HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

KECEPATAN TERBANG BURUNG MERPATI BALAP LOKAL (TIPE TINGGIAN) SKRIPSI RIDWANSYAH

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Burung Merpati

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

KARAKTERISTIK DAN KECEPATAN TERBANG MERPATI LOKAL TIPE TINGGIAN SKRIPSI RICKY FIRMANSYAH

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF MERPATI BALAP TINGGIAN DAN MERPATI BALAP DASAR JANTAN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

114 Warna dasar, pola bulu dan corak bulu burung merpati balap sama dengan burung merpati lokal, kecuali warna dasar putih tidak ditemukan pada balap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hemoglobin. Hemoglobin Burung Merpati Jantan dan Betina sebelum dan sesudah Dilatih Terbang

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016 PERBEDAAN KARAKTERISTIK TUBUH MERPATI TINGGI JANTAN DAN MERPATI BALAP JANTAN LOKAL

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. olahraga polo. Tinggi kuda polo berkisar antara 142 sampai dengan 159 cm

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan yang digunakan adalah kuda yang sudah dewasa kelamin

BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan dan 20 ekor betina dan berumur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN UKURAN TUBUH BURUNG MERPATI

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

BAB III MATERI DAN METODE. Ayam Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam generasi pertama dilaksanakan

METODOLOGI PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan

METODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah transaksi domba antara pengepul atau pembeli

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. yang didapatkan dari puyuh Coturnix-cotunix japonica pada umur 15 minggu yang

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah kuda kavaleri yang telah lulus program remonte di

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

Warna bulu sayap. Warna bulu paha. Warna bulu punggung. Coklat putih Coklat putih Coklat putih. Hitam. Hitam putih. Hitam putih. Coklat hitam putih

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

Gambar 3. Peta Sulawesi Utara

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Pengamatan

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica

MATERI DAN METODE. Materi

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 360/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PELEPASAN GALUR ITIK ALABIMASTER-1 AGRINAK

PERBEDAAN KARAKTERISTIK TUBUH MERPATI TINGGI JANTAN DAN MERPATI BALAP JANTAN LOKAL. (Skripsi) Oleh FERY EFATA ZEBUA

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi burung puyuh Coturnix coturnix japonica atau Japanese quail di Indonesia terus mengalami peningkatan, pada

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba. Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Koefisien

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009.

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Burung Merpati Balap Tinggian Karakteristik dari burung merpati balap tinggian sangat menentukan kecepatan terbangnya. Bentuk badan mempengaruhi hambatan angin, warna iris mata berpengaruh terhadap daya pengelihatan burung merpati balap tinggian, tipe bulu sayap berpengaruh terhadap kecepatan terbang, tipe bulu ekor berpengaruh terhadap kelincahan ketika terbang, bentuk kepala berpengaruh terhadap kecerdasan. Karakteristik Kualitatif Bentuk badan Bentuk badan burung merpati balap tipe tinggian yang baik memiliki bentuk badan yang gagah dan tegap. Berdasarkan pengamatan 100% burung merpati memiliki bentuk badan yang gagah dan tegap. Burung merpati yang terlalu besar akan mempengaruhi kecepatan terbangnya. Bentuk badan burung merpati balap tipe tinggian dapat ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 7. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Berbadan Gagah dan Tegap Warna iris mata Pada pengamatan terdapat dua macam warna iris mata pada burung merpati balap tinggian yaitu kuning 19 ekor (82,4%) (Gambar 8a) dan mata merah saga 4 ekor (17,4%) (Gambar 8b). Burung merpati balap tinggian yang baik memiliki warna iris mata kuning. Hal ini mungkin disebabkan warna iris mata kuning tahan terhadap sinar matahari apabila dilepas pada siang dan sore hari serta pada umumnya burung merpati balap tinggian juara memiliki warna iris mata kuning. Burung merpati balap tinggian yang mempunyai warna iris mata merah saga diduga kurang baik panca inderanya apabila dilepas pada sore hari. 18

