HUBUNGAN PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA INFEKSI MALARIA

dokumen-dokumen yang mirip
STATUS HEMATOLOGI PENDERITA MALARIA SEREBRAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius. yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB I P E N D A H U L U A N. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : ISSN KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Anemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini

EFEK EKSTRAK BIJI Momordica charantia L TERHADAP LEVEL GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE SERUM MENCIT SWISS YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei SKRIPSI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi perhatian masyarakat dunia termasuk didalamnya negara Indonesia. Di

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DEFINISI KASUS MALARIA

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

menunjukkan 19,7% diderita oleh perempuan dewasa perkotaan, 13,1% lakilaki dewasa, dan 9,8% anak-anak. Anemia pada perempuan masih banyak ditemukan

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS DI PUSKESMAS BUNTA KABUPATEN BANGGAI. Staf Dinas Kesehatan Kab. Banggai Propinsi Sulawesi Tengah 3

PERANAN TROMBOSIT DALAM PATOGENESIS MALARIA

JUMLAH LEKOSIT DENGAN KADAR MIKROALBUMIN URIN PENDERITA DIABETES MELITUS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

Medan Diduga Daerah Endemik Malaria. Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

Membandingkan Status Hematologis Pasien Malaria Falciparum dengan Vivax di RSUP M. Djamil Januari 2011 Maret 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB I PENDAHULUAN. penularan malaria masih ditemukan di 97 negara dan wilayah. Saat ini sekitar 3,3

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21

Pengaruh Pemberian Kalsium terhadap Pertumbuhan Plasmodium falciparum in Vitro

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

Hubungan Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan Kejadian Dengue Syok Sindrom (DSS) pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Penelitian...26

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic

BAB I PENDAHULUAN. malaria berat berbeda berdasarkan lokasi geografis dan umur penderita

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN JUMLAH TROMBOSIT DAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DENGUE

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM Volume 4 Nomor 1 Tahun 2015 HUBUNGAN PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA INFEKSI MALARIA

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

Transkripsi:

