BAB V PENUTUP Pendampingan program-program CSR yang dilakukan para pendamping di Desa Sinorang tidak bisa diseragamkan dengan pola pendampingan yang dipahami secara normatif. Penulis menemukan beberapa kekhasan yang muncul dalam proses ini. Secara garis besar, peran pendamping dalam implementasi programprogram CSR di Desa Sinorang dapat terpetakan sebagai berikut: A. Beberapa Simpulan 1. Dari Resistensi ke Penerimaan Pendekatan yang dilakukan para pendamping terhadap masyarakat menemui banyak jalan terjal. Masyarakat sudah terlanjur menjaga jarak dari perusahaan, bahkan sebagain di antaranya melawan kebijakan-kebijakan perusahaan. Resistensi inilah yang menyebabkan pola pendampingan yang dilakukan para pendamping sebelumnya gagal. Dalam setahun terakhir, JOB Pertamina-Medco E&P Tomori melakukan upaya pendampingan dengan beberapa metode yang diperbarui. Langkah-langkah itu ditempuh melalui komunikasi sosial secara intensif, intimasi melalui transfer pengetahuan dan keahlian, subyektivikasi (pensubyekan) masyarakat dalam rumusan gagasan dan implementasi programprogram, intensifikasi program-program community development, dsb. Strategi ini cukup jitu. Sikap resistensi (perlawanan) dari sebagian masyarakat perlahan berubah menjadi akseptensi (penerimaan). Setidaknya terdapat 50% masyarakat yang menerima dan merasa terbantu oleh kehadiran pendamping, 35,8 % 140
menolak, dan sisanya kurang menerima tapi cukup kooperatif. Dari prosentase tersebut, meskipun belum semua masyarakat menerima, tapi sudah cukup menunjukkan jejak kesuksesan para pendamping dalam melakukan penetrasi dan pendampingan program-program CSR di Desa Sinorang. Jika perusahaan dan pendamping cukup konsisten dengan strategi yang dilakukan, bahkan sanggup untuk terus memperbaikinya, bukan hal yang sulit untuk mendapat penerimaan masyarakat secara keseluruhan. Dari cerita-cerita yang berhasil penulis himpun, optimisme itu sangat terasa. Aksi-aksi demonstrasi yang sering terjadi dan menghambat kinerja perusahaan dapat tereliminasi. Dengan demikian, para pendamping lebih mudah mengajak masyarakat untuk terlibat dalam program-program yang ditawarkan. Sejauh ini, pemberdayaan terhadap masyarakat cukup berhasil. Masyarakat merasakan efek programprogram pendampingan, seperti budi daya tanaman herbal, budidaya lele, padi SRI organik, kepiting tulang lunak, dan Rumah Kreatif untuk Ibu dan anak. Dalam proses wawancara yang dilakukan pada dasarnya masyarakat sudah mulai melepaskan diri dari ketergantungan terhadap pendamping dan menindaklanjuti semua-semua program-program secara mandiri. Walaupun memang hal ini belum terbukti karena pendampingan masih terus dilakukan. Dan yang tak kalah penting, masyarakat merasakan dampak secara ekonomi (prosperity). 2. Reposisi Pendamping: Melihat Agency Strategi pendampingan di Desa Sinorang menunjukkan pergeseran posisi peran pendamping. Di sini, pendamping tidak hanya berperan sebagai penyambung lidah perusahaan (representasi), tapi memiliki otoritas untuk 141
merumuskan sendiri strategi-strategi pendekatan terhadap masyarakat (agency). Fleksibilitas ini mendorong munculnya keagenan para pendamping menjadi lebih kuat. Preferensi metodik yang digunakan untuk melakukan pendekatan pendamping terhadap masyarakat bisa dianggap sebagai proses restrukturisasi, sebuah relasi dualitas yang menghasilkan struktur baru sebagai hasil dari konsensus yang terjadi. Relasi perusahaan - masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut: Perusahaan Pendamping Masyarakat Dalam relasi antara perusahaan - masyarakat, pendamping tidak sekedar merepresentasikan perusahan tapi berada di posisi antara yang dapat berdialektika dalam relasi siklikal. Pendamping menjadi fasilitator programprogram CSR yang dicanangkan perusahaan untuk masyarakat. Posisi pendamping ini menyebabkannya memiliki dua kaki, sebagai unsur dalam perusahaan sekaligus menyatu dengan realitas masyarakat. Tidak heran jika dalam relasi konfliktual, masyarakat menempatkan perusahaan sebagai enemy tapi tidak pada pendamping. Pendamping tetap dianggap sebagai mitra (adversary) yang 142
