MIKROHIDRO SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF MASA KINI. Oleh : Bibit Supardi, S.Pd., MT *)

dokumen-dokumen yang mirip
MEMBANGUN DESA MANDIRI ENERGI BERBASIS PLTMH DI KABUPATEN KLATEN. OLEH : BIBIT SUPARDI, S.Pd., MT

*) Bibit Supardi, S.Pd., MT adalah guru SMAN 3 Klaten dan Alumni S2 Mikrohidro Magister Sistem Teknik UGM.

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan kegiatan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan akan energi bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak

I. PENDAHULUAN. listrik. Dimanapun kita tinggal, listrik sudah menjadi kebutuhan primer yang

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sementara tingginya kebutuhan

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. listrik. Banyak masyarakat yang sangat bergantung akan keberadaan energi listrik.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan sebuah usaha seperti foto kopi, rental komputer dan. warnet. Kebutuhan energi lisrik yang terus meningkat membuat

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan energi listrik juga digunakan untuk kebutuhan lainnya

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kebutuhan energi listrik oleh masyarakat dan. dunia industri tidak sebanding dengan peningkatan produksi listrik

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

IMPLEMENTASI REGULASI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat

PENGARUH JUMLAH BLADE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

MENGATASI TINGKAT KEMISKINAN DESA DENGAN AIR

KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

OKTOBER KONTROL DAN PROTEKSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO By Dja far Sodiq

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. hampir setiap kehidupan manusia memerlukan energi. Energi ada yang dapat

Pembangkit Listrik Tenaga Air. BY : Sulistiyono

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

OPTIMALISASI PENGOPERASIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BERBASIS MASYARAKAT Di BANGKA BELITUNG (Pilot Project KemenESDM 2014)

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ahmad Ragana Yudha, 2014 Optimalisasi Pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Berskala Pico Hydro

PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL DI GEDUNG BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. mencukupi. Sebagai contoh adalah sering nya terjadi pemadaman pada listrik secara

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari ketergantungan terhadap energi. Gerak pembangunan

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar fosil sebagai bahan bakar pembangkitannya. meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus-menerus meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Sumber energi di Indonesia (Overview Industri Hulu Migas, 2015)

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. mengalir melalui sungai-sungai. Ketinggian aliran sungai tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

KEBIJAKAN ENERGY MIX DAN POTENSI ENERGI TERBARUKAN DI INDONESIA

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

ANALISIS KINERJA PHOTOVOLTAIC BERKEMAMPUAN 50 WATT DALAM BERBAGAI SUDUT PENEMPATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah pemadaman listrik secara bergilir yang masih saja kita rasakan di

BAB 1 PENDAHULUAN. penting pada kehidupan manusia saat ini. Hampir semua derivasi atau hasil

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

KEBIJAKAN & RPP DI KEBIJAKAN & RPP BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN BARU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

AKSES ENERGI DAN PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN DI DIY

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari,

Memahami sistem pembangkitan tenaga listrik sesuai dengan sumber energi yang tersedia

renewable energy and technology solutions

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

BAB III METODOLOGI DAN PENGUMPULAN DATA

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014 Rancang Bangun Simulator Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

ton gas karbondioksida per tahun karena pembangkit tidak menggunakan bahan bakar fosil (EPA, dalam makalah kolokium 2011).

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

PROGRAM PERCEPATAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKDOHIDRO DI INDONESIA MELALUI POLA KEMITRAAN

IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGAN POTENSI ENERGI BARU TERBARUKAN DI DIY

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan akan energi listrik dalam jumlah yang cukup dan pada saat

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

Generation Of Electricity

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

PENGARUH LEBAR BLADE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi masyarakat. Salah satu manfaatnya adalah untuk. penerangan. Keadaan kelistrikan di Indonesia sekarang ini sangat

Untuk mengatasi masalah pasokan listrik, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, yaitu :

1 BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System

MENUJU PROPINSI SUMATERA BARAT KECUKUPAN ENERGI BERBASIS AIR EXTENDED ABSTRACT

Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran. Oleh. Prayoto. Universitas Gadjah Mada. Energi Sebagai Penunjang Peradaban

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan mempunyai potensi energi air yang besar. Penggunaan PLTMh sebagai energi alternatif yang cost friendly,

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan

Transkripsi:

