PEDOMAN PENGGUNAAN KERTAS UNTUK ARSIP BERNILAIGUNA TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Bagian Hukum dan Perundang-undangan Arsip Nasional Republik Indonesia

KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG STANDAR BOKS ARSIP ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001

KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG STANDAR BOKS ARSIP KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

SNI 7273:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas koran. Badan Standardisasi Nasional ICS

STANDAR FOLDER DAN GUIDE ARSIP

SNI 0123:2008. Standar Nasional Indonesia. Karton dupleks. Badan Standardisasi Nasional ICS

KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG STANDAR PENYIMPANAN FISIK ARSIP

Mulai. Pembersihan batang pisang. Pencacahan batang pisang. Penimbangan. pemasakan serat batang pisang. Penambahan NaOH 10%

KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 03 TAHUN 2000 TENTANG STANDAR MINIMAL GEDUNG DAN RUANG PENYIMPANAN ARSIP INAKTIF

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya Cilandak Timur, Jakarta 12560, telp , Fax. (021)

KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2000 TENTANG STANDAR MINIMAL GEDUNG DAN RUANG PENYIMPANAN ARSIP INAKTIF

Kertas dan karton - Cara uji daya serap air- Metode Cobb

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 13/IT3/PK/2012 Tentang KEBIJAKAN KEARSIPAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1971 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

SNI 0103:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas tisu toilet. Badan Standardisasi Nasional ICS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK BUPATI GRESIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

Standar Pelayanan Peminjaman Arsip di Lingkungan Sekretariat Negara STANDAR PELAYANAN PEMINJAMAN ARSIP DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT NEGARA

Tapioka T0 T2.5. rata-rata K rata-rata K5

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2000 TENTANG BADAN ARSIP PROPINSI JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR Emil Salim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

Arsip Nasional Republik Indonesia

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN STANDAR PELAYANAN PENGELOLAAN ARSIP DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

Pf NGARUW PROSES PELAQlSAN ( PIGMENT COATING )

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOGOR dan BUPATI BOGOR

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUSNAHAN ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP STATIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1971 TENTANG KETENTUAN POKOK KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hal.2. 1 Zulkifli Amsyah, Manajemen Kearsipan, Gramedia Pustaka, Jakarta, 2005,

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP STATIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP STATIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN UMUM UNTUK MENENTUKAN NILAI GUNA ARSIP

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

- 1 - LAMBANG NEGARA, LOGO, KOP, CAP, MAP, DAN SAMPUL NASKAH DINAS

Diklat Penyusutan Arsip

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ARSIP STATIS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN. NASKAH SOAL (Terbuka)

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 232, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Arsip Nasional Republik Indonesia

Spesifikasi Teknis dan Gambar Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilu/Pilkada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsip berasal dari bahasa Yunani Archivum yang artinya tempat untuk

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG KEARSIPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBUATAN DAN PENGUMUMAN DAFTAR PENCARIAN ARSIP (DPA)

LAMPIRAN 1 Alat dan Bahan yang Digunakan. 1. Beaker Glass 2. Blender. 3. Micrometer 4. Wadah

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG TATA KEARSIPAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

-3- b. Surat Kepala Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor : 94/S/II- MEMUTUSKAN :

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 128 TAHUN 2003 TENTANG

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

Arsip Nasional Republik Indonesia

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 35 TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016, No Kementerian sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh at

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

Kertas dan karton - Cara uji kilap Sudut 75 derajat (75 )

BAB III METODE PENELITIAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG

2016, No Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian sebagaimana telah tujuh kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden No

SNI Standar Nasional Indonesia. Semen portland putih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

Arsip Nasional Republik Indonesia

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 35 A TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

PENYUSUTAN ARSIP DI PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR

Transkripsi:

KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN KERTAS UNTUK ARSIP BERNILAIGUNA TINGGI ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN KERTAS UNTUK ARSIP BERNILAIGUNA TINGGI CETAKAN II (KEDUA), 2001 CETAKAN I (PERTAMA), 2000 ISBN : 979-8101-42-1 Hak Cipta pada Arsip Nasional RI dan dilindungi Undang-undang. Tidak diperkenankan memperbanyak penerbitan ini dalam bentuk apapun baik sebahagian atau seluruhnya tanpa ijin tertulis dari Arsip Nasional RI. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI KEPUTUSAN KEPALA A NRI NOMOR : 04 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN KERTAS UNTUK ARSIP BERNILAIGUNA TINGGI PENDAHULUAN

1. RUANG LINGKUP 2. TUJUAN 3. PENGERTIAN 4. SPESIFIKASI 5. PEDOMAN PENGGUNAAN KERTAS 6. CARA PENGAMBILAN CONTOH 7. CARA UJI PENUTUP KATA PENGANTAR Tujuan kearsipan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Nomor : 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan Pasal 3 adalah menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta menyediakan bahan pertanggung-jawaban nasional bagi kegiatan pemerintahan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam pasal 6 Undang-Undang di atas, pemerintah melakukan upaya mempertinggi mutu penyelenggaraan kearsipan nasional dengan menggiatkan usaha-usaha: penyelenggaraan kearsipan yang membimbing kearah kesempurnaan, pendidikan kader ahli kearsipan, penerangan/kontrole/pengawasan, perlengkapan perlengkapan teknis kearsipan serta penyelidikan-penyelidikan ilmiah di bidang kearsipan pada umumnya. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang kearsipan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mempunyai fungsi diantaranya adalah menyelenggarakan pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kearsipan. Di samping itu, dalam rangka penyelenggaraan pembinaan kearsipan, diperlukan suatu sistem dan sarana sehingga penyelenggaraan kearsipan khususnya penyelenggaraan kearsipan dinamis dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya. Salah satu alat pembinaan adalah standarstandar kearsipan, termasuk di dalamnya adalah Pedoman Penggunaan Kertas untuk Arsip Bernilaiguna Tinggi. Pedoman Penggunaan Kertas untuk Arsip Bernilaiguna Tinggi cetakan ke-ii yang telah mengalami sedikit perbaikan, diharapkan dapat dijadikan salah satu pedoman penyelenggaraan kearsipan sehingga lebih berkualitas dan lebih berguna bagi penyelenggaraan manajemen pada umumnya. Untuk itu, kami ucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Kepala dan seluruh jajaran pimpinan ANRI yang telah secara bijaksana memberi banyak dukungan, kepada seluruh pejabat dan pegawai ANRI yang tidak mungkin disebut satu persatu, khususnya seluruh staf Pusat Prasarana dan Sarana Kearsipan yang telah bekerja keras menyusun standar ini. Mengingat bahwa tuntutan manajemen dan perkembangan teknologi yang berkembang secara cepat dari waktu ke waktu, maka pedoman ini senantiasa perlu untuk dikoreksi dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang ada, sehingga semakin baik dan sempurna. Terima kasih.

KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN KERTAS UNTUK ARSIP BERNILAIGUNA TINGGI KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor : 7 Tahun 1971 Pasal 6 ayat d, dilakukan usaha-usaha pengkajian dan pengembangan peralatan teknis kearsipan; b. bahwa dalam rangka terciptanya Standarisasi di bidang Prasarana dan Sarana Kearsipan khususnya penggunaan mutu dan kualitas kertas, dipandang perlu mengeluarkan pedoman penggunaan kertas untuk arsip bernilaiguna tinggi. : 1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan (LN Tahun 1971 Nomor 32, TLN Nomor 2964); 2. Peraturan Pemerintah Nomor : 34 Tahun 1974 tentang Penyusutan Arsip; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: Nomor: 92 Tahun 1993 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Arsip Nasional Republik Indonesia; 4. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 71 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata Persuratan Dinas. M E M U T U S K A N Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN KERTAS UNTUK ARSIP BERNILAIGUNA TINGGI. Pasal 1 Pedoman Penggunaan Kertas Untuk Arsip Bernilaiguna Tinggi selanjutnya disebut Pedoman, sebagaimana terlampir dalam keputusan ini. Pasal 2 Pedoman ini, dijadikan sebagai acuan dan pedoman pokok dalam penyelenggaraan penciptaan untuk arsip bernilaiguna tinggi bagi Lembagalembaga Negara dan Badan-badan Pemerintah, baik Tingkat Pusat maupun Daerah.