HUBUNGAN PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH TROMBOSIT DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA INFEKSI MALARIA Azhari Muslim Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Tanjungkarang e-mail: azharikoumouin@yahoo.com Abstrak: Hubungan Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit Dan Kadar Hemoglobin Pada Infeksi Malaria. Malaria adalah penyakit yang akut atau kronis yang disebabkan Plasmodium sp dengan sistom demam, sakit kepala serta menggigil dan disertai dengan anemia dan limfa yang membesar. Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan angka kesakitan akibat malaria sejak 4 tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Anemia pada malaria disebabkan gangguan pembentukan eritrosit di sumsum tulang dan penghancuran eritrosit. Anemia adalah kadar hemoglobin, jumlah eritrosit dan nilai hematokrit di bawah normal. Trombositopenia ditemukan pada malaria. Jenis penelitian adalah penelitian analitik yang bersifat observasional dan desain penelitian adalah belah lintang. Besar sampel adalah 50 responden. Variabel bebas penelitian ini adalah jumlah trombosit, variabel tergantung adalah kadar hemoglobin. Uji korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antara jumlah trombosit dengan kadar hemoglobin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara jumlah trombosit dan kadar hemoglobin terdapat korelasi dengan p=0,004. Koefisien korelasi yaitu r=0,396 berarti terdapat hubungan yang sedang/menengah antara jumlah trombosit dengan kadar hemoglobin. Simpulan penelitian ini adalah ada korelasi antara jumlah trombosit dengan kadar hemoglobin pada infeksi malaria. Kata Kunci : trombosit, hemoglobin, malaria Malaria adalah penyakit yang akut atau kronis yang disebabkan parasit Plasmodium sp dengan gejala demam, sakit kepala serta menggigil dan disertai dengan anemia dan limfa yang membesar (Depkes, 2008). Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa genus plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk anopheles betina, dan sudah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Ada 4 jenis plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria pada manusia yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium falciparum dan Plasmodium ovale. (Suh KN, et al, 2009). Malaria adalah penyakit infeksi parasit di dunia yang menjangkiti hampir 170 juta orang setiap tahunnya pada 103 negara. Angka kematian mencapai 1-1,5 juta penduduk per tahun, terutama daerah yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan. (Suh KN, et al 2009). Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, terutama pada penderita golongan miskin dan ditemukan pada daerah terpencil dan terisolir. Angka kesakitan malaria sejak 4 tahun terakhir menunjukkan peningkatan (Depkes, 2008). Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan mempengaruhi angka kesakitan bayi, anak balita dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja. Malaria secara epidemiologi merupakan penyakit menular yang local spesifik, pada sebagian daerah Provinsi Lampung merupakan daerah endemis yang mempunyai daerah yang berpotensi untuk berkembangnya penyakit malaria seperti daerahdaerah pedesaan yang mempunyai rawa-rawa, genangan air payau di tepi laut dan tambak-tambak ikan yang tidak terurus (Dinkes Provinsi Lampung, 2013). Gambaran insiden malaria di Provinsi Lampung sampai tahun 2013 menggunakan indikator API (Annual Paracite Incidens). Jika dilihat selama 7 tahun (2006-2013) terakhir angka AMI cenderung fluktuatif. AMI Provinsi Lampung tahun 2013 sebesar 2,42 per 1.000 penduduk, angka ini telah berada di bawah target sebesar 5,5 per 1.000 penduduk dan jika dibandingkan dengan angka nasional (<50 ) AMI di Provinsi Lampung masih relatif rendah. Sedangkan untuk Annual