MIKROHIDRO SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF MASA KINI Oleh : Bibit Supardi, S.Pd., MT *) A. Pendahuluan Adanya krisis energi listrik pada sistem kelistrikan pada masing-masing daerah di Indonesia sudah dapat dipastikan akan mengakibatkan terjadinya kelangkaan energi, hal ini disebabkan karena pasokan listrik yang tersedia dengan jumlah pemakaian listrik dan permintaan pemasangan baru oleh pelanggan tidak seimbang. Kita dapat membayangkan kemungkinan yang lebih buruk pada masa mendatang, yaitu ketika jumlah rumah semakin bertambah dan sekaligus semakin gemar akan listrik, baik untuk penerangan maupun menghidupkan berbagai peralatan. Ketika kendaraan semakin banyak, kemacetan merajalela sehingga konsumsi bahan bakar naik tidak terkirakan, sementara BBM sukar diperoleh dan harganya tidak terjangkau. Kebutuhan energi di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya terus meningkat karena pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pola konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sedangkan energi fosil yang selama ini merupakan sumber energi utama seperti yang diperlihatkan Gambar 1.1 ketersediaannya sangat terbatas dan terus mengalami deplesi (depletion: kehabisan, menipis). Proses alam memerlukan waktu yang sangat lama untuk dapat kembali menyediakan energi fosil ini. Minyak bumi 54.4% Gas bumi 26.5% Gas bumi 21.0% Batubara 23.0% EBT lain PLTA 0.2% 3.4% Panas bumi 1.4% Indonesia (Sumber: DESDM) Batubara 14.1% Minyak bumi 34.0% EBT lain 13% PLTA 2.0% Nuklir 7% Dunia (Sumber: Simmons, 2005) Gambar 1.1 Energi Mix di Indonesia dan di Dunia. 1

B. Potensi Energi Terbarukan di Indonesia Berdasarkan data Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005 2025 yang dikeluarkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun 2005, cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 18 tahun dengan rasio cadangan/produksi pada tahun tersebut. Sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 61 tahun dan batubara 147 tahun, seperti yang diperlihatkan Tabel 0.1 di bawah ini. Tabel 0.1 Cadangan Energi Fosil. Jenis Energi Cad/Prod Fosil Indonesia Dunia Minyak 18 Tahun 40 Tahun Gas 61 Tahun 60 Tahun Batu bara 147 Tahun 200 Tahun Sumber: DESDM (2005) Upaya-upaya pencarian sumber energi alternatif selain fosil menyemangati para peneliti di berbagai negara untuk mencari energi lain yang kita kenal sekarang dengan istilah energi terbarukan. Energi terbarukan dapat didefinisikan sebagai energi yang secara cepat dapat diproduksi kembali melalui proses alam. Energi terbarukan meliputi energi air, panas bumi, matahari, angin, biogas, bio mass serta gelombang laut. Beberapa kelebihan energi terbarukan antara lain: Sumbernya relatif mudah didapat; dapat diperoleh dengan gratis; minim limbah, tidak mempengaruhi suhu bumi secara global, dan tidak terpengaruh oleh kenaikkan harga bahan bakar. Definisi Energi Terbarukan Menurut Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM): Energi terbarukan adalah energi yang dapat diperbaharui dan apabila dikelola dengan baik, sumber daya itu tidak akan habis. Pertimbangan konservasi energi dan lingkungan hidup memang menuntut kita untuk segera dapat memanfaatkan energi terbarukan yang tersedia dengan mudah dan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan energi fosil. Tetapi 2

seperti kita ketahui, khususnya di Indonesia, pemanfaatan potensi energi terbarukan seperti air, angin, biomasa, panas bumi, surya dan samudera, sampai saat ini masih belum optimal. Misalnya, untuk kasus energi air, sampai dengan tahun 2004, kapasitas terpasang dari pemanfaatan tenaga air hanya mencapai 4.200 MW dari 75,67 GW potensi yang ada atau hanya 5,55%. Tabel 0.2. Potensi Energi Terbarukan di Indonesia Sumber Energi Potensi (MW) Kapasitas Terpasang Pemanfaatan (%) (MW) Air 75.670 4.200 5,550 Biomassa 49.810 302,4 0,607 Panas Bumi 27.000 800 2,960 Mini/mikro hydro 458,75 84 18,30 Energi Cahaya 156.487 5 0,003 Energi Angin 9.286 0.50 0,005 Total 318. 711,75 5.391,9 27,425 Sumber : Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025 Jika pada pertengahan pertama abad keduapuluh, pemenuhan supply energi digali dari sumber energi dengan pertimbangan utama adalah faktor ekonomi biaya rendah. Namun di zaman modern sekarang ini, dituntut dengan persyaratan 3E yaitu Energi, Ekonomi dan Ekologi. Yang berarti, mengembangkan sistem energi yang dapat memproduksi energi sebesar-besarnya secara efisien dengan biaya yang ekonomis namun mempunyai dampak lingkungan sekecil-kecilnya. Sesuai dengan data potensi energi terbarukan di Indonesia bahwa Indonesia memiliki potensi air dan mini / mikrohidro yang besar serta mempunyai dampak lingkungan yang kecil maka sudah saatnya mengembangkan dan mengelola Pusat Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) secara optimal sehingga mampu memasok kebutuhan listrik di Indonesia. C. Keunggulan PLTMH Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), merupakan salah satu alternatif supply energi listrik, khususnya di pedesaan. PLTMH sendiri sebenarnya termasuk kelompok energi celestial atau energi income yaitu energi yang mencapai bumi dari angkasa luar. Sifat energi ini adalah 3