Pasal 3 Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 27 Maret 2000 KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Dr. MUKHLIS PAENI PENDAHULUAN Undang-undang Nomor : 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan Pasal 3 menyatakan bahwa tujuan kearsipan adalah menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta menyediakan bahan pertanggung jawaban nasional bagi kegiatan pemerintahan. Sedangkan Pasal 6 ayat d mengamanatkan perlu usaha-usaha pengkajian dan pengembangan perlengkapan-perlengkapan teknis kearsipan, baik arsip konvensional maupun arsip media baru. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) sebagai Instansi yang bertanggungjawab dalam Pembinaan Kearsipan Nasional mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pembinaan kearsipan menuju kearah kesempurnaan serta melestarikan dan menyediakan arsip sebagai bahan pertanggung jawaban nasional dalam rangka kehidupan kebangsaan. Dalam rangka penyelamatan bahan bukti pertanggung jawaban nasional, maka informasi yang terekam dalam arsip dan tercipta secara sistematik mempunyai arti penting, bukan hanya bagi kelangsungan dan penyempurnaan sistem administrasi negara, tetapi juga sebagai bukti pertanggung jawaban organisasi (accountability). Oleh karena itu perlu ditetapkan mutu/kualitas kertas yang dipakai sehingga dapat menjamin keselamatan dan kelestariannya. 1. RUANG LINGKUP Pedoman Penggunaan Kertas untuk Arsip Bernilaiguna Tinggi meliputi : 1.1 Penggunaan kertas untuk arsip sebagai bahan pertanggungjawaban organisasi (akuntabilitas). Pertanggungjawaban organisasi selain yang menyangkut masalah keuangan, juga menyangkut eksistensi dan seluruh aspek pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi. Arsiparsip yang terkait dengan masalah akuntabilitas ini, misalnya: 1.1.1 Perencanaan keuangan atau rencana anggaran tahunan, surat tentang otorisasi, bukti-bukti pertanggungjawaban keuangan, neraca, laporan keuangan tahunan dan lain-lain.

