ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. disamping memberikan dampak positif yang dapat. dirasakan dalam melakukan aktifitas sehari hari, juga dapat memberikan beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT)

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

I. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB III METODE PENELITIAN

Studi Pengaruh Temperatur Penumbuhan terhadap Struktur Kristal dan Morfologi Film Tipis TiO 2 :Eu yang Ditumbuhkan dengan Metode MOCVD

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Lapisan tipis adalah suatu lapisan yang sangat tipis terbuat dari bahan organik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

Molekul, Vol. 5, No. 1, Mei 2010 : KARAKTERISTIK FILM TIPIS TiO 2 DOPING NIOBIUM

TEMA: ENERGI TERBARUKAN. FABRIKASI SEL SURYA BERBASIS SILIKON DENGAN LAPISAN ANTI REFLEKSI ZnO MENGGUNAKAN TEKNOLOGI THICK FILM

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

BAB I PENDAHULUAN. energi listrik. Pemanfaatan energi listrik terus berkembang tidak hanya berfokus

PENUMBUHAN FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR

PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini pada dasarnya meliputi tiga tahapan proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Batu bara + O pembakaran. CO 2 + complex combustion product (corrosive gas + molten deposit

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

1. JUDUL PENELITIAN RANCANG BANGUN ALAT SPINCOATING

Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2005 sampai Juni 2006, bertempat di

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN.

SENSOR GAS BERBASIS FILM TIPIS DENGAN KONFIGURASI TRANSISTOR EFEK MEDAN (FET) UNTUK DETEKSI GAS CO

SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

Bab III Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh

Pengaruh Temperatur Penumbuhan terhadap Struktur Kristal dan Morfologi Film Tipis TiO 2 :Eu yang Ditumbuhkan dengan Metode MOCVD

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

PEMBUATAN KONDUKTOR TRANSPARAN THIN FILM SnO2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SPRAY PYROLYSIS

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan eksperimen murni yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al,

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

2016 PENGARUH SUHU PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK LISTRIK KERAMIK FILM TEBAL BERBASIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komponen elektronika seperti diode, transistor dan sebuah IC. semikonduktor. Pada zaman sekarang perkembangan piranti elektronika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

PEMBAHASAN. a. Pompa Vakum Rotary (The Rotary Vacuum Pump) Gambar 1.10 Skema susunan pompa vakum rotary

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang industri

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah permasalahan besar yang harus dihadapi pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGOTOR Co PADA STRUKTUR DAN KONDUKTIVITAS FILM TIPIS TiO 2

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS. Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama :

STUDI EFEK FOTOVOLTAIK DAN PIROELEKTRIK Ba 0,75 Sr 0,25 TIO 3 (BST) YANG DIDADAH GALIUM (BGST) DI ATAS SUBSTRAT SI (100) TIPE-P ERDIANSYAH PRATAMA

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan piranti optoelektronika yang berkualitas tinggi.

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

The Effect of Pre-annealing Temperature on Structural Characteristics of ZnO Thin Films Deposited by Sol-Gel Method

Transkripsi:

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING Rancang Bangun Sensor Gas CO Berbasis Zinc Oxide Nanokristal Tahun ke-1 dari rencana 2 tahun Oleh: Dr. Edy Supriyanto, S.Si., M.Si(Ketua Peneliti)/NIDN:0015126704 Ir. I.Dewa Putu Hermida, MT(Anggota)/NIP: 196605111994031003 UNIVERSITAS JEMBER Desember 2013 1

