BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Negara Republik Indonesia dalam usaha mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila, yang dalam hal ini dapat diartikan bahwa hasil-hasil material dan spiritual yang dicapai dalam pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu perlu kiranya kita tingkatkan pembangunan, karena merupakan jalan untuk memajukan dan meratakan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan, sehingga akan dapat diwujudkan landasan pembangunan yang mantap bagi bangsa Indonesia, untuk tumbuh dan berkembang dengan kemampuan dan kekuatan diri sendiri. Setiap tahun, kebutuhan tenaga listrik di Indonesia mencapai pertumbuhan angka rata-rata 9 persen. Akan tetapi laju tersebut tidak ditunjang dengan pasokan tenaga listrik. Akibatnya, beberapa sistem kelistrikan di daerah mengalami krisis. Akibat kondisi tersebut, pada tahun 2010 yang lalu Pemerintah mengeluarkan Peraturan tentang Penetapan Kondisi Krisis Penyediaan Tenaga Listrik. Sejumlah sistem kelistrikan di beberapa daerah dinyatakan sebagai daerah krisis. Untuk menanggulangi krisis tersebut, PT PLN (Persero) bersama pemerintah kini telah menyusun program aksi penanggulangan krisis. Program tersebut dibagi menjadi tiga tahap, yaitu jangka pendek (< 1 lahun), I - 1

2 jangka menengah (1-2 tahun), dan jangka panjang (> 2 tahun). Langkah aksi yang dilakukan dalam jangka pendek antara lain membeli kelebihan daya yang dimiliki oleh perusahaan swasta dimana dalam aksi ini telah terkontrak tambahan daya sebesar 132 MW (Indonesia bagian barat sebesar 104 MW dan Indonesia bagian timur sebesar 29 MW). sewa genset dengan rencana total tambahan sebesar 700 MW (sudah terealisasi sebesar 210 MW) atau 30 persen, mempercepat waktu pemeliharaan pembangkit dan jaringan, serta himbauan penghematan listrik. Untuk jangka menengah, langkah aksi yang dilakukan adalah sewa pembangkit, perbaikan trafo dan mesin pembangkit, relokasi mesin pembangkit, debottle-necking jaringan, pembangunan PLTU skala kecil dengan total kapasitas sebesar 700 MW dan akselerasi penyelesaian proyek MW tahap I. Salah satu kemajuan yang telah dicapai yakni tahun 2009, 300 MW dan PLTU Labuan telah beroperasi. Sedangkan untuk jangka panjang, langkah aksi yang dilakukan adalah penyelesaian proyek MW Tahap II. Penyelesaian proyek-proyek IPP dan penambahan jaringan dan trafo. Pemanfaatan energi alternatif untuk pembangkit listrik layak secara teknis dan ekonomis. Pemanfaatannya bisa dimulai dari skala kecil mulai dari listrik pedesaan. Hal ini tentunya dapat dilakukan oleh pihak swasta dan PLN dengan pola kemitraan sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi keterbatasan dana. Salah satu langkah yang telah dilempuh PLN Pikitring Sulmapa adalah pengoperasian PLTM (Pembangkit Listrik Tenaga Mini I - 2

3 Hidro) dimana pembangunan PLTM ini ditargetkan untuk meningkatkan keandalan sitem kelistrikan didaerah krisis listrik diantaranya adalah daerah Gorontalo. 1.2 Maksud dan Tujuan Ditinjau dari potensi sumber daya alam, Provinsi Gorontalo mempunyai banyak potensi yang layak untuk dikembangkan antara lain di bidang pertanian. Dalam upaya mempercepat pertumbuhan dan pengembangan wilayah, maka Pemerintah Gorontalo menetapkan tiga program unggulan yakni pengembangan SDM, pengembangan pertanian dengan mencanangkan Gorontalo sebagai Provinsi Agropolitan, serta pengembangan ekonomi kelautan dengan sasaran peningkatan sektor perikanan dan pengembangan wilayah pesisir. Tentu saja, untuk mewujudkan pengembangan tiga program unggulan tersebut, Provinsi Gorontalo mesti disertai dengan pembangunan infrastruktur penunjang khususnya ketersediaan energi listrik. Persoalan kelistrikan di provinsi tersebut memang perlu ditangani lebih lanjut. Logikanya, prospek pengembangan agropolitan dapat diasumsikan menarik industri pengolahan produksi pertanian. Pembangunan industri tersebut membutuhkan dukungan energi listrik yang memadai. Sejak pembentukannya, Provinsi Gorontalo mengalami kekurangan pasokan energi listrik. Berdasarkan data PT. PLN Cabang Gorontalo tahun 2002 lalu, daya yang tersedia sebesar MW sedangkan beban puncak sebesar I - 3