tak terhabiskan / terbarukan / renewable / non depletable. Energi ini relatif bebas dari polusi. Ada beberapa alasan mengapa PLTMH merupakan pilihan yang tepat: 1. Indonesia kaya akan hutan sehingga kaya akan air. 2. Membangun PLTMH berarti melestarikan sumber air. 3. PLTMH bisa beroperasi sehari penuh karena air tidak tergantung siang dan malam hari. Sedangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya hanya bisa beroperasi siang hari. 4. Alat-alat PLTMH sudah bisa diproduksi di dalam negeri dan peralatan pengganti bisa didapat di kota-kota besar seperti Bandung. 5. PLTMH lebih awet, jika dipelihara dengan baik, dibanding pembangkit yang lain seperti PLTS, PLTU dll. 6. Pengoperasian PLTMH tidak memerlukan biaya yang mahal (dibandingkan dengan pengoperasian generator diesel). 7. Penggunaan energi baik energi listrik maupun energi gerak dari PLTMH untuk kegiatan produktif bisa dilakukan. Seperti charge aki dengan energi listrik atau penggilingan menggunakan energi gerak yang tersedia langsung dari turbin. 8. PLTMH teknologinya tidak begitu sulit sehinga mudah dioperasikan sebagai base load maupun peak load (dapat dengan cepat on/off), karena turbin air pada PLTMH dapat diberhentikan setiap saat. D. Permasalahan PLTMH Walaupun PLTMH memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan pembangkitan listrik yang lain, namun dalam perjalanannya PLTMH sering mengalami beberapa kendala yang ditemui dilapangan. Beberapa kendala yang sering ditemui dilapangan antara lain: 1. Sering dianggap belum kompetitif dibandingkan dengan energi fosil, karena: a. Kemampuan SDM yang masih rendah dalam mengelola PLTMH baik secara administrasi maupun teknis. b. Terkadang biaya pembuatan bangunan sipilnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga peralatan listriknya seperti turbin dan generator, sehingga biaya investasi pembangunan yang tinggi 4

menimbulkan masalah finansial pada penyediaan modal awal. c. PLTMH dapat beroperasi karena sumber yang membangkitkan berasal dari debit air dan ketinggian jatuh air (head), sehingga PLTMH hanya dapat dibangun didaerah tertentu seperti di pegunungan dan di sumber mata air. 2. Belum tersedianya data potensi sumber daya yang lengkap, karena masih terbatasnya kajian / studi yang dilakukan. 3. Akses masyarakat terhadap energi masih rendah (DESDM, 2005). 4. Peran Pemerintah yang kurang: a. Belum terlihat adanya sense of urgency b. Antar lembaga pemerintah kurang sinergis. E. Strategi Pemecahan Masalah PLTMH Jika pengoperasian PLTMH ini ditangani secara serius ternyata mampu mensupply energi yang besar, disamping itu jelas akan mendatangkan keuntungan yang banyak. Dibawah ini beberapa contoh PLTMH yang masih beropersai secara baik dan menguntungkan. Gambar 1.2a Gambar 1.2b Gambar 1.2c Gambar 1.2d 5

