BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

dokumen-dokumen yang mirip
Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp.

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

KATA PENGANTAR. keterampilan para petani dan petugas melalui sekolah lapangan serta pelatihan pemandu (PL I, PL II, PL III).

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

Katalog BPS

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

Tabel I.1 Luas Panen dan Jumlah Produksi Singkong Provinsi Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

V GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN DAN IMPOR KEDELAI INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia. besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

Perkembangan Ekonomi Makro

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

Kata Pengantar. Assalamu alaikum Wr. Wb.

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tabel 16. Data Produksi Benih Yang Dihasilkan Oleh UPTD/Balai Lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2014

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

PENDAHULUAN. ( Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

EVALUASI KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PANGAN RONI KASTAMAN DISAMPAIKAN PADA ACARA DISEMINASI LITBANG BAPEDA KOTA BANDUNG 29 NOPEMBER 2016

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Tujuan

Tabel 45. Pencairan Dana Bantuan Hibah Gubernur Tahun TOTAL ANGGARAN (Rp) PENCAIRAN % NO KEGIATAN LOKASI. Laporan Tahunan

2015 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai dengan nomor harmonis sistem (HS) merupakan komoditas yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

Jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 43 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,91 persen per tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Divisi ton beras dari petani nasional khususnya petani di wilayah Jawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 (dalam rupiah)

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RELIGIUS, MAJU, SEJAHTERA TERWUJUDNYA KABUPATEN (REMAJA) VISI KABUPATEN MAJALENGKA MAJALENGKA YANG. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 1

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komoditas kedelai merupakan jenis barang yang termasuk ke dalam kebutuhan penting bagi masyarakat Indonesia yaitu sebagai salah satu makanan pangan selain beras, jagung dan umbi-umbian. Kedelai merupakan tanaman yang kaya protein nabati yang bermanfaat untuk di konsumsi karena memiliki berbagai kandungan gizi yang baik untuk kesehatan. Kandungan gizi yang dimiliki kedelai adalah sebagai berikut. Komoditas Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai Air (g) Protein (g) Karbohidrat (g) Lemak (g) Serat (g) Kedelai 10 35 32 18 4 Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009) Kandungan zat gizi pada komoditas kedelai unggul pada protein tumbuhan yang tinggi, oleh karena itu kebutuhan atau permintaannya diprediksi akan terus bertambah seiring dengan adanya kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi melalui konsumsi kedelai. Selain itu, kedelai di Indonesia merupakan komoditas yang dijadikan sebagai bahan dasar lauk pauk seperti makanan tempe dan tahu untuk pelengkap nasi sebagai kebutuhan sehari-hari kebanyakan masyarakat. Departemen Pertanian RI (Deptan) mencatat jumlah permintaan kedelai di Indonesia selama periode 2007-2013 banyak digunakan untuk berbagai macam kebutuhan diantaranya adalah seperti pada tabel di bawah ini.

2 Penggunaan (Ribu Ton) Tabel 1.2 Perkembangan Penggunaan Kedelai Indonesia 2007-2013 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013* 1 Pakan 7 7 8 9 8 10 10 2 Bibit 21 27,53 29 39,76 35 38 42 3 Diolah Untuk: Makanan - - - - - - - Bukan Makanan 283 95 124,1 113 133 152 156 4 Tercecer 101 98 115 133 123 148 146 5 Bahan Makanan 1599 1729 2019 2358 2160 2603 2570 Jumlah Kebutuhan 2011,0 1956,5 2295,1 2652,7 2459,0 2951,0 2924,0 Sumber: Departemen Pertanian, 2012 Jumlah permintaan kedelai pada tabel 1.2 tercatat sebanyak 79% - 88% setiap tahunnya digunakan sebagai bahan makanan seperti bahan baku tahu, tempe, tauco, kecambah, makanan ringan, susu kedelai dan makanan lainnya sedangkan sisanya digunakan sebagai bahan pakan ternak, bibit, diolah untuk non food dan tercecer. Berdasarkan laporan Departemen Pertanian, tingginya permintaan kedelai bersumber dari permintaan untuk bahan baku industri sedangkan untuk permintaan konsumsi kedelai segar masyarakat sendiri rendah. Perkembangan permintaan kedelai di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, tercatat tahun 2007 jumlahnya mencapai 2.011.000 ton dan tahun 2013 diprediksi mencapai 2.924.000 ton. Permintaan kedelai yang meningkat setiap tahunnya tidak diimbangi dengan produksi atau penawaran kedelai dalam negeri, hingga tahun 2013 telah terjadi ketimpangan antara permintaan dan penawaran. Departemen Pertanian (Deptan) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ketimpangan antara permintaan dan penawaran kedelai dalam negeri sebagai berikut.

