BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep komunitas merek menurut Schouten and McAlexander (2002), mendefinisikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan mobilitas mereka. Untuk pasar Indonesia, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan agar perusahaan dapat bertahan hidup. Menurut Schiffman dan

II. LANDASAN TEORI. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan untuk berkembang dan

Pengaruh Brand Community Terhadap Loyalitas Merek Pada Komunitas Yamaha Vixion Club Purworejo

BAB II DASAR TEORI. dari anggota komunitas untuk bergabung dalam komunitas tertentu seringkali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa brand performance dari brand

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan berusaha mensponsori dan mempromosikan suatu brand

Bab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam

Peran Brand Community dalam Pembentukan Minat Beli Ulang Konsumen

BAB III. METODE PENELITIAN. Dalam penulisan skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERAN IDENTITAS SOSIAL DAN SENSE OF DUTY TERHADAP NIAT BERPERILAKU PADA BRAND COMMUNITY TOYOTA LAND CRUISER INDONESIA CHAPTER YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

PENGARUH REFERENCE GROUP TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN. Nadira Artantie.

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era hypercompetition para pemasar harus mampu memberikan nilai lebih yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel dependen (Y) sedangkan variabel independen (X) adalah brand

KOMUNITAS SEBAGAI WUJUD LOYALITAS PELANGGAN TERHADAP MEREK

Kata kunci : Loyalitas merek, komunitas merek, adidas originals, 3 Foil Indonesia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menciptakan penjualan (Musfar dan vivi, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau value. (Pengertian Komunitas Menurut Para Ahli, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis di antara perusahaan-perusahaan semakin

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH KOMUNITAS MEREK TERHADAP LOYALITAS MEREK, MELALUI NILAI PELANGGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA YAMAHA VIXION CLUB

Studi Deksriptif Mengenai Identitas Sosial Anggota KBPPP Yang Bergabung ke Dalam Kelompok Geng Motor Brigez Di Sukabumi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Bab ini menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan penerimaan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan pasar yang semakin ketat secara tidak langsung akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dealer adalah suatu badan atau perorangan yang bertugas sebagai tangan

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Merek memberi nilai kepada pelanggan dan sekaligus kepada perusahaan.

KOMUNITAS MEREK SEBAGAI SARANA EFEKTIF WORD OF MOUTH YANG POSITIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Pemasaran sering disebut sebagai ujung tombak perusahaan dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan semakin berkembangnya jaman, maka seseorang dituntut untuk

Presented by : M Anang Firmansyah. Nilai Pelanggan. dari masyarakat tempat mereka tinggal namun dimodifikasi oleh

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini menjelaskan konsep e-crm, commitment, trust, perceived value,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peneliti memilih teori Identitas Sosial dari Henry Tajfel, karena menurut

BAB I PENDAHULUAN. dahsyat. Media sosial ataupun Jejaring sosial (social networking) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pada persaingan untuk meraih dominasi pasar. Persaingan yang terjadi saat ini

Alternatif strategistrategi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dealer adalah suatu badan atau perorangan yang bertugas sebagai tangan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian dunia masih mencerminkan resiko yang harus

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aset bisnis yang berharga bagi kelangsungan hidup perusahaan. Hal

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

OLEH : MERTHA ARITONANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan ini menjelaskan mengenai penelitian sebelumnya oleh

IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan yang mendukung penelitian ini. Berfokus pada pengaruh citra merek,

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN KOMUNITAS BUNDA CERMAT

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah merek yang sukses dapat dianggap sebagai aset yang paling berharga dalam

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen apa yang akan dimiliki oleh suatu entitas. (Patricia, 2007:5). Keahlian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit baru dan aneh sering muncul seiring dengan gaya hidup yang serba

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai landasan teori dalam penelitian yang akan dilakukan. 1. Rafael Bravo, Teresa Montaner and Jose M.

BAB I PENDAHULUAN. memposisikan produknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar. variabel yang mempengaruhi kepercayaan terhadap produk.