Rancang Bangun Sensor Gas CO Berbasis Zinc Oxide Nanokristal Peneliti: Edy Supriyanto 1, I.Dewa Putu Hermida 2 Mahasiswa terlihat: Izzatun Naimah( NIM : 091810201043) Sumber Dana : DIPA- Unuiversitas Jember 1. Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Jember 2. Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi (PPET) -LIPI ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sensor gas CO yang berbasis Zinc Oxide nanokristal. Prekursor yang digunakan adalah Bis (2,2,6,6-tetramethyl-3, 5- heptanedionato) Zinc, 99%, Zn(C11H19O2)2 berbentuk serbuk, sebagai pelarut digunakan THF (OC4H8). Pada tahapan ini telah berhasil ditumbuhkan film tipis ZnO yang ditumbuhkan diatas substrat Si(100) bersifat polikristal, butiran penyusun film berorde nanometer. Selama proses deposisi digunakan wetting layer. Wetting layer digunakan untuk meminimal besarnya lattice mismatch antara film tipis dengan substrat. Besarnya lattice mismatch antara film tipis ZnO dengan substrat Si(100) adalah sebesar 39%. Pada tahapan berikutnya pada tahun pertama ini akan dilakukan lagi optimasi penumbuhan film tipis ZnO dengan menggunakan wetting layer dan optimasi lamanya annealing sehingga dihasilkan film tipis ZnO yang epitaxy, berorde nanometer. Kondisi optimum tersebut digunakan untuk melakukan rekayasa terhadap film tipis ZnO melalui pendadahan dengan unsur elemen Au. Kondisi penumbuhan, konsentrasi precursor dan pelarut dijadikan sebagai acuan dalam memperoleh film tipis ZnO nanokristal yang berkualits baik yang dapat diaplikasikan sebagai sensor gas CO. Untuk mengetahui sifat film beberapa teknik pengujian dilakukan, seperti: struktur kristal menggunakan X-Ray diffractometer (XRD), komposisi kimia dengan Energy Dispertion Spectroscope (EDS), citra permukaan dan penampang film tipis memakai Scanning Electron Microscope (SEM) dan uji transport listrik dengan menggunakan teknik empat titik metode van der Paw. Kata Kunci: film tipis, lattice mismatch, nanokristal, ZnO, wetting layer 2

Executive Summary Rancang Bangun Sensor Gas CO Berbasis Zinc Oxide Nanokristal Peneliti : Edy Supriyanto 1, I.Dewa Putu Hermida 2 Mahasiswa terlihat : Izzatun Naimah Sumber Dana : DIPA- Unuiversitas Jember Kontak email : edysupriyantounej@gmail.com Diseminasi : belum ada 3. Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Jember 4. Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi (PPET) -LIPI Latar Belakang Kondisi lingkungan kita saat ini banyak mengalami perubahan yang cukup ekstrim akibat dari meningkatnya konsentrasi gas-gas buangan (emisi gas) yang berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup. Hal ini merupakan masalah global yang dialami oleh hampir seluruh kota besar di dunia. Di Indonesia, mayoritas pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, dimana zat-zat berbahaya seperti timbal (Pb), oksida nitrogen (NO x ), karbon monoksida (CO), hidrokarbon, dan suspended particulate matter (SPM) yang dikeluarkan dapat mencapai kurang lebih 70% dari keseluruhan pencemaran udara (http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/udara/penc_udara_info_020604/). Gas CO merupakan gas yang tidak memiliki aroma khusus. Senyawa CO dapat bereaksi dengan haemoglobin darah membentuk karboksi haemoglobin (Hb-CO) yang tidak bisa mengangkut oksigen dalam sirkulasi darah. Kemampuan CO dalam mengikat Hb ternyata 210 kali lebih kuat di bandingkan oksigen, sehingga oksigen kalah bersaing. Seseorang yang teracuni gas CO akan mengalami gejala sakit kepala, gangguan metal, pusing, mual, muntah, kehilangan kontrol otot, diikuti dengan penurunan denyut nadi dan frekuensi pernapasan pingsan dan bahkan meninggal. Mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan, maka pengendalian pencemaran udara merupakan hal penting yang harus mendapat perhatian dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Pengendalian pencemaran udara mencakup dua hal pokok, yaitu penanggulangan penyebab pencemaran udara dan monitoring 3