Keterangan : 1.2a. Sumber mata air dari DAM dan air-air dari pegunungan 1.2b. Sumber mata air Brunyah 1.2c. Saluran Pembawa 1.2d. Rumah Pembangkit PLTMH Rawa Seneng Kabupaten Temanggung yang didirikan pada tahun 1971 sampai sekarang masih beroperasi dengan baik, daya yang dihasilkan 60 kw, spesifikasi bangunan head 74 meter dan debit aliran 100 L/s, diameter pipa pesat 12 dengan tebal pipa 4 mm. PLTMH ini di kelola oleh seorang petugas khusus, dan dilakukan perawatan terhadap generator dan turbin, dengan cara penggantian oli secara periodik setiap 6 bulan sekali. Adapun pemanfaatan PLTMH ini digunakan untuk sumber listrik pada penerangan daerah sekitarnya, untuk menjalankan mesin-mesin pengupas kopi, menghidupkan mesin Freezer keju dan Cooling susu. Pada tahun 2005 Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi bersama-sama dengan Dinas Pertambangan dan Energi membangun Desa Mandiri Energi Terbarukan di Desa Daleman dan Desa Cokro Kabupaten Klaten. Di kedua desa tersebut terdapat potensi energi terbarukan yang dapat dikembangkan. Konsep Desa Mandiri Energi (DME) tercermin dari pemanfaatan PLTMH, Pengering Surya dan Biogas yang dikembangkan di daerah tersebut. PLTMH, Pengering Surya, dan Biogas dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan produktif masyarakat setempat diantaranya industri pengolahan sohun dan bahan bakunya. PLTMH berlokasi di umbul Ingas (mata air Ingas) di desa Cokro Tulung. Potensi debit air yang ada adalah 1 m³/detik dan berasal dari limpahan mata air. Tinggi jatuh air diperkirakan 5 hingga 6 meter, dan potensi energi listrik yang dihasilkan kurang lebih 43 Kw. Energi listrik yang dihasilkan dimanfaatkan untuk industri sohun, peneranan obyek wisata dan penerangan desa Margoluwih. Disamping umbul Ingas, kabupaten Klaten juga memiliki potensi mikrohidro yang lain yaitu umbul Nilo yang terletak di desa Margosuko Daleman. Hasil dari survei dilapangan umbul Nilo memiliki potensi debit sekitar 0,335 m³/detik berasal dari limpahan mata air yang kearah keselatan untuk irigasi pertanian. Tinggi jatuh air diperkirakan sekitar 5 hingga 6 meter. Potensi energi listrik yang dihasilkan kurang lebih 17 Kw. 6

PLTMH di Desa Nanggeleng, Kecamatan Cipeundeuy, Bandung. PLTMH berhasil dioperasikan untuk menggerakkan pompa yang mengalirkan air dari bawah lembah sedalam 70 meter ke bak-bak penampung di desa. Jarak desa dengan lembah sekitar 500 meter. Sebelumnya, masyarakat harus memikul air bersih dari tempat-tempat yang jauh. PLTMH di desa tersebut memproduksi listrik sekitar 6.000 watt. Untuk menggerakkan pompa hanya dibutuhkan listrik sekitar 3.000 watt, listrik sisanya terpaksa tidak dimanfaatkan. PLTMH Cinta Mekar di Desa Cinta Mekar, Kecamatan Sagala Herang, Subang Jawa Barat yang telah diresmikan Sabtu 15 April 2004 oleh Bapak Purnomo Yusgiantoro Menteri ESDM dengan kapasitas 120 kilowatt. PLTMH ini dikerjakan oleh Institut Bisnis Ekonomi Kerakyatan, menurut Mumpuni Iskandar selaku Pimpinan Institut Bisnis Ekonomi Kerakyatan, Koperasi Mekar Sari yang mengelola PLTMH mengantongi keuntungan rata-rata Rp 4 sampai Rp 7 juta pertahun. Dari beberapa contoh PLTMH yang dibangun diatas mampu menghasilkan pasokan energi listrik bahkan meraup keuntungan yang sangat besar, tentunya diperoleh dengan tidak begitu saja pasti ada perjuangan dalam pengelolaan PLTMH secara optimal. Beberapa strategi yang mungkin dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dijumpai dilapangan, antara lain: 1. Meningkatkan kegiatan studi dan penelitian yang berkaitan dengan: a. identifikasi setiap potensi sumber daya energi terbarukan, seperti air secara lengkap di setiap wilayah; b. pengumpulan pendapat dan tanggapan masyarakat tentang pemanfaatan energi terbarukan tersebut. 2. Memasyarakatkan pemanfaatan energi terbarukan sekaligus mengadakan analisis dan evaluasi lebih mendalam tentang kelayakan operasi sistem di lapangan dengan pembangunan beberapa proyek percontohan. 3. Memberikan prioritas pembangunan pada daerah yang memiliki potensi sangat tinggi, baik teknis maupun sosio-ekonominya. 4. Agar PLTMH teratur pemeliharaannya baik secara administrasi, keuangan maupun teknis maka harus dibentuk kepengurusan yang 7

