10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

dokumen-dokumen yang mirip
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

8 MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 18 TAHUN 2017

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

Lomba Penulisan Artikel HUT KORPRI Ke 43 Kabupaten Cilacap Mengangkat HARKAT, MINAPOLITAN Cilacap*

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3. METODOLOGI PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.18/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM MINAPOLITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

Kiat Kiat Jurus Jitu Pengembangan Minapolitan

KAWASAN LUMBUNG IKAN NASIONAL MALUKU AKAN DI KEMBANGAKAN

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

VI KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

X. ANALISIS KEBIJAKAN

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

Kawasan Cepat Tumbuh

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

Rencana Umum Penanaman Modal Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB 25 PEMBANGUNAN PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

Transkripsi:

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya diperlukan langkah strategis yang mampu mengatasi permasalahan yang begitu lama membelit sektor ini. Salah satu upaya mungkin dengan revolusi biru yang berarti melakukan perubahan yang signifikan dengan mengangkat konsep pembangunan berkelanjutan dengan program nasional minapolitan yang intensif. Konsep pembangunan ini sejalan dengan Arah Umum Pembangunan Nasional dan Arah Kebijakan Pembangunan Kewilayahan dan Pengembangan Kawasan sebagaimana tertuang di dalam Buku I RPJM Tahun 2010-2014. Dengan konsep minapolitan pembangunan sektor kelautan dan perikanan diharapkan dapat dipercepat. Kemudahan atau peluang yang biasanya ada di daerah perkotaan perlu dikembangkan di daerah-daerah pedesaan, seperti prasarana, sistem pelayanan umum, jaringan distribusi bahan baku dan hasil produksi di sentra-sentra produksi. Sebagai sentra produksi, daerah pedesaan diharapkan dapat berkembang sebagaimana daerah perkotaan dengan dukungan prasarana, energi, jaringan distribusi bahan baku dan hasil produksi, transportasi, pelayanan publik, akses permodalan, dan sumberdaya manusia yang memadai. Konseptual minapolitan mempunyai dua unsur utama yaitu, minapolitan sebagai konsep pembangunan sektor kelautan dan perikanan berbasis wilayah dan minapolitan sebagai kawasan ekonomi unggulan dengan komoditas utama produk kelautan dan perikanan. Secara ringkas minapolitan dapat didefinisikan sebagai konsep pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan berdasarkan prinsip integrasi, efisiensi dan kualitas serta akselerasi tinggi. Kawasan minapolitan adalah kawasan ekonomi berbasis kelautan dan perikanan yang terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan, jasa, permukiman, dan kegiatan lainnya yang saling terkait. Dalam rangka mempertahankan eksistensi dari budidaya rumput laut maupun budidaya laut lainnya diperlukan suatu manajemen pengembangan minapolitan yang baik seperti yang terlihat pada Gambar 26.

224 Konsep minapolitan didasarkan pada tiga azas yaitu demokratisasi ekonomi kelautan dan perikanan pro rakyat, pemberdayaan masyarakat dan keberpihakan dengan intervensi negara secara terbatas (limited state intervention), serta penguatan daerah dengan prinsip : daerah kuat bangsa dan negara kuat. Ketiga prinsip tersebut menjadi landasan perumusan kebijakan dan kegiatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan agar pemanfaatan sumberdayanya benar-benar untuk kesejahteraan rakyat dengan menempatkan daerah pada posisi sentral dalam pembangunan. Dengan konsep ini, diharapkan pembangunan sektor kelautan dan perikanan dapat dilaksanakan secara terintegrasi, efisien, berkualitas, dan berakselerasi tinggi. Pertama, prinsip integrasi diharapkan dapat mendorong agar pengalokasian sumberdaya pembangunan direncanakan dan dilaksanakan secara menyeluruh atau holistik dengan mempertimbangkan kepentingan dan dukungan stakeholders, baik instansi sektoral, pemerintahan di tingkat pusat dan daerah, kalangan dunia usaha maupun masyarakat. Kepentingan dan dukungan tersebut dibutuhkan agar program dan kegiatan percepatan peningkatan produksi didukung dengan sarana produksi, permodalan, teknologi, sumberdaya manusia, prasarana yang memadai, dan sistem manajemen yang baik. Kedua, dengan konsep minapolitan pembangunan infrastruktur dapat dilakukan secara efisien dan pemanfaatannya diharapkan akan lebih optimal, selain itu prinsip efisiensi diterapkan untuk mendorong agar sistem produksi dapat berjalan dengan biaya murah, seperti memperpendek mata rantai produksi, efisiensi, dan didukung keberadaan faktor-faktor produksi sesuai kebutuhan, sehingga menghasilkan produk-produk ekonomi kompetitif. Ketiga, pelaksanaan pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus berorientasi pada kualitas, baik sistem produksi secara keseluruhan, hasil produksi, teknologi maupun sumberdaya manusia. Dengan konsep minapolitan pembinaan kualitas sistem produksi dan produknya dapat dilakukan secara lebih intensif. Keempat, prinsip percepatan diperlukan untuk mendorong agar target produksi dapat dicapai dalam waktu cepat, melalui inovasi dan kebijakan terobosan. Prinsip percepatan juga diperlukan untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara kompetitor, melalui peningkatan market share produk-produk kelautan dan perikanan Indonesia tingkat dunia. Konsep minapolitan akan dilaksanakan melalui pengembangan kawasan minapolitan di daerah-daerah potensial unggulan.