pencemaran udara. Penanggulangan pencemaran udara dapat dilakukan dengan berbagai upaya seperti perbaikan sistem transportasi menggunakan kendaraan bermotor yang ramah lingkungan, memakai bahan bakar (bensin) tanpa timbal, serta penegakan hukum bagi industri pencemar. Banyaknya penelitian dalam bidang sensor gas didorong oleh meningkatnya kebutuhan manusia akan hidup yang sehat, aman, hemat energi, ramah lingkungan. Sensor gas yang umumnya digunakan sampai saat ini adalah berbasis SnO 2, dari hasil penelitian menunjukkan sifatnya yang tidak sensitif dan tidak stabil jika dibandingkan dengan material ZnO. Maka pada dekade terakhir ini Zinc Oksida (ZnO) telah secara intensif diteliti untuk diaplikasikan sebagai material sensor di dalam industri, seperti monitoring keadaan lingkungan sekitar, instrumen biomedikal dan sistem healthcare (Kuang, dkk., 2008). ZnO potensial digunakan sebagai sensor gas karena besarnya energi band gap sekitar 3,37 ev (direct band gap) pada temperatur ruang, bersifat mekanik yang tinggi dan kestabilan termal yang tinggi (Hsueh, dkk., 2008, Kamarudin, 2011). Film tipis ZnO telah ditumbuhkan dengan menggunakan beberapa teknik meliputi: Physical Vapor Deposition (PVD) ( Zhang, et.al., 2006), Chemical Vapor Deposition (CVD) (Purica, dkk, 2002) dan sol-gel (Smirnov, et..al.,2010, Sahoo, et.al., 2010, Ratkovich, 2009). Sensor pada umumnya berbentuk film tipis atau film tebal (thick films). Keuntungan utama pemakaian sensor berbasis film tipis adalah ukuran yang kecil, konstruksi yang sederhana, biaya rendah, ringan dan konsumsi daya yang rendah. Namun demikian perlu dilakukan suatu usaha peningkatan unjuk kerja divais sensor seperti range temperatur operasi yang lebar, kestabilan yang tinggi, akurasi pengukuran, biaya rendah, konsentrasi gas terdeteksi yang tinggi dan reproduksibel (Kozlowska, dkk., 2005). Sensitivitas sensor gas ZnO dapat ditingkatkan dengan pemberian doping berupa bahan katalis logam seperti Au, Pt dan Pd (Zeng, dkk., 2009) Berdasarkan uraian diatas maka pada penelitian ini akan dilakukan rancang bangun sensor gas CO dengan menggunakan film tipis ZnO. Pertama-tama ditumbuhkan film tipis ZnO yang bersifat baik (strukturnya nanokristal, butiran penyusun film tipis tumbuh secara epitaxy dan bersifat seragam) kemudian dilanjutkan dengan rekayasa material ZnO yang didadah dengan logam katalis Au, 4

bertujuan untuk meningkatkan sensitivitas dan kestabilan dari divais sensor gas CO. Bahan prekursor yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bis (2,2,6,6- tetramethyl-3, 5-heptanedionato) Zinc, 99%, Zn(C 11 H 19 O 2 ) 2 berbentuk serbuk pada temperatur ruang dengan titik leleh 230 0 C (Sigma Aldrich Chemical Co., Inc.), serbuk Au 2 O 3. Serbuk Zn(TMHD) 2 dan Au 2 O 3 dicairkan dengan tetrahydrofurant (THF) untuk mendapatkan prekursor berbentuk sol gel (cairan). THF selain untuk melarutkan digunakan juga untuk menurunkan temperatur deposisi dari bahan ZnO. Teknik penumbuhan yang digunakan adalah spin-coating. Bahan-bahan precursor tersebut belum pernah digunakan oleh peneliti sebelumnya. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini akan difokuskan pada rancang bangun sensor gas CO berbasis ZnO nanokristal. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Menumbuhkan film tipis ZnO yang berkualitas baik ( secara morfologinya film tumbuh secara epitaksi dan kolumnar dalam orde nanometer) 2. Film tipis ZnO yang berkualitas baik tersebut kemudian di doping dangan Au, berguna untuk meningkatkan sensitifitas dan stabilitasnya jika sampel tersebut diaplikasikan sebagai sensor gas CO. 3. Merancang disain interdigital transducer (IDT) dengan metode fotolithografi, bertujuan digunakan debagai elektroda dari divais sensor. 4. Membuat suatu karya ilmiah berupa tulisan ilmiah yang akan dipublikasikan pada jurnal ilmiah, nasional maupun internasional. 5. Menghasilkan suatu produk prototip sensor gas CO yang selanjutnya dapat dipatenkan apabila studi lanjut dapat dihasilkan sensitifitas deteksi gas sangat bagus. METODE PENELITIAN Pada penelitian tahun pertama ini telah dilakukan penumbuhan film tipis ZnO di atas subtrat Si(100) dengan menggunakan teknik spin-coating. Bahan prekursor yang digunakan adalah Bis (2,2,6,6-tetramethyl-3, 5-heptanedionato) Zinc (Zn(TMHD) 2 ) dengan tingkat kemurnian 99%. Zn(C 11 H 19 O 2 ) 2 berbentuk serbuk pada 5