(a) (b) Gambar 8. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian dengan (a) Warna Mata Kuning dan (b) Mata Merah Saga Tipe Bulu Sayap Tipe bulu sayap yang rapat memudahkan burung merpati balap tinggian untuk terbang karena dapat mencapai jarak yang jauh dalam sekali kepakan. Berdasarkan pengamatan kerapatan bulu sayap memiliki nilai 100%. Kerapatan bulu sayap mengakibatkan ayunan kuat ketika bulu sayap disibakkan. Tulang sayap harus lurus, tebal dan kuat. Selain itu bulu sayap harus kering, tebal dan apabila direntangkan, reflek bulu sayap menempel atau merapat ketubuh sangat cepat. Tipe bulu sayap burung merpati balap tipe tinggian dapat ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9. Tipe Bulu Sayap Burung Merpati Tipe Tinggian Tipe Bulu Ekor Tipe bulu ekor burung merpati yang baik memiliki bulu ekor utama menyatu dengan susunan yang rapih. Hasil pengamatan burung merpati balap tinggian yang memiliki bulu ekor menyatu sebanyak 100%. Bulu ekor adalah kemudi pada saat burung merpati balap tinggian terbang. Bulu ekor yang menyatu dengan susunan yang rapih memudahkan bergerak saat terbang, selain itu memudahkan ketika mendarat dan mengurangi hambatan angin. Tipe bulu ekor burung merpati balap tipe tinggian ditunjukkan pada Gambar 10. 19

Gambar 10. Tipe Bulu Ekor Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Bentuk Kelapa Bentuk kepala burung merpati balap tinggian pada pengamatan ada dua macam bentuk kepala yaitu jenong sebanyak 20 ekor (86,9%) (Gambar 11a) dan kepala perkutut 3 ekor (13,1%) (Gmabar 11b). Bentuk kepala jenong memiliki ukuran yang cukup besar dibandingkan dengan bentuk kepala perkutut. Burung merpati balap tipe tinggian yang memiliki bentuk kepala jenong biasanya memiliki karakter jatuh diatas kepala joki. (a) (b) Gambar 11. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Bentuk Kepala (a) Jenong dan (b) Kepala Perkutut Ukuran Tubuh Merpati Balap Tipe Tinggian Pengukuran sifat kuantitatif meliputi bobot badan, lingkar dada, dalam dada, lebar dada, panjang punggung, panjang bulu sayap. Lebar bulu ekor, lebar pangkal ekor dan panjang bulu ekor. Keragaman sifat kuantitatif burung merpati balap tipe tinggian dapat dilihat pada Tabel 1. 20

Tabel 1. Nilai Rataan, Simpangan baku dan Koefisien Keragaman dari Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Jantan. Ukuran Tubuh Rata-rata ± Sb (n=10) Kisaran KK (%) Bobot Badan (g) 381 ± 31,07 330-420 8,15 Lingkar Dada (cm) 21,8±0,79 21-23 3,62 Dalam Dada (cm) 6,07±0,45 5,4-6,7 7,41 Lebar Dada (cm) 8,05±0,28 7,5-8,5 3,48 Panjang Punggung (cm) 12,3±1,16 11-14 9,43 Panjang Bulu Sayap (cm) 18,7±1,34 17-21 7,17 Lebar Bulu Ekor (cm) 4,96±0,46 4,3-5,7 9,27 Lebar Pangkal Ekor(cm) 3,96±0,49 3,3-4,7 12,37 Panjang Bulu Ekor (cm) 11,3±1,16 10-13 10,27 Berdasarkan Tabel 1, urutan nilai koefisien keragaman (KK) dari yang paling besar sampai paling kecil adalah lebar pangkal ekor (12,37%), panjang bulu ekor (10,27%), panjang punggung (9,43%), lebar bulu ekor (9,27%), bobot badan (8,15%), dalam dada (7,41%), panjang bulu sayap (7,17%), lingkar dada (3,62%) dan lebar dada (3,48%). Berdasarkan urutan tersebut, maka ukuran tubuh yang paling beragam adalah lebar pangkal ekor dan yang paling seragam adalah lebar dada. Lebar pangkal ekor dapat dijadikan penentu seleksi burung merpati balap tipe tinggian karena berpengaruh nyata negatif (P<0,05) terhadap kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian. Lain halnya dengan penelitian Sucahyo (2005), ukuran tubuh yang paling beragam adalah lebar pangkal ekor (12,5%) dan yang paling seragam adalah lingkar dada (1,99%). Penyebab terjadinya perbedaan hasil penelitian adalah genetik dari burung merpati dan lingkungan sekitar. Kecepatan Terbang Pengukuran kecepatan terbang, dilakukan tiga kali periode giring pada tiaptiap individu sehingga dihasilkan rataan (m/detik). Hasil rataan dan uji t kecepatan terbang burung merpati selama penelitian disajikan pada Tabel 2. Kisaran kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian pada penelitian ini adalah 18,65-29,18 m/detik dengan keragaman 16,02%. Pada Tabel 2, kecepatan terbang merpati tidak berbeda nyata antara periode giring satu dengan periode giring yang lain. Hal ini menunjukan bahwa setelah burung merpati dilatih maka kemampuan terbangnya cenderung stabil, dan dapat dilihat dari rataan kecepatan 21

