendala oleh mahalnya harga benih. Salah satu peluang dalam penyediaan benih adalah melalui usaha penangkaran benih jagung hibrida Bima 1 dengan kolaborasi Balitsereal BPTP NTT Penangkar. Jagung hibrida Bima 1 merupakan varietas baru bagi Provinsi NTT sehingga kelayakan usaha perbenihan dan hasil F1 nya perlu dievaluasi. Evaluasi kelayakan perbenihan dilakukan pada tingkat penangkaran di KP Naibonat selama dua tahun ( ) dan hasil F1 dievaluasi pada agoekosistem lahan sawah, lahan kering beririgasi, dan lahan kering tanpa irigasi dengan metode ahuklean pada tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) produktivitas benih F1 Bima 1 rata rata 1,2 t/ha, apabila harga benih Rp /kg maka penangkar akan mendapatkan keuntungan Rp , b) produktivitas jagung F1 Bima 1 yang ditanam pada agroekosistem lahan sawah irigasi, lahan kering beririgasi, dan lahan kering tanpa irigasi dengan cara ahuklean masing masing 4,5 t/ha, 3 t/ha dan 2,5 t/ha dengan keuntungan masingmasing Rp , Rp , dan Rp , c) nilai R/C ratio penangkaran benih F1 Bima 1 sebesar 2,63 dan nilai R/C ratio hibrida Bima 1 pada berbagai agroekosistem 5,33, 3,55 dan 2,96. Dengan demikian usaha perbenihan jagung hibrida Bima 1 di NTT layak diusahakan dan dikembangkan. Kata kunci: Jagung, usahatani, Bima 1, kelayakan ekonomi PENDAHULUAN Luas tanam jagung hibrida di NTT selama 4 tahun terakhir ( ) meningkat setiap tahun yakni ha, ha, ha dan ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTT, 2007). Dengan tingginya kebutuhan benih jagung di NTT, ketersediaan benih sumber untuk memproduksi benih benih berlabel kelas di bawahnya perlu diadakan secara berlanjut. Selain benih bersari bebas, kebutuhan benih hibrida juga terus meningkat, sisi lain, penyedia benih hibrida umumnya adalah pihak swasta, karena belum ada produsen benih parent stock di NTT. Upaya untuk mengurangi kesenjangan penyediaan benih bersari bebas dan benih jagung hibrida serta mengantisipasi harga benih jagung hibrida yang terlalu tinggi, maka upaya penyediaan benih baik bersari bebas maupun benih hibrida (parent stock) dirasa perlu dilakukan di NTT. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di beberapa wilayah NTT dengan menanam. F1 Jagung Hibrida Bima 1 dari hasil perbenihan pada tahun 2008 yang dilakukan dilahan Kebun Percobaan di Naibonat, yang diujicobakan pada 3 tipe agroekosistem di NTT yakni: a). agroekosistem lahan sawah yang mana jagung ditanam setelah padi pada bulan Juni Oktober 2009 di lahan petani Desa Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, b). Agroekosistem lahan kering pada lahan bero dengan cara TOT (Tanpa Olah Tanah) di Desa Mautenda, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende pada bulan April Agustus 2009, serta c) agroekosistem lahan kering tanpa pengairan, tanpa air hujan dengan cara ahuklean (tugal dalam) pada bulan Juli Nopember 2009 di Desa Besikama, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu. Data yang 642 Helena Da Silva dan Bambang murdolelono : Analisis Kelayakan Ekonomi Usahatani Jagung Hibrida

2 diperoleh adalah data input output usahatani yang dilakukan dan dicatat selama satu tahun yaitu tahun Analisis pendapatan digunakan rumus (Downey dan Erickson 1985). I = (y. Py ) (Xi. Pxi ) I = Pendapatan (Rp/ha) Y = Output/hasil (kg) Pxi = Harga input (Rp) Py = output (Rp) Xi = input (i = 1,2,3.n) Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis anggaran parsial. Indikator analisis yang dipakai adalah R/C ratio (Revenue Cost Ratio). Soekartawi (1995) menyebutkan bahwa R/C ratio adalah perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut : R a = C R = Py.Y C = FC + VC a = {(Py.Y) / (FC +VC)} R = Penerimaan C = Biaya Py = Harga output Y = Output FC = Biaya tetap (fixed cost) VC = Biaya tidak tetap (variabel cost) Jika : a > 1 maka dikatakan layak, a < 1 maka dikatakan tidak layak dan a = 1 maka dikatakan impas (tidak untung maupun merugi) Sedangkan analisis kontribusi pendapatan diperoleh dengan cara membandingkan antara pendapatan komoditas dengan pendapatan total usahatani dalam satu tahun dikalikan 100% yaitu dengan rumus : Pn TP x 100% Pn = Pendapatan komoditas n TP = Total pendapatan Usahatani HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis kelayakan produksi jagung hibrida di NTT Dari hasil analisa usahatani jagung produksi F1 Bima 1 di NTT pada TA dengan luas areal pertanaman satu (1) ha dihasilkan pendapatan kotor yang diperoleh sebesar Rp , dari hasil penjualan sebanyak kg dengan harga per kg sebesar Rp adapun dari hasil produksi F1 Bima 1 tersebut petani/penangkar akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp Hasil analisis kelayakan produksi F1 Bima 1 diperoleh nilai R/C ratio sebesar 2,63. Dari nilai R/C ratio tersebut dinyatakan bahwa komoditas jagung Hibrida Bima 1 layak untuk diusahakan di wilayah NTT. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Analisis kelayakan usahatani jagung hibrida bima 1 Dari hasil analisis biaya dan pendapatan petani pada usahatani jagung hibrida Bima 1 di NTT pada lahan produksi yang diperoleh 4,5 t/ha dengan pendapatan Rp /ha (Tabel 2). 643 Seminar Nasional Serealia 2011