Paracite Insidence (API) per 1000 penduduk Provinsi Lampung tahun 2013 sebesar 0,22 per 1000 penduduk. Angka ini telah ada di bawah target yang ditetapkan yaitu kurang dari 1 per 1000 penduduk. Angka kesakitan Malaria baik klinis (AMI) maupun pemeriksaan sedian darah (API) di Kabupaten Kota pada tahun 2013 terlihat bahwa AMI tertinggi ada di Kabupaten Pesawaran dan Kota Bandar Lampung yaitu masing-masing 8,32 dan 8,21 dan API tertinggi ada di Kabupaten Pesawaran (Dinkes Provinsi Lampung, 2013). Anemia merupakan manifestasi klinis yang paling sering dijumpai dan berperan penting pada morbiditas dan mortalitas malaria. Anemia 64

Muslim, Hubungan Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit Dan Kadar Hemoglobin 65 didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit yang mengakibatkan kadar hemoglobin menurun sehingga jumlah oksigen yang dibawa tidak cukup di jaringan perifer. Anemia pada malaria disebabkan gangguan pembentukan eritrosit di sumsum tulang dan penghancuran eritrosit (Abdalla, et al, 2011). Malaria mempengaruhi hampir semua komponen darah dan trombositopenia merupakan salah satu kelainan hematologis yang ditemui dan mendapat perhatian di literature ilmiah (Lacerda MVG, et al, 2011). Tujuan penelitian ini adalah untuk mngetahui jumlah trombosit dan kadar hemoglobin pada infeksi malaria serta adanya hubungan antara jumlah trombosit dengan kadar hemoglobin pada infeksi malaria. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat observasional dengan desain penelitian belah lintang. (Sudigdo, et al, 2011) Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien terduga malaria dan memeriksakan diri di laboratorium Rumah Sakit Advent Bandar Lampung tahun 2014 dalam penelitian ini sebanyak 80 orang. Perhitungan perkiraan besar sampel untuk uji perbedaan angka kejadian malaria pada penelitian ini menggunakan dasar ketepatan relative (Sudigdo, et al, 2011): penderita malaria dengan komplikasi penyakit lain. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden. Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan jumlah trombosit dan kadar hemoglobin. Data diolah dan dianalisis untuk menguji hipotesis dengan menggunakan program komputer. Analisis univariat untuk melihat karakteristik subyek penelitian.. Dilakukan analisis bivariat dengan korelasi Spearman untuk melihat hubungan pemeriksaan hitung jumlah trombosit dan kadar hemoglobin.. Hasil penelitian bermakna jika didapatkan nilai p< 0,05 (Sutanto PH, 2007). HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Analisis Univariat Tabel 1 Karakteristik Responden Penelitian Variabel Rata-rata Standar Deviasi Minimal- Maksimal Usia 35.26 8.164 20-55 Jumlah Trombosit dalam 113.000 11224.172 9000-140000 Kadar Hemoglobin 8.96 1.641 7-14 2 n = 1,96 x 10 = 24 0,05 x 80 Keterangan: Simpang baku populasi standar, Zα = 1,96 Tingkat ketepatan relatif yang diperkenankan, e x = 5 % Simpangan baku, s = 10 Nilai rerata populasi standar, x 0 = 80 Besar sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 24, dengan perkiraan drop out sebesar 10% maka besar sampel yang dibutuhkan minimal adalah 27 responden. Kriteria inklusi penelitian adalah penderita jenis kelamin laki-laki yang ditemukan parasit Plasmodium sp dalam pemeriksaan sediaan hapus darah tepi sedangkan kriteria eksklusi adalah Berdasarkan tabel 1, responden penelitian pada usia termuda adalah 20 tahun dan usia tertua adalah 55 tahun dengan rata-rata 35,26 tahun, jumlah trombosit antara 90.000-140.000 darah dengan rata-rata 113.000 darah. Kadarhemoglobin antara 7-14 gr/dl dengan rata-rata 8,96 gr/dl. Analisis Bivariat Tabel 2 Hasil Analisis Bivariat Hubungan Hitung Jumlah Trombosit dan Kadar Hemoglobin Infeksi Malaria Jumlah Pearson Trombosit dalam Correlation Jumlah Trombosit dalam Kadar Hemoglobin 1 396

