NOTE : PERHITUNGAN OTTV HANYA DIBERLAKUKAN UNTUK AREA SELUBUNG BANGUNAN DARI RUANG YANG DIKONDISIKAN (AC).

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN. = transmitansi termal fenestrasi (W/m 2.K) = beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam (diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG NILAI OTTV DI LABTEK IXC

SELUBUNG BANGUNAN VOL. 1. PANDUAN PENGGUNA BANGUNAN GEDUNG HIJAU JAKARTA Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 38/2012. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor

Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement.

Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT

BAB IV: KONSEP Pendekatan Konsep Bangunan Hemat Energi

ANALISA KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH DI SURABAYA

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III METODE PENELITIAN

Konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

Konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Evaluasi atap bangunan studi kasus terhadap nilai RTTV

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

Pengaruh Shading Devices terhadap Penerimaan Radiasi Matahari Langsung pada Fasad Gedung Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

SPSS FOR WINDOWS BASIC. By : Syafrizal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan

PENDEKATAN TEORITIS. Gambar 2 Sudut datang radiasi matahari pada permukaan horizontal (Lunde, 1980)

OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KONSERVASI ENERGI SELUBUNG BANGUNAN BERDASARKAN SNI STUDI KASUS: GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

Perhitungan Struktur Bab IV

Modul 5 Mengoperasikan Perangkat Lunak Lembar Sebar (Open Source) 1 KEGIATAN BELAJAR 2

Struktur Lipatan. Struktur Lipatan 1

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

Transfer Termal pada Selubung Bangunan SMPN 1 Plandaan Jombang

BABV} PEMBAHASAN. Dalam perencanaan dinding "soil nailing" dengan menggunakan program

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 1

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Matahari selain sebagai sumber cahaya pada bumi, matahari juga merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan bangunan semakin meningkat. Hal

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

ANALISIS STRUKTUR FRAME-SHEAR WALL

OPTIMALISASI KINERJA TERMAL SELUBUNG BANGUNAN PADA DESAIN KAMPUS BARU PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNLAM

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

Bab 2 Entri dan Modifikasi Sel

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR...

BAB IX LEMBAR KERJA DAN RANGKAIAN DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jl. Banyumas Wonosobo

HEAT INSULATION THERMAL COMFORT DESIGN CONSULTATION. Canisius College Sport Hall

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Modul 12 Open Office Calc

Entri dan Modifikasi Sel

Modul 6 Mengoperasikan Perangkat Lunak Lembar Sebar (Open Source) 1 KEGIATAN BELAJAR 2

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BELAJAR SPSS. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan cara menginstal terlebih dahulu software SPSS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki

BAB III DASAR TEORI PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN UNTUK FLOATING PRODUCTION UNIT (FPU)

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal

PENGARUH ELEMEN PENEDUH TERHADAP PENERIMAAN KALOR PADA RUMAH SUSUN DI KOTA MALANG

PERTEMUAN I PENGENALAN SHEET

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam buku karangan Ellsworth Huntington (1951) yang berjudul principles

BAB 4 PERANGKAT EDITING ELEMEN KONSTRUKSI

Analisis standar dan prosedur pengukuran intensitas cahaya pada gedung

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

(The Influence of Facade Design on Energy Efficiency)

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

PERANGKAT DESAIN, SELEKSI, DAN PERANGKAT BANTU GAMBAR

EFISIENSI ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG PERKANTORAN RAMAH LINGKUNGAN (GREEN OFFICE BUILDING)

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

BAB 4 PEMBAHASAN. memiliki tampilan input seperti pada gambar 4.1 berikut.

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

PERENCANAAN PLAT LANTAI PADA KEGIATAN PEMBANGUNAN GEDUNG ISLAMIC CENTER KOTA METRO

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 NARASI DAN ILUSTRASI HASIL RANCANGAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB I PENDAHULUAN Krisis Energi Kebutuhan energi di segala aspek kehidupan manusia saat ini semakin

DASAR DASAR PENGGUNAAN SAP2000

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

BAB III UJI LABORATORIUM. Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3

Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS?

Membuat Tabel. Tahapan membuat tabel menggunakan Microsoft Access 2007 : 1. Pilih menu create >> table. Microsoft Office Access Field.