temperatur ruang dengan titik leleh 230 0 C (Sigma Aldrich Chemical Co., Inc.). Serbuk (Zn(TMHD) 3 ) dicairkan dengan tetrahydrofurant (THF) sehingga terbentuk prekursor berbentuk sol-gel. Pertama-tama sebelum dilakukan deposisi film tipis, telah dilakukan uji Differensial Thermal Analysis/ Thermogravimetri Analysis (DTA/TGA) terhadap precursor untuk mengetahui perubahan energi dan perubahan massa akibat adanya perubahan suhu. Berdasarkan hasil analisis DTA/TGA dapat diketahui transformasi fase dari prekursor sehingga dapat digunakan sebagai acuan pemberian temperature deposisi dari prekursor. Setelah temperatur leleh dari prekursor diketahuai maka dilakukan persiapan penumbuhan film tipis. Berbagai parameter penumbuhan dilibatkan, seperti: teknik pencucian subtrat, yang mencakup jenis zat dan konsentrasinya prekursor, kelajuan pemutaran substrat, temperatur dan lama pemanasan film serta kondisi lingkungan yang dilibatkan. Parameter-parameter ini dicatat sebagai bagian dari data penelitian. Pada tahun I (Bertujuan menginvestigasi penumbuhan lapisan film tipis ZnO secara epitaksial diatas substrat Si(100)). Tahapan yang dilakukan pada tahun pertama meliputi: a) Investigasi DTA/TGA dari Zn(TMHD) 3 yang dilarutkan ke dalam tetrahydrofurant (THF) dengan konsentrasi 0,1 M dan 0,3 M. b) Preparasi precursor: Bis (2,2,6,6-tetramethyl-3, 5-heptanedionato) Zinc (Zn(TMHD) 2 ) dilarutkan ke dalam tetrahydrofurant (THF) dengan konsentrasi 0,1 M c) Preparasi substrat, pencucian substrat merupakan tahapan penting lain yang akan menentukan hasil dari film tipis yang tumbuh diatasnya. d) Preparasi alat spin coating meliputi: kecepatan spinner, timer dan pevakuman. e) Meneteskan precursor berbentuk sol gel sebanyak 0,2 ml di atas substrat yang telah di cuci secara standar, kemudian spin diputar dengan kecepatan spinner 500 rpm selama 20 detik f) Lapisan tipis yang telah terbentuk kemudian di panaskan ke dalam furnace pada temperatur 100 0 selama 10 menit, bertujuan menguapkan larutan 6