3 Tabel 1.3 Permintaan, Penawaran dan Impor Kedelai Indonesia 2007-2013 Tahun Penawaran Permintaan ( Ribu Ton) Dalam Negeri Luar Negeri /Impor (Ton) (Ton) 2007 2.011,00 592,53 1.418,47 2008 1.956,00 775,71 1.180,29 2009 2.295,00 974,51 1.320,49 2010 2.652,00 907,03 1.744,97 2011 2.459,00 851,29 1.607,71 2012 2.951,00 843,15 2.107,85 2013 2.92,00 807,57 2.116,43 Sumber: Deptan, BPS 2013 Berdasarkan tabel 1.3 penawaran kedelai dalam negeri tidak dapat memenuhi permintaan kedelai di Indonesia, tercatat tahun 2013 penawaran hanya mampu menghasilkan sebanyak 807.000 ton sedangkan permintaan kedelai mencapai 2.924.000 ton, selisih antara permintaan dan penawaran mencapai 2.117.000 ton. Penawaran dalam negeri yang bersumber dari petani kedelai hanya mampu menyediakan kedelai kurang dari 50% untuk memenuhi kebutuhan permintaan kedelai dalam negeri. Untuk menutupi ketimpangan antara permintaan dan penawaran kedelai dalam negeri, pemerintah telah melakukan solusi dengan mengimpor kedelai dari beberapa negara seperti negara Amerika Serikat sebagai importir kedelai terbesar ke Indonesia dan beberapa negara lainnya. Impor kedelai dari berbagai negara jumlahnya mencapai 70% untuk memenuhi kebutuhan permintaan kedelai dalam negeri. Jumlah impor kedelai yang dilakukan oleh Indonesia dari tahun 2007 hingga 2013 mengalami fluktuasi dengan laju pertumbuhan impor kedelai ratarata sebesar 14,54%. Pada tahun 2013 dampak langsung yang dirasakan masyarakat akibat ketergantungan impor kedelai adalah pada bulan Agustus- September harga kedelai impor melambung tinggi dari bulan sebelumnya pada Juni 2013 harga kedelai impor per kg hanya sebesar Rp 9.502,- meningkat di

4 bulan Juli menjadi Rp 9.579,- harga kedelai terus mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 10.045,- di bulan Agustus dan Rp10.709,- per kg di bulan September. Bank Indonesia (BI) dan Departemen Pertanian (Deptan) mencatat salah satu penyebabnya adalah melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS hingga Rp 10.288,- dan Rp 11.500,- per US$ 1, faktor lain yang menjadi penyebabnya adalah produksi kedelai dari negara asal mengalami penurunan produksi yang diakibatkan karena adanya cuaca buruk. Pada bulan September 2013 para pengrajin tahu dan tempe seluruh Indonesia sebagai salah satu yang menerima dampak dari kenaikan harga impor kedelai serentak melakukan mogok kerja dengan tidak memproduksi tahu dan tempe selama tiga hari yaitu pada tanggal 9-11 September sebagai salah satu bentuk protes kepada pemerintah untuk menurunkan harga kedelai. Para pengrajin tahu tempe menerima dampak dari kenaikan harga kedelai impor merasa sangat dirugikan, karena bahan baku utama yaitu kedelai yang digunakan untuk memproduksi tahu tempe merupakan produk impor. Ketua umum gabungan koperasi produsen tempe tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifuddin (Tempo.com, 2013), mengatakan bahwa sebenarnya kualitas kedelai lokal tidak kalah dengan impor. Namun, kedelai lokal kurang dalam hal produksi dan penanganan pasca panen. Sementara alasan produsen tahu dan tempe memilih kedelai impor adalah karena ada beberapa kelebihan yang dimiliki kedelai impor di bandingkan dengan kedelai lokal. Salah satu pengrajin tahu, Warsito dari kelompok swadaya masyarakat KSM mandiri lestari tandang tembalang kota Semarang (Sindonews.com, 2013) mengatakan, sebenarnya secara kualitas tidak jauh berbeda dengan kedelai impor. Hanya saja, kedelai lokal kadar airnya masih cukup tinggi, sementara untuk kedelai impor sangat kering dan cukup bagus untuk bahan baku pembuatan tempe dan tahu. Bukan tidak mau menggunakan hasil bumi sendiri (lokal) tetapi memang dari lokal rata-rata dijual belum benar-benar kering, dan banyak juga yang kotor bercampur dengan tanah, ranting dan daun. Jika kedelai lokal bisa

