BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainya, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang terjadi di negara-negara berkembang pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang paling atas. Yang dimanfaatkan untuk menanami tumbuh-tumbuhan disebut

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Achmad Rubaie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, (Malang: Bayumedia Publishing, 2007), hal 1.

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan akan tanah sebagai sumber kehidupan sehingga dapat dicermati

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 1 ayat (3) menentukan secara tegas bahwa negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. mencatat bahwa pada era reformasi terjadi perubahan pada lembaga Notariat yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan budaya manusia yang telah mencapai taraf yang luar biasa. Di

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

ialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya ialah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan memiliki rumah yang terjangkau bagi banyak orang.

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

PELAKSANAAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI DAN KUASA UNTUK MENJUAL YANG DIBUAT OLEH NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tanah yang merupakan kebutuhan pokok bagi manusia akan berhadapan dengan

BAB I. Kehadiran profesi Notaris sangat dinantikan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara bertemu langsung, kini bisa dilakukan jarak jauh dan tanpa. bertatapan muka dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari tanah. Manusia. membutuhkan tanah dalam segala macam aspek kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

BAB I PENDAHULUAN. tanah, padahal luas wilayah negara adalah tetap atau terbatas 1.

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari kegiatan pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan pada. (APBN/APBD) yang jumlahnya tidaklah sedikit.

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya bercocok tanam atau berkebun di lahan pertanian untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit).

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat autentik dari

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) Undang undang Nomor 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

Key words: urgency, sale and purchase binding agreement, the notary

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

BAB I PENDAHULUAN. umum berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

Transkripsi:

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik seandainya ada persesuaian kehendak diantara pihak-pihak ketika mengadakan interaksi, sehingga dari interkasi ini timbulah suatu hubungan antara para pihak tersebut yang dapat menghasilkan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang yang lainnya untuk melakukan suatu hal. Hal yang demikian ini dapat berupa kebebasan untuk berbuat sesuatu, untuk memberikan sesuatu, untuk tidak berbuat sesuatu. Suatu perjanjian adalah merupakan perbuatan hukum dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dua orang itu saling berjanji kepada seseorang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, sedangkan perjanjian itu sendiri merupakan salah satu sumber perikatan selain undang-undang. Ketentuan Pasal 1233 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata menyatakan: Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan atau perjanjian, baik karena undang-undang. Ketentuan Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang perikatan mengatur mengenai ketentuan umum dan ketentuan khusus. Ketentuan umum memuat tentang peraturan-peraturan yang berlaku bagi perikatan pada umumnya. Selanjutnya menurut Pasal 1338 KUHPerdata yang

11 tercantum dalam Buku III KUHPerdata menyatakan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Ketentuan ini menunjukkan bahwa Buku III menganut asas kebebasan berkontrak dalam hal membuat perjanjian (beginsel der contractsvrijheid). Sebenarnya yang dimaksudkan oleh pasal tersebut, tidak lain dari pernyataan bahwa tiap perjanjian mengikat kedua pihak 5. Perjanjian yang dikenal berdasarkan KUHPerdata pada prinsipnya merupakan perjanjian obligator yaitu, dengan ditutupnya perjanjian itu, pada asasnya baru melahirkan perikatan-perikatan saja, dalam arti bahwa hak milik perikatan belum beralih, untuk peralihan tersebut harus diadakan lavering atau penyerahan. Sebenarnya pembuatan akta yang berkaitan dengan pertanahan, bukan suatu kewenangan baru, mengingat perbuatan hukum yang berkaitan dengan pertanahan merupakan hal biasa dan secara umum berlaku dalam hukum perdata di Indonesia. Dalam jaman yang penuh kesibukan sekarang ini, seringkali orang tidak sempat menyelesaikan sendiri urusan-urusannya. Oleh karena itu ia memerlukan jasa orang lain untuk menyelesaikan urusan-urusan itu. Orang ini kemudian diberikannya kekuasaan atau wewenang untuk menyelesaikan urusan-urusan tersebut atas namanya. Adapun yang dimaksud dengan menyelenggarakan suatu urusan adalah melakukan suatu perbuatan 5 R. Subekti (a), 1982, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa: Bandung, hlm. 127