Kata kunci: green brand image, green perceived value, green trust, green brand equity

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan

BAB II LANDASAN TEORI. Pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk. beberapa definisi pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli pemasaran :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus UKDW

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Jayanti dkk. (2013) Green consumer behavior merupakan perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Kotler dan Armstrong (2019:253) produk adalah segala sesuatu yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan konsumen. Seperti yang diungkapkan oleh Boyld, dkk. (2000:4)

PENGARUH KETIDAKPUASAN KONSUMEN DAN VARIASI PRODUK TERHADAP MINAT BERPINDAH MEREK MINYAK KAYU PUTIH KONICARE

BAB I PENDAHULUAN. meluncurkan produk baru. Inovasi dan kreativitas sangat dibutuhkan agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di

Produksi Media PR Cetak. Modul ke: 05FIKOM. Brand Image. Fakultas. Program Studi HUMAS. Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom

II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Kotler (2005:4) pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pemasaran dalam Bahasa Inggris dikenal dengan nama marketing. Kata

PENGARUH BRAND COMMUNITY TERHADAP LOYALITAS MEREK SEPEDA MOTOR YAMAHA DAN HONDA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjabarkan pendahuluan penelitian. Pendahuluan berisi latar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kredibilitas Merek dan

Pengaruh Identifkasi Komunitas Merek, Psychological Sense Of Brand Community dan Komitmen Komunitas Merek Pada Komitmen Merek Abstrak Abstract

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata kunci: Brand Community, Social Media, Brand Trust

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan oleh konsumen. Perilaku konsumen didefinisikan sebagai studi

BAB V KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi pemasar untuk dapat mencapai kesuksesan perusahaan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Loyalitas Merek. Menurut (Griffin, 2005; dalam Mamang, 2014) menyatakan Loyalty is

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai dirinya. Hurlock mengungkapkan konsep-diri terdiri dari dua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain dan variabel dependen adalah tipe

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KEPERCAYAAN PADA MERK TERHADAP LOYALITAS MERK PRODUK MINUMAN ISOTONIK VITAZONE

BAB Latar Belakang

ABSTRACT. Keyword : Brand Community, Shared culture, Moral responsibility,ritual and tradition, Product, Brand, Firm, and Purchase decision.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan konseptual 2.1.1. Komunitas Merek (Brand Community) Konsep komunitas merek menurut Schouten and McAlexander (2002), mendefinisikan komunitas merek sebagai kelompok sosial yg berbeda yg dipilih secara pribadi berdasarkan pada persamaan komitmen terhadap kelas produk tertentu, merek dan aktivitas konsumsi. Konsep komunitas merek Menurut Muniz and O Guinn (2001), adalah bentuk komunitas yg terspesialisasi, memiliki ikatan yg tidak berbasis pada ikatan secara geografi namun lebih didasarkan pada seperangkat struktur hubungan sosial di antara penggemar merek tertentu. Muniz and O Guinn (2001), dalam jurnal yang berjudul Brand Community berpendapat bahwa ada 3 tanda tradisional dalam komunitas merek yaitu : 1. Adanya kesadaran merk yang sama (Consciousness of Kind) Elemen terpenting dari komunitas adalah kesadaran anggota atas suatu jenis produk tentu terlihat dalam komunitas. Setiap anggota saling berbagi dan merasa hubungannya dengan merek tersebut penting, namun lebih penting lagi, mereka merasa lebih kuat hubungannya antara sesama anggota. Ada beberapa kualitas penting, tidak mudah diungkapkan secara verbal, yang membedakan mereka dari 10