225 Kawasan-kawasan minapolitan akan dikembangkan melalui pembinaan sentra-sentra produksi yang berbasis pada sumberdaya kelautan dan perikanan. Pada setiap kawasan minapolitan akan beroperasi beberapa sentra produksi berskala ekonomi relatif besar, baik tingkat produksinya maupun tenaga kerja yang terlibat dengan jenis komoditas unggulan tertentu. Agar kawasan minapolitan dapat berkembang sebagai kawasan ekonomi yang sehat, maka diperlukan keanekaragaman kegiatan ekonomi, yaitu kegiatan produksi dan perdagangan lainnya yang saling mendukung. Keanekaragaman kegiatan produksi dan usaha di kawasan minapolitan akan memberikan dampak positif (multiplier effect) bagi perkembangan perekonomian setempat dan akan berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan pendekatan kawasan dan sentra produksi, diharapkan pembinaan unit-unit produksi dan usaha dapat lebih fokus dan tepat sasaran. Walaupun demikian, pembinaan unit-unit produksi di luar kawasan harus tetap dilaksanakan sebagaimana yang selama ini dijalankan, namun dengan konsep minapolitan pembinaan unit-unit produksi di masa depan dapat diarahkan dengan menggunakan prinsip-prinsip integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi. Penggerak utama ekonomi di kawasan minapolitan Kabupaten Kupang dapat berupa sentra produksi dan perdagangan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan ikan, atau pun kombinasi kedua hal tersebut. Sentra produksi dan perdagangan rumput laut yang dapat dijadikan penggerak utama ekonomi di kawasan minapolitan adalah pelabuhan perikanan yang bertempat di Kelurahan Namosain. Penggerak utama minapolitan di bidang budidaya rumput laut adalah sentra produksi dan perdagangan di lahan-lahan budidaya produktif yaitu Kecamatan Semau, Kecamatan Kupang Barat dan Kecamatan Sulamu. Sentra produksi pengolahan dan perdagangan rumput laut yang berada di sekitar pelabuhan perikanan, juga dapat dijadikan penggerak utama ekonomi di kawasan minapolitan. Untuk dapat mengakomodasi kebutuhan pembangunan, pengembangan minapolitan berbasis budidaya rumput laut dapat dipadukan dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaan pengembangan minapolitan yang telah dilaksanakan secara bertahap dari tahun 2010 sampai dengan 2015.

