GAMBARAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJI MUHAMMAD PARIKESIT TENGGARONG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk

PENILAIAN PENGELOLAAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RSUD HAJI MAKASSAR. Management Of Patient Safety Culture Assessment At RSUD Haji Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

Description of Patient Safety Culture in Inpatient Installation Ajjapange Hospital

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko,

BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM FAISAL. Patient Safety Culture at Islam Faisal Hospital

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RS STELLA MARI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas

Survey Budaya Aman Rumah Sakit 2016 Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is

PERSEPSI STAF PELAYANAN TENTANG MANAJEMEN PEMASARAN DI RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

Relationship Knowledge, Motivation And Supervision With Performance In Applying Patient Safety At RSUD Haji

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

Patient Safety Implementation In Ward Of Dr. Zainoel Abidin General Hospital

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

GAMBARAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM PENERAPAN PROGRAM PATIENT SAFETY

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

mendapatkan 5,7% KTD, 50% diantaranya berhubungan dengan prosedur operasi (Zegers et al., 2009). Penelitian oleh (Wilson et al.

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

GAMBARAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPALA RUANGAN INSTALASI RAWAT INAP DALAM PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RSUD HAJI

BAB III METODE PENELITIAN. Queen Latifa Yogyakarta, Kemudian dilakukan analisis antara Profesi, Intensitas

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan puskesmas maka pelayanan rumah sakit haruslah yang. berupaya meningkatkan mutu pelayanannya (Maturbongs, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

Komunikasi penting dalam mendukung keselamatan pasien. Komunikasi yang baik akan meningkatkan hubungan profesional antarperawat dan tim kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

ABSTRAK MEMBANGUN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN SEHARI HARI DI POLIKLINIK UMUM MARANATHA

PROGRAM KERJA BIDANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

UNIVERSITAS UDAYANA NI WAYAN MARHENI NIM :

GAMBARAN DETERMINAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN PADA PETUGAS KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

GAMBARAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA. Description of Patient Safety Culture at SyekhYusuf Hospital Gowa District

BAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan, maka fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. seperti klinik harus selalu berusaha untuk memenuhinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang termasuk bidang kesehatan. Peralatan kedokteran baru banyak

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA KESELAMATAN PASIEN RSUD SYEKH YUSUF GOWA

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

INTISARI TINGKAT KESIAPAN INSTALASI GAWAT DARURAT DALAM PELAKSANAAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT BEDAH SINDUADI

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN EFEKTIF KEPALA RUANGAN DENGAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KOTA MAKASSAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. standar professional dan hukum (College of registered nurses of British. pasien, keluarga serta masyarakat (Aditama, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KUALITAS KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PETUGAS DI PUSKESMAS TAMALANREA MAKASSAR

HUBUNGAN PENDIDIKAN, MASA KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN KESELAMATAN PASIEN RSUD HAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

Lampiran 1. Sangat Tidak setuju. Sangat. Tidak setuju. Pernyataan. Setuju

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang bersifat kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DETERMINAN KEPATUHAN PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. dan social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

BAB I PENDAHULUAN. dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu. Diantara enam sasaran mutu,

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu hal yang mendapat perhatian penting adalah masalah konsep keselamatan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

UNIVERSITAS UDAYANA ANALISIS KEJADIAN NYARIS CEDERA PADA RUANG RAWAT INAP C DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi perhatian adalah medication error. Medication error menimbulkan

Transkripsi:

GAMBARAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AJI MUHAMMAD PARIKESIT TENGGARONG Description of Patient Safety Culture In Aji Muhammad Parikesit Tenggarong Hospital, Bagian Manajemen Rumah Sakit FKM UNHAS (azaleadiandra@gmail.com, syahrir65@yahoo.com, rinianggraeni_skm@yahoo.com, 089695003103) ABSTRAK Rumah sakit yang ideal adalah rumah sakit yang memiliki sistem dan memberikan pelayanan yang bebas dari kesalahan. Upaya meminimalisir terjadinya kesalahan medis atau adverse events yang terkait dengan aspek keselamtan pasien, maka manajemen rumah sakit perlu menciptakan adanya budaya keselamatan pasien. Penelitian bertujuan mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien di RSUD AM Parikesit. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh staf di RSUD AM Parikesit dengan jumlah sebanyak 586 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik exhaustive sampling. Analisis data adalah analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan budaya keselamatan pasien di RSUD AM Parikesit memiliki persentase 68%. Dimensi dengan persentasi respon positif tertinggi adalah kerjasama dalam unit (93%) dan dimensi dengan persentasi respon positif terendah adalah respon tidak menyalahkan terhadap error (41%). Budaya keselamatan pasien di RSUD AM Parikesit tergolong tinggi. Dimensi yang juga tergolong rendah adalah staffing dan frekuensi pelaporan kejadian, di mana keduanya memiliki kaitan yang erat satu sama lain. Kata kunci : Budaya, keselamatan, pasien, rumah sakit ABSTRACT The ideal hospital is a hospital that has a system and provide a service that is free from error. In an effort to minimize the occurrence of medical errors or adverse events related to aspects of the patient's salvation, the hospital management needs to create a culture of patient safety presence. The goal of study is to know description of patient safety culture in AM Parikesit Hospital. The type of the study is descriptive quantitative. The study population was the entire staff in hospital, 586 people. The research used the total exhaustive sampling. The data analysis was univariate analysis. The results showed a culture of patient safety s percentage in the AM Parikesit Hospital 68%. Dimension with the highest percentage of positive responses is teamwork within unit (93%) and dimension with the lowest percentage of positive responses was nonpunitive responses to errors(41%). Patient safety culture in the hospital is high. Another dimensions with the low percentage of percentage responses are staffing and event frequency of events reported, which both have a close connection. Keyword: Patient, safety, culture, hospital 1

PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang sangat padat modal, padat teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko menjadikannya sebagai sebuah organisasi yang bersifat kompleks sehingga tidak mengejutkan bila Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) akan sering terjadi dan berakibat terjadinya cedera atau kematian pada Institute of Medicine (IOM) pada tahun 1999 menerbitkan laporan yang mengemukakan bahwa rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York ditemukan KTD sebesar 2,9% dimana 6,6% diantaranya meninggal. Sedangkan di New York, KTD adalah sebesar 3,7% dengan angka kematian 13,6 %. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000-98.000 per Nadapdah menjabarkan telah ada 47 kasus malpraktek di Indonesia yang dilaporkan pada tahun 2004-2005. Kasus terkini yang sedang hangat diperbincangkan yaitu mengenai kasus dugaan malpraktek yang dilakukan oleh dr. Ayu dan rekannya. Data tentang KTD di Indonesia masih sangat langka disebabkan jumlah pelaporan insiden yang masih sangat Rachmawati mengatakan bahwa besarnya kasus KTD yang terjadi di rumah sakit mengakibatkan pihak rumah sakit harus melakukan langkah-langkah yang lebih mengutamakan keselamatan pasien. Selanjutnya Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah pula menyusun standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KP RS) yang dimasukkan ke dalam instrumen akreditasi rumah sakit oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit ( ) Rumah Sakit Umum Daerah Aji Muhammad (RSUD AM) Parikesit merupakan rumah sakit kelas B milik pemerintah. Dengan status tersebut, RSUD AM Parikesit harus mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, juga menjamin keselamatan pasien. Namun, sistem keselamatan pasien yang diterapkan masih sangat kurang, kepatuhan mengenai pencatatan dan pelaporan belum menjadi perhatian utama. Hal itu dibuktikan dengan belum dibentuknya tim dan program-program yang berkaitan dengan keselamatan pasien. Laporan kinerja di RSUD AM Parikesit tahun 2012, menunjukkan adanya kejadian infeksi nosokomial yang melebihi standar, yaitu sebesar 3,76% sedangkan standar yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) No. 129 tahun 2008 mengenai standar pelayanan minimal rumah sakit yaitu Penelitian terdahulu melalui wawancara langsung kepada salah satu keluarga pasien, ditemukan informasi bahwa telah terjadi kesalahan penyuntikan obat oleh salah seorang perawat saat pasien dirawat di salah satu rawat inap RSUD Aji Muhammad Parikesit yaitu ruang rawat 2