yang lain sehingga membuat mereka serupa satu sama lain, seperti merek memiliki cara menyapa khusus atau sebutan khusus antara anggota. Kesadaraan dari jenis ini yang ditemukan pada komunitas merek tidak terbatas pada suatu geografis. Anggota merasa menjadi bagian dari anggota besar, namun dengan mudah membayangkan. Komunitas merek tidak hanya diakui namun juga dirayakan. Dua elemen didalam indikator Consciousness of Kind yaitu : Legitimasi (Legitimacy) Proses dimana anggota komunitas membedakan antara anggota komunitas dengan yang bukan termasuk dalam komunitas. Dalam konteks ini merek dibuktikan atau ditunjukan oleh yang benar-benar mengetahui merek dibandingkan dengan alasan yang salah memakai merek. Alasan yang salah bisanya dinyatakan oleh kegagalan dalam menghargai budaya, sejarah, ritual, tradisi dan simbol-simbol komunitas. Siapapun yang setia kepada suatu merek bisa menjadi anggota komunitas, tanpa kepemilikan. Namun kesetiaan kepada merek harus tulus dan memiliki alasan yang tepat. Dalam membedakan antara anggota komunitas yang benar-benar memiliki kepercayaang merek dan mereka yang hanya kebetulan memiliki merek tersebut adalah kepeduliannya terhadap merek. Namun, legitimasi tidak selalu ada dalam suatu komunitas. 11

Oposisi Loyalitas Merek Proses sosial yang terlibat selain kesadaraan masyarakat atas suatu jenis produk. Melalui oposisi dalam kompetisi merek, anggota komunitas mendapatkan aspek pengalaman yang penting pada arti merek tersebut. Hal ini berfungsi untuk menggambarkan apa yang bukan merek dan siapa yang bukan anggota komunitas. 2. Ritual dan Tradisi Ritual dan tradisi nyata adanya dalam suatu komunitas serta mampu mengembangkan dan menyalurkan dalam komunitas. Beberapa diantaranya berkembang dan dimengerti oleh seluruh komunitas, sementara yang lain diterjemahkan dalam asal usul dan aplikasinya. Seluruh komunitas merek bertemu dalam suatu acara dimana dalam acara ini ada beberapa bentuk upacara atau tradisi dan bertujuan untuk mempertahankan tradisi budaya komunitas. Ritual dan tradisi yang dilakukan diantaranya : Merayakan Sejarah Merek Menanamkan sejarah dalam komunitas dan melestarikan budaya adalah penting. Adanya konsistensi yang jelas membuat sesuatu hal yang luar bisanya misalnya, adanya perayaan tanggal berdirinya suatu komunitas. Apresiasi dalam sejarah merek seringkali berbeda pada anggota yang benar-benar merek dibandingkan dengan yang hanya memiliki merek tersebut. Hal ini ditunjukan dengan suatu keahlian, status keanggotaan dan komitmen pada komunitas. 12

Berbagi Cerita Merek Cerita berdasarkan pengalaman memberikan arti khusus antara anggota komunitas, tentu akan menimbulkan hubungan kedekatan dan rasa solidaritas antara anggota yang bertujuan untuk mengukuhkan kesadaran baik antara anggota dan merek yang memberikan konstribusi pada komunitas. Dengan berabagi komentar dengan sesama anggota, maka salah satu anggota akan merasa lebih aman didalamnya dan pemahaman bahwa ada banyak anggota yang juga merasakan pengalaman yang sama. 3. Sense of Duty Memiliki sense of duty atau rasa kewajiban secara keseluruhan kepada setiap anggota komunitas. sense of duty atau rasa kewajiban adalah hasil kolektif yang dilakukan dan memberikan konstribusi pada rasa kebersamaan dalam kelompok. Hal ini nyata paling tidak ada dua hal elemen dalam indikator yaitu : Integrasi anggota baru dan mempertahankan anggota lama Dalam suatu komunitas tradisional memperhatikan pada kehidupan umum. Perilaku yang konsisten dianggap sebagai dasar tanggung jawab keanggotaan komunitas. Untuk memastikan kelangsungan hidup jangka panjang yang 13