terbang antara periode I, II dan III tidak berbeda. Burung merpati pada penelitian ini dipilih yang sama dalam keadaan giring, sehingga saat memasuki masa bertelur dari 10 pasang burung merpati tidak berbeda jauh, sehingga burung merpati tidak diterbangkan. Berdasarkan pengamatan dilapangan, angin adalah faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan terbang burung merpati. Angin yang bergerak sangat kencang cenderung memperlambat terbang burung merpati yang bergerak berlawanan dengan arah angin. Angin yang kencang menyebabkan terbang burung merpati tidak terbang lurus dan cenderung berputar-putar. Tabel 2. Rataan dan Uji t Kecepataan Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Periode Rataan±Sb (m/detik) t hit P-Value Uji t I dan II 22,26± 3,29 22,53±3,57-0,18 0,859 tn I dan III 22,26±3,29 22,27±3,33-0,01 0,996 tn II dan III 22,53±3,57 22,27±3,33 0,17 0,864 tn Keterangan : Sb = simpangan baku, tn = tidak nyata Hubungan kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian antara giring yang satu dengan giring yang lain pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3. Nilai korelasi antara rataan periode I dan II, I dan III, II dan III dari hasil ini terlihat nilai korelasinya, sangat nyata (P<0,01) dikarenakan kecepatan tiap-tiap individu yang tidak berbeda seperti disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan pengamatan dilapangan kecepatan merpati terbang tinggi diduga dipengaruhi kondisi giring yang tinggi (rasa ingin menghampiri betina) sehingga kecepatan terbang yang dihasilkan maksimal. Tabel 3. Nilai Korelasi antara Rataan Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian pada Periode Giring I, II dan III. Periode R P-Value I dan II 0,97 0,000 I dan III 0,952 0,000 II dan III 0,996 0,000 Pola terbang dan ketahanan tubuh merpati juga mempengaruhi kecepatan terbang yang dihasilkan. Merpati yang memiliki ketahanan tubuh yang baik umumnya akan memiliki kecepatan yang stabil karena pada umumnya merpati akan diterbangkan berulang-ulang. Selain itu pada dua hari terakhir dilatih (menjelang 22