66 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 64-68 Kadar Hemoglobin Sig. (2-tailed).004 N 50 50 Pearson Correlation Sig. (2-tailed).396 1.004 N 50 50 Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa terdapat hubungan jumlah trombosit dengan kadar hemoglobin pada infeksi malaria ditandai dengan signifikan 2 ekor = 0,004. PEMBAHASAN Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa antara kadar hemoglobin dan jumlah trombosit terdapat korelasi dengan p=0,004 (p<0,05). Kekuatan hubungan koefisien korelasi yaitu: r=0,396 berarti terdapat hubungan sedang/menengah antara kadar hemoglobin dengan jumlah trombosit (Sutanto PH, 2007). Penyebab yang mendasari anemia malaria berat pada manusia dapat mencakup satu atau lebih dari beberapa mekanisme berikut: (1) penghilangan dan atau penghancuran sel darah merah yang terinfeksi, (2) penghilangan sel darah merah yang tidak terinfeksi, (3) penekanan erythropoiesis dan dyserythropoiesis. Setiap dari mekanisme ini telah terlibat dalam anemia malaria pada manusia. 1. Hilangnya sel darah merah yang terinfeksi Selama infeksi terjadi, ada kehilangan yang jelas dari eritrosit yang terinfeksi untuk pematangan parasit serta pada saat pengenalan makrofag. Oleh karena itu, penghilangan ini, dapat membuktikan lebih terkaitnya untuk onset anemia pada individu yang menderita infeski akut, khususnya anak-anak dimana parasitemia biasanya lebih besar dari 10% (Haldar, et al, 2009). 2. Kehilangan sel darah merah yang tidak terinfeksi Selama infeksi malaria pada manusia, banyak sel darah merah yang tidak terinfeksi hancur di limpa dan sangat mungkin di hati, dan kerusakan sel-sel darah merah ini telah diidentifikasi sebagai penyumbang utama anemia pada malaria. Model matematika dan observasi klinis menunjukkan bahwa sel darah merah yang tidak terinfeksi 10 kali lebih banyak akan dihapus dari sirkulasi untuk setiap eritrosit yang terinfeksi (Jakeman, 1999). Walaupun hanya sedikit pengukuran langsung sel darah merah yang bertahan yang telah dilakukan untuk infeksi pada manusia, pengurangan sebagian usia eritrosit normal dan meningkatnya penghilangan eritrosit karena panas telah dilakukan pada pasien malaria, dan konsisten dengan observasi ini (Haldar, et al 2009). Kegiatan dan jumlah makrofag juga meningkat selama infeksi malaria pada manusia, dan karena itu dapat menyebabkan peningkatan penghilangan sel yang tidak terinfeksi. Peningkatan penghilangan eritrosit yang tidak terinfeksi ini tidak hanya disebabkan aktivasi makrofag limpa tetapi juga untuk perubahan ekstrinsik dan intrinsik pada sel darah merah yang meningkatkan keberadaannya dan fagositosis (Haldar, et al 2009). Pertama, sel darah merah yang tidak terinfeksi mengalami penurunan deformabilitas yang menyebabkan peningkatan penghilangan sel darah merah dalam limpa. Mekanisme yang bertanggung jawab atas hilangnya deformabilitas ini belum sepenuhnya dipahami. Peningkatan oksidasi dalam membrane eritrosit terinfeksi telah terbukti pada anak-anak dengan malaria falciparum P berat, dan inflamasi yang sedang berlangsung yang terkait dengan malaria akut (proinflamasi cytokines), atau efek langsung produk parasit telah terbukti menyebabkan hilangnya pembentukan sel darah merah. Menariknya, penurunan deformabilitas sel darah merah yang parah juga merupakan prediktor yang kuat untuk kematian diukur pada awal masuk rumah sakit, baik pada orang dewasa maupun anakanak dengan malaria berat. Kedua, pengendapan immunoglobulin dan komplemen pada sel darah merah yang tidak terinfeksi dapat meningkatkan serapan dengan mediasi reseptor oleh makrofag (Haldar, et al, 2009). Produk parasit yang mungkin menjadi bagian dari imunoglobulin-antigen kompleks diendapkan pada sel darah merah yang tidak terinfeksi termasuk protein permukaan cincin P falciparum 2 (RSP-2). Protein ini, yang dieksprsesikan secara singkat setelah invasi merozoit sel darah merah, memediasi adhesi irbcs ke sel endotel. RSP-2 juga disimpan pada sel darah merah yang tidak terinfeksi dan opsonisasi dari bantalan RSP-2-sel darah merah yang tidak terinfeksi ini menyediakan mekanisme untuk menghilangkan sel darah merah yang tidak terinfeksi. Memang tingginya tingkat antibodi yang memfasilitasi fagositosis yang dimediasi pelengkap dari sel yang mengekspresikan RSP-2 ditemukan dalam serum kekebalan tubuh dari orang dewasa dan anak-anak dengan anemia berat. Antigen ini juga ada pada permukaan erythroblasts dalam sumsum tulang dari pasien yang terinfeksi P