dipersepsikan sebagai kelompok yang memberikan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Adapun pergeseran peran pendamping (reposisi) dalam relasi perusahaan-masyarakat dapat terlihat dari fenomena pelaksanaan programprogram CSR di JOB Pertamina-Medco E&P Tomori. Makna reposisi yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa, pendamping lapangan sebenarnya telah memiliki keagenan saat berhadapan dengan masyarakat. Keagenan bisa menjadi indikator bahwa pendamping tidak hanya sekedar wakil perusahaan dimasyarakat, melainkan mampu memainkan perannya dalam melaksanakan pembangunan di masyarakat. Selain itu reposisi bukan serta merta mengartikan bahwa pendamping sebagai aktor yang berdiri secara tunggal, melainkan bagian dari perusahaan yang memiliki keagenan. Sehingga mampu memainkan peran sebagai fasilitator diantara relasi perusahaan-masyarakat. Untuk mempermudah pembacaan terkait reposisi peran pendamping, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 14 Parameter Reposisi Peran Pendamping ComDev JOB Tomori No Parameter Deskripsi 1. Ideologi Perusahaan 2. Mindset Pendamping dalam Struktural JOB Tomori - Adanya divisi khusus yang menangani Community Development - Program-program berorientasi pemberdayaan (tidak sekedar charity) - Bekerja sebagai fasilitator dalam proses pemberdayaan - Penguatan kompetensi pendamping (capacity building) - Menempatkan masyarakat sebagai subyek 143
3. Strategi Pendampingan Masyarakat - Intimasi dengan masyarakat - Komunikasi sosial - Melaksanakan assesment terhadap kondisi masyarakat sasaran - Model pembelajaran andragogy bagi masyarakat - Pengenalan program yang sustainable (berkelanjutan) - Penguatan partisipasi masyarakat 1. Menuju CSR Baru Melihat potensi yang dimiliki para pendamping sebagai fasilitator antara perusahaan dan masyarakat, orientasi CSR tidak lagi sekedar menjadi tameng perusahaan dalam melindungi area produksinya, melainkan sebuah usaha untuk berkontribusi dalam melakukan pengembangan masyarakat (Community Development). Aspek 3P people, planet and profit sejatinya dapat dicapai dengan saling berkesinambungan. Melalui peran pendamping CSR dapat digunakan sebagai jalan menuju kesejahteraan (prosperity). Penguatan relasi antara perusahaan, pendamping, dan masyarakat memberikan celah baru dalam pemaknaan CSR. CSR yang selama ini dilaksanakan sebagai bentuk komitmen perusahaan diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat, tidak sekedar charity. Diseminasi pengetahuan dan keterampilan yang diberikan pendamping pada masyarakat menciptakan independensi masyarakat sekaligus membuat masyarakat berdaya untuk meneruskan program-program yang telah diinisiasi (sustainability). Pemberdayaan pada dasarnya merupakan suatu pendekatan community development yang bersifat people center development. Masyarakat adalah titik utama dalam melaksanakan pembangunan, yang bergerak sebagai subyek aktif 144
dalam melakukan berbagai usaha pembangunan. Logika ini juga merupakan agenda yang cukup krusial di ranah perusahaan. Dimana berbagai upaya dalam rangka meminimalisir program pembangunan yang hanya mengedepankan aspek pencitraan semata, namun juga diikuti perubahan masyarakat disekitar lokasi produksi menjadi lebih baik. Cerita sukses para pendamping dalam pelaksanaan program-program CSR tetap menyisakan beberapa catatan kritis. Catatan kritis ini diharapkan dapat ditindaklanjuti sebagai rekomendasi bagi perusahaan dalam menjalankan program-program CSR ke depan. Pertama ketergantungan terhadap perusahaan yang dirasakan oleh masyarakat hendaknya menjadi catatan penting untuk diperbaiki. Perbaikan dapat dilakukan dengan membuka ruang partisipasi aktif kepada masyarakat dalam pelaksanaan program. Kedua perjalanan satu tahun pendampingan dilakukan pada dasarnya belum sepenuhnya menghapuskan logika charity dan voluntarisme dalam proses pemberdayaan. Dimana masyarakat belum sepenuhnya terlibat secara aktif dari mulai perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi sebuah program. Porsi pemberian bantuan dalam hal teknis yang masih cenderung tinggi, mengisyaratkan bahwa masih terdapat logika charity dalam pelaksanaan pemberdayaan. Ketiga keagenan pendamping yang selama ini terjadi haruslah terus digalakkan. Dorongan ini dapat dilakukan dengan pembaharuan skill dalam rangka mengembangkan kemampuan pendamping agar bisa melakukan sharing pengetahuan kepada masyarakat. Selain itu juga diperlukan pemberian wewenang yang lebih kuat terhadap pendamping, artinya tidak sekedar kebebasan untuk menggunakan metode yang paling tepat dalam melakukan engagement terhadap masyarakat. Namun juga otoritas untuk 145