inap khusus kebidanan, Melati. Hal tersebut terjadi karena kurangnya komunikasi antar perawat saat pergantian shift sehingga penyuntikan obat dilakukan kepada pasien yang salah. Kejadian seperti ini dapat berdampak buruk terhadap keselamatan pasien. Sebagai pegawai rumah sakit, baik yang menyentuh pasien ataupun tidak Upaya meminimalisir terjadinya medical error atau KTD yang terkait dengan aspek keselamatan pasien, maka manajemen rumah sakit perlu menciptakan adanya budaya keselamatan pasien. Hal tersebut dikarenakan banyak rumah sakit yang mengaplikasikan sistem keselamatan yang baik, tetapi pada kenyataannya KTD tetap Nurmalia menemukan bahwa fokus pada budaya keselamatan pasien akan lebih berhasil apabila dibandingkan hanya fokus pada program keselamatan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien RSUD AM Parikesit dan gambaran 12 dimensi budaya keselamatan pasien per instalasi di RSUD AM Parikesit. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD AM Parikesit pada bulan Maret-April tahun 2014. Populasi penelitian adalah seluruh staf RSUD AM Parikesit dengan jumlah 586 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik exhaustive sampling dengan besar sampel sama dengan populasi penelitian. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat. Budaya keselamatan pasien diukur menggunakan kuesioner yang telah diadaptasi dari kuesioner Hospital Survey on Patient Safety Culture yang dipublikasikan oleh The Agency for Healthcare Research and Quality tahun 2004 yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Data ditampilkan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi disertai dengan narasi interpretasi tabel hasil penelitian. HASIL Responden terbanyak berada pada kelompok umur 20-29 tahun (42,8%), dengan jumlah responden perempuan yang lebih banyak (58,4%). Responden paling banyak berlatar belakang pendidikan D3/Sederajat (52,2%) dan memiliki jabatan fungsional (88,6%) (Tabel 1). Sebagian besar dimensi memiliki respon positif yang tinggi seperti dimensi harapan supervisor/manajer dan tindakan promosi keselamatan (80%), dimensi pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan (85%), dimensi kerjasama dalam unit (93%), dimensi keterbukaan komunikasi (76%), dimensi umpan balik dan komunikasi (79%), dimensi dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien (65%), dimensi kerjasama antar unit pada instalasi (72%), dimensi pergantian shift dan perpindahan pasien (63%), dimensi kesuluruhan persepsi tentang 3