precursor. Proses berikutnya subtrat dipanaskan pada temperatur akhir 350 0 C selama 20 menit, merupakan proses deposisi film tipis ZnO diatas Si(100). g) Mengulangi langkah (e) untuk kepingan substrat lain (sampel 2). Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam furnace pada temperatur 100 0 selama 10 menit, untuk menguapkan larutan precursor diteruskan pemanasan pada temperatur akhir 400 0 C selama 20 menit, merupakan proses deposisi film tipis ZnO diatas Si(100). h) Mengulangi langkah (e) untuk kepingan substrat lain (sampel 3). Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam furnace pada temperatur 100 0 selama 10 menit, untuk menguapkan larutan precursor diteruskan pemanasan pada temperatur akhir 450 0 C selama 20 menit, merupakan proses deposisi film tipis ZnO diatas Si(100). i) Mengulangi langkah (e) untuk kepingan substrat lain (sampel 4). Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam furnace pada temperatur 100 0 selama 10 menit, untuk menguapkan larutan precursor diteruskan pemanasan pada temperatur akhir 500 0 C selama 20 menit, merupakan proses deposisi film tipis ZnO diatas Si(100). j) Mengulangi langkah (e) untuk kepingan substrat lain (sampel 5). Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam furnace pada temperatur 100 0 selama 10 menit, untuk menguapkan larutan precursor diteruskan pemanasan pada temperatur akhir 550 0 C selama 20 menit, merupakan proses deposisi film tipis ZnO diatas Si(100). k) Mengulangi langkah (e) untuk kepingan substrat lain (sampel 6). Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam furnace pada temperatur 100 0 selama 10 menit, untuk menguapkan larutan precursor diteruskan pemanasan pada temperatur akhir 600 0 C selama 20 menit, merupakan proses deposisi film tipis ZnO diatas Si(100). l) Mengulangi langkah (b) sampai dengan langkah (k) dengan kecepatan putar spinner 1000 rpm. Diperoleh sampel no 7 sampai dengan no. 12. 7

m) Mengulangi langkah (b) sampai dengan langkah (k) dengan kecepatan putar spinner 1500 rpm. Diperoleh sampel no 13 sampai dengan no. 18. n) Mengulangi langkah (b) sampai dengan langkah (k) dengan kecepatan putar spinner 2000 rpm. Diperoleh sampel no 19 sampai dengan no. 24. o) Mengulangi langkah (b) sampai dengan langkah (k) dengan kecepatan putar spinner 2500 rpm. Diperoleh sampel no 24 sampai dengan no. 30. p) Mengulangi langkah (b) sampai dengan langkah (k) dengan kecepatan putar spinner 3000 rpm. Diperoleh sampel no 30 sampai dengan no. 36. q) Semua sampel yang diperoleh selanjutnya di karakterisasi struktur kristal dan morfologi film tipis, serta sifat listriknya. Langkah ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sifat dari film tipis ZnO yang ditumbuhkan di atas substrat Si(100). r) Tahap pertama ini diharapkan film tipis ZnO tumbuh secara epitaksial dan tersusun oleh butiran film yang homogen dengan ukuran butiran dalam orde nanometer. s) Apabila film tipis ZnO tumbuh tidak bersifat kristaline maka harus diulangi lagi langkah dari (b) sampai dengan langkah (k) dan disesuaikan dengan kecepatan spinner. t) Dari penelitian tahun pertama ini akan diperoleh parameter penumbuhan film tipis ZnO optimum yang akan digunakan sebagai parameter acauan pada penelitian tahun kedua. Parameter penumbuhan yang dilibatkan, seperti: teknik pencucian substrat, kecepatan rotasi spinner, waktu spinner, proses anneling (mencakup: temperatur, lamanya), komposisi precursor. Parameter-parameter ini dicatat sebagai bagian dari data penelitian. Film tipis yang dihasilkan pada setiap tahapan dikarakterisasi, yang meliputi : Scanning Electron Microscope (SEM), Energi Dispersive Spectroscope (EDS) dan pengukuran sifat listrik. Citra SEM digunakan untuk mengamati homogenitas struktur butiran yang tumbuh dan model penumbuhan serta ketebalan film. Pola EDS digunakan untuk mengetahui persentasi fase-fase atom penyusun film, termasuk fase pengotor. 8