4 MW. Artinya pada tahun 2002 saja, terdapat kekurangan sebesar MW. Realitas tersebut menunjukkan bahwa saat ini masalah kelistrikan menjadi persoalan yang sangat serius. Masalah sistem kelistrikan yang dihadapi Gorontalo lantaran terbatasnya ketersediaan pembangkit. Hal tersebut ditambah lagi dengan usia mesin yang ada telah tergolong tua. Sebagian besar mesin pembangkit telah berumur lebih dari 10 tahun. Kondisi ini tentu saja ikut memengaruhi keandalan dan hasil kerja pembangkit. Sementara, dilihat dari kondisi perekonomian, secara umum, masyarakat Gorontalo mengalami kemajuan pendapatan dan kesejahteraan. Sebagai konsekuensinya permintaan energi listrik di Gorontalo pun mengalami kenaikan secara cepat jauh melampaui cadangan energi listrik yang dimiliki saat ini. Selain itu, dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tidak diikuti oleh kenaikan tarif daya listrik (TDL) mengakibatkan banyak industri yang tadinya pada waktu beban puncak mengandalkan pembangkitnya sendiri memilih beralih ke energi listrik yang disuplai oleh PLN. Diperhadapkan dengan situasi sulit tersebut, PLN juga melakukan pembangunan PLTM di wilayah Gorontalo dengan membangun PLTM Mongango. Sama halnya dengan PLTM Lobong yang mengandalkan tenaga air, PLTM Mongango ini juga dipilih lantaran potensi alamnya yang dianggap mendukung untuk menghasilkan energi listrik tanpa bahan bakar minyak. I - 4

5 Di Desa Buatta, Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara terdapat sungai Mongango yang berpotensi untuk dapat dibangun PLTM karena debit airnya juga mencukupi. PLTM Mongango juga menggunakan sumber energi air setempat serta merupakan sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan. Pembangunan PLTM di lokasi ini ke depan diharapkan dapat menekan penggunaan bahan bakar minyak serta mengoptimalkan pembangkit listrik. PLTM Mongango mampu menghasilkan daya sebesar 2x0.6 MW yang didistribusikan melalui Gardu Hubung Atinggola menuju Buata, dan sebagian didistribusikan oleh PLN Cabang Gorontalo langsung kepada konsumen. Dalam selahun total produksi yang mampu dicapai PLTM Mongango diperkirakan sebesar GWh. Hai ini berarti PLN mampu menghemat penggunaan BBM sebesar liter, yang setara dengan Rp Jika dihitung, PLTM tersebut mampu menghemat biaya sekitar 7,7 milyar per tahun. Langkah penghematan BBM yang dilakukan PLN ini sejalan dengan program pemerintah untuk melakukan pemanfaatan energi terbarukan yang telah disediakan alam. PLTM ini bekerja dengan memanfaatkan energi air untuk mengurangi penggunaan Bahan Bakar Minyak. Berlainan dengan PLTD, PLTG, PLTU yang merupakan pembangkit listrik tenaga termal. Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA/PLTM) merupakan instalasi pembangkit listrik yang mengubah energi air (energi gravitasi) menjadi energi listrik. I - 5