keselamatan pasien (64%). Selain itu, terdapat tiga dimensi yang tergolong rendah seperti, dimensi frekuensi pelaporan kejadian (44%), dimensi respon tidak menyalahkan terhadap error (41%), dan dimensi staffing (50%). (Tabel 2). Sebagian besar responden memiliki respon positif yang cukup tinggi untuk tingkat organisasi yaitu persentase sebesar 68%. Bila dilihat dari tingkat instalasi, seluruh instalasi memiliki respon positif yang tinggi, yaitu berada di atas 50%. Instalasi dengan respon positif tertinggi adalah instalasi rawat inap Very Important Person (VIP) dengan persentase sebesar 89% sedangkan instalasi dengan respon negatif tertinggi adalah instalasi sanitasi lingkungan dengan persentase sebesar 45% (Tabel 3). PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya keselamatan pasien di RSUD AM Parikesit memiliki respon positif yang cukup tinggi dengan persentase sebesar 68%. Hal ini tidak berarti rumah sakit tidak wajib memperbaiki budaya yang telah ada. Semakin tinggi budaya keselamatan pasien, semakin kecil juga risiko akan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Budayalah yang menjadi pondasi bagi peningkatan mutu suatu rumah sakit. Dimensi tertinggi dengan persentasi respon positif tertinggi adalah kerjasama dalam unit. Pada dimensi ini, terdapat empat item pertanyaan, yaitu dukungan staf satu sama lain dalam bekerja, kerjasama staf sebagai tim ketika banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, perlakuan baik antar sesama staf dalam unit, serta bantuan staf kepada staf lain saat beban kerja terlalu berat. Hasil penelitian oleh Beginta menemukan bahwa antara budaya keselamatan pasien dengan pengembangan kerjasama dalam unit memiliki hubungan yang Dimensi terendah dengan persentasi respon negatif tertiggi adalah respon tidak menyalahkan terhadap error. Pada dimensi ini, terdapat tiga item pertanyaan, yaitu staf tidak disalahkan, insiden yang dibicarakan, bukan pelakunya serta kekhawatiran staf mengenai penilaian kinerja menyangkut kesalahan yang diperbuat. McCarthy dan Blumenthal dalam penelitiannya menemukan bahwa staf menjadi enggan untuk melaporkan kesalahan pelayanan kesehatan karena respon organisasi yang menyalahkan pelaku yang terlibat dalam insiden Dimensi harapan supervisor/manajer dan tindakan promosi keselamatan tergolong tinggi dengan total persentase respon positif seluruh instalasi sebesar 80%. Dimensi ini terdiri dari empat item pertanyaan, yaitu atasan memberi pujian ketika pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan prosedur keselamatan pasien, atasan mempertimbangkan saran dari stafnya, atasan 4

menginginkan staf bekerja lebih cepat dan mengambil jalan pintas untuk menyelesaikannya serta atasan yang mengabaikan keselamatan pasien secara berulang. Dimensi pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan tergolong tinggi dengan total persentase respon positif seluruh instalasi sebesar 85%. Pada dimensi ini, terdapat tiga item pertanyaan, yaitu mengenai keaktifan staf dalam peningkatan kualitas keselamatan pasien, peran penting kesalahan yang dilaporkan, serta evaluasi efektivitas setiap program keselamatan pasien. Dimensi keterbukaan komunikasi tergolong tinggi dengan total persentase respon positif seluruh instalasi sebesar 76%. Pada dimensi ini, terdapat tiga item pertanyaan, yaitu kebebasan staf dalam berpendapat, kewenangan staf untuk mempertanyakan keputusan yang diambil, serta keberanian staf untuk bertanya bila ada hal yang tidak benar sedang terjadi. Dimensi umpan balik dan komunikasi tentang error tergolong tinggi dengan total persentase respon positif seluruh instalasi sebesar 79%. Pada dimensi ini, terdapat tiga item pertanyaan, yaitu umpan balik yang diberikan kepada staf tentang kesalahan yang terjadi sesuai laporan insiden, informasi mengenai kesalahan yang terjadi, serta langkah-langkah pencegahan kesalahan untuk terjadi kembali. Dimensi staffing tergolong rendah dengan total persentase respon positif seluruh instalasi sebesar 50%. Pada dimensi ini, terdapat empat item pertanyaan, yaitu kecukupan jumlah staf melakukan pekerjaan yang ada, staf bekerja sesuai dengan waktu, perawatan pasien tidak mengandalkan tenaga honorer, serta staf yang tidak bekerja dalam situasi kritis. Dimensi dukungan manajemen terhadap keselamatan pasien tergolong tinggi dengan total persentase respon positif seluruh instalasi sebesar 65%. Pada dimensi ini, terdapat tiga item pertanyaan, yaitu suasana kerja yang berorientasi pada keselamatan pasien yang diciptakan oleh manajemen, keselamatan pasien menjadi prioritas utama bagi manajemen, serta keselamatan pasien tidak diperhatikan setelah KTD terjadi. Dimensi kerjasama antar unit tergolong tinggi dengan total persentase respon positif seluruh instalasi sebesar 72%. Pada dimensi ini, terdapat empat item pertanyaan, yaitu koordinasi unit-unit di rumah sakit, kerjasama unit dalam melakukan pekerjaan bersama-sama, kenyamanan staf bekerja dengan unit lain dan kerjasama unit dalam memberikan perawatan yang terbaik kepada pasien. Dimensi pergantian shift dan perpindahan pasien tergolong tinggi dengan total persentase respon positif seluruh instalasi sebesar 63%. Pada dimensi ini, terdapat empat item pertanyaan, yaitu perpindahan pasien dari satu unit ke unit lain tidak menyebabkan hal buruk, tersampainya informasi penting saat pergantian shift kerja, pertukaran informasi antar unit tidak menyebabkan masalah, serta pergantian shift tidak menimbulkan masalah bagi pasien. 5