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung

PENGARUH KOMPOSISI DAN MATERIAL SELUBUNG BANGUNAN TERHADAP EEFISIENSI ENERGI PENDINGINAN PADA PERKANTORAN BERTINGKAT MENENGAH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

Transkripsi:

Petunjuk Penggunaan Kalkulator OTTV (Spreadsheet) PETUNJUK UMUM : 1. SETIAP FORM HANYA DAPAT DIGUNAKAN UNTUK 1 (SATU) BANGUNAN. 2. FORM MEMILIKI FORMAT.XLSX, DIMANA FORMAT TERSEBUT HANYA DAPAT DIOPERASIONALKAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL (DIREKOMENDASIKAN UNTUK MENGGUNAKAN VERSI 2010 KEATAS) 1 Set Form terdiri dari 9 sheet excel. a. Sheet 1-8 : Detil perhitungan OTTV untuk setiap orientasi (8 Orientasi) Setiap sheet mewakili satu orientasi fasad sesuai dengan nama yang tertulis pada label sheet tersebut. Contohnya, sheet utara digunakan hanya untuk mendefinisikan fasad yang berorientasi ke arah utara. b. Sheet 9 : Summary Sheet ini berisikan kesimpulan dari perhitungan OTTV 8 orientasi selubung bangunan (sheet 1-8). Pada sheet inilah OTTV akan dinilai apakah memenuhi persyaratan atau tidak. (bukan OTTV dari disetiap orientasi) NOTE : PERHITUNGAN OTTV HANYA DIBERLAKUKAN UNTUK AREA SELUBUNG BANGUNAN DARI RUANG YANG DIKONDISIKAN (AC). PETUNJUK PENGISIAN : ISILAH KOLOM-KOLOM YANG TERSEDIA (HANYA WARNA PUTIH DAN ORANGE), BERDASARKAN PETUNJUK BERIKUT Untuk kolom dengan warna Putih, isilah secara spesifik (diketik) sesuai dengan spesifikasi desain bangunan (gunakan titik sebagai koma untuk menunjukan nilai dalam bentuk desimal) Untuk kolom dengan warna Orange, isilah dengan cara memilih salah satu pilihan yang disediakan melalui dropdown menu yang ada pada kolom tersebut. 1. ISI DATA PROYEK Isikan data proyek (hanya bisa diisi pada sheet Utara dan akan secara otomatis terisi pada sheet yang lain. 1 P a g e

2. SHEET 1-8. PERHITUNGAN OTTV UNTUK SETIAP ORIENTASI Data selubung bangunan (dinding dan jendela/kaca) harus dimasukkan untuk setiap orientasi yang berbeda. Pilihlah sheet orientasi yang paling dekat dengan orientasi (arah hadap) selubung bangunan yang akan dihitung. Setiap sheet mewakili satu orientasi selubung bangunan. a. Section 1. Identifikasi Spesifikasi Dinding Exterior i. Jumlah Tipe Konstruksi Dinding Pilih jumlah tipe kontruksi dinding yang digunakan (minimum 1, maximum 4) 2 P a g e

ii. Tabel 1 : Tipe Konstruksi Dinding Tipe Konstruksi Dinding Pilih tipe konstruksi dinding yang digunakan, pada kolom yang disediakan. Jumlah tipe konstruksi dinding tersebut harus sesuai dengan angka yang dipilih pada kolom jumlah tipe konstruksi dinding. Apabila ada dua tipe konstruksi dinding yang digunakan pada façade tersebut: concrete wall dan curtain glass wall dengan back panel, maka pilihlah 2. Apabila desain bangunan tidak menggunakan salah satu dari tipe konstruksi yang disediakan, maka pilihlah salah satu konstruksi dengan karakteristik yang paling mendekati. Misal untuk Glass Block, bisa digunakan brick wall, karena sifat thermal yang mirip. Finishing dinding tidak berpengaruh banyak pada OTTV, sehingga bisa diabaikan. b. Section 2. Identifikasi Spesifikasi Sistem Fenestrasi Exterior i. Tabel 2 : Tipe Konstruksi Sistem Fenestrasi Pada tabel ini, tipe konstruksi fenestrasi diidentifikasikan berdasarkan spesifikasi termal material kaca dan spesifikasi elemen peneduh luar. Nama Isilah dengan nama konstruksi sistem fenestrasi 3 P a g e

