BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit dari cost center menjadi profit oriented membutuhkan suatu peraturan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk melakukan evaluasi dalam menilai kinerja perusahaan. Seringkali penilaian

BAB 1 PENDAHULUAN. karyawan, pemilik, dan stakeholder dengan kata lain kinerja perusahaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

INDIKATOR KINERJA UTAMA

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

68 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Obyek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Graha Husada

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

PENGUKURAN KINERJA DENGAN ELEMEN-ELEMEN BALANCED SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di RSUD Karangasem, Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. hambatan dikarenakan tidak adanya batasan antar negara. dasarnya memiliki tujuan yang sama yakni memperoleh laba (Profit oriented),

BAB 1 PENDAHULUAN. gawat darurat. Sedangkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. pencegahan penyakit serta upaya perbaikan.

BAB V PENUTUP. Djatikoesoemo Bojonegoro dengan menggunakan metode Balanced Scorecard, dapat diketahui hasilnya dari berbagai perspektif, antara lain :

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahan tersebut. (Helfert, 1996)

BAB I PENDAHULUAN. ancaman yang akan datang. Rumah Sakit yang memiliki perencanaan strategis akan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

RSUD DATU SANGGUL RANTAU KABUPATEN TAPIN

Gumbreg No. 1Purwokerto. RSUD Pro! Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja adalah cara perseorangan atau kelompok dari suatu organisasi

LAPORAN KINERJA (LKj) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAWANG TAHUN 2015

TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI : BERKUALITAS DI SEMUA LINI PELAYANAN MISI TUJUAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

REZA ABDULMUDY DOSEN UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON Abstrak

INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)

PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLAK UKUR PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN USAHA YANG BERBENTUK RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH DI SURABAYA

PENGUKURAN KINERJA RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU MENGGUNAKAN ELEMEN-ELEMEN BALANCED SCORECARD. (Studi Empiris pada RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU)

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Sejarah Berdirinya RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan tempat penyelenggaraan

Jurnal Dinamika Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas serta pencapaian visi dan misi perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang telah dilaksanakan oleh masing-masing pusat. personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga

LAPORAN KINERJA (LKj) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAWANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KATA PENGANTAR. Mojokerto, Januari 2017 Direktur RSUD Prof. Dr. Soekandar Kabupaten Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak dan secara psikologis membantu proses penyembuhan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. mendiskripsikan kinerja RSU PKU Muhammadiyah Delanggu secara

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

2016 ANALISIS KINERJA RUMAH SAKIT RUJUKAN BPJS KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian ini. Teori-teori tersebut meliputi pengertian organisasi sektor publik,

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini tampak demikian pesat. Banyak

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi

The Analysis of Performance Based on Balanced Scorecard at Karangasem Hospital

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kinerja RS Graha Husada dilihat dari perspektif keuangan dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena rumah sakit memberikan pelayanan medik dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :

PENETAPAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu. pelayanan kesehatan demi kepuasan masyarakat yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

I. PENDAHULUAN. rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2002). Oleh karena itu, status. baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan a.

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009). Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kesehatan,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan data yang diperoleh dan dilakukan analisis terdapat data

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

FARISA HARDHIYANI B

Pemerintah Kota Tangerang

Rona Alfiani Ramadhani Alumni Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari pengukuran kinerja merupakan ukuran apakah sebuah strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam

Tabel 1. Pengaduan layanan RS melalui media cetak tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN KINERJA DENGAN ELEMEN-ELEMEN BALANCE SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mampu menghasilkan produk yang bermutu, dan cost effective (Srimindarti, memberikan kepuasan terus menerus kepada pelanggan.

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DENGAN PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD (Studi Kasus Pada RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGUKURAN KINERJA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) BERDASARKAN BALANCED SCORECARD DI RSUD dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN

Alternatif Penerapan Balanced Scorecard Pada Rumah Sakit Khusus Ibu Dan Anak Siti Fatimah Makassar. Oleh : Rachman Suwandaru

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI. Dokumentasi berupa data harian, bulanan, dan tahunan yang dilakukan di Rumah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk sosial dan bisnis, agar tercipta hubungan subsidi silang antara