3 Tabel 1. Analisis Kelayakan Produksi Perbenihan Jagung Hibrida Bima 1 di NTT. TA Benih (Kg) Pupuk Ponska (Krg) Pupuk Urea (Krg) Plastik Paking (kg) Pelabelan (lbr) Total Biaya A Tanam (OH) Menyiang (OH) Memupuk (OH) Detaseling (OH) Rouging (OH) Menyemprot (OH) Panen (OH) Perontokan (OH) Penjemuran (OH) Packing (OH) Total B (Rp) Total A + B (Rp) Produksi Jagung (kg) Pendapatan (Rp) R/C Ratio 2,63 Sumber : Data Primer Setelah Diolah Tabel 2. Analisis Kelayakan Usahatani Jagung Hibrida Bima 1 pada Agroekosistem Lahan sawah di NTT. 1 Benih (kg) Pupuk Ponska (krg) Pupuk Urea (karung) Total Biaya A(Rp) Total B (Rp) Produksi Jagung (kg) Pendapatan (Rp) R/C Ratio 5,33 Selanjutnya hasil analisis penanaman jagung hibrida Bima 1 di lahan petani di NTT menunjukkan bahwa secara ekonomis pengusahaan jagung hibrida layak untuk dikembangkan hal ini ditandai dengan nilai R/C Ratio sebesar 5,33 dan petani memperoleh keuntungan sebesar Rp , dengan hanya mengorbankan biaya produksi sebesar Rp Pada lahan kering diperoleh hasil 3 t/ha dengan nilai Rp , dan pendapatan yang diperoleh Rp , /ha. 644 Helena Da Silva dan Bambang murdolelono : Analisis Kelayakan Ekonomi Usahatani Jagung Hibrida

4 Berdasarkan analisis kelayakan usahatani adalah layak untuk dikembangkan (R/C = 3,55). Pada usahatani jagung hibrida Bima 1 pada lahan kering dengan model Ahuklean Di NTT diperoleh produksi 2,5 t/ha dengan nilai produksi Rp , dengan biaya yang dikeluarkan Rp sehingga diperoleh pendapatan Rp , /ha. Selanjutnya diperoleh nilai R/C ratio 2,96 yang berarti layak untuk dikembangkan. Secara umum rata rata pendapatan dari usahatani jagung hibrida Bima 1 dapat dilihat pada gambar 1. Tabel 3. Analisis Kelayakan Usahatani Jagung Hibrida Bima 1 pada Agroekosistem Lahan Kering di NTT, Benih (Kg) Pupuk Ponska (Krg) Pupuk Urea (Krg) Insektisida (Kg) Total Biaya A B Biaya Tenaga Kerja (HOK) Total B (Rp) Produksi Jagung (Kg) Pendapatan (Rp) R/C Ratio 3,55 Tabel 4. Analisis Kelayakan Usahatani Jagung Hibrida Bima 1 pada Agroekosistem Lahan Kering dengan Model Ahuklean di NTT. 1 Benih (kg) Pupuk Ponska (krg) Pupuk Urea (krg) Total Biaya A (Rp) Total B(Rp) Produksi Jagung (kg) Pendapatan (Rp) R/C Ratio 2, Seminar Nasional Serealia 2011

5 Lahan Sawah Lahan Kering Lahan Kering "Ahuklean" ; 22% ; 49% ; 29% Gambar 1. Pendapatan Petani Jagung Hibrida Bima 1 pada Berbagai Tipe Lahan, KESIMPULAN 1. Jagung Bima1 berpotensi ditanam pada berbagai tipe lahan, termasuk pada lahan dengan pengairan terbatas. 2. Usaha tani Jagung hibrida Bima 1 dengan nilai R/C ratio lebih besar dari 1 baik pada usahatani di lahan sawah, lahan kering layak untuk dikembangkan di daerah NTT. 3. Pendapatan tertinggi dari usahatani jagung hibrida diperoleh pada perbenihan F1 Bima 1 sebesar Rp DAFTAR PUSTAKA Anonim, Program Pengkajian dan Diseminasi BPTP Jawa Tengah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian,. Jakarta Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTT, Laporan Dinas Pertanian Tanaman pangan NTT. Downey, W.D. dan S.P. Erickson Manajemen Agribisnis. Dialihbahasakan oleh Rochidayat, Gonda S dan Alfonsus. Penerbit Erlangga. Jakarta. Soekartawi Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta. 646 Helena Da Silva dan Bambang murdolelono : Analisis Kelayakan Ekonomi Usahatani Jagung Hibrida