Contoh : Single Glass Clear 8mm SHGC Isilah dengan angka yang menunjukan nilai SHGC dari konstruksi bukaan yang digunakan Contoh : 0.8 U Value (W/m 2 -K) Isilah dengan angka yang menunjukan nilai U Value dari konstruksi bukaan yang digunakan Contoh : 5.8 Peneduh Luar Pilih salah satu dari 2(dua) pilihan yang tersedia ; yes atau no - Pilih Yes jika mengunakan elemen peneduh luar. - Pilih No jika tidak menggunakan elemen peneduh luar. Nama bisa dimasukkan sesuai dengan kode/spesifikasi dalam gambar kerja untuk mudah diingat. Apabila pada façade bangunan hanya menggunakan satu jenis kaca, maka cukup satu tipe konstruksi fenestrasi yang dimasukkan, meskipun memiliki luasan (ukuran) yang berbeda. Apabila pada satu façade bangunan menggunakan lebih dari satu tipe kaca, maka masing-masing tipe kaca dengan spesifikasi yang berbeda harus dimasukkan. Apabila pada satu façade bangunan menggunakan satu jenis/spesifkasi kaca, tetapi satu menggunakan peneduh dan satu tidak, maka masing-masing konstruksi sistem fenestrasi tersebut bersifat unik dan harus dimasukkan secara terpisah. Kode Spesifikasi Peneduh Luar Kolom ini diisi hanya jika tipe konstruksi bukaan menggunakan elemen peneduh luar. Pilih Kode Tipe Peneduh Luar berdasarkan input spesifikasi pada tabel 3 (untuk peneduh horisontal), tabel 4 (untuk peneduh vertikal), dan tabel 5 (untuk peneduh eggcrate). - SH menunjukan elemen peneduh horizontal - SV menunjukan elemen peneduh vertical 4 P a g e

- SE menunjukan elemen peneduh eggcrate (kombinasi) Contoh : SH1 mengacu pada tabel 3, peneduh horizontal nomor urut 1 (tipe SH1) Apabila elemen peneduh luar tidak digunakan, maka cukup kosongkan kolom ini. ii. Tabel 3 : Peneduh Horisontal Isilah tabel ini hanya apabila bangunan menggunakan elemen peneduh tipe horizontal Sebelum mengisi tabel ini, mohon perhatikan ilustrasi yang terdapat diantara tabel 5 dan 6. atau perhatikan ilustrasi berikut ini sebagai petunjuk pengisian spesifikasi elemen peneduh luar tipe horizontal, dimana - P menunjukan panjang elemen peneduh horisontal - H menunjukan jarak elemen peneduh horizontal terhadap batas bawah bukaan. Panjang (P1) Isilah dengan angka yang menunjukan panjang elemen peneduh horizontal (dalam meter) Contoh : 1.2 menunjukan panjang elemen peneduh 1.2 meter Tinggi (H) Isilah dengan angka yang menunjukan jarak elemen peneduh horizontal terhadap batas bawah bukaan (dalam meter) Contoh : 2.5 menunjukan tinggi elemen peneduh 2.5 meter dari batas bawah bukaan Kemiringan (Ø) Pilih nilai derajat kemiringan yang paling dekat dengan nilai derajat kemiringan elemen peneduh horizontal pada rancangan anda, yang mana sudut kemiringan tersebut diukur terhadap bidang yang tegak lurus dengan bidang bukaan Contoh : 0 menunjukan derajat kemiringan elemen peneduh 0 o terhadap bidang datar yang tegak lurus terhadap 5 P a g e