1.1.2 Program kerja jangka pendek, menengah dan panjang; statistik tentang prestasi organisasi, press release, hasil-hasil penelitian, dan lain-lain. 1.2 Penggunaan kertas untuk arsip sebagai bahan/alat perlindungan hukum bagi organisasi, individu dan pemerintah. Arsip sebagai alat perlindungan hukum menyangkut seluruh arsip yang dapat menjadi bahan bukti di pengadilan, misalnya: 1.2.1 Arsip tentang peraturan-peraturan perundangan; arsip tentang organisasi dan tata kerja; surat perintah/tugas, notulen rapat pimpinan, dan lain-lain. 1.2.2 Arsip tentang pengaturan dan pembinaan pegawai; misalnya penetapan pegawai, hak-hak pegawai, daftar pegawai, dan lain-lain. 1.2.3 Arsip yang mengatur tentang hak dan kewajiban organisasi, individu, pemerintah, misalnya tentang pajak, kontrak/perjanjian/ kerjasama, dan lain-lain. 1.2.4 Arsip tentang bukti-bukti kepemilikan seperti : sertifikat, akta, identitas pribadi, obligasi, saham, dan lain-lain. 1.3 Penggunaan kertas untuk arsip tentang memori dan identitas organisasi. Arsip tentang memori dan identitas organisasi adalah arsip yang memuat tentang ciri khas dan informasi khusus tentang organisasi yang bersangkutan; misalnya: 1.3.1 Arsip tentang asal-usul berdirinya suatu organisasi. 1.3.2 Arsip tentang keputusan pembentukan, perubahan dan pengaturan organisasi dan proses pembuatan keputusan tersebut. 1.3.3 Arsip yang mewakili tentang program-program tetap dan proyek-proyek monumental; yang menggambarkan tugas dan fungsi organisasi. 1.4 Penggunaan kertas untuk arsip sebagai memori dan identitas bangsa. Arsip tentang memori dan identitas bangsa pada dasarnya merupakan perasan dari arsip yang tergambar pada uraian 1.1. sampai dengan 1.3., yang memiliki nilai guna sekunder, yaitu : nilai guna kebuktian dan informasional. 1.5 Penggunaan kertas untuk arsip yang unik Keunikan arsip selain karena informasi, juga karena bentuknya. 1.5.1 Informasi arsip yang disebut unik karena informasinya pada dasarnya bersifat satusatunya, tidak terdapat pada arsip yang lain. Misalnya arsip-arsip yang dihasilkan atas pelaksanaan dari suatu kegiatan oleh suatu unit dari setiap lembaga. 1.5.2 Bentuk arsip disebut unik karena bentuk informasi dan bentuk fisiknya. Bentuk informasi yang unik, misalnya: daftar buruh, daftar tahanan politik, statistik kependudukan, tabel-tabel, dan lain-lain. Bentuk informasi menyangkut struktur, bahasa, kelengkapan informasi, dan lain-lain. Bentuk fisik yang unik, misalnya : gambar konstruksi, peta, dan lain-lain.

Deskripsi tentang arsip bernilaiguna tinggi di atas dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan organisasi. Sebab arsip yang bernilaiguna tinggi bagi suatu organisasi tidak selalu bernilaiguna tinggi bagi organisasi lainnya. Hal ini disebabkan karena nilai guna arsip sangat dipengaruhi oleh fungsi arsip, konteks arsip dan keunikannya. Oleh karena sifatnya yang relatif tidak mutlak dan berubah-ubah, maka deskripsi tentang arsip bernilaiguna tinggi hanya dapat dilakukan secara global dan sebagai ketentuan yang bersifat umum. 2. TUJUAN Pedoman ini, bertujuan untuk memberikan panduan bagi Lembaga Negara dan Badan-badan Pemerintah, Badan Usaha dan Organisasi lainnya tentang penggunaan kertas dalam penciptaan arsip yang mengandung informasi dan nilai guna tinggi terutama untuk : 2.1 Mewujudkan keseragaman kualitas pemakaian dan penggunaan kertas yang bermutu baik, sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan. 2.2 Menghindari kerusakan phisik media informasi arsip baik yang disebabkan faktor teknis maupun alamiah. 2.3 Menjamin mutu kertas sebagai media informasi arsip khususnya yang berkategori penting dan vital yang layak disimpan dalam waktu yang cukup lama. 2.4 Menjamin pelestarian informasi sebagai bahan pertanggung jawaban nasional. 3. PENGERTIAN 3.1 Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan atau hal yang menjadi dasar/pegangan, petunjuk untuk menentukan atau melaksanakan kegiatan. 3.2 Arsip adalah : a) Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Lembaga-lembaga Negara dan Badanbadan Pemerintahan dalam bentuk corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan; b) Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-badan Swasta dan/atau perorangan dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan. (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan). 3.3 Arsip bernilaiguna tinggi adalah arsip yang berfungsi sebagai bahan bukti pertanggungjawaban, bahan/alat perlindungan hukum, memori dan identitas organisasi serta memiliki keunikan bentuk dan informasi. 3.4 Arsip vital adalah arsip yang esensinya untuk kelangsungan hidup suatu instansi/perusahaan dan tidak dapat diganti, karena terkait dengan alat/bahan sebagai bukti mengenai status hukum. 3.5 Kertas : 3.5.1 Kertas tulis A: merupakan istilah pengganti bagi jenis kertas HVS (Hout Vrij Schrijf Papier) yang lazim terdapat di pasaran Indonesia, adalah kertas yang khusus dibuat dari pulp kimia, dapat mengandung pulp mekanis maksimal 15 %, digunakan untuk keperluan tulis-menulis. 3.5.2 Kertas sekuritas adalah kertas tulis atau cetak yang dibuat secara khusus dari pulp kimia, awet, tahan lipat dan kedap air, mempunyai sifat tulis dan sifat cetak yang baik.