5 benar-benar kering, bersih dan harganya relatif sama dengan kedelai impor, para perajin tempe tidak masalah menggunakan kedelai lokal. Hal tersebut menjadi salah satu permasalahan kedelai yang sampai saat ini terjadi dan mengindikasikan bahwa yang bermasalah adalah penawaran atau produksi kedelai lokal itu sendiri. Departemen Pertanian (Deptan) menjelaskan salah satu penyebab rendahnya produksi atau penawaran kedelai di Indonesia adalah dikarenakan penurunan penggunaan lahan yang dijadikan sebagai tempat produksi selama beberapa tahun terakhir, hal tersebut dapat terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat perkembangan penggunaan lahan pada produksi kedelai sebagai berikut. Tabel 1.4 Perkembangan Penggunaan Lahan Produksi Kedelai Indonesia Tahun Luas Lahan (Ha) Laju Pertumbuhan (%) 2007 459.116-2008 590.956 28,72 2009 722.791 22,31 2010 660.823-8,57 2011 622.254-5,84 2012 567.624-8,78 2013 550.797-2,96 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 (diolah) Penggunaan lahan pada produksi kedelai mengalami penurunan, tercatat dari tahun 2007-2013 perkembangannya mengalami fluktuasi. Penggunaan lahan sempat meningkat dari tahun 2007 seluas 459.116 ha hingga mencapai 722.791 ha di tahun 2009. Pada tahun 2010-2013 penggunaan lahan terus menggalami penurunan dengan laju pertumbuhan mencapai angka 2,96 % - 8,57%.

6 Sentra produksi kedelai di Indonesia tersebar di berbagai wilayah, pulau Jawa merupakan sentra produksi yang paling banyak menghasilkan kedelai dengan posisi penghasil terbanyak ada Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Tabel 1.5 Produksi Kedelai Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat Tahun Produksi (Ton) Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Barat 2007 123.209 252.027 17.438 2008 167.345 277.281 32.921 2009 175.156 355.260 60.257 2010 187.992 339.491 55.823 2011 112.273 366.999 56.166 2012 152.416 361.986 47.426 2013 99.318 329.461 51.172 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013 Daerah yang menjadi sentra utama kedelai seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur setiap tahunnya mengalami fluktuasi, sedangkan tahun 2012-2013 mengalami penurunan hal ini membawa dampak terhadap sumbangan jumlah produksi Nasional. Sedangkan Jawa Barat tahun 2012-2013 justru produksi mengalami peningkatan. Di Jawa Barat meskipun hanya mampu menghasikan kedelai pada posisi ketiga sentra produksi kedelai tersebar hampir di seluruh 18 Kota dan Kabupaten. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kedelai yang mampu dihasilkan per daerah di Jawa Barat adalah sebagai berikut. Tabel 1.6 Produksi Kedelai Jawa Barat Produksi Kedelai (Ton) Kabupaten/Kota Tahun 2011 Tahun 2012 (1) (2) (3) Bogor 56,00 139,00 Sukabumi 4.985,00 3.797,00