diperlukan untuk mempertahankan anggota lama dan mengitegrasikan anggota baru. Komunitas formal dan informal mengetahui batas apa yang benar dan salah, yang tepat dan tidak tepat. Membantu dan penggunaan merek Sense of duty atau rasa kewajiban meliputi pencarian dan membantu anggota lain dalam penggunaan merek. Meskipun terbatas dalam cakupan, bantuam ini merupakan komponen penting dalam komunitas. Sebagian besar informan melaporkan telah membantu orang lain baik yang dikenal maupun tidak dikenal, hal ini adalah sesuatu yang anggota komunitas lakukan tanpa berfikir hanya bertindak dari rasa kewajiban. Salah satu cara ini merupakan perwujudan dari diri sendiri, bantuan itu sendiri melaluli tindakan untuk membantu sesama anggota komunitas memperbaiki produk atau memecahkan masalah, khususnya yang melibatkan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang penggunaan merek. 2.1.2. Identitas sosial (social identity) Menurut Heere et al (2011), identitas sosial adalah bagian dari individual self concept yang dikemudikan oleh pengetahuan mengenai keanggotaannya terhadap suatu kelompok sosial bersama dengan nilai dan emosi yang signifikan terikat pada keanggotaan tersebut. Teori ini menyatakan bahwa individu tidak hanya memiliki identitas personal tetapi juga identitas sosial yang meliputi klasifikasi kelompok yang 14

menonjol, sedangkan Identitas personal terdiri dari karakteristik spesifik seperti bakat dan minat. Komponen Identitas Sosial Ellemers et al (1999) dalam Goellner (2012) mengembangkan social identity theory kedalam tiga komponen yaitu Affective Social Identity (emotional component), Cognitive Social Identity (Cognitive Component), dan Evaluative Social Identity (Evaluative Component), yaitu: 1. Affective Social Identity Merupakan perasaan keterlibatan emosional terhadap kelompok, seperti affective commitment. Emotional component ini lebih menekankan pada seberapa besar perasaan emosional yang dimiliki individu terhadap kelompoknya (affective commitment). Komitmen afektif cenderung lebih kuat dalam kelompok yang dievaluasi secara positif karena kelompok lebih berkontribusi terhadap social identity yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa identitas individu sebagai anggota kelompok sangat penting dalam menunjukkan keterlibatan emosionalnya yang kuat terhadap kelompoknya walaupun kelompoknya diberikan karakteristik negatif (Ellemers et al, 1999). 2. Cognitive Social Identity Kesadaran kognitif akan keanggotaannya dalam kelompok, seperti self categorization. Individu mengkategorisasikan dirinya dengan kelompok tertentu 15

yang akan menentukan kecenderungan mereka untuk berperilaku sesuai dengan keanggotaan kelompoknya. (Ellemers et al, 1999). Komponen ini juga berhubungan dengan self stereotyping yang menghasilkan identitas pada diri individu dan anggota kelompok lain yang satu kelompok dengannya. 3. Evaluative Social Identity Merupakan nilai positif atau negatif yang dimiliki oleh individu terhadap keanggotaannya dalam kelompok, seperti group self esteem. Evaluative component ini menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki individu terhadap keanggotaan kelompoknya (Ellemers et al, 1999). 2.2. Penelitian Terdahulu Penelitian terhadap brand community ini merupakan replikasi dan modifikasi dari penelitian yang diterapkan oleh Goellner (2012) dengan penyesuaian dan penerapan untuk Brand Community Toyota Land Cruiser Indonesia (TLCI). Tabel 2.1 menampilkan penelitian terdahulu terkait komunitas merek : 16

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian Antecedent Metode Sampling Moderator & Mediator Brand Community Albert M. Muniz, Jr. Dan 1. Consciousness Of Kind In-depth interviews Offline dan Online - Thomas C. O guinn 2. Ritual dan Tradisi + (2001) 3. Sense of Duty etnography Building Brand Community. McAlexander,J.H. Schouten,J.W. Koenig,H.F.(2002) A social influence model of consumer participation in networkand small-group-based virtual communities Dholakia, U. M. Bagozzi, R. P. Pearo, L. K. (2004) Antecedents and purchase consequences of customer participation in small group brand communities Bagozzi, R. P., & Dholakia, U. M. (2006) Brand Community Duty : The Role Of Duty in Brand Cimmunity Katharina Goellner (2012) 1. Owner-product relationship 2. Owner-brand relationship 3. Owner-company relationship 4. Owner-owner relationship 1. Purposive value 2. Entertainment value 3. Self-discovery 4. Group norms 5. Social identity 1. Attitude 2. positive/negative anticipated emotion 3. social identity survey offline - survey online Moderator : Brand community size Mediator : Mutual agreement, social desire survey offline Moderator : - Mediator : social desire social identity survey offline Moderator : - Mediator : sense of duty, intention for community behaviour 17