Dimensi pergantian keseluruhan persepsi tentang keselamatan pasien tergolong tinggi dengan total persentase respon positif seluruh instalasi sebesar 64%. Pada dimensi ini, terdapat empat item pertanyaan, yaitu anggapan staf bahwa kesalahan yang terjadi bukan sebuah kebetulan, staf mengutamakan keselamatan pasien yang ditangani, anggapan staf mengenai keberadaan masalah keselamatan pasien, serta prosedur dan sistem keselamatan pasien yang dijalankan. Dimensi frekuensi pelaporan kejadian tergolong rendah dengan total persentase respon positif seluruh instalasi sebesar 44%. Pada dimensi ini, terdapat tiga item pertanyaan, yaitu frekuensi pelaporan kesalahan yang terjadi sebelum berdampak negatif, frekuensi pelaporan kesalahan yang berpotensi membahayakan pasien, serta frekuensi pelaporan kesalahan yang terjadi namun belum berbahaya. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa budaya keselamatan pasien di RSUD AM Parikesit tergolong cukup tinggi. Meskipun terdapat kerjasama dalam unit yang tinggi pada tiap instalasi di RSUD AM Parikesit, tetapi masih ada beberapa dimensi dengan respon positif yang rendah seperti dimensi respon tidak menyalahkan terhadap error, staffing dan frekuensi pelaporan kejadian yang juga berperan penting dalam keselamatan pasien. Oleh karena itu, disarankan kepada pihak manajemen rumah sakit untuk melakukan penilaian budaya keselamatan pasien rumah sakit secara rutin, mengembangkan sistem pelaporan tanpa memberi hukuman terhadap staf yang melaporkan insiden tertentu, memperhatikan kembali rasio petugas dan pasien, serta menerapkan sistem pelaporan kejadian. Selain itu, kebijakan-kebijakan serta program yang berlaku dievaluasi kembali untuk mencegah hal-hal yang berisiko membahayakan keselamatan pasien. DAFTAR PUSTAKA 1. Ngalngola, Everista. Gambaran Pengetahuan dan Motivasi Perawat terhadap Penerapan Patient Safety di Instalasi Rawat Inap RSUD Daya Makassar [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2012. 2. Institute Of Medicine. To Err is Human: Buiding a Safer Health System. New York: Institute Of Medicine; 1999. 3. Wirsma Arif Harahap. Adverse Events, Kejadian Tidak Diharapkan, Padang; Universitas Andalas; 2005. 6