12 hukum, yaitu suatu perbuatan yang mempunyai atau menelorkan suatu akibat hukum 6. Dalam hal pemberian kuasa apabila dilihat berdasarkan ciri-ciri nya dapat di dibedakan dalam 3 bentuk yaitu: 1. Kuasa khusus, mempunyai ciri bahwa penerima kuasa hanya mempunyai kewenangan untuk melakukan satu perbuatan hukum tertentu terhadap objek yang dikuasakan (secara khusus saja); 2. Kuasa umum, mempunyai ciri bahwa penerima kuasa dapat melakukan beberapa perbuatan hukum tertentu terhadap objek yang di kuasakan; 3. Kuasa mutlak, mempunyai ciri-ciri: - Memuat kata-kata bahwa kuasa ini tidak dapat dicabut kembali; - Apabila pemberi kuasa meninggal dunia, maka kuasa tetap berjalan terus, akan tetapi apabila penerima kuasa yang meninggal dunia maka kuasa tersebut gugur; - Penerima kuasa mempunyai kewenangan yang sama besarnya dengan pemberi kuasa. Bila dikaitkan dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) tanah yang memuat klausula kuasa mutlak maka si pembeli disini menerima kekuasaan dari penjual yang selanjutnya si pembeli bisa bisa bertindak dan mempunyai kewenangan yang sama besarnya dengan pemberi kuasa (penjual) sehingga dalam pelaksanaan kuasa tersebut pembeli bisa bertindak dalam 2 (dua) kapasitas sekaligus dimana sebagai penjual maupun pembeli 6 R. Subekti (b), 1985, Aneka Perjanjian, Alumni : Bandung, hlm. 41

13 sendiri nantinya dilakukan dalam pembuatan Akta Jual Beli (AJB) oleh dan dihadapan Pejabat Pembuat Kata Tanah (PPAT). Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) tanah bisa dimasukan sebagai kewenangan Notaris. Dimana dasar kewenangan itu terdapat dalam Pasal 15 ayat (2) huruf f Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN), yakni: Notaris mempunyai kewenangan dalam membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan. Kewenangan Notaris dalam bidang pertanahan sebagaimana tersebut dalam Pasal 15 ayat (2) huruf f UUJN tidak menambah wewenang Notaris di bidang pertanahan, dan bukan pula pengambilalihan wewenang dari Pejabat Pembuatan Akta Tanah (PPAT). Bahwa Notaris mempunyai wewenang dalam bidang pertanahan, sepanjang bukan wewenang yang sudah ada pada PPAT, oleh karena itu tidak ada sengketa kewenangan antara Notaris dan PPAT (lih juga: putusan MK Nomor 009 014/ PUU-III/ 2005, tambahan pen.). Masing-masing mempunyai kewenangan sendiri sesuai aturan hukum yang berlaku. 7 Akta jual beli tanah yang dilakukan oleh para pihak, sebenarnya merupakan kewenangan dari seseorang Pejabat Pembuatan Akta Tanah (PPAT), namun terdapat kecenderungan saat ini sebelum dilakukan perjanjian jual beli tanah dan dibuatkan aktanya oleh PPAT, didahului dengan Perjanjian Pengilkatan Jual Beli (PPJB) tanah. Dengan demikian, akan 7 Damang, Tugas dan kewenangan Notaris. Artikel. www.negarahukum.com, akses internet tanggal 20 Oktober 2013.

14 mendapatkan kepastian hukum dalam tindakan mereka, diantaranya dengan adanya sanksi apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian yang dilakukan. Sanksi tersebut merupakan salah satu isi dari Perjanjian Pengikatan untuk Jual Beli. Sementara itu untuk mengalihkan hak kepada pihak lain sehingga peralihan hak tersebut mendapatkan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum dibutuhkan bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum yang diselenggarakan melalui jabatan tertentu, sehingga dalam hal ini dibutuhkan seorang Pejabat yang berwenang untuk melakukan hal itu. Pejabat yang dimaksud adalah Notaris yang mempunyai wewenang untuk membuat dan mengesahkan suatu akta otentik atas peralihan hak guna mendapatkan legalitas dan otentisita atas peralihan hak tersebut, sehingga Perjanjian Pengikatan Jual Beli atau PPJB tersebut dibuat dalam bentuk Akta. Perbuatan hukum perjanjian pengikatan jual beli tanah antara para pihak dilandasi oleh beberapa pertimbangan penting, diantaranya adalah harga yang disepakati antara pembeli dan penjual belum dibayar secara lunas oleh pihak pembeli. Disamping itu adanya kekurangan data/ dokumen atau berkas tanah yang harus diselesaikan oleh penjual selama perjanjian berlangsung. Sebagai pejabat umum yang diangkat oleh Negara, notaris bekerja bukan untuk kepentingan sendiri, tetapi untuk melayani kepentingan masyarakat. Oleh karenanya tugas notaris adalah menjalankan pelayanan publik (public service) dibidang pembuatan akta, serta tugas lain yang dibebankan padanya yang melekat sebagai pejabat umum dalam ruang lingkup notaris.