Muslim, Hubungan Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit Dan Kadar Hemoglobin 67 falciparum, menunjukkan bahwa penghilangan atau kerusakan beredar atau mengembangkan sel erythroid melalui RSP-2 dan anti-rsp-2 dapat memberikan kontribusi untuk perkembangan anemia malaria berat (Hidajati S, 2005). 3. Penekanan erytropoiesis dan dyserytropoiesis Trombositopenia sering bersamaan dengan malaria falsiparum dan vivaks. Trombosit yang bekerja, berkurang dalam 3-4 hari pada malaria falsiparum berat. Trombositopenia derajat ringan sampai sedang terjadi pada malaria tidak berkomplikasi, sedang pada infeksi falsiparum berat, trombosit sangat rendah. Jumlah megakariosit yang terlihat abnormal besar jumlahnya meningkat dalam sumsum tulang. Mekanisme imun diduga terlibat dalam destruksi trombosit (Handin, 2008). Trombositopenia sering bersamaan dengan malaria falsiparum dan vivaks. Trombosit berkurang 3-4 hari pada malaria falsiparum berat. Trombositopeni derajat ringan sampai sedang terjadi pada malaria tidak berkomplikasi, sedang pada infeksi falsiparum berat, trombosit sangat rendah. Mekanisme imun terlibat dalam destruksi trombosit. Ini ditunjang oleh pengamatan bahwa kadar trombosit terikat IgG (Platelet-assosiated IgG). Platelet-assosiated IgG cenderung menimbulkan pembersihan cepat dari sirkulasi trombosit oleh Retikulo Endotelial System, maka menyebabkan trombositopeni (Harijanto PN, 2010). Anemia yang bersama dengan malaria sering berpotensi imunologik. Infeksi malaria juga menyebabkan hemolisis. Sebagai hasil hemolisis, hemoglobin dilepaskan dalam darah menyebabkan hemoglobinemi. Mekanisme imunologi malaria melibatkan imunitas seluler dan humoral yang kompleks. Invasi merozoit ke dalam eritrosit yang mengandung parasit (EP) mengalami perubahan struktur dan biomolekuler sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan DAFTAR PUSTAKA Abdalla SH, Geoffrey P. 2011. Malaria: A Haemotological Perspective. Imperial College Press. London. Depkes. 2008. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta. Dinkes Provinsi Lampung. 2013. Profil Kesehatan Haldar K. Mohandas N. 2009. Malaria, erythrocytic infection and anemia. American Society of Hematology. tersebut meliputi mekanisme transport membran sel, penurunan deformabilitas, sitoadherens dan sekuestrasi. Respon imun individu terhadap antigen parasit akan menstimulasi system RES, mengubah aliran darah local dan endothelium vascular, mengubah biokimia sistemik, menyebabkan anemia, hemoglobinemia, hipoksia jaringan dan organ, produksi sitokin dan nitric oksida (NO). Mekanisme imunologik juga terlibat dalam destruksi trombosit yang menyebabkan trombositopenia (Harijanto PN, 2011). Penelitian di Kenya pada anak balita memperlihatkan perbedaan kadar hemoglobin sebesar 1,1 g/dl lebih rendah pada anak dengan malaria dibandingkan control (Ladhani, et al, 2010). Penelitian Leowattana dkk di Bangkok memberikan hasil serupa. Penelitian ini menggunakan metode kasus kontrol terhadap 110 penderita malaria berat dan malaria tidak berat. Trombositopenia ditemukan pada 73,6% penderita malaria tanpa komplikasi, dan 90,9% pada kasus malaria berat. Kadar trombosit secara signifikan lebih rendah pada kasus malaria berat. Progresivitas penurunan trombosit sebanding dengan derajat parasitemia penderita. Penelitian di Kenya juga memberikan gambaran serupa (Leowattana, 2010). SIMPULAN Simpulan dari penelitian ini adalah: 1) Nilai rerata kadar hemoglobin pada penderita malaria adalah 8,96 gr/dl. 2) Nilai rerata jumlah trombosit adalah 113.000 serta 3) Ada korelasi antara kadar hemoglobin dengan jumlah trombosit pada penderita malaria. Handin R. Disorder of the platelet and vessel wall. Dalam: Kasper DL, Fanci AS, Longo DL., penyunting Harison s principles of internal medicine 2008. vol I. Edisi ke-18. New York: Mac Graw-Hill; p 673-4. Harijanto, PN, 2010. Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis & Penanganan. EGC. Jakarta. Harijanto, PN, 2011. Malaria: dari Molekuler ke Klinis. EGC. Jakarta. Hidajati S. 2005. Molecular and immunological aspects of anemia malaria. Folica Medica Indonesiana.

68 Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hlm 64-68 Lacerda MVG, et al. 2011. Thrombocytopenia in Malaria: Who Cares? Mem Inst Oswaldo Cruz. Spain. 106(1):52-5. Ladhani S, et al. 2010. Changes in White Blood and Platelets in Children With Malaria. JMMS, 2(4): 768-771. Leowattana W, et al. 2010. Changes in Platelet Count in Uncomplicated and Severe Falciparum Malaria. Southeast Asian J Trop Med Public Health 2010:41(5): 1035-41. Sudigdo, S et al. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Ed 4. Sagung Seto Jakarta. Suh KN, Klain KC, Keystone JS. 2009. Malaria. CMAJ. Sutanto PH. 2007. Analisis Data Kesehatan. FKM UI.