226 10.2 Kebijakan Operasional Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa alternatif kebijakan dalam rangka pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang adalah pengembangan minapolitan berbasis budidaya rumput laut. Konsep keterpaduan dalam pengembangan kawasan ini harus didukung oleh keterpaduan lainnya baik dalam hal keterpaduan antar wilayah, keterpaduan antar sektor, keterpaduan antar stakeholder, dan keterpaduan antar disiplin ilmu. Keterpaduan antar wilayah dapat dilihat dari wilayah pengembangan bahwa tidak saja dilaksanakan pada satu wilayah atau kecamatan namun dilaksanakan pada tiga kecamatan yaitu Kecamatan Semau, Kecamatan Kupang Barat dan Kecamatan Sulamu. Keterpaduan antar sektor dapat dilihat dari banyaknya sektor yang terkait dan terlibat dalam pengembangan kawasan minapolitan ini dengan mengintegrasikan semua kepentingan sektor-sektor tersebut, sedangkan keterpaduan antar stakeholder dapat dilihat dari banyaknya stakeholder yang terlibat dalam pengembangan kawasan minapolitan (hasil analisis ISM untuk sub elemen kendala) ini baik pemerintah, masyarakat, perguruan tinggi, LSM, dan pihak swasta yang menjadi aktor dalam memajukan kawasan minapolitan ini. Keterpaduan disiplin ilmu menekankan bahwa untuk memajukan kawasan perlu melibatkan berbagai disiplin ilmu mengingat Kabupaten Kupang memiliki karakteristik wilayah dan sosial yang cukup beragam. Dalam rangka menjamin keterpaduan antar stakeholder maupun dalam kelembagaan dalam program pengembangan minapolitan, perlu dilakukan tahapan keterlibatan setiap lembaga yang mengacu pada hasil analisis ISM untuk sub elemen lembaga (Gambar 35). Dalam rangka mendukung keterpaduan pengembangan kawasan minapolitan di wilayah Kabupaten Kupang, maka beberapa rumusan arahan kebijakan yang perlu dikembangkan sebagai kebijakan operasional antara lain : 1. Menetapkan Kelurahan Sulamu, Desa Hansisi, dan Desa Tablolong sebagai sentra produksi budidaya rumput laut dan desa-desa lainnya sebagai hinterland. Hal ini terkait dengan wilayah perairan yang peruntukkannya untuk budidaya rumput laut (Gambar 6 sampai 8) dan menurut tingkat perkembangan desa tersebut lebih maju dibandingkan dengan desa/kelurahan lainnya. Penetapan wilayah ini juga berdasarkan hasil analisis prospektif untuk tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada sistem pengembangan minapolitan (Gambar 45).

227 2. Membangun sarana dan prasarana budidaya rumput laut (minabisnis) yang dibutuhkan (hasil analisis ISM untuk sub elemen kebutuhan) baik pada sentra produksi maupun pada daerah hinterland yang didukung oleh sarana dan prasarana umum yang memadai terutama sarana dan prasarana transportasi dan telekomunikasi di seluruh desa di kawasan minapolitan (Gambar 33). Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas usaha budidaya, memudahkan akses antar wilayah dalam pengadaan sarana produksi rumput laut, dan pemasaran hasil budidaya. 3. Menggerakkan diversifikasi komoditas rumput laut dalam industri olahan rumah tangga pembudidaya untuk menggerakkan perekonomian masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar menjaga kontinuitas pasar dan memberikan nilai tambah yang tinggi kepada pembudidaya (petani rumput laut). Diversifikasi komoditas rumput laut dapat dilakukan dengan mengintroduksi komoditas rumput laut menjadi berbagai macam olahan makanan selain dodol dan pilus, terutama yang diminta oleh pasar. 4. Meningkatkan produksi rumput laut di kawasan minapolitan melalui ekstensifikasi sampai pada batas maksimal ketersediaan lahan budidaya rumput laut. Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan seperti kantung karbon rumput laut dan mesin pengering dapat diterapkan agar mencapai produksi rumput laut yang maksimal (hasil analisis dimensi keberlanjutan teknologi). Selanjutnya berdasarkan hasil simulasi model dinamik (Tabel 37 sampai 39) dengan laju pertumbuhan lahan budidaya 10% setiap tahun, lahan budidaya eksisting (tahun 2007) adalah 1,21 km 2 maka lahan budidaya yang terpakai sampai pada tahun 2037 baru mencapai 3,41 km 2 dari 5,94 km 2 total lahan budidaya yang tersedia di Kecamatan Semau. Total lahan budidaya yang tersedia di Kecamatan Kupang Barat sebesar 22,29 km 2, lahan budidaya eksisting 3,23 km 2 akan meningkat menjadi 9,10 km 2 pada tahun 2037, sedangkan untuk Kecamatan Sulamu, total lahan budidaya yang tersedia sebesar 3,20 km 2 dengan lahan budidaya eksisting 0,10 km 2 akan meningkat menjadi 0,29 km 2 pada tahun 2037. Dengan demikian peluang kegiatan ekstensifikasi masih besar. 5. Meningkatkan kapasitas pembudidaya dengan memberikan pendidikan baik pendidikan formal maupun informal seperti pelatihan-pelatihan, lokakarya, dan kursus (Gambar 45). Hal ini penting dilakukan mengingat pembudidaya sebagai penggerak utama kawasan minapolitan diharapkan mampu