3.5.3 Kertas cetak A : merupakan istilah pengganti jenis kertas HVO (Hout Vrij Offset Papier) yang lazim terdapat dipasaran Indonesia adalah kertas yang khusus dibuat dari pulp kimia, dapat mengandung pulp mekanis maksimal 15% digunakan untuk keperluan cetak mencetak. 3.5.4 Kertas permanen adalah kertas yang memiliki ph (tingkat kelembaban acid dan alkalin) netral dinyatakan baik oleh Australian Standard AS 4003 Permanen Paper, kertas ini dapat digunakan sebagai kertas copy 80 gram dan juga dapat untuk kertas laser, photocopy dan faksimil. 3.5.6 Kertas berwarna : 3.6 Istilah Kimia : 3.5.6.1 Kertas ini mengandung tingkat tinggi acid, artinya harus hati-hati dalam penanganan-nya, terlebih untuk jangka waktu yang lama/ tahunan. Apabila kertas ini dalam file memburuk, nilai informasinya akan hilang, dan bermasalah di masa depan. 3.5.6.2 Warna kertas copy ini juga bermasalah di masa datang jika suatu keputusan dibuat dalam bentuk mikrofilm. Kertas warna dan tinta warna yang sering dibuat dalam copy mikrofilm akan sulit membacanya. 3.6.1 Derajat putih adalah perbandingan antara intensitas cahaya biru dengan panjang gelombang 457 nm, yang dipantulkan oleh permukaan kertas dan intensitas cahaya sejenis yang dipantulkan oleh permukaan lapisan magnesium oksida, diukur pada kondisi standar. 3.6.2 ph dari kertas adalah konsentrasi ion hidrogen dalam larutan ekstrak kertas tersebut diukur pada kondisi standar. 3.6.3 Penetrasi minyak (IGT) adalah besaran yang menyatakan sifat penyerapan kertas dan karton terhadap zat cair standar, dihitung berdasarkan kebalikan panjang hasil cetakan pada jalur uji, dinyatakan dalam satuan 1000/nm, diukur menggunakan alat uji cetak IGT pada kondisi standar. 3.6.4 Gramatur adalah massa lembaran kertas dalam gram dibagi dengan satuan luas kertas dalam meter persegi, diukur pada kondisi standard. 3.6.5 Opasitas adalah perbandingan antara faktor pantul pencahayaan (Ro o ) dengan faktor instrinsik (R~) diukur pada kondisi standard. 3.6.6 Cobb 60 adalah jumlah gram air yang diserap oleh satu meter persegi lembaran kertas dalam waktu 60 sekon diukur pada kondisi standard. 3.6.7.1 Tinta tulis standard dibuat dari campuran bahan kimia : - asam sulfat, g : 5.0 - ferro sulfat, Fe So 4, 7H 2O, g : 7.5 - asam tartat, g : 1.0 - natrium benzoat, g : 1.0 - zat warna biru, anilin blue, Indeks warna 4.275 g : 3.5 - air suling sehingga vol larutan menjadi : 1000 ml 3.6.8 Bulk adalah volume lintasan kertas dalam gram dibagi dengan satuan luas kertas dalam meter persegi diukur pada kondisi standard. 3.6.9 Kecepatan cabut (IGT) adalah besaran yang menyatakan kecepatan cetak maksimal yang dapat dipenuhi agar permukaan jalur uji tidak tercabut karena proses cetak, diukur dengan menggunakan alat uji cetak IGT pada kondisi standard. 3.6.10 Ketahanan cabut (IGT) adalah besaran yang menyatakan ketahanan kertas terhadap proses cetak dengan menggunakan alat uji cetak IGT, dihitung sebagai hasil kali viskositas tinta dan dinyatakan dalam meter poise per sekon pada kondisi