bukaan (peneduh horizontal dipasang tegak lurus terhadap dinding bangunan). iii. Tabel 4 : Peneduh Vertikal Isilah tabel ini hanya apabila bangunan menggunakan elemen peneduh tipe vertikal Sebelum mengisi tabel ini, mohon perhatikan ilustrasi yang terdapat diantara tabel 5 dan 6. atau perhatikan ilustrasi berikut ini sebagai petunjuk pengisian spesifikasi elemen peneduh luar tipe vertikal, dimana - P menunjukan panjang elemen peneduh vertikal - W menunjukan jarak antar elemen peneduh vertikal Panjang (P1) Isilah dengan angka yang menunjukan panjang elemen peneduh vertikal (dalam meter) Width (W) Isilah dengan angka yang menunjukan jarak antar elemen peneduh vertical (dalam meter) Kemiringan (Ø) Pilih nilai derajat kemiringan yang paling dekat dengan nilai derajat kemiringan elemen peneduh vertical desain, yang mana sudut kemiringan tersebut diukur terhadap bidang yang tegak lurus dengan bidang bukaan 6 P a g e

iv. Tabel 5 : Peneduh Eggcrate Isilah tabel ini hanya apabila bangunan menggunakan elemen peneduh tipe eggcrate Sebelum mengisi tabel ini, mohon perhatikan ilustrasi yang terdapat diantara tabel 5 dan 6. atau perhatikan ilustrasi berikut ini sebagai petunjuk pengisian spesifikasi elemen peneduh luar tipe eggcrate dimana - P1 menunjukan panjang elemen peneduh horisontal. - H menunjukan jarak elemen peneduh horizontal terhadap batas bawah bukaan atau jarak antar elemen peneduh horisontal - P2 menunjukan panjang elemen peneduh vertikal. - W menunjukan jarak antar elemen peneduh vertikal. Panjang (P1) Isilah dengan angka yang menunjukan panjang elemen peneduh horizontal (dalam meter) Tinggi (H) Isilah dengan angka yang menunjukan jarak elemen peneduh horizontal terhadap batas bawah bukaan atau jarak antar elemen peneduh horizontal (dalam meter) Panjang (P2) Isilah dengan angka yang menunjukan panjang elemen peneduh vertikal (dalam meter) Lebar (W) Isilah dengan angka yang menunjukan jarak antar elemen peneduh vertical (dalam meter) Kemiringan (Ø) 7 P a g e

Pilih nilai derajat kemiringan yang paling dekat dengan nilai derajat kemiringan elemen peneduh desain, yang mana sudut kemiringan tersebut diukur terhadap bidang yang tegak lurus dengan bidang bukaan Apabila nilai SC kaca (SCk) dan SC sistem peneduh (SCeff) sudah dimasukan, maka nilai SC total dari sistem fenestrasi tersebut akan dikalkulasi secara otomatis SC = SC k x SC eff) Dari kalkulasi ini dapat dipelajari keefektifan sistem fenestrasi yang dipilih. Dalam contoh dibawah, untuk façade yang menghadap utara penggunaan shading pada kaca clear hanya menurunkan SC sistem fenestrasi dari 0.93 ke 0.7 (semakin rendah nilai SC semakin baik). Sedangkan mengganti kaca clear dengan kaca reflective akan menurunkan SC dari 0.93 ke 0.46. c. Section 3. Identifikasi Fasad i. Tabel 6 : Identifikasi Fasad Pada tabel ini, setiap fasad diidentifikasikan berdasarkan tipe konstruksi dinding dan tipe konstruksi sistem fenestrasi, yang telah dispesifikasikan pada tabel 1 dan 2. Sehingga, fasad pada orientasi yang sama apabila memiliki karakteristik tipe konstuksi dinding dan tipe konstruksi sistem fenestrasi yang berbeda, maka akan dibedakan tipenya menjadi S1, S2, dst. Untuk fasad dengan kontruksi dinding dan kontruksi bukaan yang sama, terdapat (2) dua metode dalam pengisian tabel identifikasi fasad. METODE 1 : Pengelompokan dilakukan secara menyeluruh. Fasad dengan tipe kontruksi dinding dan kontruksi bukaan yang sama cukup dikelompokam menjadi 1 (satu) tipe fasad. Contoh: apabila bangunan terdiri dari 4 lantai, dengan 3 lantai tipikal dan 1 lantai dasar yang berbeda, akan tetapi memiliki karakteristik tipe konstruksi bukaan dan dinding yang sama, maka tipe fasad dapat dikelompokan menjadi 1 tipe fasad (S1) 8 P a g e