HASIL YANG DICAPAI Penelitian ini merupakan tahun pertama dari tiga tahun yang diusulkan. Penumbuhan film tipis ZnO di atas substrat Si(100) Film tipis ZnO ditumbuhkan di atas subtrat Si(100) dengan menggunakan teknik spin-coating. Untuk mendeposisi lapisan tipis bahan semikonduktor dengan teknik spincoating, perlu dilakukan tiga tahapan kerja yaitu tahap preparasi substrat, preparasi precursor dilanjutkan tahap pelapisan substrat dengan metode spin-coating diteruskan tahap pasca pelapisan yaitu proses penguapan pelarut dan proses deposisi. Substrat Si(100) sebelum digunakan dibersihkan terlebih dahulu melalui proses pencucian acetone selama 5 menit, kemudian dengan methanol selama 5 menit dan diakhiri dengan 10% HF dicampur dengan de-ionized water (DI water) selama 2 menit untuk menghilangkan lapisan alami SiO 2 dari permukaan substrat dan diakhiri dengan proses pengeringan dengan cara disemprot dengan gas N 2. Proses preparasi precursor dilakukan dengan cara melarutkan Bis (2,2,6,6-tetramethyl-3, 5- heptanedionato) Zinc, 70%, Zn(C 11 H 19 O 2 ) 2 yang berbentuk serbuk pada temperatur ruang dengan titik leleh 230 0 C (Sigma Aldrich Chemical Co., Inc.) ke dalam pelarut tetrahydrofurant (THF) dengan konsentrasi 0,1 M. Prekursor berbentuk solgel kemudian di teteskan diatas substrat Si(100) yang telah di tempelkan pada alat spinner (spincoating). Kemudian laju spiner diatur. Laju spiner yang digunakan dalam percobaan ini berkisar pada (1500-3000) rpm selama 20 detik. Makin tinggi laju rotasi spiner maka lapisan yang terbentuk akan semakin tipis. Setelah proses penumbuhan lapisan selesai maka proses berikutnya adalah proses penguapan pelarut, sehingga yang tertinggal di atas substrat adalah hamparan tipis bahan semikonduktor tersebut. Proses penguapan pelarut dilakukan dengan memanaskan substrat menggunakan furnace dengan temperatur pemanasan sekitar 100 0 C. Tahapan akhir dari proses ini adalah pemanasan pada temperatur tinggi sekitar (350 0 C - 800 0 C) menggunakan furnace. Tahap ini dilakukan untuk proses kristalisasi bahan semikonduktor dan pelekatan pada pemukaan substrat. Dengan berakhirnya tahap ini maka sampel lapisan tipis ZnO telah terbentuk dan siap untuk dikarakterisasi guna mengetahui sifat-sifat fisisnya. 9

Gambar (1) memperlihatkan citra SEM morfologi permukaan dari film tipis ZnO yang dipanaskan dalam furnace pada temperatur 350 0 C. Dari morfologi diperoleh informasi bahwa film tipis ZnO belum tumbuh diatas Si(100). Hal ini sesuai dengan data EDS (gambar 2). Dari hasil Gambar 1 Citra SEM morfologi permukaan dari film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 350 0 C 0 Gambar 2 Analisis EDS dari film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 350 0 C 10

karakterisasi EDS terlihat bahwa ZnO belum tumbuh, karena persentasi atom penyusun film tipis tidak ada. Hal ini terjadi disebabkan temperatur annealing/pemanasan terakhir yang diberikan tidak sesuai dengan titik leleh dari precursor, sehingga butir-butiran atom tidak dapat tumbuh diatas substrat silikon. Pada gambar (3a) diperlihatkan citra SEM dari morfologi permukaan film tipis ZnO dan (3b) citra SEM dari penampang lintang dari film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 400 0 C. Berdasarkan informasi karakteristik EDS (gambar 45.) pada temperatur 400 0 C film tipis ZnO belum tumbuh di atas Si(100). Persentasi atom penyusun film tipis terdiri Si sebesar 46,74% dan O sebesar 53,26%, atom ZnO tidak ada. a b Gambar 3 Citra SEM (a) morfologi permukaan (b) penampang lintang dari tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 400 0 C film Gambar 4 Analisis EDS dari film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 400 0 C 11