15 Walaupun tugas dan wewenang notaris hanya membuat alat bukti atas perjanjian atau perbuatan hukum yang dilakukan para pihak, namun seringkali dalam praktek, notaris dipersalahkan atas perjanjian yang dibuat para pihak. Tidak jarang notaris digugat secara perdata atas akta yang dibuatnya. Konflik yang terjadi antar para pihak, bahkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk melakukan gugatan kepada notaris. Tindakan ini tentu sangat merugikan notaris sebagai pejabat umum. Mengingat adanya fenomena yang demikian ini, perlu kiranya dijamin rasa aman dan tenang bagi notaris dalam menjalankan profesinya dengan cara memberikan perlindungan sesuai hukum. Suatu hak atas tanah dapat beralih dengan jual beli yang berakibat beralihnya suatu hak pada dasarnya dengan instrument Akta Jual Beli. Namun dikarenakan adanya persyaratan yang digunakan dalam Akta Jual Beli tersebut belum bisa dipenuhi dan karena keinginan para pihak sendiri maka para pihak membuat Perjanjian Pengikatan Jual beli (PPJB) terlebih dahulu. Perjanjian Pengikatan Jual beli (PPJB) tanah itu dibuat oleh Notaris. Pada umumnya pembuatan PPJB tersebut belum bisa dijadikan dasar bahwa hak tanahnya sudah sepenuhnya beralih pada pihak yang baru walaupun telah terjadi suatu hubungan hukum antara kedua pihak, namun apabila dalam Perjanjian Pengikatan Jual beli (PPJB) tersebut memuat klausula kuasa mutlak dimana dalam klausul tersebut memberikan hak untuk menguasai sepenuhnya terhadap objek yang diperjanjikan maka pihak pembeli bisa dikatakan sudah mempunyai hak sepenuhnya terhadap objek

16 dalam perjanjian tersebut yaitu tanah. Sehingga dalam hal ini Perjanjian Pengikatan Jual beli (PPJB) tanah yang memuat kuasa mutlak sebagai alat bukti tertulis secara yuridis sampai sejauh mana keabsahan dari Perjanjian Pengikatan untuk Jual Beli tanah yang memuat klausula kuasa mutlak bagi para pihak yang membuatnya dan sejauh mana tanggung jawab notaris yang membuat akta tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk menulis permasalahan tersebut dalam tesis ini dengan judul Analisis Yuridis terhadap Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Tanah Yang Memuat Klausula Kuasa Mutlak B. Perumusan masalah Seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang tersebut di atas, bahwa klausula kuasa mutlak dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) tanah dalam praktek sering kali dilakukan dan merupakan partai akta, sementara timbul beberapa anggapan atau penafsiran mengenai pemberian klausula kuasa mutlak tersebut, hal mana terjadi dalam akta perjanjian pengikatan jual beli itu yang merupakan tindakan awal sebelum dibuatnya Akta Jual Beli (AJB) di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berwenang. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka, peneliti merumuskan pokok-pokok masalah sebagai berikut :

17 a. Bagaimana keabsahan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Tanah yang Memuat Klausula Kuasa Mutlak? b. Bagaimana Tanggung Jawab Notaris terhadap Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Tanah yang Memuat Klausula Kuasa Mutlak yang dibuatnya? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan informasi yang ada dan penelusuran kepustakaan khususnya dilingkungan Universitas Gadjah Mada, penelitian dengan judul Analisis Yuridis terhadap Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Tanah Yang Memuat Klausula Kuasa Mutlak belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya. Namun demikian apabila pernah dilakukan penelitian yang sama diharapkan penelitian ini bisa melengkapi. D. Manfaat Penelitian Adapun Manfaat yang dapat diharapkan dari penulisan tesis ini adalah: 1. Secara Teoritis penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran pada bidang hukum terutama dalam bidang kenotariatan yang berkaitan tentang perjanjian pengikatan jual beli tanah. 2. Secara Praktis penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap masyarakat tentang keabsahan yang

18 berkaitan dengan adanya perjanjian pengikatan jual beli dalam jual beli hak atas tanah. 3. Bagi para Akademisi semoga penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap perjanjian pengikatan jual beli, sehingga keabsahan dan tangggung jawab notaris menjadi lebih jelas dan tegas. E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang dilakukan dalam tesis yang berjudul Analisis Yuridis terhadap Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Tanah Yang Memuat Klausul Kuasa Mutlak ini bertujuan : 1. Tujuan Objektif Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data guna menjawab dan mengkaji permasalahan mengenai: a. Keabsahan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Tanah yang Memuat Klausula Kuasa Mutlak. b. Tanggung Jawab Notaris terhadap Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Tanah yang Memuat Klausula Kuasa Mutlak yang dibuatnya. 2. Tujuan Subjektif Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dalam rangka penulisan tesis S-2 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.