METODE 2 : Pengelompokan dilakukan untuk setiap lantai yang memiliki karakteristik desain (luas dan konfigurasi bukaan, panjang fasad, dan tinggi lantai) yang berbeda. Contoh: apabila bangunan terdiri dari 4 lantai, dengan 3 lantai tipikal (dengan karakteristik luas, konfigurasi bukaan, panjang fasad, dan tinggi lantai yang sama) dan 1 lantai dasar yang berbeda, maka tipe fasad dapat dikelompokan menjadi 2 tipe fasad (S1 = fasad lantai tipikal dan S2 = fasad lantai dasar). Menekankan kembali, bahwa identifikasi fasad di setiap sheet orientasi mencangkup keseluruhan fasad pada orientasi yang sama. Oleh karena itu, pengisiannya harus dilakukan secara seksama dan menyeluruh. Untuk setiap tipe fasad akan dispesifikasikan sebagai berikut, Tinggi (Jarak antar lantai) Isilah dengan angka yang menunjukan tinggi fasad pada tipe fasad yang sedang diidentifikasikan, (dalam meter). METODE 1, yang mana keseluruhan fasad digabungkan menjadi satu tipe fasad (hanya apabila karakteristik tipe konstruksi dinding dan tipe konstruksi bukaan sama), Pada kolom ini diisi dengan tinggi fasad secara keseluruhan. Contoh : 16.8 menunjukan tinggi fasad bangunan dari lantai dasar hingga atap (4 lantai x 4.2 meter), yang mana fasad ini memiliki konstruksi dinding dan bukaan yang sama. Lihat penjelasan gambar dibawah. METODE 2, kolom diisi berdasarkan jarak antar lain. Untuk tipe fasad yang mencangkup beberapa lantai (tipe fasad tipikal), maka cukup isikan dengan tinggi 1 (satu) lantai saja. Jumlah lantai yang dicangkup akan didefinisikan pada kolom total jumlah lantai. Contoh : 4.2 menunjukan jarak antar lantai tipikal 4.2 meter. Panjang Isilah dengan angka yang menunjukan panjang dari fasad yang sedang diidentifikasikan (dalam meter) baik untuk metode pengisian 1 maupun ke 2. Contoh : 40 menunjukan panjang fasad adalah 40 meter Tipe Konstruksi Dinding Pilih tipe konstruksi dinding yang digunakan pada tipe fasad yang sedang diidentifikaskan yang mengacu pada tabel 1, Identifikasi Spesifikasi Dinding Ekterior. Tipe Konstruksi Sistem Fenestrasi 9 P a g e

Pilih tipe konstruksi sistem fenestrasi yang digunakan pada tipe fasad yang sedang diidentifikaskan yang mengacu pada tabel 2, Identifikasi Spesifikasi Sistem Fenestrasi Exterior. Apabila tidak terdapat bukaan, maka cukup pilih none Area Bukaan Kolom ini diisi hanya apabila fasad memiliki bukaan. Isilah dengan angka yang menunjukan luas area bukaan pada fasad yang sedang diidentifikasikan (dalam meter persegi). Apabila menggunakan METODE 1, yang mana keseluruhan fasad digabungkan menjadi satu tipe fasad (dengan karakteristik tipe konstruksi dinding dan tipe konstruksi bukaan sama), Pada kolom ini diisi dengan area bukaan pada fasad secara keseluruhan. Contoh : 384 menunjukan keseluruhan luas area bukaan pada fasad sebesar 384 m 2 yang mana luas bukaan lantai tipikal (3 lantai x 88 m 2 ) dan lantai dasar sebesar 120 m 2. Apabila menggunakan METODE 2, kolom diisi dengan luas bukaan tiap lantainya. Untuk tipe fasad yang mencangkup beberapa lantai (tipe fasad tipikal), maka cukup isikan dengan luas bukaan pada 1 (satu) lantai saja. Jumlah lantai yang dicangkup akan didefinisikan pada kolom total jumlah lantai. Contoh : 88 menunjukan luas bukaan pada lantai tipikal sebesar 88 m 2, dan 120 m 2 untuk lantai dasar Total Jumlah Lantai Isilah dengan angka yang menunjukan total jumlah lantai yang dicangkup oleh tipe fasad yang sedang diidentifikasikan. Apabila menggunakan METODE 1, cukup isikan dengan angka 1, yang mana keseluruhan fasad digabungkan menjadi satu tipe fasad (dengan karakteristik tipe konstruksi dinding dan tipe konstruksi bukaan sama). Apabila menggunakan METODE 2, kolom diisi dengan jumlah lantai yang dicangkup oleh tipe fasad tersebut. Contoh : 3 menunjukan tipe fasad ini mewakili 3 lantai tipikal. Contoh : 1 menunjukan tipe fasad ini hanya mewakili 1 lantai. Gambar ilustrasi METODE 1. Digunakan untuk kasus façade dengan konstruksi dinding dan sistem fenestrasi yang identik untuk tiap lantai. 10 P a g e