Analisis Perubahan Sistem Keuangan dan Kinerja Rumah Sakit Sebelum dan Sesudah Berstatus Badan Layanan Umum Daerah (Studi Kasus Pada RSUD 45 Kuningan)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu lembaga pelayanan publik pada sektor kesehatan, rumah sakit dituntut harus selalu meningkatkan kinerjanya. Beralihnya orientasi rumah sakit dari cost center menjadi profit oriented membutuhkan suatu peraturan perundang-undangan yang dapat menjadi landasan hukumnya. Pemerintah merespon hal ini dengan menerbitkan UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, PP Nomor 23 tahun 2005 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU), Permendagri nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) dan beragam peraturan teknis lainnya dari menteri keuangan, telah memberikan suatu tatanan baru bagi sektor pelayanan publik seperti rumah sakit daerah untuk dapat dikelola secara lebih profesional. Pengelolaan rumah sakit daerah secara bussines like bertujuan untuk dapat meningkatkan kinerja dan mutu layanan kepada masyarakat. Adanya permintaan ini membuat rumah sakit pun harus berusaha untuk memperbaiki kinerjanya Untuk dapat mengetahui dan meningkatkan kinerja suatu organisasi tentu diperlukan suatu pengukuran kinerja yang komperhensif dan dapat mengikuti perkembangan pasar. Evaluasi kinerja yang dilakukan rumah sakit daerah selama ini tertuang dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Laporan ini hanya fokus pada pertanggungjawaban kegiatan rumah 1

2 sakit berdasarkan kinerja keuangannya dimana dalam format pelaporannya hanya menuangkan pencapaian persentase realisasi keuangan dan realisasi fisik kegiatan yang sudah disusun dalam dokumen pelaksanaan anggaran (DPA). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karangasem sebagai satu-satunya rumah sakit yang ada di Kabupaten Karangasem melaksanakan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) berdasarkan Peraturan Bupati Karangasem Nomor 11 tahun 2010. Sejak diterapkannnya PPK- BLUD, RSUD Karangasem terus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya kepada masyarakat. Peningkatan mutu layanan ini dilakukan melalui perbaikan kinerja utamanya oleh pihak manajemen dan pemberi layanan langsung (medis dan paramedis). Penilaian kinerja yang sudah dikerjakan oleh RSUD Karangasem saat ini lebih menekankan pada indikator kinerja keuangan padahal sejak ditetapkan sebagai BLU, RSUD Karangasem telah mengadopsi metode balanced scorecard dalam penyusunan rencana strategisnya (RENSTRA). Pengukuran kinerja secara tradisional dengan menitikberatkan pada kinerja keuangan sudah tidak lagi memadai karena akan menyebabkan perusahaan tidak mementingkan aset-aset di masa depan. Penggunaan penilaian kinerja tradisional seperti Return on Investmen (ROI), Profit Margin dan Rasio Operasi belum bisa menyimpulkan baik buruknya kinerja perusahaan, karena hanya memperlihatkan pengukuran efektivitas pemanfaatan harta serta keuntungan dalam mendukung penjualan selama periode tertentu. Gambaran yang diberikan oleh ukuran ukuran keuangan tidak mempertimbangkan dimensi di luar sisi keuangan seperti pelanggan dan karyawan dimana keduanya merupakan fokus

3 yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan suatu perusahaan. (Sinha, 2006). Salah satu indikator kinerja RSUD Karangasem yang berimbas pada indikator keuangan adalah tingkat kunjungan pasien. Dalam kurun waktu tiga tahun terkahir tingkat kunjungan di RSUD Karangasem masih fluktuatif, dimana jumlah kunjungan rawat jalan pada tahun 2011 yaitu sebesar 85.483 kunjungan menurun pada tahun 2012 yaitu sebesar 79.753 kunjungan dan meningkat lagi pada tahun 2013 yaitu sebesar 86.843 kunjungan. Dalam hal kunjungan pasien rawat inap meningkat terus selama kurun waktu tiga tahun terakhir yaitu 7.369 kunjungan tahun 2011, 10.011 kunjungan tahun 2012 dan 11.003 tahun 2013. Meningkatnya jumlah kunjungan tentu berimbas pada pendapatan rumah sakit yang juga meningkat yaitu 26,3 milyar pada tahun 2011, 22,5 milyar pada tahun 2012 dan 29,9 milyar pada tahun 2013. Pencapaian rumah sakit berkaitan dengan indikator mutu pelayanan dapat dilihat melalui pencapaian beberapa indikator seperti, Net Death Rate (NDR), Gross Death Rate (GDR), Bed Turn Over (BTO), Length of Stay (LOS) dan Bed Occupancy Rate (BOR). Berdasarkan data yang terekam pada instalasi rekam medis diketahui bahwa nilai NDR dan GDR di RSUD Karangasem sudah lebih rendah dari nilai NDR dan GDR yang dibolehkan oleh Kemenkes RI sehingga nilai mutu pelayanan di RSUD Karangasem bisa dikatakan sudah baik. Target nasional untuk BTO adalah sebesar 40-50 kali/tahun sedangkan pencapaian RSUD Karangasem dalam kurun waktu tiga tahun rata-rata 113 kali/tahun sehinggga melebihi dari