merumuskan dan mengembangkan ide atau gagasan dalam pelaksanaan program CSR. B. Rekomendasi Bertolak dari catatan kritis terhadap pelaksanaan program-program CSR JOB Tomori, ada beberapa rekomendasi yang dapat diusulkan penulis terkait dengan pelaksanaan program dan peran pendamping. Rekomendasi dipetakan berdasar aktor yang ada: 1. Pendamping Lapangan Community Development JOB Pertamina- Medco Tomori Pertama, Penguatan pendamping lapangan. Melalui penguatan kualitas internal pendamping dengan membangun pola komunikasi, mengembangkan skill di bidang-bidang yang diprioritaskan secara merata. Dengan distribusi pengetahuan dan keterampilan yang relatif merata maka tidak akan terjadi persoalan jika dilakukan mekanisme rotasi kerja. Kedua, Mendorong munculnya lebih banyak tokoh lokal yang teruji dalam pelaksanaan program, sehingga dapat menjadi pendamping masyarakat yang berasal dari unsur lokal. Hal ini mampu memudahkan JOB Tomori dalam menjalankan program community development. Selain itu juga mampu mengakomodir wilayah jangkauan program yang luas dan menjadikan pendamping lokal ini sebagai penerus keberlanjutan program apabila pendampingan sudah selesai dilakukan. 146
Ketiga, Membangun dialog dengan masyarakat yang lebih intensif. Perlu adanya kesepakatan antara pendamping lapangan dengan masyarakat untuk melakukan pertemuan minimal 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu. Keempat, Memberi ruang kepada masyarakat untuk mengeksplorasi kebutuhan, masalah dan cara mengatasinya. Hal ini berimbas pada metode pendekatan masyarakat yang harus memperbanyak forum bersama, seperti FGD baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi. Sehingga pendamping lapangan memiliki bobot kerja yang seimbang antara kerja teknis dan organisir. Kelima, Membentuk satu tempat information center yang bisa menjadi sumber pertukaran informasi antar pendamping lapangan ataupun pendamping dengan masyarakat. Selama ini komunikasi yang dilakukan oleh pendamping hanya sebatas melalui BBM (BlackBerry Masanger). Metode ini seringkali terhambat dengan minimnya sinyal internet dibeberapa wilayah tertentu. Maka pertemuan rutin keseluruhan pendamping lapangan minimal sebulan sekali dan difokuskan pada satu tempat tentu akan menambah efektivitas kerja pendamping lapangan. Keenam, Adanya beberapa project percontohan bagi masyarakat dalam pengembangan program pada dasarnya mampu mengurangi waktu pendamping lapangan untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Sehingga pelibatan masyarakat dalam project percontohan penting dilakukan, agar pendamping lapangan bisa melaksanakan dua pekerjaan sekaligus. Selain melakukan kerja teknis, juga bersamaan dalam upaya mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam project tersebut. 147
2. Masyarakat Penerima Program Community Development JOB Pertamina-Medco Tomori Pertama, Masyarakat saat ini sudah menerima kehadiran JOB Tomori dilingkunganya. Namun demikian masih banyak masyarakat yang bersikap tertutup untuk berkomunikasi dengan pendamping ComDev JOB Tomori. Sehingga dibutuhkan dorongan yang intensif dengan memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam program-program yang dijalankan oleh ComDev JOB Tomori. Kedua, Masih tingginya angka ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja pendamping lapangan yang mencapai 50% (berdasarkan hasil IKM bab 4) merupakan suatu refleksi untuk menguatkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan dalam hal ini pendamping lapangan ComDev JOB Tomori. Membangun komunikasi yang intens diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja ComDev JOB Tomori. Ketiga, Memperbanyak program-program yang berbasis kelompok, juga menguatkan keberadaan kelompok yang sudah terbentuk melalui jalur legal bekerjasama dengan pihak terkait. 3. JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi Pertama, Mengorientasikan ulang tujuan dari pelaksanaan Community Development, jika perusahaan memiliki komitmen dalam melakukan pemberdayaan. Tahapan pemberdayaan harus dilakukan dengan intensif dengan meningkatkan proses partisipasi masyarakat selama program berlangsung. Hal ini mampu mendorong keberhasilan program-program ComDev JOB Tomori. 148
Keberhasilan ini tidak sebatas pada output produk atau peningkatan ekonomi masyarakat, namun juga kemandirian di tingkat komunitas. Tentu kemandirian ini digiring dengan membuka ruang seluas-luasnya untuk partisipasi masyarakat selama proses pemberdayaan dilakukan. Kemapanan ditingkat komunitas tentu mampu menjadi indikator keberlanjutan program. Kedua, Melaksanakan atau mendorong para pekerja di community development untuk melakukan capacity building yang berkaitan dengan pelaksanaan CSR minamal 3 (tiga) tahun sekali dari tiap-tiap pekerja. Ketiga, Membentuk sistem kerja yang terarah, sehingga tahapan pemberdayaan dapat dilaksanakan dengan lebih tertata. Keempat, Membangun komunikasi yang efektif dengan berbagai stakeholders baik dari unsur pemerintah, perusahaan terkait maupun civil society itu sendiri. Komunikasi ini bisa dibangun dengan pertemuan berupa workshop yang mengakomodasi pandangan dari tiap-tiap stakeholders dalam melaksanakan program-program Community Development JOB Pertamina-Medco E&P Tomori. 149