Misal, bangunan 4 lantai dengan konstruksi dinding dan jendela yang identik. Floor to floor 4.2 m. Dinding bata, kaca clear tanpa shading. Gambar ilustrasi METODE 1. Digunakan untuk kasus façade dengan konstruksi dinding dan sistem fenestrasi yang berbeda. Misal, bangunan 4 lantai dasar dengan kaca clear dan lantai tipikal dengan kaca clear dan horizontal shading. Floor to floor 4.2m, panjang façade 40 m. Dinding bata. d. Summary Of Façade i. Tabel 7 : Konduksi melalui Dinding Pada tabel ini, perhitungan konduksi melalui dinding untuk setiap fasad dihitung secara otomatis. ii. Tabel 8 : Konduksi melalui Bukaan Pada tabel ini, perhitungan konduksi melalui bukaan untuk setiap tipe fasad dihitung secara otomatis iii. Tabel 9 : Radiasi melaui Bukaan Pada tabel ini, perhitungan radiasi melalui bukaan untuk setiap tipe fasad dihitung secara otomatis. 3. SHEET 9. SUMMARY a. Summary Perhitungan OTTV untuk seluruh orientasi Pada tabel ini, hasil OTTV untuk keseluruhan fasad dari bangunan dihitung secara otomatis berdasarkan input data di setiap sheet orientasi. 11 P a g e

Jika spesifikasi seluruh façade telah dimasukkan, hasil OTTV dari bangunan tersebut dapat dilihat di sheet SUMMARY, yang menunjukkan apakah design selubung bangunan yang ditetapkan telah memenuhi persyaratan. Jika tidak, maka perubahan design selubung bangunan perlu dilakukan untuk memperbaiki nilai OTTV (misal, mengganti spesifikasi kaca, mengurangi luasan jendela, menambah/memperbaiki design shading/peneduh. Dalam contoh gambar dibawah juga ditunjukkan façade mana yang memberika kontribusi terbesar. 12 P a g e

Petunjuk Penggunaan Kalkulator RTTV (Spreadsheet) PETUNJUK UMUM FORM MEMILIKI FORMAT.XLSX, DIMANA FORMAT TERSEBUT HANYA DAPAT DIOPERASIONALKAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL (DIREKOMENDASIKAN UNTUK MENGGUNAKAN VERSI 2010) 1 Set form terdiri dari 2 sheet excel. c. Sheet 1 : Perhitungan RTTV Sheet ini mewakili input detil spesifikasi dan detil perhitungan RTTV d. Sheet 2 : Summary Sheet ini berisikan kesimpulan akhir nilai RTTV (berdasarkan perhitungan di sheet 1) yang dihasilkan secara otomatis. NOTE : PERHITUNGAN RTTV HANYA DIBERLAKUKAN UNTUK AREA ATAP DARI RUANG YANG DIKONDISIKAN (AC). PETUNJUK PENGISIAN : ISILAH KOLOM-KOLOM YANG TERSEDIA (HANYA WARNA PUTIH DAN ORANGE), BERDASARKAN PETUNJUK BERIKUT Untuk kolom dengan warna Putih, isilah secara spesifik (diketik) sesuai dengan spesifikasi desain bangunan Untuk kolom dengan warna Orange, isilah dengan cara memilih salah satu pilihan yang disediakan melalui dropdown menu yang ada pada kolom tersebut. SHEET 1.PERHITUNGAN RTTV e. Section 1. Identifikasi Konstruksi Atap iii. Jumlah Tipe Konstruksi Atap Pilih jumlah tipe kontruksi atap yang digunakan (minimum 1, maximum 9) iv. Table 1 : Tipe Konstruksi Atap Construction Name 13 P a g e