4 target nasional yang berarti kunjungan pasien rawat inap di RSUD Karangasem sangat tinggi sehingga pemakaian tempat tidur melebihi dari yang seharusnya. Nilai BOR selama tiga tahun terakhir terus meningkat. Terakhir di tahun 2013 BOR di RSUD Karangasem mencapai 80,74. Nilai ini sangat mendekati nilai ideal maksimal yang sebesar 60-85%. Hal ini perlu diwaspadai karena tingginya BOR akan berdampak pada kemungkinan peningkatan infeksi nasokomial di rumah sakit dan mengurangi cadangan tempat tidur di RS bila terjadi KLB. Nilai LOS rata-rata 2,77 hari. Nilai ini jauh di bawah nilai standar Kemenkes yaitu 6-9 hari. Nilai LOS menunjukkan kualitas pelayanan karena jika nilai LOS tinggi bisa berarti pelayanannya kurang bagus. Walaupun dari indikator keuangan dan jumlah kunjungan pasien terjadi peningkatan namun pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan keluhan atau komplain masyarakat pengguna layanan kesehatan terhadap layanan yang diberikan. Berdasarkan data yang terekam pada Instalasi Humas dan Pemasaran menunjukkan pasien komplain terhadap pelayanan di RSUD Karangasem sebanyak 80 komplain (data tiga tahun terakhir). Jumlah komplain selama tiga tahun terakhir terjadi peningkatan yaitu dari 19 kasus pada tahun 2011, 23 kasus pada tahun 2012, dan 38 kasus pada tahun 2013. Cara pasien atau keluarga pasien menyampaikan komplain pelayanan rumah sakit melalui berbagai sarana misalnya dengan datang langsung ke unit-unit pelayanan atau Instalasi Humas dan Pemasaran, melalui media massa (koran), serta melalui call center. Berbagai penyebab yang bisa menimbulkan komplain di antaranya: masalah komunikasi petugas, lamanya waktu tunggu, prosedur administrasi dan informasi yang tidak

5 jelas, tarif atau biaya pelayanan dan lain-lain seperti masalah lokasi rumah sakit dan keamanan. Menurut data di Instalasi Humas dan Pemasaran RSUD Karangasem tahun 2011-2013, unit-unit tempat terjadinya komplain pelayanan meliputi; Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Darurat, Instalasi Bedah Sentral (IBS), Instalasi Humas dan Pemasaran, Bagian Keamanan dan Parkir, Bagian Pendaftaran dan Bagian Keuangan/kasir Selama kurun waktu 2010 sampai dengan saat ini, RSUD Karangasem belum pernah melakukan analisa pertumbuhan bisnis dilihat dari sisi inovasi organisasi. Pada dimensi lain rumah sakit juga belum pernah melakukan evaluasi kepuasan pasien internal dan eksternal sejak tahun 2010, sehingga tidak ada data berkaitan dengan kepuasan staf maupun pasien setelah adopsi model balance scorecard dalam renstra 2010-2014. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa karyawan diketahui bahwa banyak diantara karyawan merasakan bahwa reward yang mereka terima tidak sesuai dengan kinerja yang telah mereka lakukan terutama pada sisi besaran jasa pelayanan di mana jasa pelayanan hanya memperhitungkan tugas pokok dan fungsi sementara seringkali mereka mengerjakan tugas-tugas di luar tugas pokok dan fungsi yang tidak diperhitungkan di jasa pelayanan. Di sisi lain, upaya terstruktur dari pihak rumah sakit untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi petugas melalui pelatihan dan training juga dirasa masih sangat terbatas. Pelatihan pelatihan yang diselenggarakan selama ini sifatnya memenuhi undangan pelatihan dari instansi lain dan tidak dilakukan secara berkelanjutan. Selain itu pelatihan-pelatihan mengenai soft skill petugas dalam