ditentukan oleh masyarakat sendiri yang terdiri: Kepala PLTMH, Badan Pengawas, Staf administrasi dan Staf teknis, setiap pengurus mempunyai fungsi dan tugas masing-masing 5. Setiap pengurus diwajibkan mengikuti pelatihan-pelatihan tentang PLTMH sesuai fungsi dan tugas masing-masing. 6. Tenaga yang diberikan air ke turbin tergantung pada ketinggian dan debit air, pengaturan debit menggunakan pintu air. Apabila beban bertambah, maka harus ada penambahan debit air dan apabila beban berkurang maka harus ada pengurangan debit air dengan demikian dibutuhkan kolam tando harian yang memadai untuk menampung air, sehingga kasus kekurangan air teratasi dan debit air ke turbin teratur. 7. Kadang terjadi perubahan beban pada konsumen secara mendadak, hal ini dapat mengakibatkan naik dan turunnya tegangan, sehingga berpengaruh pada generator, untuk pengaturan keseimbangan energi pada PLTMH dilakukan dengan menggunakan ELC (electronic load controller) untuk generator sinkron dan ILC (induction generator controller) untuk generator induksi. 8. Agar PLTMH dapat operasi secara baik, maka bangunan sipil yang mempunyai peranan penting perlu diperhatikan pemeliharaannya dari kerusakan, misalnya bendungan, pintu masuk air / intake, saluran pembawa, bak penenang, pipa pesat (penstock), dan rumah pembangkit. 9. Dilakukan perawatan mekanik dan elektrik secara periodik, misalnya pemberian pelumas pada generator, turbin, bearing guide vane / katup. Jika terjadi kerusakan pada mekanik dapat menghubungi bengkel mekanik terdekat, jika ada kerusakan pada kelistrikan misal generator, kalau pengurus tidak bisa mengatasi sendiri maka bisa memanggil petugas teknis dari PLN. 8

F. Penutup Indonesia ternyata memiliki sumber energi terbarukan yang cukup banyak sekali antara lain energi panas bumi, energi air, energi surya, energi angin, energi biomassa/biogas, energi samudra, fuel cell (sel bahan bakar), dan energi nuklir. Dari 318.711,75 MW potensi energi terbarukan di Indonesia, ternyata yang dimanfaatkan kurang lebih hanya 27,425%. Untuk memanfaatkan sumber energi tersebut dan guna memenuhi kebutuhan kelistrikan di Indonesia maka pemerintah telah banyak mendirikan PLTMH. PLTMH dipilih sebagai salah satu energi alternatif dikarenakan memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan pembangkitan listrik jenis lainnya, seperti bersih lingkungan, renewable energi, tidak konsumtif terhadap pemakaian air, lebih awet (tahan lama / long life), biaya operasinya lebih kecil dan sesuai untuk daerah terpencil. Disamping itu perawatan mekanik dan elektrik PLTMH lebih mudah. PLTMH bisa dimanfaatkan langsung seperti pada penggilingan padi, industri kecil rumah tangga dll. Dengan demikian, sudah sepantasnya pemerintah bekerjasama dengan pihak swasta mulai mengembangkan potensi energi terbarukan melalui pembangunan PLTMH lebih banyak lagi. Akan tetapi dalam pembangunan suatu PLTMH harus memperhatikan beberapa aspek diantaranya aspek teknis, aspek sosio-ekonomis, aspek lingkungan, prospek keberlanjutannya dan aspek potensi ketersediaan sumber energi. *) Penulis adalah Alumni S2, Magister Sistem Teknik Konsentrasi Mikrohidro (Energi Terbarukan) UGM 2006 dan Staf Pengajar pada SMA Negeri 3 Klaten. 9

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim,2001, Petunjuk Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis, Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta. 2. Daryanto, Y., 2007. Kajian Potensi Angin untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu, Balai PPTAG-UPT-LAGG.. 3. DESDM (2003), Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (Energi Hijau), Jakarta. 4. DESDM (2005), Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025, Jakarta. 5. Isnaeni, BS,. 2005. Hand Out Sistem Proteksi Tenaga Listrik. MST UGM, Yogyakarta. 6. Sulasno, 2001. Teknik dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Badan Penerbitan UNDIP, Semarang 7. Sumiarso, L, dkk.2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik. BSN, Yayasan PUIL, Jakarta. 10