Pilih tipe konstruksi atap yang digunakan, pada kolom yang disediakan. Jumlah tipe konstruksi atap tersebut harus sesuai dengan angka yang dipilih pada kolom jumlah tipe konstruksi atap Note : Apabila desain bangunan tidak menggunakan salah satu dari tipe konstruksi yang disediakan, maka pilihlah salah satu konstruksi dengan karakteristik yang paling mendekati Contoh : Metal sheet f. Section 2. Identifikasi Skylight v. Table 2 : Tipe Konstruksi Skylight Pada tabel ini, tipe konstruksi skylight diidentifikasikan berdasarkan spesifikasi termal material dan karakteristik bentuk skylight. Karakteristik Skylight Pilih salah satu dari tipe skylight (clear or translucent) dari dropdown menu U value skylight Pilih salah satu pilihan U value yang tersedia berdasarkan tipe skylight yang digunakan dari dropwdown menu yang telah disediakan. Diffuse Pilih salah satu dari 2(dua) pilihan yang tersedia ; yes atau no dari dropdown menu yang telah disediakan - Pilih Yes jika ada efek diffuse - Pilih No jika tidak ada efek diffuse Width to Height Ratio Pilih salah satu pilihan width to height ratio yang tersedia dari dropdown menu. g. Section 3. Identifikasi Atap ii. Table 3 :Identifikasi Atap Pada tabel ini, atap diidentifikasikan berdasarkan tipe konstruksi atap (bagian tidak tembus cahaya) dan tipe konstruksi skylight, yang telah dispesifikasikan 14 P a g e

pada tabel 1 dan 2. Sehingga, setiap bagian atap dengan karakteristik tipe konstuksi atap dan tipe konstruksi skylight yang berbeda, maka akan dibedakan tipenya menjadi S1, S2, dst. Area Atap Isilah dengan angka yang menunjukan luas area atap (dalam meter persegi) untuk setiap tipe atap. Tipe Konstruksi Atap Pilih tipe konstruksi atap yang digunakan pada tipe atap yang sedang diidentifikaskan yang mengacu pada tabel 1, Identifikasi Spesifikasi Konstruksi atap. Tipe Konstruksi Skylight Pilih tipe konstruksi skylight yang digunakan pada tipe atap yang sedang diidentifikaskan yang mengacu pada tabel 2, Identifikasi Spesifikasi Konstruksi Skylight Area Skylight Isilah dengan angka yang menunjukan luas skylight (dalam meter persegi) untuk setiap tipe atap. h. Summary iv. Table 7 : Konduksi melalui Atap tidak tembus cahaya Pada tabel ini, perhitungan konduksi melalui bagian atap tidak tembus cahaya untuk setiap fasad dihitung secara otomatis. v. Table 8 : Konduksi melalui Skylight Pada tabel ini, perhitungan konduksi melalui skylight untuk setiap tipe atap dihitung secara otomatis vi. Table 9 : Radiasi melalui Skylight Pada tabel ini, perhitungan radiasi melalui skylight untuk setiap tipe atap dihitung secara otomatis. SHEET 9. SUMMARY b. Summary Perhitungan RTTV Pada tabel ini, hasil RTTV untuk keseluruhan atap dari bangunan dihitung secara otomatis berdasarkan input data di sheet 1. 15 P a g e

16 P a g e

Shading Coefficient Table SNI 6389-2011 Lampiran ini digunakan untuk menghitung koefisien peneduh. Nilai koefisien peneduh ini (SC Eff) digunakan sebagai factor pengali nilai SC kaca (SC k) untuk mendapatkan nilai SC total sistem bukaan (jendela) tersebut. SC = SCk x SCeff SHGC = 0.86 x SC 17 P a g e

18 P a g e

19 P a g e

20 P a g e

21 P a g e

22 P a g e

23 P a g e

24 P a g e

25 P a g e

26 P a g e

27 P a g e

28 P a g e

29 P a g e

30 P a g e

31 P a g e

32 P a g e

33 P a g e

34 P a g e

35 P a g e

36 P a g e

37 P a g e