6 memberikan layanan kepada pasien sangat jarang diberikan. Hal ini diketahui dari hasil observasi dan wawancara dengan seksi pengembangan SDM rumah sakit. Berdasakan uraian di atas mencerminkan bahwa evaluasi kinerja RSUD Karangasem pasca adopsi balanced scorecard dalam pengembangan renstra 2010-2014 sudah tidak memadai lagi. Untuk mengatasi kekurangan ini, Kaplan dan Norton menciptakan suatu metode pendekatan yang mengukur performa perusahaan atau organisasi dengan memperhatikan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta proses belajar dan berkembang. Metode ini berupaya untuk memberikan keseimbangan antara pengukuran sisi keuangan dengan sisi non keuangan yang dikenal dengan metode balanced scorecard. Penerapan metode balanced scorecard oleh para manajer perusahaan membuat mereka mampu untuk mengukur bagaimana perusahaan mereka berkreasi dalam menciptakan nilai bagi perusahaan tanpa mengorbankan kepentingan jangka panjangnya. Kelebihan yang dimiliki oleh balanced scorecard dengan empat perspektifnya membuat semakin banyak perusahaan yang ingin menerapkan konsep ini. Survei yang dilakukan oleh Gartner Group (Matson, 1999), menunjukkan bahwa terdapat 60% dari 1000 perusahaan versi majalah Fortune yang telah mengimplementasikan metode balanced scorecard dalam sistem manajemen mereka secara keseluruhan. Pemilihan metode balanced scorecard digunakan untuk menilai performa suatu organisasi karena metode ini mampu memberikan keseimbangan antara aspek keuangan dan aspek non finansial. Balanced scorecard merupakan

7 penerapan manajemen startegis dimana goal dan standar yang digunakan merupakan penerjemahan dari visi dan strategi suatu organisasi. Pengukuran kinerja organisasi dilihat dari empat perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Metode balanced scorecard juga sangat relevan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah pada pasal 127 ayat (1). Beberapa hasil studi terkait dengan penerapan metode balanced scorecard dengan pengukuran organisai antara lain penelitian yang dilakukan oleh Utama dkk, tentang pengukuran kinerja pada RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari. Indikator yang digunakan pada penelitian tersebut pada perspektif keuangan adalah rasio ekonomi, rasio efisiensi dan rasio efektifitas. Pada perspektif pelanggan dengan indikator kepuasan pelanggan dan akuisisi pelanggan. Perspektif proses bisnis internal dengan indikator inovasi dan indikator mutu dan kualitas pelayanan. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dengan indikator kepuasan karyawan, retensi karyawan dan produktifitas karyawan. Dari hasil pengukuran kinerja RSUD Prof. Dr. Soekandar secara keseluruhan menunjukkan bahwa kinerja RSUD Prof. Dr. Soekandar sudah cukup baik dilihat dari keempat persepektif tersebut. Prihananto, Aji Dwi (2006) melakukan penelitian pada rumah sakit Kristen Tayu Pati. Dalam penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa untuk kinerja perspektif keuangan diukur dengan nilai ROI dan Profit Margin. Kinerja perspektif konsumen diukur dengan tingkat kepuasan pasien. Kinerja perspektif

8 proses bisnis internal dinilai dari BTO, GDR dan NDR. Untuk kinerja perspektif pertumbuhan dan pembelajaran diukur dengan tingkat kepuasan karyawan, produktifitas karyawan dan retensi karyawan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah kinerja RSUD Karangasem berbasis balanced scorecard? 2. Bagaimanakah kinerja RSUD Karangasem berbasis balanced scorecard berdasarkan perspektif keuangan? 3. Bagaimanakah kinerja RSUD Karangasem berbasis balanced scorecard berdasarkan perspektif pelanggan? 4. Bagaimanakah kinerja RSUD Karangasem berbasis balanced scorecard berdasarkan perspektif proses bisnis internal? 5. Bagaimanakah kinerja RSUD Karangasem berbasis balanced scorecard berdasarkan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja RSUD Karangasem berbasis balanced scorecard. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

9 1. Kinerja RSUD Karangasem berbasis balanced scorecard 2. Kinerja RSUD Karangasem berbasis balanced scorecard berdasarkan perspektif keuangan 3. Kinerja RSUD Karangasem berbasis balanced scorecard berdasarkan perspektif pelanggan 4. Kinerja RSUD Karangasem berbasis balanced scorecard berdasarkan perspektif proses bisnis internal 5. Kinerja RSUD Karangasem berbasis balanced scorecard berdasarkan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan pengetahuan dan sebagai informasi tambahan tentang analisis kinerja di rumah sakit berdasarkan balanced scorecard. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbaangan dalam menyusun rencana strategis rumah sakit khususnya di RSUD Karangasem.