7 Cianjur 10.330,00 6.984,00 Bandung 74,00 81,00 Garut 15.298,00 21.610,00 Tasikmalaya 3.087,00 1.717,00 Ciamis 5.946,00 3.601,00 (1) (2) (3) Kuningan 851,00 635,00 Cirebon 1.230,00 315,00 Majalengka 1.978,00 2.317,00 Sumedang 5.435,00 3.802,00 Indramayu 3.046,00 803,00 Subang 320,00 445,00 Purwakarta 1.104,00 360,00 Karawang 844,00 67,00 Bekasi 9,00 0,00 Bandung Barat 1.044,00 672,00 Kota Bogor 0 0 Kota Sukabumi 0 0 Kota Bandung 0 0 Kota Cirebon 0 0 Kota Bekasi 0 0 Kota Depok 0 0 Kota Cimahi 0 0 Kota Tasik 307,00 2,00 Kota Banjar 218,00 70,00 Jumlah Produksi 56.162,00 47.417,00 Prediksi Jumlah Produksi 2013 51.172,00* Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat (BPS Jabar), 2013 Berdasarkan tabel 1.6 daerah yang menjadi sentra produksi di Jawa Barat diantaranya adalah di Kabupaten Garut, Cianjur, Sumedang, Sukabumi, Majalengka dan Indramayu sebagai penyumbang produksi terbesar. Produksi kedelai di Jawa Barat tahun 2011-2012 mengalami penurunan sebesar -15,71%, sedangkan prediksi untuk tahun 2013 jumlah produksi akan meningkat sebesar 1,67%. Kondisi penurunan produksi kedelai terjadi di Jawa Barat yang memberikan sumbangan terhadap kedelai Nasional.

8 Majalengka merupakan daerah sentra produksi urutan ke-5 sebagai penghasil kedelai terbanyak di Jawa Barat. Produksi kedelai di Majalengka tersebar diberbagai daerah, diantaranya di Kecamatan Jatiwangi, Majalengka dan Sumberjaya. Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka mencatat perkembangan produksi kedelai sebagai berikut. Tabel 1.7 Produksi Kedelai Majalengka Kecamatan Produksi Kedelai (Ton) Tahun 2012 (1) (2) Lemahsugih 71,00 Banturajeg 10,00 Malausma 3,00 Cikijing - Cingambul - Telaga 22,00 Banjaran - Argapura - Maja 57,00 Majalengka 265,00 Cigasong 73,00 Sukahaji 62,00 Sindang - Rajagaluh - Sindangwangi - Leuwimunding - Palasah 115,00 Jatiwangi 412 Dawuan 73 Kasokandel 165 Panyingkiran 26 Kadipaten 44 Kertajati 131 Jatitujuh 55 Ligung 132,00 Sumberjaya 197,00

9 Jumlah Produksi 2012 1.913,00 Jumlah Produksi 2011 1.877,00 Jumlah Produksi 2013 1.963,00* Sumber: BPS Majalengka, 2013 Perkembangan produksi kedelai di Kabupaten Majalengka tahun 2011-2012 justru mengalami peningkatan produksi sebesar 1,88% sedangkan pada tahun 2012-2013 meningkat sebesar 2,54% dengan daerah penyumbang produksi terbanyak berada di kecamatan Jatiwangi sebanyak 412 ton dan kecamatan Majalengka merupakan daerah tertinggi ke-2 dengan jumlah produksi mencapai 265 ton pada tahun 2012. Dalam kegiatan produksi pertanian di Kecamatan Majalengka terdapat kelompok usaha tani sebagai satu kesatuan antara para petani untuk bergerak pada usaha produksi pertanian tanaman pangan yang dipimpin oleh seorang ketua sebagai penggerak dan pengawas dalam kegiatan pertanian. Salah satu kumpulan kegiatan usaha tani di Kecamatan Majalengka berada di Kelurahan Sindang Kasih dengan nama kelompok tani penangkar benih palawija mekar tani putra. Kegiatan usaha tani di Dukuh Asem adalah memperoduksi tanaman pangan seperti kedelai, jagung dan padi. Kedelai merupakan salah satu produk yang mampu dihasilakan oleh kelompok usaha tani Dukuh Asem dengan kualitas yang baik. Perkembangan jumlah kedelai yang mampu dihasilkan oleh kelompok petani Dukuh Asem adalah sebagai berikut. Tabel 1.8 Perkembangan Produksi dan Penawaran Kedelai Petani Dukuh Asem 2012-2013 Tahun Rata-rata Jumlah Produksi Per Petani Rata-rata Jumlah Penawaran Per Petani 2012 351,67 kg 334,09 kg 2013 353,88 kg 336,19 kg Laju Pertumbuhan 0,63% 0,62%