6 Sebagai gambaran teknis pada proyek ini mesin penggerak yang digunakan adalah turbin air yang akan memutar generator untuk menghasilkan listrik. Secara garis besar peralatan PLTM dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu: Pertama, bangunan sipil berupa bendung dan saluran air (water way). Kedua, peralatan mekanik dan elektrikal berupa turbin air dan generator (termasuk peralatan kontrol dan instrument). Ketiga, Peralatan penyaluran tenaga listrik berupa switchgear, step-up transformer, dll. Adapun pembangunan PLTM ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Memanfaatkan energi alam untuk melakukan penghematan BBM 2. Meningkatkan keandalan sitem kelistrikan didaerah krisis listrik diantaranya adalah Gorontalo 3. Memberi pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat disekitarnya, khususnya dalam hal mencukupi kebutuhan listrik dan mewujudkan pengembangan tiga program unggulan Provinsi Gorontalo pada umumnya. 1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Dalam penulisan tugas akhir ini perlu diadakan pembatasan masalah agar penulis lebih fokus pada masalah yang dihadapi. Adapun penulisan tugas akhir ini dititikberatkan pada bangunan waterway antara lain: I - 6

7 1. Perhitungan debit rencana untuk pembangkit dan debit banjir rencana. 2. Perhitungan dimensi hidrolis intake ( bangunan pengambilan ). 3. Perhitungan dimensi hidrolis kolam pengendap sedimen. 4. Perhitungan dimensi saluran hantar. 5. Perhitungan dimensi hidrolis kolam penenang ( Head Tank / Surge Tank ). 6. Perhitungan dimensi pipa pesat. 7. Perhitungan kapasitas pembangkit PLTM Mongango. 1.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah Bendung Lokasi bendung sungai Mongango secara administrative terletak di Desa Buatta, Kecamatan Attingola, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Sulawesi Utara º U º T 33 m, daerah tersebut terletak 88 km sebelah utara dari kota Gorontalo, dimana dari kota Gorontalo dapat ditempuh selama 2 3 jam perjalanan menggunakan mobil melalui jalur darah hingga sampai kecamatan Attingole yang berjarak 80 km dari kota Gorontalo, setelah itu masih dilanjutkan lagi menuju desa Buatta yang bejarak 8 km dari kecamatan Attingole dengan lama waktu perjalanan selama 1-2 jam hingga sampai tujuan yaitu lokasi bendung Mongango. I - 7

8 Peta Lokasi Bendung PLTM Mongango dapat dilihat pada Gambar 1.1 LOKASI LOKASI I - 8

9 LOKASI Gambar 1.1 Peta Lokasi Bendung Mongango I - 9

10 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Tugas Akhir ini dapat diuraikan pada setiap babnya dengan uraian sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup pembahasan, metoda pelaksanaan dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisikan tentang tentang dasar-dasar teori yang mendukung untuk digunakan dalam perencanaan pembangkit PLTM, uraian umum bendung, analisis hidrologi, penentuan debit banjir rencana, penentuan debit andalan, analisis hidrolis Intake, kolam pengandap sedimen, saluran hantar, analisis kolam penenang, analisis pipa tekan (penstock), analisis kapasitas pembangkit dan analisis saluran pembuang (tail race). BAB III : METODELOGI Berisikan tentang tahapan penulisan meliputi kerangka/alur penulisan dalam penyusunan tugas akhir ini, mulai dari survai lapangan, identifikasi masalah, pengumpulan data, proses pengolahan data yang nantinya digunakan dalam perencanaan I - 10

11 kapasitas pembangkitan PLTM Mongango, dimensi hidrolis bangunan pengambilan dan dimensi hidrolis Waterway. BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisikan tentang analisis atau pengolahan data curah hujan yang digunakan untuk mendapatkan besarnya debit banjir rencana, serta debit bendung untuk desain pembangkit, sebagai dasar dari perhitungan perencana. Dengan pengolahan data dan analisis yang sesuai, maka akan diperoleh variabel-variabel yang nantinya digunakan dalam perencanaan kapasitas pembangkitan PLTM Mongango. BAB V : PENUTUP Berisikan kesimpulan dan saran. I - 11