bertelur) umumnya merpati dalam kondisi giring yang tinggi sehingga kecepatan terbang yang dihasilkan maksimal. Menurut Tyne dan Berger (1976) faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan terbang burung adalah kecepatan angin, suhu dan motivasi terbang. Pengaruh Ukuran Tubuh Merpati Balap Terhadap Kecepatan Terbang Ukuran tubuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan burung merpati balap tipe tinggian. Tyne dan Berger (1976) menyatakan ukuran tubuh seperti lingkar dada, bobot badan, dalam dada, lebar dada, panjang punggung, panjang sayap, lebar pangkal ekor, lebar bulu ekor dan panjang bulu ekor sangat mempengaruhi bentuk badan burung. Kecepatan terbang pada burung merpati salah satunya dapat dilihat dari faktor ukuran tubuh. Nilai korelasi kecepatan terbang dengan ukuran tubuh dapat dilihat pada Tabel 4. Analisis korelasi pada Tabel 4 untuk lingkar dada, lebar dada, panjang punggung, panjang bulu sayap dan panjang bulu ekor tidak menunjukan hubungan yang nyata dengan kecepatan terbang. Bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor menunjukan hubungan yang nyata dengan kecepatan terbang. Tabel 4. Nilai Korelasi Kecepatan Terbang dengan Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian. Bagian Tubuh Korelasi Bobot Badan -0,865 A Lingkar Dada -0,308 Dalam Dada -0,771 A Lebar Dada -0,564 Panjang Punggung -0,574 Panjang Bulu Sayap -0,616 Lebar Bulu Ekor -0,636 a Lebar Pangkal Ekor -0,722 a Panjang Bulu Ekor -0,574 Ket :Superskrip dengan huruf besar menunjukan perbedaan sangat nyata (P<0,01) Superskrip dengan huruf kecil menunjukan perbedaan nyata (P<0,05) Bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor pada burung merpati balap tinggian berkorelasi negatif dengan kecepatan terbangnya. Bertambahnya bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekorakan mengurangi kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian. 23

Berdasarkan hasil analisis korelasi ukuran tubuh dengan kecepatan terbang maka burung merpati yang memiliki kecepatan terbang tinggi pada penelitian ini memiliki bobot badan (330 g), dalam dada (5,4 cm), lebar bulu ekor (4,4 cm) dan lebar pangkal ekor (3,5 cm). Adapun burung yang masuk kriteria cepat terbang pada penelitian ini adalah berwarna megan. Burung jantan berwarna megan tersebut ditunjukkan pada Gambar 12. A B Gambar 12. Burung Merpati yang Masuk Kriteria : a). Jantan dengan Warna Bulu Megan, dan b). Betina dengan Warna Bulu Coklat. Berdasarkan pengamatan di lapangan, para penggemar merpati balap tipe tinggian ketika menyeleksi atau memilih bahan burung yang akan dilatih untuk balap tinggi adalah bobot badan, panjang dan lebar bulu sayap, lebar bulu ekor. Alasan para penggemar ini berdasarkan pengalaman selama memelihara burung merpati. Para penggemar ketika akan memilih burung merpati yaitu meraba atau memperhatikan bobot badannya. Mereka memilih burung merpati yang memiliki bobot badan yang tidak terlalu ringan, karena pada saat terbang burung merpati akan mengahadapi terpaan angin. Apabila tubuhnya terlalu kecil maka burung merpati akan terhempas oleh angin. Para penggemar juga memperhatikan panjang dan lebar bulu sayap. Mereka memilih merpati yang memiliki bulu sayap panjang dan lebar. Bulu sayap panjang dan lebar akan memudahkan merpati ketika terbang, karena merpati dapat menempuh jarak yang jauh dalam sekali kepakan. Para penggemar burung merpati tipe tinggian ketika memilih burung yang akan dilatih akan memperhatikan lebar bulu ekor. Mereka memilih merpati yang 24