2.3. Model Penelitian dan Pengembangan Hipotesis Model penelitian ini mengacu pada model penelitian yang dilakukan oleh Goellner (2012) H5 Niat Berperilaku terhadap Komunitas (X3) H2 Identitas Sosial (X1) H1 Sense of Duty (X2) H6 H3 H4 Niat Berperilaku terhadap Merek (X4) Gambar 2.1. Brand Community Model Sumber : Goellner (2012 : 41) Berdasarkan model penelitian pada gambar 2.1 maka dapat dirumuskan sebuah pengembangan hipotesis sebegai berikut: Muniz and O'Guinn (2001) berpendapat bahwa identitas sosial diprediksi memiliki pengaruh terhadap sense of duty pada brand community, maka dari itu 18

hipotesis pertama pada penelitian ini adalah Identitas Sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap sense of duty atau rasa kewajiban pada Brand Community. H1 : Identitas Sosial (X1) berpengaruh positif dan signifikan sense of duty pada brand community (X2). Muniz and O'Guinn (2001) berpendapat bahwa sense of duty atau rasa kewajiban akan menyebabkan adanya niat untuk berperilaku yang berhubungan dengan komunitas, sehingga hipotesis kedua adalah sense of duty atau rasa kewajiban berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berperilaku terhadap komunitas. H2 : Sense of duty (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berperilaku terhadap komunitas (X3). Demikian pula Muniz and O'Guinn (2001) juga berpendapat sense of duty atau rasa kewajiban diharapkan mengarah pada niat untuk berperilaku yang terkait dengan merek, sehingga hipotesis ketiga adalah sense of duty berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berperilaku terhadap merek. H3 : Sense of duty (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berperilaku terhadap merek terkait (X4) Ketika seseorang memiliki niat untuk berperilaku atau berbuat sesuatu terhadap komunitas maka diharapkan akan memiliki niat untuk berperilaku terhadap merek terkait karena niat berperilaku terjadi pada komunitas yang berdasarkan pada merek, 19

hipotesis ke empat adalah niat berperilaku terhadap komunitas akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berperilaku terhadap merek terkait. H4 : Niat berperilaku terhadap komunitas (X3) akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berperilaku terhadap merek terkait (X4) Bagozzi and Dholakia (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa Identitas sosial akan memiliki efek langsung terhadap niat berperilaku terhadap komunitas, namun tidak memiliki efek langsung terhadap merek, sehingga hipotesis kelima adalah Identitas sosial akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berperilaku terhadap komunitas. H5 : Identitas sosial (X1) akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berperilaku terhadap komunitas (X3) Bagozzi and Dholakia (2006) dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan tidak langsung antara identitas sosial dengan niat berperilaku terhadap komunitas, sehingga terdapat mediasi dalam hubungan tersebut yaitu sense of duty. H6 : Sense of duty (X2) akan memediasi dan berpengaruh positif dan signifikan dalam hubungan antara identitas sosial (X1) dan niat berperilaku terhadap komunitas (X3) 20

2.4. Konsep Pemasaran Brand community merupakan komunitas yang terbentuk atas ketertarikan individu terhadap merek sehingga individu yang tergabung didalamnya merupakan individu yang memiliki loyalitas yang tinggi terhadap merek. Sense of duty yang dimiliki oleh setiap anggota komunitas akan memberikan pengaruh positif terhadap niat berperilaku baik terhadap komunitasnya maupun terhadap merek atau produknya. Pemasar dapat memperkenalkan produk baru, atau produk yang berhubungan dengan merek terkait kepada anggota brand community, maka dengan Sense of duty yang dimiliki anggota brand community akan dengan senang hati menjadi pewarta kepada anggota lain maupun calon konsumen diluar komunitas untuk menggunakan merek atau produk tersebut. Hal ini dapat digunakan pemasar untuk meningkatkan penjualan dan mempertahankan konsumen tetap. 21