Pada temperatur annealing/pemanasan terakhir sebesar 400 0 C ternyata atom-atom penyusun film tipis belum dapat tumbuh diatas substrat silicon sehinngga struktur film tipis bersifat amorf. Dengan kata lain temperaatur sebesar 400 0 C belum merupakan titik leleh dari atom-atom precursor. Pada gambar (5a) diperlihatkan citra SEM dari morfologi permukaan film tipis ZnO dan (5b) citra SEM dari penampang lintang dari film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 450 0 C. Berdasarkan informasi karakteristik EDS (gambar 6) pada temperatur 450 0 C film tipis ZnO belum tumbuh di atas Si(100). Persentasi atom penyusun film tipis terdiri atas Si sebesar 46,74%, O sebesar 53,25% dan Zn sebesar 0,01%. a b Gambar 5 Citra SEM (a) morfologi permukaan (b) penampang lintang dari film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 450 0 C 0 Gambar 6. Analisis EDS dari film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 450 0 C 12

Pada gambar (7a) ditunjukkan citra SEM dari morfologi permukaan film tipis ZnO dan (7b) citra SEM dari penampang lintang dari film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 500 0 C. Berdasarkan hasil karakteristik EDS terlihat persentasi atom penyusun film tipis yaitu ZnO = 0,56 %, SiO 2 = 07,32 dan C = 2,12%. Hasil EDS (gambar 5.8) memperlihatkan bahwa SiO 2 pada di permukaan substrat Si, disebabkan oleh pencucian yang tidak sempurna sehingga timbul oksidasi di atas substrat Si. a b Gambar 7. Citra SEM (a) morfologi permukaan (b) penampang lintang dari film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 500 0 C Gambar 8. Analisis EDS dari film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 500 0 C 13

Pada gambar (9) diperlihatkan citra SEM morfologi permukaan dan tampang lintang film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 450 0 C. Dibandingkan dengan gambar (5) maka terdapat perbaikan dalam struktur Kristal film tipis ZnO. Hal ini terjadi karena dalam proses penumbuhan film tipis ZnO ini telah dilakukan pemakaian wetting layer, sehingga lattice mismatch (ketidaksesuaian) antara film tipis dengan substrat dapat diminimal. Besarnya lattice mismatch (ketidaksesuaian) antara film tipis ZnO dengan substrat Si(100) adalah 39% (Kim, 2011). Gambar 9. Citra SEM (a) morfologi permukaan dan penampang lintang dari film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 450 0 C dengan menggunakan wetting layer Gambar 10 Analisis EDS dari film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 450 0 C dengan menggunakan wetting layer 14

Sedangkan dari data EDS nampak adanya perubahan jumlah atom persen Zn dan O yang cukup signifikan dibandingkan dengan data EDS gambar (6). Butiran atom penyusun film tipis ZnO yang tumbuh di atas substrat berorientasi lebih dari satu arah sehingga disebut polikristal. Sehingga film tipis ZnO yang tumbuh bersifat polikristal. Ukuran butiran penyusun film tipis dalam range nanometer. Gambar 11. Citra SEM (a) morfologi permukaan dan penampang lintang dari film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 500 0 C dengan menggunakan wetting layer Gambar 12 Analisis EDS dari film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 500 0 C dengan menggunakan wetting layer 15

Untuk film tipis ZnO yang dideposisikan pada temperatur 500 0 C ditunjukkan pada gambar (11). Dibandingkan dengan gambar (7) maka terdapat perbaikan dalam struktur kristal film tipis ZnO yang terdeposisi. Hal ini terjadi karena dalam proses penumbuhan film tipis ZnO ini telah dilakukan pemakaian wetting layer, sehingga lattice mismatch (ketidaksesuaian) antara film tipis dengan substrat dapat diminimal. Ukuran butiran penyusun film tipis dalam orde nanometer. Pada gambar (12) diperlihatkan data EDS yang menyatakan bahwa atom persen penyusun film tipis ZnO mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan dengan data EDS gambar (8). KESIMPULAN a. Pemakaian wetting layer dapat meminimalkan besarnya lattice mismatch antara film tipis ZnO dengan substrat Si(100). b. Pada penelitian sampai tahap ini telah diperoleh film tipis ZnO yang bersifat polikristal. Ukuran butiran penyusun film tipis dalam orde nanometer yang dapat diaplikasikan sebagai sensor Gas CO. 16