4. RSUD AM Parikesit. Data Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM). Kabupaten Kutai Kartanegara: RSUD AM Parikesit; 2012. 5. Rachmawati, Emma. Model Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien di RS Muhammadiyah-Aisyiyah Tahun 2011 [Disertasi]. Depok: Universitas Indonesia; 2011. 6. Kementrian Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan no. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2008. 7. Budiharjo, Andreas. Pentingnya Safety Culture di Rumah Sakit. Jurnal Sekolah Bisnis Prasetiya Mulya; 2008; 1(10): 56-57. 8. Nurmalia, Devi. Pengaruh Program Mentoring Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien [Skripsi]. Semarang: Universitas Dipanegara; 2013. 9. Beginta, Romi. Pengaruh Budaya Keselamatan Pasien, Gaya Kepemimpinan, Tim Kerja, terhadap Persepsi Pelaporan Kesalahan Pelayanan oleh Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi tahun 2011 [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia; 2013. 10. McCarthy, Doughlas. Blumenthal, David. Committed to Safety: Ten Case Study on Reducing Harm to Patients. Journal of The Commonwealth Fund; 2006; 1(923):10. 7

LAMPIRAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Menurut Karakteristik Respoden di RSUD Karakteristik AM Parikesit Umur 20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun 50-59 tahun >59 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan S2/Spesialis S1/Profesi D3 SMA SMP SD Jabatan Struktural Fungsional Sumber : Data Primer, 2014 Jumlah Responden n % 251 178 124 32 1 244 342 27 117 306 118 12 6 67 519 42,8 30,4 21,2 5,5 0,2 41,6 58,4 4,6 20,0 52,2 20,1 2,0 1,0 11,4 88,6 8

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Respon Menurut Dimensi Budaya Keselamatan Pasien Dimensi Harapan Supervisor/Manajer dan Tindakan Promosi Keselamatan Pasien Pembelajaran dan Perbaikan Berkelanjutan Frekuensi Respon Positif Negatif Total n % n % n % 1864 80 480 20 2344 100 1492 85 266 15 1758 100 Kerjasama dalam Unit 2171 93 173 7 2344 100 Keterbukaan Komunikasi 1344 76 414 25 1758 100 Umpanbalik dan Komunikasi tentang 1390 79 368 21 1758 100 Error Reson Tidak Menyalahkan terhadap Error 713 41 1045 59 1758 100 Staffing 1179 50 1165 50 2344 100 Dukungan Manajemen terhadap 1148 65 610 35 1758 100 Keselamatan Pasien Kerjasama antar Unit 1678 72 666 28 2344 100 Pergantian Shift dan Perpindahan 1488 63 856 37 2344 100 Pasien Keseluruhan Persepri tentang 1497 64 847 36 2344 100 Keselamatan Pasien Frekuensi Pelaporan Kejadian 774 44 984 56 1758 100 Sumber: Data Primer, 2014 9

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Budaya Keselamatan Pasien di tiap Instalasi Instalasi RSUD AM Parikesit Budaya Keselamatan Pasien Positif Negatif Total n % n % n % Rawat Jalan 2303 69 1015 31 3318 100 Rawat Darurat 813 60 531 40 1344 100 Rawat Intensive 398 68 190 32 588 100 Bedah Sentral 1094 59 754 41 1848 100 Radiologi 427 73 161 27 588 100 Patologi Klinik 977 65 535 35 1512 100 Laundry 282 67 138 33 420 100 Farmasi 1163 64 643 36 1806 100 Gizi 397 68 191 32 588 100 Pemeliharaan Sarana 368 73 136 27 504 100 Rumah Sakit Sanitasi Lingkungan 302 55 244 45 546 100 Pemulasaran Jenazah dan 290 69 130 31 420 100 Ambulans Rekam Medik 233 69 103 31 336 100 Bagian Administrasi dan 2476 68 1178 32 3654 100 Manajemen Ruang Rawat Inap Melati 1006 77 296 23 1302 100 Kenanga 582 77 174 23 756 100 Tulip 349 69 155 31 504 100 Flamboyan 486 89 60 11 546 100 (VIP) Anggrek 449 71 181 29 630 100 Cempaka 493 73 179 27 672 100 Asoka 444 70 186 30 630 100 Mawar 645 67 321 33 966 100 Sakura 761 67 373 33 1134 100 Total 16738 68 7874 32 24612 100 Sumber: Data Primer, 2014 10