228 berprakarsa secara mandiri dan kreatif untuk mencari langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kegiatan budidaya termasuk dalam pengolahan hasil budidaya dan pemasarannya. 6. Menumbuhkembangkan kelembagaan ekonomi masyarakat pembudidaya baik pada on farm maupun off farm yang tumbuh dari, oleh, dan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri dan bukan kelembagaan yang dibentuk untuk kepentingan instansi pembina tetapi membutuhkan pembinaan dari instansi/lembaga yang terkait karena pada umumnya pembudidaya berusaha sendiri-sendiri dengan ketrampilan dan modal seadanya. Langkah yang dapat dilakukan adalah memberi dorongan dan bimbingan agar mereka mampu bekerjasama di bidang ekonomi secara berkelompok, selanjutnya membentuk gabungan kelompok atau asosiasi. Apabila kelompok ini sudah berjalan dengan baik dan lancar, bimbingan selanjutnya diarahkan agar mereka mampu menjadi salah satu lembaga ekonomi formal. 7. Meningkatkan koordinasi dan menjalin kemitraan yang baik pada semua stakeholder yang terkait. Dalam hal ini koordinasi dan kemitraan antara pemerintah, masyarakat (pembudidaya) dan dunia usaha menjadi sangat penting dalam pengembangan kawasan minapolitan sesuai dengan kewenangan masing-masing. Peran pemerintah diharapkan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana publik yang strategis dan kegiatan-kegiatan riset budidaya. Peran dunia usaha seperti lembaga swasta dan perbankan adalah dalam hal penyediaan input budidaya dan dalam pengolahan hasil budidaya, sedangkan masyarakat sebagai pelaku utama memberikan kontribusi dalam pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah disiapkan oleh pemerintah dna dunia usaha untuk meningkatkan pendapatannya. 8. Meningkatkan status keberlanjutan Kabupaten Kupang untuk pengembangan kawasan minapolitan ke depan baik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perbaikan-perbaikan secara menyeluruh dan terpadu terhadap atribut-atribut yang sensitif berpengaruh terhadap peningkatan status kawasan. Berdasarkan hasil MDS (Gambar 38) dan analisis prospektif (Gambar 45), terdapat 18 atribut (Tabel 35) yang perlu ditangani dengan baik untuk meningkatkan status keberlanjutan mencapai 80%. Namun demikian agar status keberlanjutan kawasan ke depan dapat lebih meningkat, maka perbaikan terhadap atribut tidak sensitif juga perlu dilakukan.

11 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Potensi, daya dukung, tingkat perkembangan, persepsi, dan status keberlanjutan Kabupaten Kupang dalam pengembangan minapolitan berbasis budidaya laut sebagai berikut : a. Berdasarkan hasil analisis potensi keruangan (spasial) dengan menggunakan SIG untuk tiga kecamatan di Kabupaten Kupang, didapatkan luas kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut sebesar 31,43 km 2 dengan daya dukung lahan untuk budidaya rumput laut pada kategori sangat sesuai dapat memanfaatkan 10.473 unit longline seluas 3000 m 2. Peluang usaha rumput laut mempunyai prospek ekonomi dan finansial yang baik dan layak untuk dikembangkan di Kabupaten Kupang. b. Tingkat perkembangan wilayah termasuk dalam strata pra kawasan minapolitan II. Dilihat dari kelengkapan fasilitas yang dimiliki setiap desa, terdapat 6 desa dengan tingkat perkembangan lebih maju, 7 desa dengan tingkat perkembangan sedang, dan 11 desa dengan tingkat perkembangan tertinggal. c. Masyarakat wilayah Kabupaten Kupang setuju bila daerahnya dikembangkan kawasan minapolitan berbasis budidaya laut. Jenis budidaya laut yang dikembangkan adalah minapolitan rumput laut dengan tujuan untuk peningkatan pendapatan masyarakat. Faktor yang perlu diperhatikan adalah sumberdaya manusia dan aktor yang berperan adalah nelayan/pembudidaya. Prioritas lokasi industri pengolahan budidaya laut adalah Desa Tablolong dan lokasi pasar produk budidaya laut bertempat di Kota Kupang sebagai sentra pasar pusat. d. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang adalah tanggung jawab pemerintah terhadap potensi budidaya laut. Untuk mengatasinya dibutuhkan penyediaan infrastruktur, dan sarana dan prasarana produksi budidaya laut yang memadai. Dalam hal ini peran masyarakat nelayan dan industri pengolahan hasil budidaya laut sangat diperlukan untuk menjamin kesuksesan pengembangan minapolitan di Kabupaten Kupang.