memliki bulu ekor yang tidak terlalulebar, karena bulu ekor yang tidak terlelu lebar akan mempermudah merpati ketika mendarat. Dari hasil penelitian ini ukuran tubuh yang dapat digunakan untuk seleksi burung merpati balap tipe tinggian adalah dalam dada (r= -0,7771), lebar bulu ekor (r= -0,636) dan lebar pangkal ekor (r= -0,722). Urutan seleksi berdasarkan keragaman adalah lebar pangkal ekor, lebar bulu ekor, dalam dada dan bobot badan. Persamaan regresi kecepatan terbang burung merpati tipe tinggian dengan bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor dapat dilihat pada Tabel 5. Kecepatan terbang dengan bobot badan mempunyai nilai koefisien determinasi paling tinggi dibandingkan dengan dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor yaitu sebesar 71,7%. Persamaan regresi untuk kecepatan terbang dengan bobot badan adalah Y (kecepatan terbang) = 63,8-0,107 BB (bobot badan). Tabel 5. Persamaan Regresi antara Kecepatan Terbang dengan Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Persamaan Regresi P-Value R-Sq(adj) ---%--- Y = 63,8-0,107 BB 0,001 71,7 Y = 63,2-6,65 DD 0,009 54,3 Y = 49,2-5,31 LBE 0,048 33,0 Y = 45,6-5,74 LPE 0,018 46,2 Keterangan: Y = kecepatan terbang; BB = bobot badan; DD = dalam dada; LBE = lebar bulu ekor; LPE = lebar pangkal ekor Persamaan regresi dari kecepatan terbang dengan bobot badan memiliki nilai yang paling besar yaitu 71,7% daripada yang lainnya, akan tetapi volume bobot badan dapat berubah, sehingga bobot badan sulit dijadikan penduga burung merpati yang memiliki kecepatan terbang tinggi. Dalam dada memiliki nilai terbesar ke-2 dari bobot badan dengan nilai 54,3%, oleh karena itu dalam dada bisa dijadikan penduga burung merpati yang memiliki kecepatan terbang tinggi. Pola Terbang Pola terbang merupakan suatu pergerakan yang terbentuk dari udara sehingga menghasilkan bentuk atau pola terbang tertentu. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa pola terbang merpati terbang tinggi seperti disajikan pada Tabel 6. 25

Tabel 6. Pola Terbang dan Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian. No Pola terbang Ekor Persentase Kecepatan terbang (n=10) ---%--- (m/detik) 1 Berputar lalu terbang lurus 2 20 18,65-18,69 2 Langsung terbang lurus 4 40 23,62-29,18 3 Terbang lalu ditengah perjalanan berputar dahulu setelah itu terbang lurus 4 40 20,18-21,94 Pola terbang burung merpati balap tipe tinggian, berputar lalu terbang lurus, langsung terbang lurus danterbang ditengah berputar lalu terbang lurus. Masingmasing pola terbang memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya : 1) Polaberputar lalu terbang lurus, yaitu burung merpati waktu awal terbang naik ke atas setelah itu berputar-putar sampai puncak ketinggian dan setelah itu burung langsung terbang lurus. Terdapat 2 ekor burung merpati (20%) (warna kelabu dan tritis dengan kecepatan rata-rata masing-masing 18,69 dan 18,65 m/detik), yang mempunyai pola terbang berputar lalu terbang lurus. Pola terbang ini mempunyai kekurangan, yaitu waktu terbang menjadi lebih lama. 2) Pola langsung terbang lurus, yaitu burung merpati pada awal terbang burung merpati naik ke atas setelah itu terbang langsung lurus sampai puncak ketinggian. Terdapat 4 ekor burung merpati (40%) (warna megan, hitam, gambir dan megan 2 dengan kecepatan rata-rata masing-masing 23,62; 25,39; 28,88 dan 29,18 m/detik), yang mempunyai pola terbang langsung terbang lurus. Kelebihan pola langsung terbang lurus yaitu burung merpati cepat sampai ke tujuan. 3) Terbang lalu ditengah perjalanan berputar dahulu setelah itu terbang lurus, yaitu pada awal terbang burung merpati naik ke atas terbang lurus tapi di tengahtengah perjalanan burung berputar-putar sampai puncak ketinggian lalu terbang lurus lagi. Terdapat 4 ekor burung merpati (40%) (warna blorok, tritis megan, blantong dan kelabu selap dengan kecepatan rata-rata masing-masing 20,18; 20,21; 21,94 dan 21,94 m/detik), yang mempunyai pola terbang disertai berputar ditengah perjalanan. Pola terbang ini dilakukan agar burung merpati untuk mencapai titik tinggi tertentu sehingga waktu turun memiliki kecepatan maksimal. 26