standard. 3.6.11 Ketahanan hapus adalah kemampuan kertas untuk dapat dihapus dengan penghapus, tanpa mempengaruhi sifat tulisnya. 4. SPESIFIKASI 4.1 Kertas Tulis NO URAIAN SATUAN PERSYARATAN 1. Komposisi Mengandung pulp mekanis maks. 15% 2. Kadar air % Maks 1 % 3. Gramatur g/m 2 45 s/d 100 (nilai numerik mengikuti ketentuan SNI 14-0439-89) 4. Derajat Putih % ISO a. Min 75, putih b. Tidak disyaratkan warna lain 5. Opasitas cetak % Min 76 6. Cobb 60 g/m 2 Max 30 7. ph. 7 8. Kelarutan dalam air % Max 0.3 9. Sifat tulis baik 10. Ketahanan hapus baik 4.2 Kertas Cetak NO URAIAN SATUAN PERSYARATAN 1. Komposisi Mengandung pulp mekanis maks. 15% 2. Kadar air % Maks 1 % 3. Gramatur g/m 2 60 s/d 100 (nilai numerik mengikuti ketentuan SNI 14-0439-89)

4. Derajat Putih % ISO a. Min 75, putih b. Tidak disyaratkan warna lain 5. Opasitas cetak % Min 80 6. Bulk cm 3 /g Maks 1,5 7. ph. 7 8. Penetrasi minyak (IGT) 1000/mm Max 30 9. Kecepatan Cabut (IGT) mm/s Min 715 10. Ketahanan Cabut (IGT) pm/s Min 300 5. PEDOMAN PENGGUNAAN KERTAS Pedoman penggunaan kertas didasarkan pada jenis arsip, bahan kertas, ukuran dan jenis kertas. 5.1 Kertas untuk arsip sebagai bahan pertanggungjawaban organisasi 5.1.1 Bahan kertas : dengan spesifikasi kertas tulis dan spesifikasi kertas cetak. 5.1.2 Ukuran kertas : - A 4 (210 x 297 mm) atau 8,27 x 11,69 inchi untuk surat ekstern. - C 5 (162 x 229 mm) atau 6,38 x 9,02 inchi untuk surat intern yang informasinya pendek. - C 4 (229 x 324 mm) atau 9,02 x 12,76 inchi untuk surat keputusan. 5.1.3 Jenis kertas : berwarna putih 60/70 gram. 5.2 Kertas untuk arsip sebagai alat bukti hukum. 5.2.1 Bahan kertas : dengan spesifikasi kertas tulis dan spesifikasi kertas cetak. 5.2.2 Ukuran kertas : C4 (229 x 324 mm) atau 9,02 x 12,76 inchi. 5.2.3 Jenis kertas : berwarna putih 70/80 gram. 5.3. Kertas untuk arsip sebagai memori dan identitas organisasi. 5.3.1 Bahan kertas : dengan spesifikasi kertas tulis dan spesifikasi kertas cetak. 5.3.2 Ukuran kertas : - A4 (210 x 297 mm) atau 8,27 x 11,69 inchi untuk surat ekstern. - C5 (162 x 229 mm) atau 6,38 x 9,02 inchi untuk surat intern yang informasinya pendek. - C4 (229 x 324 mm) atau 9,02 x 12,76 inchi untuk surat keputusan. 5.3.3 Jenis kertas : berwarna putih 70/80 gram