230 e. Berdasarkan kondisi eksisting di lokasi penelitian berbasis budidaya laut di Kabupaten Kupang, dimensi ekologi dan sosial-budaya berkelanjutan, dimensi infrastruktur dan teknologi serta dimensi hukum dan kelembagaan kurang berkelanjutan, sedangkan dimensi ekonomi cukup berkelanjutan. Secara multidimensi wilayah budidaya laut di Kabupaten Kupang cukup berkelanjutan dengan 18 atribut yang sensitif berpengaruh dalam meningkatkan indeks keberlanjutan. Atribut-atribut tersebut terbagi atas 3 atribut pada dimensi ekologi, 5 atribut pada dimensi ekonomi, 3 atribut pada dimensi sosial dan budaya, 4 atribut pada dimensi infrastruktur dan teknologi, dan 3 atribut pada dimensi hukum dan kelembagaan. Untuk meningkatkan status keberlanjutan ke depan (jangka panjang), skenario yang perlu dilakukan untuk meningkatkan status pengembangan kawasan minapolitan berbasis budidaya laut di Kabupaten Kupang adalah skenario progesif-optimistik dengan melakukan perbaikan secara menyeluruh terhadap semua atribut yang sensitif, minimal 5 atribut faktor kunci yang dihasilkan dalam analisis prospektif, sehingga semua dimensi menjadi berkelanjutan untuk pengembangan kawasan minapolitan berbasis budidaya laut di Kabupaten Kupang. 2. Model pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang dibangun dari tiga sub model berdasarkan hasil analisis sistem dinamik. Ketiga sub model tersebut meliputi sub model lahan, sub model budidaya laut, dan sub model industri pengolahan dan pemasaran produk. Hasil simulasi setiap komponen menunjukkan kecenderungan membentuk kurva pertumbuhan positif (positive growth) naik mengikuti kurva eksponensial. Namun pada komponen pertambahan penduduk dan peningkatan lahan permukiman selalu diimbangi oleh laju pengurangan jumlah penduduk akibat kematian dan migrasi keluar sehingga dalam model ini terjadi hubungan timbal balik positif (positive feedback) melalui proses reinforcing dan timbal balik negatif (negative feedback) melalui proses balancing. Adapun komponen lahan budidaya yang telah ditentukan kesesuaian dan daya dukung lahan berdasarkan parameter untuk budidaya rumput laut sehingga pertambahan luas lahan budidaya rumput laut pada suatu saat akan sampai pada titik keseimbangan tertentu (stable equilibirium) yaitu luas lahan budidaya dengan tingkat kesesuaian sangat sesuai, bentuk model seperti ini dalam

231 sistem dinamik mengikuti pola dasar (archtype) limits to growth. Untuk meningkatkan perubahan kinerja model maka skenario yang perlu dilakukan adalah skenario optimis dengan melakukan intervensi yang lebih besar terhadap variabel kunci yang berpengaruh dalam model. Arahan kebijakan dalam pengembangan budidaya laut di Kabupaten Kupang adalah sebagai berikut : a. Hasil identifikasi potensi budidaya laut di Kabupaten Kupang menunjukkan bahwa wilayah ini sangat potensial untuk pengembangan kawasan minapolitan berbasis rumput laut. b. Rumusan kebijakan yang dapat dilakukan antara lain : (1) Menetapkan Kelurahan Sulamu, Desa Hansisi, dan Desa Tablolong sebagai sentra produksi budidaya rumput laut dan desa-desa lainnya sebagai hinterland. (2) Membangun sarana dan prasarana budidaya rumput laut (minabisnis) yang dibutuhkan baik pada sentra produksi maupun pada daerah hinterland. (3) Menggerakkan diversifikasi komoditas rumput laut dalam industri olahan rumah tangga pembudidaya untuk menggerakkan perekonomian masyarakat. (4) Meningkatkan produksi rumput laut di kawasan minapolitan melalui ekstensifikasi sampai pada batas maksimal ketersediaan lahan budidaya rumput laut. (5) Meningkatkan kapasitas pembudidaya. (6) Menumbuhkembangkan kelembagaan ekonomi masyarakat pembudidaya baik pada on farm maupun off farm. (7) Meningkatkan koordinasi dan menjalin kemitraan yang baik pada semua stakeholder yang terkait. (8) Meningkatkan status keberlanjutan Kabupaten Kupang untuk pengembangan kawasan minapolitan ke depan baik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.