10 Sumber: Hasil Penelitian (diolah) Perkembangan rata-rata produksi kedelai dari beberapa petani yang tergabung dalam usaha tani Dukuh Asem tahun 2012-2013 mengalami peningkatan produksi meskipun laju pertumbuhan setiap petani hanya mencapai sebesar 0,63% dengan hasil 351,67 kg dan 353,88 kg di tahun 2013. Begitu juga dengan penawaran yang mampu dihasilkan mengalami peningkatan sebesar 0,62%. Ketua usaha tani Dukuh Asem Bapak Asep Sena menjelaskan peningkatan produksi dikarenakan penggunaan bibit kedelai yang lebih baik dari tahun sebelumnya, pengaruh kondisi cuaca yang mendukung saat periode penanaman kedelai dan faktor lainnya. Penggunaan bibit yang lebih baik diperoleh dengan mengeluarkan biaya yang lebih besar dari tahun sebelumnya, oleh karena itu biaya pada tahun 2013 mengalami peningkatan. Sedangkan faktor lain yang menjadi perhatian adalah perkembangan harga kedelai yang terus meningkat yang mendorong pemerintah untuk menggerakan usaha tani kedelai agar dapat memproduksi lebih banyak, selain itu perkembangan harga menguntungkan bagi petani karena perolehan hasil dari kegaitan produksi kedelai mengalami peningkatan. Yang menjadi perhatian adalah dengan adanya kumpulan antar petani dan melakukan hubungan kerja sama antara petani dengan pihak lain dalam kegiatan produksi serta penawaran kedelai, menyebabkan adanya kesepakatan yang menyatakan kedelai hasil produksi dan penawaran dijual kepada pihak-pihak yang melakukan kerja sama. Istilah lainnya adalah produksi dan penawaran kedelai sudah dipesan. Berkaitan dengan harga jual, kedelai yang dihasilkan petani mengikuti harga yang telah ditentukan oleh kesepakatan, petani tidak dapat menjual sebagian atau seluruhnya hasil produksi dan penawaran kepada pihak lain (pasar) secara langsung. Antara petani dan pembeli tidak ada interaksi pasar secara langsung. Meskipun terjadi peningkatan produksi dan penawaran kedelai di kelompok usaha

11 tani Dukuh Asem, bagaimana harga jual, biaya produksi yang merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dapat mempengaruhi penawaran kedelai, serta bagaimana manfaat atau keuntungan lain yang diperoleh petani berkaitan dengan kerja sama atau kemitraan yang dilakukan dengan instransi pemerintah. Oleh karena itu penulis akan meneliti tentang analisis pengaruh harga jual dan biaya produksi terhadap penawaran kedelai pada kelompok usaha tani kedelai Dukuh Asem Kelurahan Sindang Kasih Kabupaten Majalengka, dengan judul penelitian adalah Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Kedelai (Studi Kasus pada Kelompok Usaha Tani Kedelai Dukuh Asem Kelurahan Sindang Kasih Kabupaten Majalengka). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini ruang lingkupnya dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut. 1. Bagaimana pengaruh harga jual terhadap penawaran kedelai pada kelompok usaha tani Dukuh Asem Kelurahan Sindang Kasih Kabupaten Majalengka? 2. Bagaimana pengaruh biaya produksi terhadap penawaran kedelai pada kelompok usaha tani Dukuh Asem Kelurahan Sindang Kasih Kabupaten Majalengka? 3. Bagaimana gambaran model kemitraan pada kelompok usaha tani Dukuh Asem Kelurahan Sindang Kasih Kabupaten Majalengka? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini ruang lingkupnya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh harga jual terhadap penawaran kedelai pada kelompok usaha tani Dukuh Asem Kelurahan Sindang Kasih Kabupaten Majalengka

12 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh biaya produksi terhadap penawaran kedelai pada kelompok usaha tani Dukuh Asem Kelurahan Sindang Kasih Kabupaten Majalengka. 3. Untuk mengetahui bagaimana gambaran model kemitraan pada kelompok usaha tani Dukuh Asem Kelurahan Sindang Kasih Kabupaten Majalengka. 1.4 Manfaat Penulisan Berdasarkan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihakpihak terkait, yang meliputi manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut: 1. Secara ilmiah penelitia ini dapat memberikan sumbangan terhadap teori atau pemikiran dan perkembangan ilmu ekonomi, khususnya tentang teori dan masalah penawaran. 2. Sebagai salah satu pembuktian terhadap fakta dan data sebagai aplikasi ilmu teori ekonomi, khusunya teori penawaran. 3. Dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian sejenis. 4. Sebagai sumber informasi dan referensi tambahan bagi kalangan mahasiswa, dosen dan masyarakat serta pemerintah terkait untuk masalah penawaran kedelai di salah satu daerah sentra produksi.