5.4 Kertas untuk arsip laporan 5.4.1 Bahan kertas : dengan spesifikasi kertas tulis dan spesifikasi kertas cetak 5.4.2 Ukuran kertas : A4 (210 x 297 mm) atau 8,27 x 11,69 inchi 5.4.3 Jenis kertas : berwarna putih 70/80 gram 5.5 Kertas untuk Arsip yang unik. 5.5.1 Bahan kertas : dengan spesifikasi kertas tulis dan spesifikasi kertas cetak 5.5.2 Ukuran kertas : - A4 (210 x 297 mm) atau 8,27 x 11,69 inchi untuk surat ekstern - C5 (162 x 229 mm) atau 6,38 x 9,02 inchi untuk surat intern yang informasinya pendek - C4 (229 x 324 mm) atau 9,02 x 12,76 inchi untuk surat keputusan 5.5.3 Jenis kertas : berwarna putih 70/80 gram 6. CARA PENGAMBILAN CONTOH 6.1 Pengambilan contoh dipersiapkan menurut SNI 14-1764-1990, CARA PENGAMBILAN CONTOH KERTAS DAN KARTON 6.2 Penyimpanan contoh kertas akan diuji dilakukan pada kondisi ruang pengujian sesuai dengan SNI 14-0402-1989, KONDISI RUANG PENGUJIAN UNTUK LEMBARAN PULP, KERTAS, KARTON. 7. CARA UJI 7.1. Komposisi Lembaran. Sesuai dengan SNI 14-0441-1989, CARA ANALISA SERAT,PULP,KERTAS< KARTON. 7.1. Gramatur. Sesuai dengan SNI 14-0439-1989, CARA UJI GRAMATUR KERTAS DAN KARTON. 7.3. Derajat Putih Sesuai dengan SNI 14-0438-1989, CARA UJI DERAJAT PUTIH, KERTAS KARTON. 7.4. Cobb 60. Sesuai dengan SNI 14-0499-1989, CARA UJI DAYA SERAP AIR PADA KERTAS, DAN KARTON (COBB 60 ) 7.5. ph Kertas. Sesuai dengan SNI 14-0497-1989, CARA UJI ph KERTAS. 7.6. Opasitas Cetak. Sesuai dengan SNI 14-0495-1989, CARA UJI OPASITAS KERTAS.

7.7. BULK. Sesuai dengan SNI 14-0435-1989, CARA UJI TEBAL KERTAS DAN KARTON. 7.8. Ketahanan Cabut dan Kecepatan Cabut (IGT). Sesuai dengan SNI 14-0587-1989, CARA UJI CABUT LEMBARAN KERTAS DAN KARTON. 7.9. Penestrasi Minyak (IGT). Sesuai dengan SNI 14-0584-1989, CARA UJI PENESTRASI MINYAK PADA KERTAS DAN KARTON METODE IGT. 7.10. Sifat Tulis. Buat garis silang pada permukaan contoh uji menggunakan pena tulis dengan tinta tulis standar. Sifat tulis tersebut baik bila lukisan garis silang tersebut tidak meluas. Penentuan sifat tulis kertas dilakukan secara visual. 7.11. Sifat Hapus. Buat garis silang pada permukaan contoh uji menggunakan pena tulis dengan tinta tulis standar. Lima menit kemudian tulisan tersebut dihapus dengan penghapus. Apabila pada bekas hapusan tidak timbul cacat yang berarti maka kertas mempunyai ketahanan hapus yang baik. PENUTUP Bahwa untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional sebagaimana dalam Undang-undang Nomor : 7 Tahun 1971, maka standarisasi Prasarana dan Sarana Kearsipan khususnya Pedoman Penggunaan Kertas untuk Arsip bernilaiguna Tinggi mutlak diperlukan dalam rangka penyelenggaraan administrasi oleh Lembaga-lembaga Negara dan Badan-badan Pemerintahan serta Swasta. Pedoman ini sebagai acuan dalam rangka penciptaan arsip-arsip bernilaiguna tinggi pada masing-masing Lembaga Negara, Badan-badan pemerintah, Badan-badan Usaha dan organisasi lainnya.